• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA DAN EVALUASI DATA

A. Ketentuan Tentang Penyampain Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) Pajak Bumi dan atau Bangunan

Undang- Undang yang mengatur tentang Pajak Bumi dan atau Bangunan adalah Undang-Undang No.12 Tahun 1985 Jo Undang-Undang no 12 Tahun 1994. Surat pemberitahuan objek pajak (SPOP) adalah sarana bagi wajib pajak untuk memberikan keterangan mengenai objek dan sabjek pajak yang akan di pakai sebagai dasar untuk menghitung ketetapan PBB dan menerbitkan SPPT (surat pemberitahuan pajak terutang) sesuai dengan ketentuan yang ada.hal ini yang berkaitan langsung dengan sabjek pajak/wajib pajak yang dimaksud:

a. Hak-hak subjek pajak mengenai Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) 1. Dapat menperoleh SPOP pada setiap kantor pelayanan pajak.

2. Dapat meminta penjelasan, keterangan tentang cara pengisian maupun penyampaian kembali SPOP pada Kantor Pelayanan Pajak.

3. Dapat meminta tanda terima pengembalian SPOP dari Kantor Pelayanan Pajak, Kepala Lingkungan atau Kepala Desa.

4. Masih diberikan kesempatan untuk memperbaiki atau mengisi ulang Surat Pemberitahuan Objek Pajak apabila terjadi kesalahan dalam pengisian SPOP dengan melampirkan bukti-bukti yang sah.

5. Dapat memberikan kuasa kepada orang atau pihak lain melalui surat kuasa tertulis atau bermaterai, dalam mengisi atau menandatangani SPOP, kecuali kepada petugas PBB.

6. Dapat mengajukan permohonan tertulis mengenai penundaan pengenbalian SPOP sebelum batas pengembalian degan menyebutkan alasan yang sah.

7. Atas ini siatif sendiri,dibenarkan memperbanyak formulir SPOP sesuai yang di perlukan.

b. Kewajiban subjek/wajib pajak

1. Wajib mendaftarkan objek pajaknya dengan mengisi SPOP

2. SPOP pajak bumi dan atau bangunan harus di isi dengan jelas,benar dan lengkap:

- Jelas, berarti penulisan data yang diminta dalam SPOP dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak menimbulkan salah tafsir yang dapat merugikan negara maupun Wajib Pajak sendiri

- Benar, berarti data yang dilaporkan harus sesuai dengan keadaan yang sebenarnya

- Lengkap berarti seluruh bagian yang harus diisi oleh Wajib Pajak terisi semua dan ditandatangani.

3. SPOP yang diisi oleh wajib pajak disampaikan kembali ke kantor pelanyanan pajak pratama atau kelurahan setempat selambat-lambatnya 30 hari setelah formulir SPOP diterima.

4. Wajib pajak melaporkan perubahan yang terjadi atas sabjek atas sabjek dan atau objek pajak ke kantor pelayanan pajak pratama di tempat dengan cara mengisi SPOP sebagai perbaikan atau pembetulan SPOP sebelumnya. a. Sanksi

1. Dalam hal wajib pajak atau sabjek pajak tidak mengembalikan SPOP tepat pada waktunya akan di berikan teguran.

2. Dalam waktu seminggu, apabila tidak di tanggapi akan diterbitkan surat ketetapan pajak (SKP) secara jabatan, dimana ketetapannya dikenakan denda 25% dari hasil perhitungan PBB-nya.

3. Apabila isi dalam SPOP setelah diperiksa ternyata tidak benar, akan dikenakan sangsi berupa penambahan ketetapan sebesar 25% dari selisih besarnya PBB hasil perhitungan data yang benar dengan besarnya SPOP yang dilaporkan oleh subjek pajak/wajib pajak.

b. Pelayanan kantor pelayanan pajak/kelurahan

1. SPOP diberikan secara cuma-cuma atau tidak di pungut bayaran

2. Kantor pelayana pajak pratama/kelurahan dapat memberikan petunjuk tentang tata cara pengisian SPOP kepada wajib pajak yang memerlukan 3. Kantor pelayanan pajak pratama/keluranan wajib memberikan tanda

B. Fungsi DJP dalam penyampaian SPOP PBB

Adapun yang menjadi fungsi Surat Pemberitahuan Objek pajak (SPOP) pajak bumi dan atau bangunan adalah untuk menentukan subjek dan menghitung PBB terutang.

Dalam melaksanakan fungsi ini direktorat jendral pajak melakukan pendataan langsung atau fiskus langsung turun kelapangan.kegiatan pendataan objek dan subjek pajak PBB merupakan kegiatan yang memerlukan kerjasama yang erat antara wajib pajak dengan fiskus untuk mencapai tujuan pelaksanaan perpajakan.

Dalam mekanisme pelayanan Pajak Bumi dan atau Bangunan ini di kenal dengan isitilah self assessment.hal ini berarti wajib pajak di berikan kepercayaan untuk menghitung,menyetor dan melaporkan kewajiban perpajakan.konsekuensi logis dari system self assessment, maka wajib pajak harus menyadari tugasnya yaitu memenuhi kewajiban pajak serta harus memenuhi ketentuan-ketentuan pajak yang harus di patuh.Dengan semakin sadar nya wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya tersebut,maka penerimaan Negara dari pajak diharapkan akan meningkat.

Dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat, fiskus di bantu oleh kelurahan dalam menjalankan tugasnya.dimana kelurahan bagian dari tempat pelayanan PBB.pihak kelurahan tidak terbatas hanya dalam menyampaikan SPOP atau SPPT kepada masyarakat,tetapi juga berperan dalam memberikan motivasi dan meningkatkan gairah masyarakat dalam membayar pajak.Sarana yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan pelayanan semaksimal mungkin, dapat

dilakukan dengan proses administrasi yang baik dan benar,dan juga dapat di lakukan dengan penyuluhan.

Pelaksanaan penyuluhan merupakan inisiatif dari kepala lurah atau persetujuan camat sebagai wakil dari Pemerintah Daerah (Pemda).dalam pelaksanaan penyuluhan ini Direktorat Jenderal Pajak (DJP) akan memberikan bantuan kepada kecamatan atau kelurahan yang ingin mengadakan penyuluhan.

Dari penjelasan-penjelasan yang sering kita dengar tentang penyuluhan terlihat bahwa kegiatan penyuluhan merupakan proses yang berkesinambungan oleh orang atau badan yang mempunyai klasifikasi tertentu,dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain dalam mengatasi kesulitan

Berdasarkan uraian di atas,maka penyuluhan perpajakan dapat dirumuskan sebagai berikut : “pola dasar peyuluhan perpajakan adalah suatu system penyampaian informasi, konsultasi dan bimbingan perpajakan secara bekesinambungan kepada masyarakat guna meningkatkan pengentahuan, kesadaran dan kemauan anggota masyarakat tersebut untuk memperoleh hak dan melaksanakan kewajibannya”.(djumhur,1990 : 5)

1. Tujuan penyuluhan perpajakan

Djumhur dan Moh. Surya (pola dasar penyuluhan perpajakan, 1990 : 5), menyebutkan bahwa tujuan bimbingan dan penyuluhan adalah untuk memperoleh hal-hal sebagai berikut :

a. Tingkat perkembangan optimal bagi seluruh individu sesuai dengan kemampuan nya.

b. Membantu untuk mengembangkan pemahaman diri sesuai dengan kecakapan, minat, pribadi serta kesempatan yang ada.

c. Memberikan dorongan dalam pengendalian diri,pemecahan masalah,dan pengambilan keputusan

d. Mengembangkan nilai dan sikap secara menyeluruh sesuai dengan penerimaan sendiri.

Menurut Direktorat Jendral Pajak,tujuan penyuluhan perpajakan adalah : a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya peranan

pajak bagi suatu Negara agar Negara mampu melaksanankan pembangunan nasionalnya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur.

b. meningkatkan kesadaran masyarakat mengena hak dan kewajiban perpajakannya yang bagi warga Negara hak dan kewajiban perpajakan tersebut merupakan kewajiban Negara

c. kewajiban perpajakannya

d. meningkatkan kemauan masyarakat untuk memperoleh hak dan mendorong keikutsertaan lembaga pemerintah dan lembaga kemasyarakatan agar turut serta mendukung pelaksanaan pemungutan pajak yang berlaku.

Tujuan penyuluhan pajak bumi dan bangunan sama dengan tujuan perpajakan diatas hanya saja di teruskan mengenai pajak bumi dan atau bangunan.jadi yang terpenting adalah melalui penyuluhan pajak bumi dan atau bangunan di harapkan

kemauan,kesadaran dan kepatuhan masyarakat semakin meningkat dalam melaksanakan kewajiban pajak bumi dan bangunan

C. Masalah Maupun Kendala Yang Dihadapi Dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) Pajak Bumi dan atau Bangunan

Dalam penyampaian SPOP atau surat pemberitahuan objek pajak banyak sekali mengalami kendala.karena kurangnya kesadaran masyarakat.dengan semakin sadarnya wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan tersebut,maka penerimaan negara dari pajak diharapkan akan meningkat.tetapi pada realitanya pelaksanaan perpajakan ini banyak mengalami kendala,mengingat tidak semua wajib pajak menyadari kewajibannya dan mampu memahami ketentuan perpajakan yang berlaku.hal ini adalah sangat wajar,mengingat latar belakang pendidikan dan penerimaan informasi masing masing wajib pajak tidak sam semua.

Apabila wajib pajak tidak mengerti apa itu sebenarnya pajak serta menganggap pajak sebgai suatu kewajiban yang sia-sia (karna merasa tidak mempunyai manfaat atas dirinya),maka pelaksanaan perpajakan akan sulit dijalankan sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.wajib pajak yang rendah pemahamannya atau pengetahuannya tentang prpajakan sebangian besar berasal dari daerah terpencil yang kurang informasi tentang penyuluhan perpajakan.hal ini sudah menjadi fakta yang umum,mengingat wajib pajak bumi dan atau bangunan sebagian besar bertempat tinggal di pedesaan,dimana tingkat pendidikan dan penerimaan informasi masih cukup rendah sibandingkan wajib pajak yang tinggal di perkotaan jika semua ini

terjadi maka, pihak direktorat jendral pajak harus segera turun tangan sebagai tindak lanjut pemecahan masalah tersebut.

Pihak direktorat jendral pajak dan dibantu oleh kelurahan harus segera melaksanakan kegiatan mengumpulkan wajib pajak guna memberikan pengarahan.petugas penyuluhan dan aparatur kelurahan dapat bekerjasama untuk membuat kegiatan penyuluhan dan penerangan, yang berguna memberikan tambahan pengetahuan melalui penjelasan-penjelasan yang diberikan ,bias juga dalam kegiatan Tanya jawab,sehingga petugas penyuluhan dapat mengetahui dimana kekurangan dan ketidaktahuan yang menjadi masalah bagi wajib pajak.dalam hal ini akan terlihat pelaksanaan pelayann pajak bumi dan atau bangunan kepada waji pajak oleh pihak derektorat jendral pajak,terutama petugas kelurahan, apakah sudah optimal atau sama sekali tidak memadai.

Adapun kendala yang di hadapi dalam menyampain SPOP Pajak Bumi dan atau Bangunan adalah :wajib pajak sulit di temui di tempat lokasi, sulit menemukan sabjek pajak atas tanah kosong,dan keterbatasan pengetahuan wajib pajak sangat rendah terhadap pajak sehingga kesadaran dalam pengembalian SPOP sangatlah rendah.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang telah dilaksanakan mengenai: “proses administrasi penyampaian Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) Pajak Bumi dan atau Bangunan (PBB) bagi wajib pajak orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia”,maka penulis mengambil keputusan sebagai berikut :

1. Dalam penyampaian surat pemberitahuan objek pajak (SPOP) maka SPOP harus di isi dengan jelas benar dan lengkap,serta di tandatangani

2. Surat pemberitahuan objek pajak yang telah di isi harus di sampaikan kembali ke kantor pelayanan pajak Pratama atau kelurahan selambat-lambatnya 30 hari setelah formulir SPOP di terima.

3. Fungsi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) pajak bumi dan atau bangunan adalah untuk menentukan sabjek dan mengitung PBB terutang. 4. Masalah yang di hadapi pihak Direktorat jendral pajak dalam hal

penyampaian Surat pemberitahuan objek pajak (SPOP) agar pendapatan dari sektor perpajakan ini dapat optimal maka direktorat jendral pajak di bantu dengan kelurahan setempat harus memberikan penyuluhan mengenai pengisian SPOP PBB.

B. SARAN

Adapun saran-saran yang dikemukakan penulis adalah sebagai berikut.

1. Demi terwujudnya kesadaran wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakan khususnya PBB,maka harus di tingkatkan pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat dengan memberi motivasi bahwa dari hasil PBB digunakan untuk pembiayaan negara secara umum dan pembangunan pemerintah daerah secara khusus.

2. Kiranya penyuluhan-penyuluhan mengenai Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) Pajak Bumi dan atau Bangunan lebih di tingkatkan lagi agar wajib pajak mengerti apa tujuan dan manfaat dari membayar pajak dan apa yang menjadi sanksi ketika membayar pajak

3. Terhadap wajib pajak yang telah memenuhi kewajiban Pajak Bumi dan atau Bangunan, perlu kiranya diberikan sokongan dan penghargaan agar masyarakat tersebut lebih termotivasi untuk membayar kewajibannya tepat pada waktunya.

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo . 2006, perpajakan , Edisi Revisi . Andi : Yogyakarta

Rusdji , Muhammad . 2005 , PBB , BPHTB dan Bea Materai , Indeks : Jakarta.

Setiawan , Agus , dkk . 2006 , Perpajakan Umum . Rajawali Pers : Jakarta.

Soemitro , Rahmat , dkk . 2006 , Pajak Bumi dan Bangunan . Edisi Revisi Refika : Bandung

Tjahjono, Achmad , dkk . 2001 . Perpajakan Indonesia . Rajawali Pers : Jakarta.

Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : 16 / PJ.6 / 1998 tanggal 30 Desember 1998 tentang Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan.

Undang-Undang No. 12 tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang No.12 tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.

Keputusan Menteri Keuangan No.817/KMK.04/1991 tentang Tata Cara Pendaftaran

dan Pendataan Objek dan Subjek PBB.

Keputusan Direktur Jenderal Pajak No.KEP-115/PJ/2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendaftaran, Pendataan dan Penilaian Objek dan Subjek PBB.

Dokumen terkait