• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASKEP HIV AIDS.doc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASKEP HIV AIDS.doc"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

HIV DAN AIDS

DI SUSUN OLEH :

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES FALETEHAN SERANG BANTEN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan apa yang kami harapkan.

Makalah “Asuhan Keperawatan HIV” merupakan bahasan yang akan kami uraikan selanjutnya. Kegiatan ini merupakan salah satu tugas mata kuliah ilmu Keperawatan, yang menjadi pembelajaran bagi kami agar bertambahnya wawasan kami mengenai kesehatan, terutama pada kesehatan manusia.

Semoga apa yang kami persembahkan dapat menjadi motivasi dalam meningkatkan prestasi belajar para mahasiswa khususnya, dan masyarakat pada umumnya. Kami mohon maaf bila ada kesalahan, olah karena itu saran yang baik sangat kami harapkan bagi para mahasiswa guna meningkatkan kualitas makalah selanjutnya.

Serang,………

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan ... 2

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dasar Medis ... 4

1. Definisi ... 4 2. Etiologi ... 4 3. Klasifikasi ... 5 4. Patofsiologi ... 6 5. WOC ... 8 6. Manisfetasi klinis ... 9 7. Pemeriksaan penunjang ... 11 8. Penatalaksanaan ... 11 9. Komplikasi ... 13 B. Asuhan Keperawatan ... 14 1. Pengkajian ... 14 2. Diagnosa keperawatan ... 18 3. Intervensi ... 19

BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian ... 24 B. Analisa data ... 27 C. Diagnosa keperawatan ... 29 D. Intervensi ... 30 E. Implementasi ... 34 F. Evaluasi ... 34 BAB IV PEMBAHASAN A. Pengkajian ... 39 B. Diagnosa keperawatan ... 39 C. Intervensi ... 39 D. Implementasi ... 39

(4)

E. Evaluasi ... 39 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 40 B. Saran ... 40 DAFTAR PUSTAKA ... 41

(5)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Virusnya Human Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.

Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Bahkan menurut UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat AIDS sebagai salah satu epidemik paling menghancurkan pada sejarah. Meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus bertambah baik di banyak region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4 dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan lebih dari setengah juta (570.000) merupakan anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup dengan HIV.Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara 2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003 dan jumlah terbesar sejak tahun 1981.

Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai dengan 31 Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes RI tanggal

(6)

9 Februari 2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah menembus angka 100.000. Jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan 5.430 kamatian. Angka ini tidak mengherankan karena di awal tahun 2000-an kalangan ahli epidemiologi sudah membuat estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar antara 80.000 – 130.000. Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan India, yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.

B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari pemuatan makalah ini adalah untukmengetahui dan melatih kemampuan kelompok mengenai asuhan keparawatan HIV.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tentang defenisi HIV b. Untuk mengetahui tentang etiologi HIV c. Untuk mengetahui tentang klasifikasi HIV d. Untuk mengetahui tentang patofisiologi HIV e. Untuk mengetahui tentang WOC HIV

f. Untuk mengetahui tentang manifestasi klinis HIV g. Untuk mengetahui tentang pemeriksaan penunjang HIV h. Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan HIV

i. Untuk mengetahui tentang komplikasi HIV

j. Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan HIV C. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan HIV ? 2. Apa saja etiologi dari HIV ? 3. Bagaimana klasifikasi HIV ? 4. Bagaimana patofisiologi dari HIV ? 5. Bagaimana WOC HIV ?

6. Apa saja manifestasi klinis HIV ? 7. Apa saja pemeriksaan penunjang HIV ? 8. Apa saja penatalaksanaan HIV ?

9. Apa saja komplikasi HIV ?

(7)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A.Konep Dasar Medis 1. Definisi

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Pengertian AIDS menurut beberapa ahli antara lain:

a. AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana mengalami penurunan sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah 200 atau kurang )dan memiliki antibodi positif terhadap HIV. (Doenges, 1999).

b. AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV. (Sylvia, 2005)

HIV (Human Immunodeficiency Virus). Termasuk salah satu retrovirus yang secara khusus menyerang sel darah putih (sel T). Retrovirus adalah virus ARN hewan yang mempunyai tahap ADN. Virus tersebut mempunyai suatu enzim, yaitu enzim transkriptase balik yang mengubah rantai tunggal ARN (sebagai cetakan) menjadi rantai ganda kopian ADN (cADN). Selanjutnya, cADN bergabung dengan ADN inang mengikuti replikasi ADN inang. Pada saat ADN inang mengalami replikasi, secara langsung ADN virus ikut mengalami replikasi.

2. Etiologi

AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh mudah diserang penyakit-penyakit lain yang dapat berakibat fatal. Padahal, penyakit-penyakit tersebut misalnya berbagai virus, cacing, jamur protozoa, dan basil tidak menyebabkan gangguan yang berarti pada orang yang sistem kekebalannya normal. Selain

(8)

penyakit infeksi, penderita AIDS juga mudah terkena kanker. Dengan demikian, gejala AIDS amat bervariasi.

Virus yang menyebabkan penyakit ini adalah virus HIV (Human Immuno-deficiency Virus). Dewasa ini dikenal juga dua tipe HIV yaitu HIV-1 dan HIV-2. Sebagian besar infeksi disebabkan HIV-1, sedangkan infeksi oleh HIV-2 didapatkan di Afrika Barat. Infeksi HIV-1 memberi gambaran klinis yang hampir sama. Hanya infeksi HIV-1 lebih mudah ditularkan dan masa sejak mulai infeksi (masuknya virus ke tubuh) sampai timbulnya penyakit lebih pendek.

Cara penularan AIDS ( Arif, 2000 )antara lain sebagai berikut :

a. Hubungan seksual, dengan risiko penularan 0,1-1% tiap hubungan seksual

b. Melalui darah, yaitu:

1) Transfusi darah yang mengandung HIV, risiko penularan 90-2) Tertusuk jarum yang mengandung HIV, risiko penularan 3) Terpapar mukosa yang mengandung HIV,risiko penularan 4) Transmisi dari ibu ke anak :

a) Selama kehamilan

b) Saat persalinan, risiko penularan 50% c) Melalui air susu ibu(ASI)14%

3. Klasifikasi

Pada tahun 1990, World Health Organization (WHO) mengelompokkan berbagai infeksi dan kondisi AIDS dengan memperkenalkan sistem tahapan untuk pasien yang terinfeksi dengan HIV-1.Sistem ini diperbarui pada bulan September tahun 2005. Kebanyakan kondisi ini adalah infeksi oportunistik yang dengan mudah ditangani pada orang sehat.

a. Stadium I: infeksi HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS

b. Stadium II: termasuk manifestasi membran mukosa kecil dan radang

saluran pernapasan atas yang berulang

c. Stadium III: termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama

(9)

d. Stadium IV: termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus, trakea, bronkus atau paru-paru, dan sarkoma kaposi. Semua penyakit ini adalah indikator AIDS.

Sistem tahapan infeksi HIV AIDS menurut WHO

4. Patofsiologi

Setelah terinfeksi HIV, 50-70% penderita akan mengalami gejala yang disebut sindrom HIV akut. Gejala ini serupa dengan gejala infeksi virus pada umumnya yaitu berupa demam, sakit kepala, sakit tenggorok, mialgia (pegal-pegal di badan), pembesaran kelenjar dan rasa lemah. Pada sebagian orang, infeksi dapat berat disertai kesadaran menurun. Sindrom ini biasanya akan

(10)

menghilang dalam beberapa mingggu. Dalam waktu 3 – 6 bulan kemudian, tes serologi baru akan positif, karena telah terbentuk antibodi. Masa 3 – 6 bulan ini disebut window periode, di mana penderita dapat menularkan namun secara laboratorium hasil tes HIV-nya masih negatif.

Setelah melalui infeksi primer, penderita akan masuk ke dalam masa tanpa gejala. Pada masa ini virus terus berkembang biak secara progresif di kelenjar limfe. Masa ini berlangsung cukup panjang, yaitu 5 10 tahun. Setelah masa ini pasien akan masuk ke fase full blown AIDS. Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T 4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.

Dengan menurunnya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.

Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS

(11)

5. WOC

Virus

HIV Immunocompromis

Menyerang T Limfosit, sel saraf, makrofag, monosit, limfosit B Merusak seluler Flora normal patogen Organ target

Manifestasi oral Respiratori

Invasi kuman patogen Manifestasi saraf Gastrointestinal Lesi mulut Dermatolo gi N u tr is i in a d e ku a t Sensori Penyakit anorekt al Hepatiti s Ensepalopati akut Gangguan penglihatan dan pendengara n Disfungsi biliari Diare Gatal, sepsis, nyeri Infe ksi Kompleks demensia C a ir a n b e rk u ra n g G a n g g u a n m o b ili sa si A kt iv it a s in to le ra n s G a n g g u a n r a sa n y a m a n : n y e ri h ip e rt e rm i C a ir a n b e rk u ra n g N u tr is i in a d e ku a t G a n g g u a n r a sa n y a m a n : n y e ri G a n g g u a n p o la B A B Ti d a k e fe kt f b e rs ih a n j a la n n a p a s Ti d a k e fe kt if p o l n a p a s G a n g g u a n b o d y im a g e a p a s G a n g g u a n s e n so ri HIV- positif ? Reaksi psikologis

(12)

6. Manisfetasi Klinis

Klasifikasi klinis infeksi HIV pada orang dewasa menurut WHO

Stadium Gambaran Klinis Skala Aktivitas

I 1. Asimptomatik

2. Limfadenopati generalisata

Asimptomatik , aktifitas normal II 1. 1. Berat badan menurun < 10 %

2. Kelainan kulit dan mukosa yang ringan seperti , dermatitis seboroik, prurigo, onikomikosis ,ulkus oral yang rekuren ,kheilitis angularis

3. Herpes zoster dalam 5 tahun 4. terakhir

5. Infeksi saluran napas bagian atas seperti ,sinusitis bakterialis

Simptomatik , aktifitas normal

III 1. Berat badan menurun < 10% 2. Diare kronis yang berlangsung 3. lebih dari 1 bulan

4. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan

3. Kandidiasis orofaringeal 4. Oral hairy leukoplakia 5. TB paru dalam tahun terakhir

6. Infeksi bacterial yang berat seperti pneumonia, piomiositis

Pada umumnya lemah , aktivitas ditempat tidur kurang dari 50%

IV 1. HIV wasting syndrome seperti yang didefinisikan oleh CDC

Pada umumnya sangat lemah , aktivitas

(13)

2. Pnemonia Pneumocystis carinii 3. Toksoplasmosis otak

4. Diare kriptosporidiosis lebih dari 1 bulan

5. Kriptokokosis ekstrapulmonal 6. Retinitis virus situmegalo

7. Herpes simpleks mukokutan >1 bulan 8. Leukoensefalopati multifocal progresif 9. Mikosis diseminata seperti

histoplasmosis

10. Kandidiasis di esophagus ,trakea , bronkus , dan paru

11. Mikobakterisosis atipikal diseminata 12. Septisemia salmonelosis non tifoid 13. Tuberkulosis diluar paru

14. Limfoma

15. Sarkoma Kaposi 16. Ensefalopati HIV

ditempat tidur lebih dari 5

7. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium

Tes laboratorium untuk menetapkan diagnosis infeksi HIV dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu tes yang mencari adanya virus tersebut dalam tubuh penderita :

(14)

a) ELISA b) Western blot c) P24 antigen test d) Kultur HIV

2) Tes untuk deteksi gangguan system imun. a) Hematokrit. b) LED c) CD4 limfosit d) Rasio CD4/CD limfosit e) Serum mikroglobulin B2 f) Hemoglobulin b. Diagnostik

Pemeriksaan diagnostic untuk penderita AIDS (Arif Mansjoer, 2000) adalah :

1) Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait dengan AIDS.

2) Telusuri perilaku berisiko yang memmungkinkan penularan.

3) Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan kanker terkait. Jangan lupa perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit, dan funduskopi.

4) Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot total, antibodi HIV, dan pemeriksaan Rontgen.

8. Penatalaksanaan a. Medis

Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya yaitu (Endah Istiqomah : 2009) :

1) Pengendalian Infeksi Opurtunistik

Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi

(15)

penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.

2) Terapi AZT (Azidotimidin)

Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3

3) Terapi Antiviral Baru

Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :

a) Didanosine b) Ribavirin

c) Diedoxycytidine

d) Recombinant CD 4 dapat larut 4) Vaksin dan Rekonstruksi Virus

Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.

b. Non Medis

Melakukan konseling yang bertujuan untuk : 1) Memberikan dukungan mental-psikologis

2) Membantu merekab untuk bisa mengubah perilaku yang tidak berisiko tinggi menjadi perilaku yang tidak berisiko atau kurang berisiko.

3) Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat, sehingga bisa mempertahankan kondisi tubuh yang baik.

4) Membantu mereka untuk menemukan solusi permasalahan yang berkaitan dengan penyakitnya, antara lain bagaimana

(16)

mengutarakan masalah-masalah pribadi dan sensitif kepada keluarga dan orang terdekat.

9. Komplikasi a. Oral Lesi

Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat

b. Neurologik

1) Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social

2) Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial

3) Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis.

4) Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV)

c. Gastrointestinal

1) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.

2) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.

3) Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.

(17)

Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk, nyeri, hipoksia, keletihan,gagal nafas.

e. Dermatologik

Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri, gatal,rasa terbakar, infeksi skunder dan sepsis.

f. Sensorik

1) Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan 2) Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan

pendengaran dengan efek nyeri. B. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Data Demografi Nama klien : Umur : Diagnosa Medik : Tanggal Masuk : Alamat : Suku : Agama : Pekerjaan : Status perkawinan : Status pendidikan : b. Riwayat Penyakit 1) Keluhan Utama

Klien mengeluh demam, merasa capek, mudah lelah, letih, lesu, flu, pusing, dan diare

2) Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat kesehatan menunjukkan terjadinya panas, merasa capek, mudah lelah, letih, lesu, flu, pusing, dan diare

3) Riwayat Penyakit Terdahulu

Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang di alaminya saat ini.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Menurut pengakuan keluarga, dalam keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit yang sedang di derita pasien.

5) Keluhan waktu di data

Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 7 Desember 2011 ditemukan benjolan pada leher.

(18)

1) Aktivitas/istirahat

a) Gejala : mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, progresi kelelaha/malaise. Perubahan pola tidur.

b) Tanda : kelelahan otot, menurunya masa otot. Respon fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung, pernafasan.

2) Sirkulasi

a) Gejala : proses penyembuhan luka yang lambat; perdarahan lama pada cedera.

b) Tanda : takikardia, perubahan TD postural, menurunnya volume nadi perifer, pucat atau sianosis; parpanjangan pengisian kapiler. 3) Integritas ego

a) Gejala : faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan (keluarga, pekerjan, gaya hidup,dll), mengkuatirkan penampilan (menurunyya berat badan,dd), mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya,putus asa, tidak berguna, rasa bersalah, dan depresi.

b) Tanda : mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri.perilaku marah, menangis, kontak mata yang kurang.

4) Eliminasi

a) Gejala : diare yang intermiten, terus menerus, sering atau tanpa disertai kram abdominal. Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi. b) Tanda : feses enter atau tanpa disertai mucus atau darah. Diare pekat yang sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal, perianal. Perubahan dalam jumlah, warna, sdan karakteristik urine.

5) Makanan/cairan

a) Gejala : tidak nafsu makan, perubahan dalam mengenali makanan, mual/muntah. Disfagia, nyeri retrosternal saat menelan. penurunan berat badan yang progresif.

b) Tanda : Penurunan berat badan, dapat menunjukkan adanya bising usus hiperaktif, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, adanya selaput puih dan perubahan warna, edema.

6) Hygiene

a) Gejala :tidak dapat menyelesaikan AKS

b) Tanda :memperlihatkan penampilan yang tidak rapih. Kekurangan dalam banyak atau semua perawatan diri, aktivitas perawatan diri. 7) Neurosensori

(19)

a) Gejala :pusing/pening, sakit kepala. Perubahan status mental, kehilangan ketajaman/ kemampuan diri untukmengawasi masalah, tidak mampu mrngingat/ konsentrasi menurun.kelemahan otot, tremor, dan perubahan ketajaman penglihatan. Kebas, kasemutan pada ekstremiats(kaki menunjukkan perubahan paling awal).

b) Tanda : perubahan status mental, dngan rentang antara kacau mental sampai demensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kasadaran menurun, apatis, retardasi psikomotor/respon lambat. Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis. Timbul reflek tidak normal, menurunnya kekuatan otot, dan gaya berjalan ataksia. remor pada motorik kasar/halus, menurunnya motorik fokalis. Hemoragi retina dan eksudat.

8) Nyeri/kenyamanan

a) Gejala : nyeri umum /local, sakit, rasa terbakar pada kaki. Sakit kepala, nyeri dada pleuritis.

b) Tanda : pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan. Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan/pincang, gerak otot melindungi yang sakit.

9) Pernapasan

a) Gejala : ISK sering, menetap. Napas pendek yang progresif. Batuk (mulai dari sedang sampai parah), produktif/non-produktif sputum. Bendungan atau sesak pada dada.

b) Tanda : takipneu, disters pernapasan. Perubahan bunyi npas/bunyi napas adventius. Sputum :kuning

10) Keamanan

a. Gejala : riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat penyembuhannya. Riwayat menjalani tranfusi darah yang sering atau berulang. Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut. Demam berulang: suhu rendah, peningkatan suhu intermitetn/memuncak; berkeringat malam.

b. Tanda : perubahan integritas kulit : terpotong, ram, mis. Eczema, eksantem, psoriasis, perubahan warna, perubahan ukuran/ mola warna mla,; mudah terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan

(20)

sebabnya. Rectum, luka-luka perianal/abses,.timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar linfe pada dua area tubuh/lebih (leher, ketiak, paha).menurunnya kekebalan imim, tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan.

11) Seksualitas

a) Gejala : riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual deang pasangan yang positif HIV, pasangan seksual mltipel, aktivitas seksual yang tidak terlindung, dan seks anal. Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan seks.penggunaan kondom yang tidak konsisten. Menggunakan pil pencegah kehamilan.

b) Tanda : kehamilan atau resiko terhadap hamil. Genetalia : manifestasi kulit(mis. Kutil, herpes)

12) Interaksi social

a) Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,mis. Kehilangan karabat/orang terdekat, teman, pendukung.rasa takut untuk mengungkapkannya pada orang lain, takut akan penolakan/kehilangan pendapatan. Isolasi, keseian, teman dekat ataupun pasangan yang meninggal karena AIDS. Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana. b) Tanda : perubahan oada interaksi keluarga/ orang terdekat.aktivitas

yang tak terorganisasi. 13) Penyuluhan/pembelajaran

a) Gejala :kegagalan untuk mengikuti perwatan, melanjutkan perilaku beresiko tinggi(seksual/penggunaan obat-obatan IV). Penggunaan/ penyalahgunaan obat-obatan IV, sast ini merokok, penyalahgunaan alcohol.

b) Pertinbangan rencana pemulangan: memerlukan bantuan keuangan, obat-obatan/tindakan, perawatan kulit/luka, peralatan/bahan, transpotasi, belanja makanan dan persiapan ; perawatan diri, prosedur perawatan teknis,dll.

2. Dianosa Keperawatan

a. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang beresiko.

(21)

b. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.

c. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan.

d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.

e. Diare berhubungan dengan infeksi GI

f. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang dicintai.

(22)

3. Intervensi dan Rasional

No Diagnosa

Keperawatan

Perencanaan Keperawatan

Tujuan dan criteria hasil Intervensi Rasional

1 Resiko tinggi

infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola

hidup yang

beresiko.

Pasien akan bebas infeksi

oportunistik dan

komplikasinya dengan kriteria tak ada tanda-tanda infeksi baru, lab tidak ada infeksi oportunis, tanda vital dalam batas normal, tidak ada luka atau eksudat.

1. Monitor tanda-tanda infeksi baru. 2. gunakan teknik aseptik pada setiap

tindakan invasif. Cuci tangan sebelum meberikan tindakan.

3. Anjurkan pasien metoda mencegah terpapar terhadap lingkungan yang patogen.

4. Kumpulkan spesimen untuk tes lab sesuai order.

5. Atur pemberian antiinfeksi sesuai order

1. Untuk pengobatan dini

2. Mencegah pasien terpapar oleh kuman patogen yang diperoleh di rumah sakit. 3. Mencegah bertambahnya infeksi

4. Meyakinkan diagnosis akurat dan pengobatan

5. Mempertahankan kadar darah yang terapeutik

2 Resiko tinggi

infeksi (kontak pasien)

berhubungan

Infeksi HIV tidak ditransmisikan, tim kesehatan memperhatikan universal precautions

1. Anjurkan pasien atau orang penting lainnya metode mencegah transmisi HIV dan kuman patogen lainnya. 2. Gunakan darah dan cairan tubuh

1. Pasien dan keluarga mau dan memerlukan informasikan ini

(23)

dengan infeksi HIV, adanya infeksi nonopportunisitik

yang dapat

ditransmisikan.

dengan kriteriaa kontak pasien dan tim kesehatan tidak terpapar HIV, tidak terinfeksi patogen lain seperti TBC.

precaution bial merawat pasien. Gunakan masker bila perlu.

orang lain 3 Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan.

Pasien berpartisipasi dalam kegiatan, dengan kriteria bebas dyspnea dan takikardi selama aktivitas.

1. Monitor respon fisiologis terhadap aktivitas

2. Berikan bantuan perawatan yang pasien sendiri tidak mampu

3. Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak mengganggu isitirahat.

1. Respon bervariasi dari hari ke hari 2. Mengurangi kebutuhan energy

3. Ekstra istirahat perlu jika karena meningkatkan kebutuhan metabolik

4 Perubahan nutrisi

kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang,

Pasien mempunyai intake kalori dan protein yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya dengan kriteria mual dan muntah dikontrol, pasien

1. Monitor kemampuan mengunyah dan menelan.

2. Monitor BB, intake dan ouput 3. Atur antiemetik sesuai order

4. Rencanakan diet dengan pasien dan orang penting lainnya.

1. Intake menurun dihubungkan dengan nyeri tenggorokan dan mulut

2. Menentukan data dasar 3. Mengurangi muntah

4. Meyakinkan bahwa makanan sesuai dengan keinginan pasien

(24)

meningkatnya kebutuhan

metabolic, dan menurunnya

absorbsi zat gizi.

makan TKTP, serum albumin dan protein dalam batas n ormal, BB mendekati seperti sebelum sakit.

5 Diare berhubungan dengan infeksi GI

Pasien merasa nyaman dan mengnontrol diare, komplikasi minimal dengan kriteria perut lunak, tidak tegang, feses lunak dan warna normal, kram perut hilang,

1. Kaji konsistensi dan frekuensi feses dan adanya darah.

2. Auskultasi bunyi usus

3. Atur agen antimotilitas dan psilium (Metamucil) sesuai order

4. Berikan ointment A dan D, vaselin atau zinc oside

1. Mendeteksi adanya darah dalam feses 2. Hipermotiliti mumnya dengan diare 3. Mengurangi motilitas usus, yang pelan,

emperburuk perforasi pada intestinal 4. Untuk menghilangkan distensi

6 Tidak efektif

koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang dicintai.

Keluarga atau orang

penting lain

mempertahankan suport sistem dan adaptasi terhadap perubahan akan kebutuhannya dengan kriteria pasien dan keluarga

1. Kaji koping keluarga terhadap sakit pasein dan perawatannya

2. Biarkan keluarga mengungkapkana perasaan secara verbal

3. Ajarkan kepada keluaraga tentang penyakit dan transmisinya.

1. Memulai suatu hubungan dalam bekerja secara konstruktif dengan keluarga.

2. Mereka tak menyadari bahwa mereka berbicara secara bebas

3. Menghilangkan kecemasan tentang transmisi melalui kontak sederhana.

(25)

berinteraksi dengan cara yang konstruktif

(26)

BAB. III TINJAUAN KASUS

Tn Y disangkal mempunyai riwayat hepatitis.Tn Y saat mudanya (>10 tahun yang lalu) sering ke diskotik dengan teman-teman ceweknya diluar pengawalan orang tua karena kedua orang tuanya berada di Belgia. Tn Y mudah lelah sehingga menjadi malas untuk mengerjakan sesuatu. Sering mengalami diare yang tidak diketahui penyebabnya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan sel-T CD4+ adalah 100 sel/mm3. Diberikan vitamin dan surat pengantar untuk periksa darah dan urin

dari dokter. Selang seminggu kemudian, pasien datang lagi membawa hasil pemeriksaan. Setelah di analisa oleh dokter bedasarkan hasil pemeriksaan Tn Y di diagnosa mengidap penyakit HIV.

A. Pengkajian

1. Data Demografi

Nama klien : Tn Y Umur : 38 th

Diagnosa Medik : HIV - AIDS Tanggal Masuk : 7 November 2014

Alamat : Jl Delima No. 05 Panam. Pekanbaru Suku : Batak

Agama : Islam Pekerjaan : Guru Status perkawinan : Duda

Status pendidikan : Sarjana Pendidikan 2. Riwayat Penyakit

a. Keluhan Utama

Klien mengeluh demam, merasa capek, mudah lelah, letih, lesu, flu, pusing, dan diare. Pasien mengalami berat badan menurun derastis dari 60 kg menjadi 54 kg

b. Riwayat Penyakit Terdahulu

Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang di alaminya saat ini.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Menurut pengakuan keluarga, dalam keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit yang sedang di derita pasien.

(27)

Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 7 November 2014 ditemukan benjolan pada leher.

3. Pemeriksaan fisik a. Aktivitas/istirahat

1) Gejala : mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, progresi kelelaha/malaise. Perubahan pola tidur.

2) Tanda : kelelahan otot, menurunya masa otot. Respon fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung, pernafasan.

b. Integritas ego

1) Gejala : faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan (keluarga, pekerjan, gaya hidup,dll), mengkuatirkan penampilan (menurunyya berat badan,dd), mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya,putus asa, tidak berguna, rasa bersalah, dan depresi.

2) Tanda : mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri.perilaku marah, menangis, kontak mata yang kurang.

c. Eliminasi

1) Gejala : diare yang intermiten, terus menerus, sering atau tanpa disertai kram abdominal. Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi. 2) Tanda : feses enter atau tanpa disertai mucus atau darah. Diare pekat

yang sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal, perianal. Perubahan dalam jumlah, warna, sdan karakteristik urine.

d. Makanan/cairan

1) Gejala : tidak nafsu makan, perubahan dalam mengenali makanan, mual/muntah. Disfagia, nyeri retrosternal saat menelan. penurunan berat badan yang progresif.

2) Tanda : Penurunan berat badan, dapat menunjukkan adanya bising usus hiperaktif, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, adanya selaput puih dan perubahan warna, edema.

e. Hygiene

1) Tanda :memperlihatkan penampilan yang tidak rapih. Kekurangan dalam banyak atau semua perawatan diri, aktivitas perawatan diri. f. Neurosensori

1) Gejala : pusing/pening, sakit kepala. Perubahan status mental, kehilangan ketajaman/ kemampuan diri untukmengawasi masalah, tidak mampu mrngingat/ konsentrasi menurun.kelemahan otot,

(28)

tremor, dan perubahan ketajaman penglihatan. Kebas, kasemutan pada ekstremiats(kaki menunjukkan perubahan paling awal).

2) Tanda : perubahan status mental, dngan rentang antara kacau mental sampai demensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kasadaran menurun, apatis, retardasi psikomotor/respon lambat. Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis. Timbul reflek tidak normal, menurunnya kekuatan otot, dan gaya berjalan ataksia.tremor pada motorik kasar/halus, menurunnya motorik fokalis. Hemoragi retina dan eksudat.

g. Nyeri/kenyamanan

1) Gejala : nyeri umum /local, sakit, rasa terbakar pada kaki. Sakit kepala, nyeri dada pleuritis.

2) Tanda : pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan. Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan/pincang, gerak otot melindungi yang sakit.

h. Pernapasan

1) Gejala : ISK sering, menetap. Napas pendek yang progresif. Batuk (mulai dari sedang sampai parah), produktif/non-produktif sputum. Bendungan atau sesak pada dada.

2) Tanda : Tacipneu, disters pernapasan. Perubahan bunyi npas/bunyi napas adventius. Sputum :kuning

i. Interaksi social

1) Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,mis. Kehilangan karabat/orang terdekat, teman, pendukung.rasa takut untuk mengungkapkannya pada orang lain, takut akan penolakan/kehilangan pendapatan. Isolasi, keseian, teman dekat ataupun pasangan yang meninggal karena AIDS. Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana. 2) Tanda : perubahan oada interaksi keluarga/ orang terdekat.aktivitas

yang tak terorganisasi. 4. Hasil Lab

a. Jumlah limfosit CD4 100 yang normal berkisar antara 500 dan 1.600. b. LISA ( +)

(29)

B. Analisa data

No Sumber Data Etiologi Masalah

Keperawatan

1 Objektif :

 Pasien mengatakan diare  Pasien mengatakan demam  Pasien mengatakan capek  Pasien mengatakan mudah

lelah

 Pasien mengatakan letih  Pasien mengatakan lesu

 pasien mengatakan

berkeringat malam hari

Subjektif :  TTV : TD : 130/80 N : 80x/menit S : 39 C RR : 26x/menit  Pasien tampak lesu  Pasien tampak tidak segar  Pasien mengalami berat badan

menurun derastis dari 60 kg menjadi 54 kg

 Pasien tampak sering BAB / diare

 Pasien terlihat perubahan pada tekanan darah

 pasien terlihat pucat  pasien terlihat sianosis  n pasien mengalami diare  pasien mengalami perubahan

jumlah dan warna urin

Virus HIV

Merusak seluler

Menyerang T Limfosit, sel saraf, makrofag, monosit,

limfosit B

Immunocompromise

Invasi kuman pathogen

Organ target

Gastrointestinal

Diare

Cairan berkurang

Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan

(30)

 pasien anoreksia

 turgor kulit pasien terlihat buruk

2 Subjektif : :

 Pasien mengatakan capek  Pasien mengatakan mudah

lelah

 Pasien mengatakan letih  Pasien mengatakan lesu  Pasien tidak nafsu makan

Objektif

 Pasien tampak lesu  Pasien tampak tidak segar  Pasien mengalami berat badan

menurun derastis dari 60 kg menjadi 54 kg

 Porsi makan klien tidak habis  Pasien mengalami kelemahan

otot

 Pasien terlihat pucat  Pasien terlihat sianosis  Pasien anoreksia

Virus HIV

Merusak seluler

Menyerang T Limfosit, sel saraf, makrofag, monosit,

limfosit B

Immunocompromise

Invasi kuman pathogen

Organ target

Gastrointestinal

anoreksia

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3 Subjektif :

 Pasien mengatakan mudah sakit-sakitan

 Pasien mengatakan demam  Pasien mengatakan gampang

terserang flu

 Pasien mengatakan pusing  Pasien mengatakan pusing,

sakit kepala

 Pasien mengatakan rasa terbakar pada kaki

 Pasien mengatakan nyeri dada pleuritis

 Pasien mengatakan

berkeringat malam hari

Objektif :

 TTV :

Virus HIV

Merusak seluler

Menyerang T Limfosit, sel saraf, makrofag, monosit,

limfosit B

Immunocompromise

Invasi kuman pathogen

Organ target

(31)

TD: 130/80 N: 80x/menit S: 39 C

RR : 26x/menit

 Pasien teraba benjolan di daerah leher

 Hasil pemeriksaan fisik didapatkan sel-T CD4+ = 100 sel/ mm3

 Pasien mengalami Takikardia  Pasien mengalami nyeri

panggul

 Pasien mengalami nyeri abdomen

Infeksi

C. Diagnosa

1. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b.d output yang berlebihan

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat

(32)

D. Intervensi Dan Evaluasi

No Diagnosa

Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1 Resiko tinggi

terhadap kekurangan volume cairan b.d

output yang

berlebihan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan :

 Diare (-)  Demam (-)

 Pasien tidak mudah lelah  TTV :

TD: 120/80 N: 80x/menit S: 37 C

RR : 20x/menit

 berat badan pasien naik dari 54 kg menjadi 54+ kg

 BAB / diare (-)

 pasien tidak terlihat pucat  sianosis (-)

 pasien tidak pingsan

 umlah dan warna urin normal  anoreksia (-)

 Turgor kulit baik / lembab

Mandiri :

1. Pantau TTV, termasuk CVP bila terpasang. Catat hipertensi, termasuk perubahan postural.

2. Catat peningkatan suhu dan durasi demam. Berikan kompres hangat sesuai indikasi. Pertahankan pakaian tetap kering. Pertahankan kenyamanan suhu lingkungan.

3. Kaji turgor kulit, membrane mukosa, dan rasa haus.

4. Pantau pemasukan oral dan memasukka cairan sedikitnya 2500 ml/hari.

1. Indicator dari volume cairan sirkulasi

2. Meningkatkan kebutuhan metabolism dan diaphoresis yang berlebihan yang dihubungkan dengan demam dalam meningkatkan cairan tak kasat mata

3. Indicator tidak langsung dari status cairan.

4. Mempertahankan keseimbangan cairan, mengurangi rasa haus, dan melembabkan membrane mukosa.

1. Mungkin diperlukan untuk mendukung / memperbesar volume sirkulasi, terutama jika pemasukan oral tak

(33)

Kolaborasi :

1. Berikan cairan / elektrolit melalui selang pemberi makanan / IV

2. Pantau hasil pem. LAB sesuai indikasi, mis.. : HB/HT

3. Antipiretik, mis.. : asetaminofen

adekuat, mual/muntah terus menerus. 2. Bermanfaat dalam memperkirakan

kebutuhan cairan

3. Membantu mengurangi demam dan respons hiper metabolism, menurunkan kehilangan cairan tak kasat mata.

2 Perubahan nutrisi

kurang dari

kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharpkan :

 Pasien tidak mudah lelah  Pasien tidak letih

 Pasien tidak lesu

 Nafsu makan bertambah, porsi makan habis

 Pasien dapat menverna makanan dengan baik

 Berat badan naik dari 54 kg menjadi 54+ kg

 pasien tidak terlihat pucat  pasien tidak sianosis  pasien tidak anoreksia

Mandiri :

1. Kaji kemampuan untuk mengunyah, merasakan, dan menelan.

2. Timbang berat badan sesuai kebutuhan. Evaluasi berat badan dalam hal adanya berat badan yang tidak sesuai. Gunakan serangkaian pengukuran berat badan dan antropometrik.

3. Dorong aktivitas fisik sebanyak mungkin 4. Catat pemasukan kalori

1. Lesi mulut, tenggorok, dan esophagus dapat menyebabkan disfagia, penurunan kemampuan pasien untuk mengolah makanan dan mengurangi keinginan untuk makan.

2. Indicator kebutuhan nutrisi / pemasukan yang adekuat. Catatan : karena adanya penekanan system imun, maka beberapa tes darah yang umumnya digunakan untuk menguji status nutrisi menjadi tidak berguna. 3. Dapat meningkatkan nafsu makan dan

(34)

Kolaborasi :

1. Pertahankan status puasa jika di indikasikan

2. Suplemen vitamin.

4. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap suplemen atau alternative metode pemberian makanan

1. Mungkin diperlukan untuk menurunkan muntah

2. Kekurangan vitamin terjadi akibat penurunan pemasukan makanan dan/atau kegagalan mengunyah dan absorpsi dalam system gi

3 Infeksi b.d adanya virus HIV-AIDS

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan :

 Demam (-)  Pusing (-)

 rasa terbakar pada kaki hilang  nyeri dada pleuritis (-)  TTV

TD: 120/80 N: 80x/menit S: 37 C

RR : 20x/menit

 benjolan di daerah leher (-)

Mandiri :

1. Monitor tanda-tanda infeksi baru.

2. Gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan invasif. Cuci tangan sebelum meberikan tindakan.

2. Berikan lingkungan yang bersih dan berventilasi baik. Periksa pengunjung / staf terhadap tanda infeksi dan pertahankan kewaspadaan sesuai indikasi

1. Untuk pengobatan dini mencegah pasien terpapar oleh kuman patogen yang diperoleh di rumah sakit.

2. Mencegah bertambahnya infeksi

(35)

 Lesi (-)  Kejang (-)  Dipsnea (-)  nyeri panggul (-)  nyeri abdomen (-)  tremor (-) Kolaborasi :

1. Periksa kultur / sensitivitas lesi, darah, urine dan sputum

2. Berikan antibiotic antijamur / agen antimikroba, missal : trimetroprim (bactrim, septra), nistatin (mycostatin), ketokonazol, pentamidin atau AZT/retrovir

1. Dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab demam, diagnose infeksi organism, atau untuk menentukan metode perawatan yang sesuai

2. Menghambat proses infeksi. Obat-obatan lainnya ditargetkan untuk meningkatkan fungsi imun. Meskipun tidak ada obat yang tepat, zat seperti AZT ditujukan untuk

menghalangi enzim yang

memungkinkan virus memasuki material genetis sel T4 sehingga dapat memperlambat perkembangan penyakit

E. Implementasi Dan Evaluasi

No Tanggal NoDx Implementasi Evaluasi (SOAP) TanganTanda

1 7 November

2014 1

1. Memantau TTV, termasuk CVP bila terpasang. mencatat hipertensi, termasuk perubahan postural.

S :

 Pasien mengatakan sudah tidak diare lagi.  Pasien mengatakan sudah tidak demam

(36)

Hasil : indicator dari volume cairan sirkulasi normal

2. Mencatat peningkatan suhu dan durasi demam. memberikan kompres hangat sesuai indikasi. mempertahankan pakaian tetap kering. mempertahankan kenyamanan suhu lingkungan. Hasil : meningkatkan kebutuhan metabolisme

3. Mengkaji turgor kulit, membrane mukosa, dan rasa haus.

Hasil : turgor kulit dan membrane mukosa baik / lembab

3. Memantau pemasukan oral dan memasukka cairan sedikitnya 2500 ml/hari.

Hasil : mempertahankan keseimbangan cairan, mengurangi rasa haus, dan melembabkan membrane mukosa.

4. Memberikan cairan / elektrolit melalui selang pemberi makanan / IV

 Pasien mengatakan sudah tidak tidak mudah lelah

O :

 Diare (-)  Demam (-)

 Pasien tidak mudah lelah

 Pasien tidak berkeringat malam hari TTV :

TD : 120/80 N : 80x/menit S : 37 C RR : 20x/menit

 berat badan pasien naik dari 54 kg menjadi 54.5 kg

 BAB /diare (-)

 pasien tidak terlihat pucat  sianosis (-)

 pasien tidak pingsan

 umlah dan warna urin normal  anoreksia (-)

 Turgor kulit baik / lembab

A : masalah kekurangan volume cairan tubuh sudah

(37)

hasil : memperbesar volume sirkulasi, pasien tidak anoreksia

5. Memantau hasil pem. LAB sesuai indikasi, mis.. : HB/HT

hasil : kebutuhan cairan adekuat

6. Memberikan Antipiretik, mis.. : asetaminofen hasil : membantu mengurangi demam dan respons hiper metabolism, menurunkan kehilangan cairan tak kasat mata

P : intervensi dihentikan

2 8 November

2014 2

1. Mengkaji kemampuan untuk mengunyah, merasakan, dan menelan.

Hasil : pasien dapat mengunyah dan mencerna makanan dengan baik, dan dapat menelan

2. Menimbang berat badan sesuai kebutuhan. Evaluasi berat badan dalam hal adanya berat badan yang tidak sesuai. Gunakan serangkaian pengukuran berat badan dan antropometrik.

S :

 Pasien tidak mengeluh lemah lagi

O :

 Pasien tidak mudah lelah  Pasien tidak letih

 Pasien tidak lesu

 Nafsu makan bertambah, porsi makan habis  Pasien dapat menverna makanan dengan baik  Berat badan naik dari 54 kg menjadi 54.5 kg  pasien tidak terlihat pucat

(38)

Hasil : berat badan kembali normal, kenaikan berat badan dari 54 kg menjadi 54.5 kg

3. Mendorong aktivitas fisik sebanyak fisik mungkin

Hasil : nafsu makan meningkat, dan pasien menjadi lebih sehat

4. Mencatat pemasukan kalori

Hasil : kebutuhan kalori untuk tubuh terpenuhi

5. Mempertahankan status puasa jika di indikasikan Hasil : muntah berkurang

6. Memberikan suplemen vitamin.

Hasil : kebutuhan vitamin untuk tubuh terpenuhi

 pasien tidak sianosis  pasien tidak anoreksia

A : masalah perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh sudah teratasi sebagian.

P : Lanjutkan intervensi No 2 mandiri dan 2

kolaborasi

3 9 November 2014

3 1. Memonitor tanda-tanda infeksi baru.

Hasil : pasien tidak terpapar oleh infeksi kuman pathogen di RS

2. Menggunakan teknik actrim pada setiap tindakan actrim. Cuci tangan sebelum meberikan tindakan. Hasil : tidak terjadi infeksi

S : Pasien mengatakan sudah tidak demam lagi. O :

 Demam (-)  Pusing (-)

 Rasa terbakar pada kaki hilang  Nyeri dada pleuritis (-)

(39)

3. Memberikan lingkungan yang bersih dan berventilasi baik. Periksa pengunjung / staf terhadap tanda infeksi dan pertahankan kewaspadaan sesuai indikasi

Hasil : tidak terjadi penambahan infeksi yg lebih parah

4. Memeriksa kultur / sensitivitas lesi, darah, urine dan sputum

Hasil : mengurangi demam dan tidak terjadi pertumbuhan kuman pathogen penyebab infeksi

5. Memberikan antibiotic antijamur / agen antimikroba, missal : trimetroprim (actrim, septra), nistatin (mycostatin), ketokonazol, pentamidin atau AZT/retrovir

Hasil : meningkatkan fungsi imun dan tidak terjadi infeksi TTV : TD: 120/80 N: 80x/menit S: 370 C RR : 20x/menit

 benjolan di daerah leher (-)  Lesi (-)  Kejang (-)  Dipsnea (-)  nyeri panggul (-)  nyeri abdomen (-)  tremor (-)

A : masalah infeksi sudah teratasi P : intervensi dihentikan

(40)

BAB IV PEMBAHASAN A. Pengkajian

Dalam penyelesaian kasus, kelompok memecahkan kasus berdasarkan terori dan askep yang ada di bab II dan bab III. Tingkat kesenjangannya sangat baik.

B. Diagnosa keperawatan

Dalam diagnosa keperawatan di kasus sesuai dengan diagnosa teori yang ada di bab III. Tingkat kesenjangan sangat baik.

C. Intervensi

Intervensi dalam kasus sesuai dengan teori yang ada di bab III. Tingkat kesenjangannyapun sangat baik. Dalam melakukan intervensi kelompok menjadikan teori sebagai landasan dalam pemecahan kasus.

D. Implementasi

Implementasi dalam kasus ini sesuai dengan intervensi yang direncanakan. Hasil yang diharapkan dalam implementasi akan terjawab di evaluasi.

E. Evaluasi

Evaluasi dalam kasus sesuai dengan harapan kelompok pada saat melakukan intervensi.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

(41)

Setelah terinfeksi HIV, 50-70% penderita akan mengalami gejala yang disebut sindrom HIV akut. Gejala ini serupa dengan gejala infeksi virus pada umumnya yaitu berupa demam, sakit kepala, sakit tenggorok, mialgia (pegal-pegal di badan), pembesaran kelenjar dan rasa lemah. Pada sebagian orang, infeksi dapat berat disertai kesadaran menurun. Sindrom ini biasanya akan menghilang dalam beberapa mingggu. Dalam penyususnan kasus harus dipertimbangkan dengan kesenjangan teori.

B. Saran

1. Bagi Mahasiswa

Dalam penyusunan makalah dan pemecahan kasus kelompok sudah berusaha semaksimal mungkin. Namun jika ada saran yang bersifat perbaikan kelompok sangat senang menerima masukan tersebut.

2. Bagi Intitusi Pendidikan

Dalam penyusunan makalah kelompok melakukan konsultasi dengan pihak Bapak / Ibu dosen yang bersangkutan. Saran yang Bapak / Ibu dosen berikan sangat membantu untuk perbaikan makalah dan pemecahan kasus.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Sudarth ed. 8. Jakarta: ECG.

(42)

Price , Sylvia A dan Lorraine M.Wilson . 2005 . Patofissiologis Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit . Jakarta : EGC

Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S. Jakarta: ECG

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Sebagai musisi yang inovatif dan produktif ia langsung menelurkan karya yang terbalut dalam album perdana bertajuk ‘Mata Ketiga’ (2005) yang menggambarkan pengenalan

Carilah deret Maclaurin untuk f ( x ) dalam soal di bawah ini dengan menggunakan deret yang telah

Iman Kurnia, Konsultan Senior Sekolah Alam, Intruktur Talents Mapping.. Muhammad Ferous, Konsultan Senior Sekolah Alam &amp; Intruktur Talents Mapping

Hasil perhitungan diameter teoritik dan diameter nominal yang dipilih untuk alternatif 1 terdapat pada Tabel 3... Namun, hasil menunjukkan bahwa akan terjadi

Sehubungan dengan proses Prakualifikasi yang akan dilakukan, Penyedia Barang/Jasa diminta mempersiapkan dan menyampaikan dokumen-dokumen kualifikasi yang dipersyaratkan

Panduan Pendaftaran ini disusun sebagai panduan bagi calon mahasiswa yang berminat untuk mengikuti Pendidikan Pascasarjana di Universitas Pendidikan Indonesia melalui Program

Di Indonesia, Instagram menjadi salah satu media sosial paling populer yang digunakan untuk keperluan pemasaran dengan jumlah pengguna mencapai 63 juta jiwa. Jumlah ini menempatkan

Model matematik epidemi penyakit rebah semai pada tanaman kedelai pada setiap perlakuan inokulasi actinomycetes dan VAM dan musim tanam (musim hujan dan musim kemarau)