• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada Bab IV penulis akan menganalisa data dan informasi yang telah dikumpulkan, yaitu bagaimana Pelaksanaan Prosedur Penyitaan Barang Bergerak dan Tidak Bergerak, serta Mengapa Timbul Hutang Pajak tersebut.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Penulis menarik kesimpulan dari uraian yang ada dan memberikan saran yang dapat dijadikan masukan bagi Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat dalam menghadapi permasalahan yang menyangkut pelaksanaan penyitaan barang-barang wajib pajak akibat dari utang pajak.

LAMPIRAN

BAB II

GAMBARAN UMUM

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT

2.1.Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak Pratama masih disebut Kantor Inspeksi Pajak (Karikpa). Pada saat itu masih ada dua Kantor Inspeksi Pajak yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 276/KMK/01/1989 tanggal 25 maret 1989 tentang Organisasi dan Tata Usaha Direktorat Jendral Pajak, maka Kantor Inspeksi Pajak diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak sehingga sejak april 1989 Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara diganti namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Utara.

Kemudian pada tanggal 29 maret 1994 dikeluarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 94/KMK/1994. Terhitung sejak tanggal 1 april 1994, Kantor Pelayanan Pajak di Medan dipecah Menjadi 4 Kantor Pelayanan Pajak yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat yang beralamat di jalan Sukamulia no. 17-A Medan

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur di jalan Diponegoro no. 30 Medan 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara di jalan Asrama no. 7 Medan 4. Kantor Pelayanan Pajak Binjai di jalan Asrama no. 7 Medan

Kemudian sesuai dengan surat Keputusan Menteri Keuangan No. 443/KMK/01/2001 tanggal 23 juli 2001 Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat dipecah menjadi dua yaitu Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Barat dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Polonia, yang berlaku sejak tanggal 25 januari 2002.

Mulai 1 juni 2006, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Barat berpindah alamat ke jalan Asrama no. 7-A Medan. Kemudian sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 123/PKM/01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertical Direktorat Jendral Pajak (DJP) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 67/PMK.C1/2008, tanggal 27 mei 2008 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Barat diubah menjadi Pratama dan dipecah menjadi dua yaitu Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah. KPP Pratama Medan Barat merupakan Wilayah Direktorat Jendral Pajak (DJP) Sumatera Utara I.

Dan wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah Kecamatan Medan Barat yang terdiri dari 6 kelurahan, yaitu :

1. Kelurahan Glugur Kota 2. Kelurahan Kesawan

3. Keluraha Pulo Brayan Kota 4. Kelurahan Karang Berombak 5. Kelurahan Sei Agul

Tabel B.1. Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat Waskon I Glugur Kota

Waskon II Kesawan

Waskon III Pulo Brayan Kota Karang Berombak Waskon IV Sei Agul

Silalas

2.2.Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

Adapun Visi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah menjadi pengelola keuangan dan kekayaan negara bertaraf internasional yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat, serta instrumental bagi proses transformasi bangsa menuju masyarakat adil, makmur dan berperadaban tinggi.

Dan misi dari kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah

2.2.1.Di Bidang Fiskal

Mengembangkan kebijakan fiskal yang sehat dan berkelanjutan serta mengelola kekayaan dan utang negara secara hati - hati (prudent), bertanggung jawab dan trasparan.

2.2.2.Di Bidang Ekonomi

Mengatasi masalah-masalah ekonomi serta proaktif senantiasa mengambil peran strategis dalam upaya membangun ekonomi bangsa yang mampu mengantarkan bangsa Indonesia menuju masyarakat yang dicita-citakan konstitusi.

2.2.3.Di Bidang Politik

Mendorong proses demokrasi fiskal dan ekonomi.

2.2.4.Di Bidang Sosial dan Budaya

Mengembangkan masyarakat finansial yang berbudaya dan modern.

2.2.5.Di Bidang Kelembagaan

Memeperbaharui diri (self reinventing) sesuai dengan aspirasi masyarakat dan perkembangan mutakhir teknologi keuangan serta administrasi publik, serta pembenahan pembangunan kelembagaan dibidang keuangan yang baik dan kuat yang akan memberikan dukungan dan pedoman pelaksana yang rasional dan adil, dengan didukung oleh pelaksana yang potensial dan mempunyai integritas yang tinggi.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawas Wajib Pajak dibidang Pajak Pengahasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Tidak Langsung Lainnya dalam wailayah wewenang berdasarkan peraturan perundang - undangan yang berlaku.

Beberapa tugas dan fungsi organisasi pelaksana Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat dalah sebagai berikut:

1. Penetapan dan Penerbitan produk hukum perpajakan.

2. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya.

5. Pelaksanaan ekstensifikasi.

6. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak. 7. Pelaksanaan pemeriksaan pajak.

8. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak. 9. Pelaksanaan konsultasi perpajakan.

10. Pelaksanaan intensifikasi. 11. Pembetulan ketetapan pajak. 12. Pelaksanaan administrasi Kantor.

2.3 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat.

Struktur organisasi adalah suatu rangkaian yang mewujudkan pola tetap dari hubungan -hubungan diantara bidang kerja, namun orang mewujudkan kedudukan, wewenang dan tanggung jawab dalam sistem kerjasama.

Struktur organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat adalah struktur organisasi lini dan staf, yang dipimpin oleh seseorang Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utara, dan seluruh pegawai tetapnya adalah Pegawai Negeri Sipil dibawah naungan Departemen Keuangan Negara Republik Indonesia.

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat dikepalai oleh seorang Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang terdiri atas Sub Bagian Umum dan beberapa seksi yang dipimpin oleh masing-masing seorang kepala seksi.

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat terdiri dari 11 (sebelas) seksi, diantaranya Sub Bagian Umum dan kelompok Jabatan Fungsional. Adapun bidang-bidang atau struktur organisasi yang ada di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat antara lain sebagai berikut:

2.3.1.Kepala Kantor; 2.3.2.Sub Bagian Umum; 2.3.3.Seksi Pelayanan;

2.3.6.Seksi Pelayanan Data dan Informasi (PDI); 2.3.7.Seksi Pemeriksaan;

2.3.8.Seksi Penagihan;

2.3.9.Kelompok Jabatan Fungsional.

2.4.Deskripsi dan Aktifitas Kerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat

Tugas dan fungsi masing-masing akan diuraikan dalam setiap seksi, dimana Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan kegiatan operasional pelayanan perpajakan di bidang pajak penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Pertambahan Nilai Atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Tidak Langsung lainnya dalam daerah wewenangnya, berdasarkan kebijaksanaan teknis yang ditetapkan oleh Direktorat Jendral Pajak.

Beberapa tugas dan fungsi organisasi pelaksanaan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat :

1. Pengumpulan dan pengolahan data, penggalian potensi pajak serta ekstensifikasi Wajib Pajak.

2. Penatausahaan dan pengecekan data Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan serta berkas Wajib Pajak.

3. Penatausahaan dan Pengecekan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa serta pemantauan dan penyusunan masa PPh, PPN, PPnBM dan Pajak Tidak

4. Penatausahaan, penerimaan, penagihan, penyelesaian, keberatan dan restitusi PPh,PPN, PPnBM dan Pajak Tidak Langsung lainnya.

5. Verifikasi dan penerapan sanksi perpajakan

6. Pengurusan penerbitan Surat ketetapan Pajak (SKP) 7. Penyuluhan dan pelayanan perpajakan

8. Pengurusan tata usaha dan rumah tangga Kantor Pelayanan Pajak

Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan funsi sesuai Keputusan Menteri Keuangan Nomor 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994, maka pembagian tugas dan wewenang masing - masing seksi dalam struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah :

2.4.1.Kepala Kantor

Kantor Pelayanan Pajak Pratama merupakan penggabungan dari KPP,KPPBB dan karikpa maka Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama mempunyai tugas mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, pengawasan Wajib Pajak di bidang PPh, PPN, PPnBM, Pajak Tidak Langsung lainnya. Dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.4.2.Sub Bagian Umum

Mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, dan perlengkapan rumah tangga.

2.4.3.Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

penerimaan perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling serta penyampaian laporan kinerja.

2.4.4.Seksi Pelayanan

Mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi perpajakan Wajib Pajak, serta melakukan kerjasama perpajakan.

2.4.5.Seksi Penagihan

Mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan angsuran dan tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen - dokumen penagihan.

2.4.6.Seksi Pemeriksaan

Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta pemeriksaan administrasi perpajakan lainnya.

2.4.7.Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

Mempunyai tugas melakukan tugas pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek pajak dan subjek pajak, pembentukan dan pemuktakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.

2.4.8.Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Masing - masing mempunyai tugas pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak, melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak, danmelakukan evaluasi hasil banding.

2.4.9.Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang - undangan yang berlaku:

a. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahlian.

b. Setiap kelompok tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan.

c. Jumlah jabatan fungsional tersebut ditentukan berdasrkan kebutuhan dan beban kerja.

d. Jenis dan jenjang jabatan diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB III

GAMBARAN DATA PENYITAAN

3.1. Pengertian Penyitaan (Menurut Undang-Undang No. 19 Tahun 2000)

Dalam pelaksanaan pemungutan pajak, walaupun fiskus telah melakukan tindakan penagihan sampai menerbitkan dan menyampaikan Surat Paksa terhadap Wajib Pajak/Penanggung Pajak, tetapi masih banyak Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang tidak melunasi utang pajaknya. Oleh karena itu, fiskus melaksanakan tindakan penyitaan terhadap Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang tidak membayar utang pajaknya.

Penyitaan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak untuk menguasai barang Wajib Pajak/Penanggung Pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak tersebut. Penyitaan dilaksanakan apabila utang pajak tidak dilunasi dalam waktu 2 x 24 jam sejak Surat Paksa disampaikan kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Apabila Wajib Pajak/Penanggung Pajak tetap tidak melunasi utang pajaknya, maka fiskus akan menjual barang yang telah disita tersebut dengan cara dilelang, dengan maksud hasil dari pelelangan tersebut akan digunakan untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Tindakan penyitaan tidak mengakibatkan penundaan kewajiban dalam pembayaran/pelunasan utang pajak Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Adapun tujuan

paksa yang dapat dilakukan oleh fiskus untuk memaksa Wajib Pajak/Penanggung Pajak agar melunasi utang pajaknya.

3.2. Prosedur Penyitaan Terhadap Barang-Barang Wajib Pajak

Pada prinsipnya penyitaan dalam hukum pajak tidak mengubah status kepemilikan atas suatu barang, bahkan barang yang telah disita atau dititipkan kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak tersebut masih dapat dipergunakan oleh Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Adapun tahapan prosedur penyitaan terhadap barangbarang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak adalah sebagai berikut :

1. Penyitaan dilaksanakan oleh Juru Sita Pajak apabila dalam waktu 2 x 24 jam sejak Surat Paksa diberitahukan, namun Wajib Pajak/PenanggungPajak tidak melunasi utang pajak dan biaya penagihannya

2. Penyitaan dilaksanakan oleh Juru Sita berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan yang diterbitkan oleh Pejabat.

3. Penyitaan dilaksanakan oleh Juru Sita Pajak dengan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi yang telah dewasa, penduduk Indonesia, dan dikenal oleh Juru Sita Pajak serta dapat dipercayai.

4 Dalam melaksanakan penyitaan, Jurusita Pajak harus : a) Memperlihatkan kartu tanda pengenal Juru Sita Pajak b) Memperlihatkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan

5. Setiap melaksanakan penyitaan, Juru Sita Pajak harus membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita dan ditandatangani oleh Juru Sita Pajak, Wajib Pajak/Penanggung Pajak serta para saksi..

6. Dalam hal Wajib Pajak/Penanggung Pajak menolak untuk menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita, Juru Sita Pajak harus mencantumkan penolakan tersebut dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita, dan ditandatangani oleh Juru Sita Pajak dan saksi-saksi. Berita Acara Pelaksanaan Sita tersebut tetap sah dan mempunyai kekuatan mengikat.

7. Penyitaan tetap dapat dilaksanakan walaupun Wajib Pajak/Penanggung Pajak tidak hadir, sepanjang salah seorang saksi

berasal dari Pemerintah Daerah setempat, sekurang-kurangnya setingkat dengan Sekretaris Kelurahan atau Sekretaris Desa.

8. Dalam hal pelaksanaan penyitaan tidak dihadiri oleh Wajib Pajak/Penanggung Pajak, Berita Acara Pelaksanaan Sita ditandatangani oleh Juru Sita Pajak dan saksi-saksi, dan Berita Acara Pelaksanaan Sita tersebut tetap sah dan mempunyai kekuatan mengikat.

9. Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita dapat ditempelkan pada barang bergerak atau barang tidak bergerak yang disita, atau di tempat barang

Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita disampaikan kepada: a) Wajib Pajak/Penanggung Pajak

b) Kepolisian untuk barang bergerak yang kepemilikannya terdaftar

c) Badan Pertanahan Nasional, untuk tanah yang kepemilikannya sudah terdaftar

d) Pemerintah Daerah dan Pengadilan Negeri setempat, untuk tanah yang kepemilikannya belum terdaftar

e) Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, untuk kapal.

Dalam melaksanakan penyitaan Juru Sita Pajak harus membuat Berita Acara

Pelaksanaan Sita yang ditandatangani oleh Juru Sita Pajak,Wajib Pajak/Penanggung Pajak, dan saksi-saksi, selanjutnya diberitahukan kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak dan masyarakat bahwa penguasaan barang Wajib Pajak/Penanggung Pajak telah berpindah dari Wajib Pajak/Penanggung Pajak kepada Pejabat. Dalam pembuatan Berita Acara Pelaksanaan Sita paling kurang memuat :

a. Hari dan tanggal Surat Perintah Melaksanaan Penyitaan b. Nomor, hari dan tanggal pelaksanaan penyitaan

c. Nama Juru Sita Pajak, Wajib Pajak/Penanggung Pajak, para saksi d. Nama dan jenis barang yang disita

Penandatanganan Berita Acara Pelaksanaan Sita:

1.. Untuk perseroan terbatas oleh pengurus meliputi Direksi, Komisaris, pemegang saham tertentu, dan orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang ikut menentukan kebijaksanaan dan atau mengambil keputusan dalam menjalankan perseroan. Pengertian Komisaris meliputi Komisaris sebagai orang yang lazim disebut Dewan Komisaris dan Komisaris sebagai orang perseroan yang lazim disebut anggota Komisaris. Yang dimaksud dengan pemegang saham tertentu adalah pemegang saham pengendali atau pemegang saham mayoritas dari perseroan terbatas terbuka dan seluruh pemegang saham dari perseroan terbatas tertutu

2. Untuk Bentuk Usaha Tetap oleh kepala perwakilan, kepala cabang atau penanggung jawab

3. Untuk badan usaha lainnya seperti persekutuan, perseroan komaditer, firma oleh direktur, pemilik modal atau orang yang ditunjuk untuk melaksanakan dan mengendalikan serta bertanggung jawab atas perusahaan dimaksud

4. Untuk yayasan oleh ketua, atau orang yang melaksanakan dan mengendalikan serta bertanggung jawab atas yayasan dimaksud.Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita dapat ditempelkan

berada, atau di tempat umum. Yang dimaksud dengan tempat-tempat umum seperti kantor kelurahan/desa, papan pengumuman di kantor Pejabat dan instansi terkait. Pada dasarnya terhadap barang yang disita harus ditempeli salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita kecuali jika sesuai dengan sifatnya barang yang disita tidak dapat ditempeli salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita, misalnya uang tunai atau sebidang tanah.Pada dasarnya prosedur penyitaan yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak terhadap barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak sama dengan prosedur yang telah dijelaskan diatas, namun ada kategori barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang prosedur penyitaanya terlebih dahulu dilakukan pemblokiran, seperti kekayaan Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang disimpan di bank berupa deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Setelah melakukan pemblokiran, selanjutnya penyitaan terhadap kekayaan Wajib Pajak/Penanggung Pajak tersebut dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah dijelaskan diatas.Penyitaan terhadap barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak dilaksanakan sampai dengan jumlah nilai barang yang disita diperkirakan cukup untuk melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak. Penyitaan terhadap barang yang telah disita oleh Kejaksaan atau Kepolisian sebagai barang bukti dalam kasus

dikembalikan kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak.Barang yang telah disita dapat dititipkan kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak, kecuali apabila menurut pertimbangan Juru Sita Pajak barang sitaan tersebut perlu disimpan di kantor Pejabat atau di tempat lain. Tempat lain yang dapat digunakan sebagai tempat penitipan barang yang telah disita adalah KantorPegadaian, bank, Kantor Pos atau tempat lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Setelah semua prosedur penyitaan diatas dilaksanakan, maka dilanjutkan dengan pengumuman yang dilakukan oleh Pemerintah daerah atas permintaan Juru Sita Pajak. Hal ini dilakukan untuk menyatakan atau memberitahukan kepada masyarakat bahwa telah dilaksanakan penyitaan terhadap barang-barang Wajib Pajak/Penanggung Pajak dan juga menyatakan bahwa sejak pengumuman Berita Acara Pelaksanaan Sita tersebut Wajib Pajak/Penanggung Pajak tidak boleh memindahkan hak, menggadaikan atau menyewakan barang-barang yang telah disita Dalam melaksanakan penyitaan, adakalanya barang-barang Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang menjadi objek sita berada di luar wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak, dimana Wajib Pajak/Penanggung Pajak berdomisili. Dalam hal ini,pelaksanaan prosedur penyitaanya adalah sebagai berikut :

Pajak/Penanggung Pajak yang bersangkutan dengan melampirkan salinan Surat Paksa dari Wajib Pajak/Penanggung Pajak tersebut.

2) Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang menerima permintaan penyitaan melakukan tindakan sebagai berikut :

2.1. Membuat Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan dengan

mencantumkan tanggal dan nomor Surat Paksa yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak dimana Wajib Pajak/Penanggung Pajak berdomisili. Prosedur penyitaan selanjutnya sama dengan yang sebelumnya, dimana Berita Acara Pelaksanaan Sita yang telah ditandatangani dikirim Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang meminta bantuan penyitaan.

3.3. Barang-Barang Wajib Pajak yang Dapat Disita dan Pengecualiannya

Barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang dapat disita adalah barang yang berada di tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau di tempat lain termasuk yang penguasaannya berada di tangan pihak lain atau yang dijaminkan sebagai pelunasan utang tertentu yang dapat berupa:

a) Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, obligasi, saham, atau surat berharga lainnya, piutang, dan penyertaan modal pada perusahaan lain; dan atau

b) Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dan kapal dengan isi kotor tertentu (20 m3)

c) Hak lainnya yang dapat disita yang diatur dengan peraturan pememrintah. Ketentuan ini diperlukan untuk menampung kemungkinan perluasan objek sita berupa hak lainnya

Terhadap Wajib Pajak/Penanggung Pajak Orang Pribadi penyitaan dapat dilaksanakan atas barang milik pribadi yang bersangkutan, isteri, dan anak yang masih dalam tanggungan, kecuali dikehendaki secara tertulis oleh suami atau isteri berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan. Selain itu,terhadap Wajib Pajak/Penanggung Pajak badan penyitaan dapat dilaksanakan atas barang milik perusahaan, pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab, pemilik modal, baik di tempat kedudukan yang bersangkutan, di tempat tinggal mereka maupun di tempat lain. Penyitaan dilaksanakan dengan mendahulukan barang bergerak kecuali dalam keadaan tertentu dapat dilaksanakan langsung terhadap barang tidak bergerak.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, barang-barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak yang dikecualikan dari penyitaan yaitu barang bergerak milik Penanggung Pajak yang berupa :

1. Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang digunakan oleh Penanggung Pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya

3. Perlengkapan Penanggung Pajak yang bersifat dinas yang diperoleh dari negara

4. Buku-buku yang bertalian dengan jabatan atau pekerjaan Penanggung Pajak dan alat-alat yang dipergunakan untuk pendidikan, kebudayaan dan keilmuan.

5. Peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan untuk melaksanakan pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak lebih dari Rp20.000.000 (dua puluh juta rupiah). 6. Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh Penanggung Pajak

dan keluarga yang menjadi tanggungannya. Dalam melakukan penyitaan, Juru Sita Pajak berwenang memasuki dan memeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari, laci dan tempat lain untuk menemukan objek sita ditempat usaha, ditempat kedudukan atau tempat tinggal Wajib Pajak/Penanggung Pajak atau tempat lain yang diduga sebagai tempat penyimpanan sebagai objek sita pajak. Juru Sita Pajak dapat menjalankan tugasnya diwilayah kerja pejabat yang mengangkatnya, kecuali ditetapkan lain dengan Keputusan Menteri Keuangan atau keputusan Kepala Daerah.Sewaktu –waktu Juru Sita Pajak dapat diberhentikan apabila :

a. Meninggal dunia b. Pensiun

d. Lalai atau tidak cakap dalam menjalankan tugasnya. e. Melanggar sumpah atau janji Juru Sita Pajak.

3.4. Penyitaan Tambahan

Dalam penyitaan tertentu walaupun Juru Sita Pajak telah melakukan penyitaan barang milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak, tetapi apabila dianggap perlu Juru Sita Pajak masih dapat melakukan penyitaan tambahan terhadap barang lainnya milik Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Penyitaan tambahan dapat dilaksanakan apabila :

1. Nilai barang yang disita belum mencukupi untuk pelunasan utang pajak dan penagihan pajak.

2. Hasil lelang barang yang telah disita tidak cukup untuk melunasi biaya

Dokumen terkait