BAB III TINJAUAN KASUS
B. Analisa data
No Sumber Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1 Objektif :
Pasien mengatakan diare Pasien mengatakan demam Pasien mengatakan capek Pasien mengatakan mudah
lelah
Pasien mengatakan letih Pasien mengatakan lesu
pasien mengatakan
berkeringat malam hari
Subjektif : TTV : TD : 130/80 N : 80x/menit S : 39 C RR : 26x/menit Pasien tampak lesu Pasien tampak tidak segar Pasien mengalami berat badan
menurun derastis dari 60 kg menjadi 54 kg
Pasien tampak sering BAB / diare
Pasien terlihat perubahan pada tekanan darah
pasien terlihat pucat pasien terlihat sianosis n pasien mengalami diare pasien mengalami perubahan
jumlah dan warna urin
Virus HIV
Merusak seluler
Menyerang T Limfosit, sel saraf, makrofag, monosit,
limfosit B
Immunocompromise
Invasi kuman pathogen
Organ target
Gastrointestinal
Diare
Cairan berkurang
Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan
pasien anoreksia
turgor kulit pasien terlihat buruk
2 Subjektif : :
Pasien mengatakan capek Pasien mengatakan mudah
lelah
Pasien mengatakan letih Pasien mengatakan lesu Pasien tidak nafsu makan
Objektif
Pasien tampak lesu Pasien tampak tidak segar Pasien mengalami berat badan
menurun derastis dari 60 kg menjadi 54 kg
Porsi makan klien tidak habis Pasien mengalami kelemahan
otot
Pasien terlihat pucat Pasien terlihat sianosis Pasien anoreksia
Virus HIV
Merusak seluler
Menyerang T Limfosit, sel saraf, makrofag, monosit,
limfosit B
Immunocompromise
Invasi kuman pathogen
Organ target
Gastrointestinal
anoreksia
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3 Subjektif :
Pasien mengatakan mudah sakit-sakitan
Pasien mengatakan demam Pasien mengatakan gampang
terserang flu
Pasien mengatakan pusing Pasien mengatakan pusing,
sakit kepala
Pasien mengatakan rasa terbakar pada kaki
Pasien mengatakan nyeri dada pleuritis
Pasien mengatakan
berkeringat malam hari
Objektif :
TTV :
Virus HIV
Merusak seluler
Menyerang T Limfosit, sel saraf, makrofag, monosit,
limfosit B
Immunocompromise
Invasi kuman pathogen
Organ target
TD: 130/80 N: 80x/menit S: 39 C
RR : 26x/menit
Pasien teraba benjolan di daerah leher
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan sel-T CD4+ = 100 sel/ mm3
Pasien mengalami Takikardia Pasien mengalami nyeri
panggul
Pasien mengalami nyeri abdomen
Infeksi
C. Diagnosa
1. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b.d output yang berlebihan
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat
D. Intervensi Dan Evaluasi
No Diagnosa
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Resiko tinggi
terhadap kekurangan volume cairan b.d
output yang
berlebihan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan :
Diare (-) Demam (-)
Pasien tidak mudah lelah TTV :
TD: 120/80 N: 80x/menit S: 37 C
RR : 20x/menit
berat badan pasien naik dari 54 kg menjadi 54+ kg
BAB / diare (-)
pasien tidak terlihat pucat sianosis (-)
pasien tidak pingsan
umlah dan warna urin normal anoreksia (-)
Turgor kulit baik / lembab
Mandiri :
1. Pantau TTV, termasuk CVP bila terpasang. Catat hipertensi, termasuk perubahan postural.
2. Catat peningkatan suhu dan durasi demam. Berikan kompres hangat sesuai indikasi. Pertahankan pakaian tetap kering. Pertahankan kenyamanan suhu lingkungan.
3. Kaji turgor kulit, membrane mukosa, dan rasa haus.
4. Pantau pemasukan oral dan memasukka cairan sedikitnya 2500 ml/hari.
1. Indicator dari volume cairan sirkulasi
2. Meningkatkan kebutuhan metabolism dan diaphoresis yang berlebihan yang dihubungkan dengan demam dalam meningkatkan cairan tak kasat mata
3. Indicator tidak langsung dari status cairan.
4. Mempertahankan keseimbangan cairan, mengurangi rasa haus, dan melembabkan membrane mukosa.
1. Mungkin diperlukan untuk mendukung / memperbesar volume sirkulasi, terutama jika pemasukan oral tak
Kolaborasi :
1. Berikan cairan / elektrolit melalui selang pemberi makanan / IV
2. Pantau hasil pem. LAB sesuai indikasi, mis.. : HB/HT
3. Antipiretik, mis.. : asetaminofen
adekuat, mual/muntah terus menerus. 2. Bermanfaat dalam memperkirakan
kebutuhan cairan
3. Membantu mengurangi demam dan respons hiper metabolism, menurunkan kehilangan cairan tak kasat mata.
2 Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharpkan :
Pasien tidak mudah lelah Pasien tidak letih
Pasien tidak lesu
Nafsu makan bertambah, porsi makan habis
Pasien dapat menverna makanan dengan baik
Berat badan naik dari 54 kg menjadi 54+ kg
pasien tidak terlihat pucat pasien tidak sianosis pasien tidak anoreksia
Mandiri :
1. Kaji kemampuan untuk mengunyah, merasakan, dan menelan.
2. Timbang berat badan sesuai kebutuhan. Evaluasi berat badan dalam hal adanya berat badan yang tidak sesuai. Gunakan serangkaian pengukuran berat badan dan antropometrik.
3. Dorong aktivitas fisik sebanyak mungkin 4. Catat pemasukan kalori
1. Lesi mulut, tenggorok, dan esophagus dapat menyebabkan disfagia, penurunan kemampuan pasien untuk mengolah makanan dan mengurangi keinginan untuk makan.
2. Indicator kebutuhan nutrisi / pemasukan yang adekuat. Catatan : karena adanya penekanan system imun, maka beberapa tes darah yang umumnya digunakan untuk menguji status nutrisi menjadi tidak berguna. 3. Dapat meningkatkan nafsu makan dan
Kolaborasi :
1. Pertahankan status puasa jika di indikasikan
2. Suplemen vitamin.
4. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap suplemen atau alternative metode pemberian makanan
1. Mungkin diperlukan untuk menurunkan muntah
2. Kekurangan vitamin terjadi akibat penurunan pemasukan makanan dan/atau kegagalan mengunyah dan absorpsi dalam system gi
3 Infeksi b.d adanya virus HIV-AIDS
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan :
Demam (-) Pusing (-)
rasa terbakar pada kaki hilang nyeri dada pleuritis (-) TTV
TD: 120/80 N: 80x/menit S: 37 C
RR : 20x/menit
benjolan di daerah leher (-)
Mandiri :
1. Monitor tanda-tanda infeksi baru.
2. Gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan invasif. Cuci tangan sebelum meberikan tindakan.
2. Berikan lingkungan yang bersih dan berventilasi baik. Periksa pengunjung / staf terhadap tanda infeksi dan pertahankan kewaspadaan sesuai indikasi
1. Untuk pengobatan dini mencegah pasien terpapar oleh kuman patogen yang diperoleh di rumah sakit.
2. Mencegah bertambahnya infeksi
Lesi (-) Kejang (-) Dipsnea (-) nyeri panggul (-) nyeri abdomen (-) tremor (-) Kolaborasi :
1. Periksa kultur / sensitivitas lesi, darah, urine dan sputum
2. Berikan antibiotic antijamur / agen antimikroba, missal : trimetroprim (bactrim, septra), nistatin (mycostatin), ketokonazol, pentamidin atau AZT/retrovir
1. Dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab demam, diagnose infeksi organism, atau untuk menentukan metode perawatan yang sesuai
2. Menghambat proses infeksi. Obat-obatan lainnya ditargetkan untuk meningkatkan fungsi imun. Meskipun tidak ada obat yang tepat, zat seperti AZT ditujukan untuk
menghalangi enzim yang
memungkinkan virus memasuki material genetis sel T4 sehingga dapat memperlambat perkembangan penyakit