• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan perhitungan rasio keuangan Perum Bulog Subdivre Langsa pada BAB II, maka dalam BAB III ini penulis mencoba untuk melakukan analisa dan evaluasi terhadap kondisi keuangan perusahaan, yaitu dengan membandingkan rasio-rasio 2015-2017.

3.1 Rasio Likuiditas 1. Rasio Lancar

Berdasarkan penghitungannya maka dapat diperoleh nilai-nilai dari rasio lancar selama 3 tahun terakhir (2015-2017) seperti yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.1 Rasio Lancar

Tahun 2015 2016 2017

Rasio Lancar 54,896% 154,0586% 20,00934%

Sumber : Laporan Keuangan Perum Bulog Subdivre Langsa tahun 2015-2017

Melalui rumus diatas dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa tahun 2015 rasio lancar diperoleh sebesar 54,896 % yang berarti setiap Rupiah,- hutang lancar dijamin Rp0,54896 aktiva lancar.

26

Pada tahun 2016 rasio lancar diperoleh sebesar 154,0586%yang berarti setiap Rupiah,- hutang lancar dijamin dengan Rp15.405,80aktiva lancar. Jika dibandingkan rasio lancar pada tahun

2015 dan 2016 maka dapat disimpulakan terjadi kenaikan rasio lancar sebesar 99,1626% hal ini terjadi karena peningkatan hutang lancar pada perusahaan.

Pada tahun 2017 rasio lancar diperoleh sebesar 20,00934% yang berarti bahwa setiap Rupiah,- hutang lancar dijamin dengan Rp200,0934 aktiva lancar.

Jika dibandingkan tahun 2016 dengan tahun 2017 terjadi penurunan rasio lancar sebesar 134,04926% yang disebabkan karena perusahaan memiliki tingkat hutang yang lebih rendah dari aktivanya.

Maka dapat disimpulkan keadaan perusahaan selama 3 tahun terakhir (2015-2017) menunjukkan kemampuan untuk berusaha mengurangi hutang lancarnya ditunjukkan dengan semakin likuidnya kondisi keuangan perusahaan, diperlihatkan dengan kemampuan perusahaan membayar hutang jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang tersedia.

2. Rasio Cepat

Berdasarkan penghitungannya maka dapat diperoleh nilai-nilai dari rasio cepat selama 3 tahun terakhir (2015-2017) seperti yang disajikan pada tabel berikut :

27

Tabel 3.2 Rasio Cepat

Tahun 2015 2016 2017

Rasio Cepat 284,639% 562,952% 1.238,18%

Sumber : Laporan Keuangan Perum Bulog Subdivre Langsa tahun 2015-2017

Melalui rumus diatas dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa taahun 2015 rasio cepat diperoleh sebesar 284,639% yang berarti setiap Rupiah hutang lancar dijamin Rp2,84639,- aktiva cepat.

Pada tahun 2016 rasio cepat diperoleh sebesar 562,952%yang berarti setiap Rupiah,- hutang lancar dijamin dengan Rp5,6295 rasio cepat. Jika dibandingkan rasio cepat pada tahun 2015 dan 2016 maka dapat disimpulakan terjadi kenaikan rasio cepat sebesar 278.313% hal ini terjadi karena kenaikan piutang perusahaan yang dapat membantu dalam melunasi utang jangka pendeknya.

Pada tahun 2017 rasio cepat diperoleh sebesar 1.238,18% yang berarti bahwa setiap Rupiah hutang lancar dijamin dengan Rp12,3818 rasio cepat. Jika dibandingkan tahun 2016 dengan tahun 2017 terjadi kenaikan rasio cepat sebesar 675.228% hal ini terjadi karena kenaikan piutang perusahaan yang dapat membantu dalam melunasi utang jangka pendeknya.

28

3.2. Rasio Aktivitas

1. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory turnover ratio)

Berdasarkan penghitungannya maka dapat diperoleh nilai-nilai dari rasio perputaran persediaan selama 3 tahun terakhir (2015-2017) seperti yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.3

Rasio Perputaran Persediaan

Tahun 2015 2016 2017

Rasio Perputaran Persediaan 6,45 Kali 2,14 Kali 2,07 Kali

Sumber : Laporan Keuangan Perum Bulog Subdivre Langsa tahun 2015-2017

Melalui rumus diatas dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rasio perputaran persediaan diperoleh sebesar 6,45 Kali yang berarti perusahaan mampu memutar dana dalam persediaan guna menghasilkan penjualan sebanyak 6,45 Kali kali dalam satu tahun

Pada tahun 2016 rasio perputaran persediaan diperoleh sebanyak 2,14 Kali yang berarti perusahaan mampu memutar dana dalam persediaan guna menghasilkan penjualan sebanyak 2,14 Kali dalam setahun. Jika dibandingkan rasio perputaran persediaan pada tahun 2015 dan 2016 maka dapat disimpulakan terjadi penurunan rasio perputaran persediaan sebesar 4,31 hal ini disebabkan karena semakin rendahnya rasio berarti semakin sedikit penjualan yang dihasilkan.

29

Pada tahun 2017 rasio perputaran persediaan diperoleh sebesar 2,07 Kali dalam setahun. Jika dibandingkan tahun 2016 dengan tahun 2017 terjadi penurunan rasio sebesar 0,07 hal ini terjadi karena rendahnya perputaran yang menyebabkan penurunan penjualan dan menurunkan pendapatan yang diperoleh.

2. Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turnover)

Berdasarkan penghitungannya maka dapat diperoleh nilai-nilai dari rasio perputaran total aktiva selama 3 tahun terakhir (2015-2017) seperti yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.4

Rasio Perputaran Total Aktiva

Tahun 2015 2016 2017

Rasio Perputaran Total aktiva 7,10 Kali 2,50 Kali 2,36 Kali

Sumber : Laporan Keuangan Perum Bulog Subdivre Langsa tahun 2015-2017

Total asset turnover pada tahun 2015 sebesar 7,10 Kali, hal ini berarti

bahwa pada tahun 2015 kemampuan dana yang tertanam atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan ”revenue” dalam keseluruhan aktiva dalam satu tahun berputar sebanyak 7,10 Kali.

Sedangkan pada tahun 2016 total asset turnover sebesar 2,50 Kali yang berarti bahwa kemampuan dana yang tertanam atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan ”revenue” dalam keseluruhan aktiva dalam satu tahun berputar 2,50 Kali. Berdasarkan keterangan tersebut dapat diketahui bahwa perusahaan telah mengalami penurunan total asset turnover sebesar

30

4,60kali karena perusahaan kurang efektif dalam mengelola asetnya dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki kurang baik.

Sedangkan pada tahun 2017 total asset turnover sebesar 2,36 Kali yang berarti bahwa kemampuan dana yang tertanam atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan ”revenue” dalam keseluruhan aktiva dalam satu tahun berputar 2,36 Kali. Berdasarkan keterangan tersebut dapat diketahui bahwa perusahaan telah mengalami penurunan total asset turnover jika dibandingkan dengan tahun 2016 sebesar 0,14 kali ini disebabkan karena perusahaan kurang efektif dalam mengelola asetnya dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki tidak begitu membaik.

3.3.Rasio Leverage

1. Total Debt to Capital Asset

Berdasarkan penghitungannya maka dapat diperoleh nilai-nilai dari rasio hutang selama 3 tahun terakhir (2015-2017) seperti yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.5

Total Debt to Capital Asset

Tahun 2015 2016 2017

Total Debt to Capital Asset 0, 17162524% 0, 06263479% 0, 48415178%

Sumber : Laporan Keuangan Perum Bulog Subdivre Langsa tahun 2015-2017

31

Dari tabel diatas dapat dilihat rasio hutang pada tahun 2015 sebesar 0,17162524% yang berarti bahwa setiap Rupiah kewajiban perusahaan dibiayai oleh aktiva sebesar Rp 0,0017162524.

Pada tahun 2016 sebesar 0,06263479% yang berarti setiap Rupiah kewajiban perusahaan dibiayai oleh aktiva sebesar Rp 0,0006263479. Jika dibandingkan tahun 2015 dengan tahun 2016 terjadi penurunan rasio sebesar 0.10899045% dimana memberikan indikasi baik bagi perusahaan sebab perusahaan dinilai dapat memenuhi kewajibannya dan dapat memperbesar laba.

Pada tahun 2017 rasio hutang sebesar 0, 48415178% yang berarti setiap Rupiah,- kewajiban perusahaan dibiayai aktiva sebesar Rp 0, 0048415178. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2016 terjadi kenaikan rasio sebesar 0.42151699% dimana memberikan indikasi kurang baik bagi perusahaan sebab perusahaan dinilai kurang dapat memenuhi kewajibannya dan kurang dapat memperbesar laba.

2. Total Debt to Equity Ratio

Berdasarkan penghitungannya maka dapat diperoleh nilai-nilai dari rasio hutang selama 3 tahun terakhir (2015-2017) seperti yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.6 Total Debt to Equity

Tahun 2015 2016 2017

Total Debt to Equity Ratio 0, 24773652% 0, 1983383% 1, 52982625 %

Sumber : Laporan Keuangan Perum Bulog Subdivre Langsa tahun 2015-2017

32

Dari tabel diatas dapat dilihat rasio hutang pada tahun 2015 sebesar 0,24773652% yang berarti bahwa setiap Rupiah,- modal sendiri dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang perusahaan sebesar Rp 0, 0024773652

Pada tahun 2016 sebesar 0, 1983383% yang berarti setiap Rupiah modal sendiri dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang perusahaan sebesar Rp0,001983383. Jika dibandingkan tahun 2015 dengan tahun 2016 terjadi penurunan rasio sebesar 0.04939822% yang disebabkan oleh terjadinya kenaikan modal sendiri.

Pada tahun 2017 rasio hutang sebesar 1, 52982625 % yang berarti setiap Rupiah modal sendiri dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang perusahaan sebesar Rp 0, 0152982625. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2016 terjadi kenaikan rasio sebesar 1.33148795% .Hal ini terjadi karena bertambahnya kewajiban lancar yang diikuti dengan berkurangnya modal sendiri.

3.4. Rasio Profitabilitas

1. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)

Berdasarkan penghitungannya maka dapat diperoleh nilai-nilai dari rasio margin laba kotor selama 3 tahun terakhir (2015-2017) seperti yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.7

Rasio Margin Laba Kotor

Tahun 2015 2016 2017

Rasio Margin Laba Kotor 14,78182% 17,456648% 20,311%

Sumber : Laporan Keuangan Perum Bulog Subdivre Langsa tahun 2015-2017

33

Melalui rumus diatas dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa tahun 2015 rasio margin laba kotor diperoleh sebesar 14,78182% yang berarti setiap Rupiah penjualan menghasilkan Rp 0,1478182 laba kotor.

Pada tahun 2016 rasio margin laba kotor diperoleh sebesar 17,456648%

yang berarti setiap Rupiah penjualan menghasilkan Rp 0,17456648 laba kotor.

Jika dibandingkan rasio margin laba kotor pada tahun 2015 dan 2016 maka dapat disimpulakan terjadi kenaikan rasio margin laba kotor sebesar 2.674828% yang disebabkan adanya kenaikan laba kotor dan kenaikan pendapatan oprasional yang lebih kecil.

Pada tahun 2017 rasio margin laba diperoleh sebesar 20,311% yang berarti bahwa setiap Rupiah penjualan menghasilkan Rp 0,20311 laba kotor. Jika dibandingkan tahun 2016 dengan tahun 2017 terjadi kenaikan rasio margin laba kotor sebesar 2.854352% yang disebabkan adanya kenaikan laba kotor dan kenaikan pendapatan oprasional yang lebih kecil.

2. Margin Laba Operasi (Oprating Profit Margin)

Berdasarkan penghitungannya maka dapat diperoleh nilai-nilai dari rasio margin laba operasi selama 3 tahun terakhir (2015-2017) seperti yang disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3.8

Rasio Margin Laba Operasi

Tahun 2015 2016 2017

Rasio Margin Laba Operasi 9,7459% 12,213249% 13,3536%

Sumber : Laporan Keuangan Perum Bulog Subdivre Langsa tahun 2015-2017

34

Melalui rumus diatas dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rasio margin laba operasi diperoleh sebesar 9,7459% yang berarti setiap Rupiah penjualan menghasilkan Rp 0,097459 laba operasi.

Pada tahun 2016 rasio margin laba kotor diperoleh sebesar 12,213249%

yang berarti setiap Rupiah penjualan menghasilkan Rp 0,12213249 laba operasi.

Jika dibandingkan rasio margin laba operasi pada tahun 2015 dan 2016 maka dapat disimpulakan terjadi kenaikan rasio margin laba operasi sebesar 2.467349%

yang disebabkan adanya kenaikan laba operasi dan penekanan kenaikan biaya operasi.

Pada tahun 2017 rasio margin laba operasi diperoleh sebesar 13,3536%

yang berarti bahwa setiap Rupiah penjualan menghasilkan Rp 0,133536 laba operasi. Jika dibandingkan tahun 2016 dengan tahun 2017 terjadi kenaikan rasio margin laba operasi sebesar 1.140351% yang disebabkan adanya kenaikan laba operasi dan penekanan kenaikan biaya oprasional

Dalam hal ini, dapat diketahui bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba operasi semakin meningkat pada tingkat penjualan tertentu.Peningkatan ini menunjukkan keefisienan manajemen kerja perusahaan.Semakin tinggi rasio ini menunjukkan keberhasilan manajemen perusahaan dalam menekan kenaikan biaya operasi.

35

3. Margin Laba Bersih

Berdasarkan penghitungannya maka dapat diperoleh nilai-nilai dari rasio margin laba bersih selama 3 tahun terakhir (2015-2017) seperti yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.9

Rasio Margin Laba Bersih

Tahun 2015 2016 2017

Rasio Margin Laba Bersih 9,7527% 12,6255% 13,3807%

Sumber : Laporan Keuangan Perum Bulog Subdivre Langsa tahun 2015-2017

Melalui rumus diatas dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rasio margin laba bersih diperoleh sebesar 9,7527%yang berarti setiap Rupiah penjualan menghasilkan Rp0,097527 laba bersih.

Pada tahun 2016 rasio margin laba bersih diperoleh sebesar 12,6255%

yang berarti setiap Rupiah penjualan menghasilkan Rp0,126255 laba bersih. Jika dibandingkan rasio margin laba bersih pada tahun 2015 dan 2016 maka dapat disimpulakan terjadi kenaikan rasio margin laba operasi sebesar 2.8728% yang disebabkan adanya kenaikan laba bersih dan kinerja perusahaan yang baik dalam menjalankan aktivitasnya untuk menghasilkan keuntungan netto dari setiap penjualan perusahaan.

Pada tahun 2017 rasio margin laba bersih diperoleh sebesar 13,3807%

yang berarti bahwa setiap Rupiah,- penjualan menghasilkan Rp0,133807 laba bersih. Jika dibandingkan tahun 2016 dengan tahun 2017 terjadi kenaikan rasio margin laba bersih sebesar 0.7552% yang disebabkan adanya kenaikan laba bersih

36

dan kinerja perusahaan yang baik dalam menjalankan aktivitasnya untuk menghasilkan keuntungan netto dari setiap penjualan perusahaan.

BAB IV

Dokumen terkait