• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR ANALISIS RASIO LAPORAN KEUANGAN PADA PERUM BULOG SUBDIVRE LANGSA OLEH: RISYANTI FAUZIAH SIREGAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TUGAS AKHIR ANALISIS RASIO LAPORAN KEUANGAN PADA PERUM BULOG SUBDIVRE LANGSA OLEH: RISYANTI FAUZIAH SIREGAR"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

ANALISIS RASIO LAPORAN KEUANGAN PADA PERUM BULOG SUBDIVRE LANGSA

OLEH:

RISYANTI FAUZIAH SIREGAR 152102045

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III

PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2018

(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan pengetahuan, pengalaman, kekuatan dan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini yang berjudul

"Analisis Rasio Laporan Keuangan Pada Perum Bulog Subdivre Langsa". Tugas Akhir ini merupakan syarat wajib bagi setiap mahasiswa agar dapat menyelesaikan Program Studi Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak sehingga pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak, CA selaku Ketua Program Studi Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Abdillah Arif Nasution, SE, M.Si, Ak selaku Sekretaris Program Studi Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyusun tugas akhir ini.

5. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak selaku Dosen Penguji yang telah member pengarahan kepada penulis dalam menyusun tugas akhir ini.

(4)

6. Seluruh Dosen Pengajar dan Pegawai di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh Staff Perum Bulog Subivre Langsa terutama kepada kepala Perum Bulog Subdivre Langsa, Bapak Hendi Ismail Srg, SE, MM yang telah membantu dalam pelaksanaan riset.

8. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis, yaitu Bapak tercinta H.Zulfikar Aziz Siregar, S.Sos dan Mama tercinta Sri Mulyani Harahap yang telah memberikan segalanya kepada penulis, dari kasih sayang, perhatian, pengorbanan serta dorongan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan doa yang tiada hentinya kepada penulis dengan tulus dan ikhlas.

9. Untuk sahabat-sahabat terdekat dikampus (Visda, Laura dan Sheyla) 10. Untuk teman - teman Jurusan Diploma III Akuntansi stambuk 2015 dan

seluruh teman-teman yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu.

Atas bantuan dan dorongan tersebut, penulis hanya bisa berdoa semoga amal baik yang telah diberikan kiranya dibalas oleh Allah SWT, dan penulis berharap semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Juli 2018 Penulis

Risyanti Fauziah Siregar

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...iii

DAFTAR TABEL... iv

DAFTAR GAMBAR... v

DAFTAR LAMPIRAN...vi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

1.5. Jadwal Kegiatan ... 4

1.6. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II. PROFIL PERUSAHAAN PERUM BULOG SUBDIVRE LANGSA………..6

2.1. Sejarah Singkat Bulog ... 6

2.2. Visi dan Misi Perusahaan Bulog ... 8

2.3. Struktur Organisasi Bulog ... 9

2.4. Laporan Keuangan Perum Bulog Subdivre Langsa Tahun 2015, 2016 dan 2017 ... .10

2.5. Rasio Keuangan Perusahaan Bulog ... .14

BAB III. ANALISIS DAN EVALUASI ………..25

3.1. Rasio Likuiditas ... 25

3.2. Rasio Aktivitas ... 28

3.3. Rasio Leverage ... 30

3.4. Rasio Profitabilitas ... .32

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ……….37

4.1. Kesimpulan ... 37

4.2. Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ...40

LAMPIRAN...41

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1.1. Jadwal Penelitian dan Penyususnan Tugas Akhir ... . 4

2.1. Neraca 2015/2017 ... . 11

2.2. Perhitungan Laba – Rugi 2015/2017... . 13

3.1. Rasio Lancar... . 25

3.2. Rasio Cepat ... 27

3.3. Rasio Perputaran Persediaan ... 28

3.4. Rasio Perputaran Total Aktiva ... 29

3.5. Total Debt to Capital Asset ... 30

3.6. Total Debt to Equity ... 31

3.7. Rasio Margin Laba Kotor... 32

3.8. Rasio Margin Laba Operasi ... 33

3.9. Rasio Margin Laba Bersih ... 35

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1. Struktur Organisasi Perum Bulog Subdivre Langsa ... . 9

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1. Neraca Tahun 2015 ... . 41

2. Perhitungan Laba Rugi 2015 ... 43

3. Neraca Tahun 2016 ... 44

4. Perhitungan Laba Rugi 2016 ... 46

5. Neraca Tahun 2017 ... 47

6. Perhitungan Laba Rugi 2017 ... 49

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada setiap perusahaan baik yang bergerak dalam bidang perdagangan maupun jasa, pimpinan perusahaan membutuhkan laporan keuangan untuk mengetahui keadaan financial yang telah dicapai perusahaan dalam periode tertentu. Dengan demikian, pimpinan perusahaan dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Apabila terdapat kekuatan, perusahaan dapat berupaya untuk mempertahankannya dan sebaliknya bila terdapat kelemahan, perusahaan dapat berupaya untuk memperbaikinya.

Salah satu alat yang digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan adalah dengan analisis rasio laporan keuangan.Analisis rasio laporan keuangan dapat menyederhanakan laporan keuangan perusahaan sehingga mudah dimengerti oleh pihak – pihak yang membutuhkannya.

Analisis rasio laporan keuangan juga memiliki keunggulan dibandingkan analisis lainnya dimana analisis dan interpretasi dari macam – macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan bagi para analis dibandingkan analisis yang hanya didasarkan atas data keuangan sendiri – sendiri yang tidak berbentuk rasio.

(10)

2

Analisis rasio laporan keuangan yang lazim digunakan adalah analisis rasio likuiditas, analisisi rasio solvabilitas, analisis rasio aktivitas dan analisis rasio profitabilitas. Analisis rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek perusahaan. Analisis rasio solvabilitas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang perusahaan.Analisis rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk menilai seberapa efisien perusahaan dapat memanfaatkan dan mengelola sumber daya yang dimiliki perusahaan. Dan analisis rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk menilai seberapa efisien pengelola perusahaan dapat mencari keuntungan atau laba untuk setiap penjualan yang dilakukan.

Berdasarkan uraian singkat diatas maka penulis memutuskan untuk memilih judul tugas akhir :“ANALISIS RASIO LAPORAN KEUANGAN PADA PERUM BULOG SUBDIVRE LANGSA”

1.2. Perumusan Masalah

Ruang lingkup masalah yang dibahas perlu digariskan secara jelas sebelum melakukan pembahasan agar hasil yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan, dengan ruang lingkup yang jelas, akan memudahkan pencarian data – data yang relevan dan pengambilan keputusan yang efekti. Berdasarkan penelitian maka rumusan masalahnya adalah :

(11)

3

“Bagaimana keadaan keuangan Perum Bulog Subdivre Langsa melalui rasio – rasio Keuangan”.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui keadaan keuangan Perum Bulog Subivre Langsa melalui rasio – rasio keuangan.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat – manfaat penelitian ini adalah :

1. Perusahaan

Bagi perusahaan dimana penulis mengadakan penelitian, yaitu pada PERUM BULOG DIVRE LANGSA diharapkan hasil penelitian yang penulis buat dapat dimanfaatkan sebagai pertimbanagn dan masukan yang nantinya berguna bagi perusahaan.

2. Penulis

Bagi penulis sendiri hendaknya penelitian ini nantinya dapat memberikan informasi dan pengetahuan dalam menilai kondisi keuangan suatu perusahaan dalam praktek kerja dengan teori yang diperoleh di bangku perkuliahan dan untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan studi jenjang Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

(12)

4

3. Pembaca

Diharapkan hasil dari penelitian yang dilakukan ini dapat menambah pengetahuan dan menjadi referensi pembaca mengenai analisis laporan keuangan dengan perhitungan analisis rasio.

1.5. Jadwal Kegiatan

Penelitian ini dilakukan di PERUM BULOG SUBDIVRE LANGSA yang bertempat di Jl. Ahmad Yani No. 220 Gampong Jawa, Kecamatan Langsa Kota, Kota Langsa. Lebih jelasnya, jadwal kegiatan ini dapat dilihat pada table 1.1

Table 1.1

Jadwal Penelitian dan Penyusunan Tugas Akhir

No. Kegiatan April Mei Juni

1 Pengesahan penulisan tugas akhir

2 Pengajuan judul 3 Izin permohonan riset 4 Penunjukan dosen

pembimbing 5 Pengumpulan data 6 Penyusunan tugas akhir 7 Bimbingan tugas akhir 8 Penyelesaian tugas akhir

(13)

5

1.6. Sistematika Penulisan

Dalam pembahasan yang akan dibahas, penulis memberikan sistematika sesuai dengan pokok pembahasan, adapun sistematika tersebut adalah :

BAB I PENDAHULUAN, bab ini menguraikan secara ringkas latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, jadwal kegiatan dan sistematika penulisan.

BAB II PROFIL PERUSAHAAN PERUM BULOG SUBDIVRE LANGSA, bab ini berisikan sejarah singkat bulog, visi dan misi perusahaan bulog, struktur organisasi bulog, laporan keuangan Perum Bulog Subdivre Langsa tahun 2015, 2016 & 2017 dan rasio keuangan perusahaan bulog.

BAB III ANALISA DAN EVALUASI, bab ini berisikan analisis dan pembahasan terhadap pokok permasalahan yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverage, rasio profitabilitas. Bagaimana kondisi / tingkat perbandingan keuangan perusahaan PERUM BULOG SUBDIVRE LANGSA.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN, merupakan bab akhir yang berisikan kesimpulan dan saran berdasarkan penelitian yang dilakukan.

(14)

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN PERUM BULOG SUBDIVRE LANGSA

2.1. Sejarah Singkat Bulog

Perjalanan Perum Bulog dimulai pada saat dibentuknya Bulog pada tanggal 10 Mei 1967 berdasarkan keputusan presidium kabinet No.114/U/Kep/5/1967, dengan tujuan pokok untuk mengamankan penyediaan pangan dalam rangka menegakkan eksistensi Pemerintahan baru. Selanjutnya direvisi melalui Keppres No. 39 tahun 1969 tanggal 21 Januari 1969 dengan tugas pokok melakukan stabilisasi harga beras, dan kemudian direvisi kembali melalui Keppres No 39 tahun 1987, yang dimaksudkan untuk menyongsong tugas Bulog dalam rangka mendukung pembangunan komoditas pangan yang multi komoditas.

Perubahan berikutnya dilakukan melalui Keppres No. 103 tahun 1993 yang memperluas tanggung jawab Bulog mencakup koordinasi pembangunan pangan dan meningkatkan mutu gizi pangan, yaitu ketika Kepala Bulog dirangkap oleh Menteri Negara Urusan Pangan.

Pada tahun 1995, keluar Keppres No 50, untuk menyempurnakan struktur organisasi Bulog yang pada dasarnya bertujuan untuk lebih mempertajam tugas pokok, fungsi serta peran Bulog. Oleh karena itu, tanggung jawab Bulog

(15)

7

difokuskan pada peningkatan stabilisasi dan pengelolaan persediaan bahan pokok dan pangan.

Tugas pokok Bulog sesuai Keppres tersebut adalah mengendalikan harga dan mengelola persediaan beras, gula, gandum, terigu, kedelai, pakan dan bahan pangan lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam rangka menjaga kestabilan harga bahan pangan bagi produsen dan konsumen serta memenuhi kebutuhan pangan berdasarkan kebijaksanaan umum Pemerintah.

Namun tugas tersebut berubah dengan keluarnya Keppres No. 45 tahun 1997, dimana komoditas yang dikelola Bulog dikurangi dan tinggal beras dan gula. Kemudian melalui Keppres No 19 tahun 1998 tanggal 21 Januari 1998, Pemerintah mengembalikan tugas Bulog seperti Keppres No 39 tahun 1968.

Selanjutnya melalu Keppres No 19 tahun 1998, ruang lingkup komoditas yang ditangani Bulog kembali dipersempit seiring dengan kesepakatan yang diambil oleh Pemerintah dengan pihak IMF yang tertuang dalam Letter of Intent (LoI).

Dalam Keppres tersebut, tugas pokok Bulog dibatasi hanya untuk menangani komoditas beras. Sedangkan komoditas lain yang dikelola selama ini dilepaskan ke mekanisme pasar. Arah Pemerintah mendorong Bulog menuju suatu bentuk badan usaha mulai terlihat dengan terbitnya Keppres No. 29 tahun 2000, dimana didalamnya tersirat Bulog sebagai organisasi transisi (tahun 2003) menuju organisasi yang bergerak di bidang jasa logistik di samping masih menangani tugas tradisionalnya.

(16)

8

Pada Keppres No. 29 tahun 2000 tersebut, tugas pokok Bulog adalah melaksanakan tugas Pemerintah di bidang manajemen logistik melalui pengelolaan persediaan, distribusi dan pengendalian harga beras (mempertahankan Harga Pembelian Pemerintah – HPP), serta usaha jasa logistik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Arah perubahan tesebut semakin kuat dengan keluarnya Keppres No 166 tahun 2000, yang selanjutnya diubah menjadi Keppres No. 103/2000. Kemudian diubah lagi dengan Keppres No. 03 tahun 2002 tanggal 7 Januari 2002 dimana tugas pokok Bulog masih sama dengan ketentuan dalam Keppers No 29 tahun 2000, tetapi dengan nomenklatur yang berbeda dan memberi waktu masa transisi sampai dengan tahun 2003. Akhirnya dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah RI no. 7 tahun 2003 Bulog resmi beralih status menjadi Perusahaan Umum (Perum) Bulog.

2.2. Visi Dan Misi Perusahaan Bulog

Visi

Menjadi Perusahaan pangan yang unggul dan terpercaya dalam mendukung terwujudnya kedaulatan pangan.

Misi

1. Menjalankan usaha logistik pangan pokok dengan mengutamakan layanan kepada masyarakat;

2. Melaksanakan praktik manajemen unggul dengan dukungan sumber daya manusia yang profesional, teknologi yang terdepan dan sistem yang terintegarasi;

(17)

9

3. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik serta senantiasa melakukan perbaikan yang berkelanjutan;

4. Menjamin ketersediaan, keterjangkauan, dan stabilitas komoditas pangan pokok.

2.3. Struktur Organisasi Bulog

Gambar 2.1

Struktur Organisasi Perum Bulog Subdivre Langsa

Sumber : Perum Bulog Subdivre Langsa (2017) KEPALA

(

ASDIV PRATAMA

II BIDANG OPP

KA. SEKSI GASAR, ADA DN,

DAN PELAYANAN

PUBLIK

KA. SEKSI KOMERSIAL DAN PENGEMBANGAN

BISNIS

KA. SEKSI ADMINISTRASI

DAN

KEUANGAN

KA. SEKSI AKUNTANSI, MANAJEMEN

RESIKO DAN

KEPATUHAN

STAF PERAWATAN

KUALITAS

STAF SUBDIVRE

LANGSA

KASIR

STAF SUBDIVRE

LANGSA

GUDANG GBB SEURIGET

JURU TIMBANG KERANI

UNIT PENGOLAHAN

SEURIGET

(18)

10

2.4. Laporan Keuangan Perum Bulog Subdivre Langsa tahun 2015, 2016 &

2017

Laporan keuagan yang akan dianalisis dalam tugas akhir ini adalah laporan laba rugi dan neraca, maka berikut ini adalah laporan laba rugi dan neraca Perum Bulog Subdivre Langsa selama periode 3 tahun berturut-turut sejak tahun 2015 sampai 2017.

(19)

11

TABEL PERUM BULOG SUBDIVRE LANGSA NERACA TAHUN 2015/2017 TABEL 2.1 PERUM BULOG SUBDIVRE LANGSA NERACA TAHUN 2015/2017

(20)

12

Sumber :Laporan Keuagan Perum Bulog Subdivre Langsa 2015/2017

(21)

13

TABEL 2.2 PERUM BULOG SUBDIVRE LANGSA L/R TAHUN 2015/2017 Sumber :Laporan Keuagan Perum Bulog Subdivre Langsa 2015/2017

(22)

14

2.5. Rasio Keuangan Peusahaan Bulog 1. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan berisi informasi penting untuk masyarakat, pemerintah, pemasok dan kreditur, pemilik perusahaan atau pemegang saham, manajemen perusahaan, investor, pelanggan dan karyawan yang diperlukan secara tetap untuk mengukur kondisi dan efisiensi operasi perusahaan. Menurut Sundjaja (2002:680)

”Laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi antar data keuangan atau aktivitas perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data-data atau aktivitas tersebut”.

2. Jenis -Jenis Rasio

Pada umumnya rasio keuangan bermacam-macam tergantung kepada kepentingan dan penggunaannya, begitu pula perbedaan jenis perusahaan juga dapat menimbulkan perbedaan rasio-rasionya.

a. Rasio - Rasio Likuiditas

Menurut Abdullah, (2005:44) ”Likuiditas suatu perusahaan merupakan kemampuan keuangan perusahaan dalam membayar hutang-hutang jangka pendek (maksimal satu tahun) dengan sejumlah aktiva lancar yang dimiliki.”

Dalam rasio-rasio likuiditas, analisis dapat dilakukan menggunakan rasio sebagai berikut :

(23)

15

1. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar merupakan rasio yang membandingkan antara aktiva lancar dengan hutang lancar.

asio ktiva Lancar otal ktiva Lancar

otal Lancar 2. Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test Ratio)

Rasio cepat, adalah sama dengan rasio lancer kecuali tanpa memperhitungkan persediaan yang dianggap sebagai aktiva lancer yang kurang likuid.

asio epat otal ktiva Lancar ersediaan

otal Lancar b. Rasio – Rasio Aktivitas

Menurut Sundjaja (2 2: ), ” nalisa aktivitas, digunakan untuk mengetahui kecepatan beberapa perkiraan menjadi penjualan atau kas, dengan melihat pada perkiraan lancar saja, pengukuran likuiditas pada umumnya tidak memadai.”

Dalam analisa aktivitas menggunakan rasio:

1. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory turnover ratio)

Rasio perputaran persediaan, mengukur aktivitas atau likuiditas dari persediaan perusahaan.

asio erputaran ersediaan arga okok enjualan

ersediaan

(24)

16

2. Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn Over Ratio)

Perputaran total aktiva menunjukkan efisiensi dimana perusahaan menggunakan seluruh aktivanya untuk menghasilkan penjualan.

erputara otal ktiva enjualan

otal ktiva kali c. Rasio Leverage

Menurut Murthada (1999:20), Rasio Leverage adalah mengukur sampai seberapa jauh pembelanjaan dengan hutang akan menaikkan laba pemegang saham.”

1. Total Debt to Capitaal Asset

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menjamin hutangnya dengan sejumlah aktiva yang dimiliki.

otal

otal ktiva 2. Total Debt to Equity Ratio

Rasio ini menunjukkan hubungan antara jumlah hutang jangka panjang dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan, guna mengetahui financial levarage perusahaan.

angka endek

Modal Sendiri d. Rasio Kemampuan Menghasilkan Laba (Profitability Ratio)

Menurut Sofyan (2017:3 4), “ asio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.

(25)

17

1. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)

Margin laba kotor adalah ukuran persentase dari setiap hasil sisa penjulan sesudah perusahaan membayar harga pokok penjualan.

Margin Laba Kotor Laba Kotor

enjualan 2. Margin Laba Operasi (Operating Profit Margin)

Margin laba operasi adalah ukuran persentase dari setiap hasil sisa penjualan sesudah semua biaya dan pengeluaran lain dikurangi kecuali bunga dan pajak, atau laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah penjualan.

Margin Laba perasi Laba perasi

enjualan 3. Margin Laba Bersih(Net Profit Margin)

Margin laba bersih adalah ukuran persentase dari setiap hasil sisa penjualan sesudah dikurangi semua biaya dan pengeluaran, termasuk bunga dan pajak.

Margin Laba ersih Laba ersih

enjualan 3. Analisis Rasio Keuangan Perusahaan

Berdasarkan pengertian dan penggolongan rasio keuangan, maka dapat dianalisis beberapa rasio keuangan tersebut untuk melihat tingkat perkembangan seluruh aktivitas perusahaan.

A. Rasio Likuiditas 1.Rasio Aktiva Lancar

asio ktiva Lancar otal ktiva Lancar

otal Lancar

(26)

18

Tahun 2015 = 3 852 77

25.233. 92, = 54,896%

Tahun 2016 = 32. 68.394.968, 2

2 .88 .698,25 = 154,0586%

Tahun 2017 = 38. 37.532.386. 6

9 .598.648. 5 = 20.009,34%

Kesimpulan

a. artinya setiap Rupiah uhutang lancar dijamin dengan Rp0,54896 aktiva lancar (untuk tahun 2015).

b. artinya setiap Rupiah hutang lancar dijamin dengan Rp15.405,80 aktiva lancar (untuk tahun 2016).

c. artinya setiap Rupiah hutang lancar dijamin dengan Rp200,0934aktiva lancar (untuk tahun 2017).

2. Rasio Cepat

asio epat otal ktiva Lancar ersediaan

otal Lancar Tahun 2015 =

= 284,639%

Tahun 2016 =

= 562,952%

(27)

19

Tahun 2017 =

= 1.238,18%

Kesimpulan

a. artinya setiap Rupiah,- hutang lancar dijamin oleh Rp2,84639, aktiva cepat (untuk tahun 2015).

b. artinya setiap Rupiah,- hutang lancar dijamin oleh Rp5,6295, aktiva cepat (untuk tahun 2016).

c. artinya setiap Rupiah,- hutang lancar dijamin oleh Rp12,3818, aktiva cepat (untuk tahun 2017).

B. Rasio Aktivitas

1.Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover Ratio) asio erputaran ersediaan arga okok enjualan

ersediaan

Tahun 2015 =

x 1 kali

= 6,45 Kali

Tahun 2016 =

x 1 kali

= 2,14 Kali

Tahun 2017 =

x 1 kali

= 2,07 Kali

(28)

20

Kesimpulan

a. artinya angka 6,45kali menunjukkan dalam satu tahun perusahaan mampu memutar dana dalam persediaan guna menghasilkan penjualan sebanyak 6,45 kali.

b. artinya angka 2,14 kali menunjukkan dalam satu tahun perusahaan mampu memutar dana dalam persediaan guna menghasilkan penjualan sebanyak 2,14 kali.

c. artinya angka 2,07kali menunjukkan dalam satu tahun perusahaan mampu memutar dana dalam persediaan guna menghasilkan penjualan sebanyak 2,07kali.

2. Rasio Perputaran Total Aktiva

erputara otal ktiva enjualan

otal ktiva kali

Tahun 2015 = 4.437. 52.69 ,37

4.7 2.436.497,66 x 1 kali

= 7,10 Kali

Tahun 2016 = 83.385.27 .996,83

33.337.2 3.692,6 kali

= 2,50 Kali

Tahun 2017 = 93. .4 9.45 ,

39.367.54 .457, 6 kali

= 2,36 Kali Kesimpulan

a. artinya dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva selama setahun berputar rata-rata 7,10 kali

(29)

21

b. artinya dana yang tertanam dalam kesluruhan aktiva selama setahun berputar rata-rata 2,50 kali.

c. artinya dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva selama setahun berputar rata-rata 2,36 kali.

C. Rasio Leverage

1.Total Debt to Capital Asset

otal

otal ktiva Tahun 2015 = 25.233. 92,

4.7 2.436

= 0,17162524%

Tahun 2016 = 2 .88 .698,25

33.337.2 3.692,6

= 0, 06263479%

Tahun 2017 = 9 .598.648, 5

39.367.54 .457, 6

= 0, 48415178%

Kesimpulan

a. artinya setiap Rupiah total aktiva dijamin Rp0,0017162524 total hutang (untuk tahun 2015).

b. artinya setiap Rupiah total aktiva dijamin Rp 0, 0006263479total hutang (untuk tahun 2016).

c. artinya setiap Rupiah total aktiva dijamin Rp 0, 0048415178 total hutang (untuk tahun 2017).

2.Total Debt to Equity Ratio

(30)

22

angka endek

Modal Sendiri Tahun 2015 =

. 85.455. 85,5

= 0, 24773652%

Tahun 2016 =

.527.8 4.223,87 = 0, 1983383%

Tahun 2017 =

2.458.842.776,58

= 1, 52982625%

Kesimpulan

a. artinya setiap Rupiah total hutang dijamin Rp 0, 0024773652 modal sendiri (untuk tahun 2015).

b. artinya setiap Rupiah total hutang dijamin Rp 0, 001983383 modal sendiri (untuk tahun 2016).

c. artinya setiap Rupiah total hutang dijamin Rp 0, 0152982625 modal sendiri (untuk tahun 2017).

D. Rasio Profitabilitas

1. Margin Laba Kotor ( Gross Profit Margin)

Margin Laba Kotor Laba Kotor

enjualan Tahun 2015 = 5.437.7 2.4 6,5

4.437. 52.69 ,37

= 14,78182%

Tahun 2016 = 4.556.273.993,78

83.385.27 .996,83

= 17,456648%

(31)

23

Tahun 2017 = 8.9 .73 .2 ,5

93. .4 9.45 , = 20,311%

Kesimpulan

a. artinya setiap Rupiah penjualan menghasilkan laba brutto sebesar Rp 0,1478182 (untuk tahun 2015).

b. artinya setiap Rupiah- penjualan menghasilkan laba brutto sebesar Rp 0,17456648 (untuk tahun 2016).

c. artinya setiap Rupiah penjualan menghasilkan laba brutto sebesar Rp 0,20311 (untuk tahun 2017).

2.Margin Laba Operasi (Oprating Profit Margin) Margin Laba perasi Laba perasi

enjualan

Tahun 2015 = . 78.398.647,5

4.437. 52.69 ,37

= 9,7459%

Tahun 2016 = . 84. 5 .422,78

83.385.27 .996,83

= 12,213249%

Tahun 2017 = 2.433.675.264,9

93. .4 9.45 ,

= 13,3536%

Kesimpulan

a. artinya setiap Rupiah penjualan menghasilkan laba operasi sebesar Rp 0,097459 (untuk tahun 2015).

(32)

24

b. artinya setiap Rupiah penjualan menghasilkan laba operasi sebesar Rp 0,12213249 (untuk tahun 2016).

c. artinya setiap Rupiah penjualan menghasilkan laba operasi sebesar Rp 0,133536 (untuk tahun 2017).

3.Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)

Margin Laba ersih Laba ersih

enjualan Tahun 2015 = . 85.455. 85,5

4.437. 52.69 ,37

= 9,7527%

Tahun 2016 = .527.8 4.223,87

83.385.27 .996,83

= 12,6255%

Tahun 2017 = 2.458.842.776,58

93. .4 9.45 ,

=13,3807%

Kesimpulan

a. artinya setiap Rupiah pendapatan jasa menghasilkan keuntungan sebesar Rp0,097527 (untuk tahun 2015).

b. artinya setiap Rupiah pendapatan jasa menghasilkaan keuntungan sebesar Rp0,126255(untuk tahun 2016).

c. artinya setiap Rupiah pendapatan jasa menghasilkan keuntungan sebesar Rp0,133807(untuk tahun 2017).

(33)

BAB III

ANALISA DAN EVALUASI

Berdasarkan perhitungan rasio keuangan Perum Bulog Subdivre Langsa pada BAB II, maka dalam BAB III ini penulis mencoba untuk melakukan analisa dan evaluasi terhadap kondisi keuangan perusahaan, yaitu dengan membandingkan rasio-rasio 2015-2017.

3.1 Rasio Likuiditas 1. Rasio Lancar

Berdasarkan penghitungannya maka dapat diperoleh nilai-nilai dari rasio lancar selama 3 tahun terakhir (2015-2017) seperti yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.1 Rasio Lancar

Tahun 2015 2016 2017

Rasio Lancar 54,896% 154,0586% 20,00934%

Sumber : Laporan Keuangan Perum Bulog Subdivre Langsa tahun 2015-2017

Melalui rumus diatas dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa tahun 2015 rasio lancar diperoleh sebesar 54,896 % yang berarti setiap Rupiah,- hutang lancar dijamin Rp0,54896 aktiva lancar.

(34)

26

Pada tahun 2016 rasio lancar diperoleh sebesar 154,0586%yang berarti setiap Rupiah,- hutang lancar dijamin dengan Rp15.405,80aktiva lancar. Jika dibandingkan rasio lancar pada tahun

2015 dan 2016 maka dapat disimpulakan terjadi kenaikan rasio lancar sebesar 99,1626% hal ini terjadi karena peningkatan hutang lancar pada perusahaan.

Pada tahun 2017 rasio lancar diperoleh sebesar 20,00934% yang berarti bahwa setiap Rupiah,- hutang lancar dijamin dengan Rp200,0934 aktiva lancar.

Jika dibandingkan tahun 2016 dengan tahun 2017 terjadi penurunan rasio lancar sebesar 134,04926% yang disebabkan karena perusahaan memiliki tingkat hutang yang lebih rendah dari aktivanya.

Maka dapat disimpulkan keadaan perusahaan selama 3 tahun terakhir (2015-2017) menunjukkan kemampuan untuk berusaha mengurangi hutang lancarnya ditunjukkan dengan semakin likuidnya kondisi keuangan perusahaan, diperlihatkan dengan kemampuan perusahaan membayar hutang jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang tersedia.

2. Rasio Cepat

Berdasarkan penghitungannya maka dapat diperoleh nilai-nilai dari rasio cepat selama 3 tahun terakhir (2015-2017) seperti yang disajikan pada tabel berikut :

(35)

27

Tabel 3.2 Rasio Cepat

Tahun 2015 2016 2017

Rasio Cepat 284,639% 562,952% 1.238,18%

Sumber : Laporan Keuangan Perum Bulog Subdivre Langsa tahun 2015-2017

Melalui rumus diatas dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa taahun 2015 rasio cepat diperoleh sebesar 284,639% yang berarti setiap Rupiah hutang lancar dijamin Rp2,84639,- aktiva cepat.

Pada tahun 2016 rasio cepat diperoleh sebesar 562,952%yang berarti setiap Rupiah,- hutang lancar dijamin dengan Rp5,6295 rasio cepat. Jika dibandingkan rasio cepat pada tahun 2015 dan 2016 maka dapat disimpulakan terjadi kenaikan rasio cepat sebesar 278.313% hal ini terjadi karena kenaikan piutang perusahaan yang dapat membantu dalam melunasi utang jangka pendeknya.

Pada tahun 2017 rasio cepat diperoleh sebesar 1.238,18% yang berarti bahwa setiap Rupiah hutang lancar dijamin dengan Rp12,3818 rasio cepat. Jika dibandingkan tahun 2016 dengan tahun 2017 terjadi kenaikan rasio cepat sebesar 675.228% hal ini terjadi karena kenaikan piutang perusahaan yang dapat membantu dalam melunasi utang jangka pendeknya.

(36)

28

3.2. Rasio Aktivitas

1. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory turnover ratio)

Berdasarkan penghitungannya maka dapat diperoleh nilai-nilai dari rasio perputaran persediaan selama 3 tahun terakhir (2015-2017) seperti yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.3

Rasio Perputaran Persediaan

Tahun 2015 2016 2017

Rasio Perputaran Persediaan 6,45 Kali 2,14 Kali 2,07 Kali

Sumber : Laporan Keuangan Perum Bulog Subdivre Langsa tahun 2015-2017

Melalui rumus diatas dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rasio perputaran persediaan diperoleh sebesar 6,45 Kali yang berarti perusahaan mampu memutar dana dalam persediaan guna menghasilkan penjualan sebanyak 6,45 Kali kali dalam satu tahun

Pada tahun 2016 rasio perputaran persediaan diperoleh sebanyak 2,14 Kali yang berarti perusahaan mampu memutar dana dalam persediaan guna menghasilkan penjualan sebanyak 2,14 Kali dalam setahun. Jika dibandingkan rasio perputaran persediaan pada tahun 2015 dan 2016 maka dapat disimpulakan terjadi penurunan rasio perputaran persediaan sebesar 4,31 hal ini disebabkan karena semakin rendahnya rasio berarti semakin sedikit penjualan yang dihasilkan.

(37)

29

Pada tahun 2017 rasio perputaran persediaan diperoleh sebesar 2,07 Kali dalam setahun. Jika dibandingkan tahun 2016 dengan tahun 2017 terjadi penurunan rasio sebesar 0,07 hal ini terjadi karena rendahnya perputaran yang menyebabkan penurunan penjualan dan menurunkan pendapatan yang diperoleh.

2. Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turnover)

Berdasarkan penghitungannya maka dapat diperoleh nilai-nilai dari rasio perputaran total aktiva selama 3 tahun terakhir (2015-2017) seperti yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.4

Rasio Perputaran Total Aktiva

Tahun 2015 2016 2017

Rasio Perputaran Total aktiva 7,10 Kali 2,50 Kali 2,36 Kali

Sumber : Laporan Keuangan Perum Bulog Subdivre Langsa tahun 2015-2017

Total asset turnover pada tahun 2015 sebesar 7,10 Kali, hal ini berarti

bahwa pada tahun 2015 kemampuan dana yang tertanam atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan ”revenue” dalam keseluruhan aktiva dalam satu tahun berputar sebanyak 7,10 Kali.

Sedangkan pada tahun 2016 total asset turnover sebesar 2,50 Kali yang berarti bahwa kemampuan dana yang tertanam atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan ”revenue” dalam keseluruhan aktiva dalam satu tahun berputar 2,50 Kali. Berdasarkan keterangan tersebut dapat diketahui bahwa perusahaan telah mengalami penurunan total asset turnover sebesar

(38)

30

4,60kali karena perusahaan kurang efektif dalam mengelola asetnya dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki kurang baik.

Sedangkan pada tahun 2017 total asset turnover sebesar 2,36 Kali yang berarti bahwa kemampuan dana yang tertanam atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan ”revenue” dalam keseluruhan aktiva dalam satu tahun berputar 2,36 Kali. Berdasarkan keterangan tersebut dapat diketahui bahwa perusahaan telah mengalami penurunan total asset turnover jika dibandingkan dengan tahun 2016 sebesar 0,14 kali ini disebabkan karena perusahaan kurang efektif dalam mengelola asetnya dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki tidak begitu membaik.

3.3.Rasio Leverage

1. Total Debt to Capital Asset

Berdasarkan penghitungannya maka dapat diperoleh nilai-nilai dari rasio hutang selama 3 tahun terakhir (2015-2017) seperti yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.5

Total Debt to Capital Asset

Tahun 2015 2016 2017

Total Debt to Capital Asset 0, 17162524% 0, 06263479% 0, 48415178%

Sumber : Laporan Keuangan Perum Bulog Subdivre Langsa tahun 2015-2017

(39)

31

Dari tabel diatas dapat dilihat rasio hutang pada tahun 2015 sebesar 0,17162524% yang berarti bahwa setiap Rupiah kewajiban perusahaan dibiayai oleh aktiva sebesar Rp 0,0017162524.

Pada tahun 2016 sebesar 0,06263479% yang berarti setiap Rupiah kewajiban perusahaan dibiayai oleh aktiva sebesar Rp 0,0006263479. Jika dibandingkan tahun 2015 dengan tahun 2016 terjadi penurunan rasio sebesar 0.10899045% dimana memberikan indikasi baik bagi perusahaan sebab perusahaan dinilai dapat memenuhi kewajibannya dan dapat memperbesar laba.

Pada tahun 2017 rasio hutang sebesar 0, 48415178% yang berarti setiap Rupiah,- kewajiban perusahaan dibiayai aktiva sebesar Rp 0, 0048415178. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2016 terjadi kenaikan rasio sebesar 0.42151699% dimana memberikan indikasi kurang baik bagi perusahaan sebab perusahaan dinilai kurang dapat memenuhi kewajibannya dan kurang dapat memperbesar laba.

2. Total Debt to Equity Ratio

Berdasarkan penghitungannya maka dapat diperoleh nilai-nilai dari rasio hutang selama 3 tahun terakhir (2015-2017) seperti yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.6 Total Debt to Equity

Tahun 2015 2016 2017

Total Debt to Equity Ratio 0, 24773652% 0, 1983383% 1, 52982625 %

Sumber : Laporan Keuangan Perum Bulog Subdivre Langsa tahun 2015-2017

(40)

32

Dari tabel diatas dapat dilihat rasio hutang pada tahun 2015 sebesar 0,24773652% yang berarti bahwa setiap Rupiah,- modal sendiri dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang perusahaan sebesar Rp 0, 0024773652

Pada tahun 2016 sebesar 0, 1983383% yang berarti setiap Rupiah modal sendiri dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang perusahaan sebesar Rp0,001983383. Jika dibandingkan tahun 2015 dengan tahun 2016 terjadi penurunan rasio sebesar 0.04939822% yang disebabkan oleh terjadinya kenaikan modal sendiri.

Pada tahun 2017 rasio hutang sebesar 1, 52982625 % yang berarti setiap Rupiah modal sendiri dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang perusahaan sebesar Rp 0, 0152982625. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2016 terjadi kenaikan rasio sebesar 1.33148795% .Hal ini terjadi karena bertambahnya kewajiban lancar yang diikuti dengan berkurangnya modal sendiri.

3.4. Rasio Profitabilitas

1. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)

Berdasarkan penghitungannya maka dapat diperoleh nilai-nilai dari rasio margin laba kotor selama 3 tahun terakhir (2015-2017) seperti yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.7

Rasio Margin Laba Kotor

Tahun 2015 2016 2017

Rasio Margin Laba Kotor 14,78182% 17,456648% 20,311%

Sumber : Laporan Keuangan Perum Bulog Subdivre Langsa tahun 2015-2017

(41)

33

Melalui rumus diatas dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa tahun 2015 rasio margin laba kotor diperoleh sebesar 14,78182% yang berarti setiap Rupiah penjualan menghasilkan Rp 0,1478182 laba kotor.

Pada tahun 2016 rasio margin laba kotor diperoleh sebesar 17,456648%

yang berarti setiap Rupiah penjualan menghasilkan Rp 0,17456648 laba kotor.

Jika dibandingkan rasio margin laba kotor pada tahun 2015 dan 2016 maka dapat disimpulakan terjadi kenaikan rasio margin laba kotor sebesar 2.674828% yang disebabkan adanya kenaikan laba kotor dan kenaikan pendapatan oprasional yang lebih kecil.

Pada tahun 2017 rasio margin laba diperoleh sebesar 20,311% yang berarti bahwa setiap Rupiah penjualan menghasilkan Rp 0,20311 laba kotor. Jika dibandingkan tahun 2016 dengan tahun 2017 terjadi kenaikan rasio margin laba kotor sebesar 2.854352% yang disebabkan adanya kenaikan laba kotor dan kenaikan pendapatan oprasional yang lebih kecil.

2. Margin Laba Operasi (Oprating Profit Margin)

Berdasarkan penghitungannya maka dapat diperoleh nilai-nilai dari rasio margin laba operasi selama 3 tahun terakhir (2015-2017) seperti yang disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3.8

Rasio Margin Laba Operasi

Tahun 2015 2016 2017

Rasio Margin Laba Operasi 9,7459% 12,213249% 13,3536%

Sumber : Laporan Keuangan Perum Bulog Subdivre Langsa tahun 2015-2017

(42)

34

Melalui rumus diatas dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rasio margin laba operasi diperoleh sebesar 9,7459% yang berarti setiap Rupiah penjualan menghasilkan Rp 0,097459 laba operasi.

Pada tahun 2016 rasio margin laba kotor diperoleh sebesar 12,213249%

yang berarti setiap Rupiah penjualan menghasilkan Rp 0,12213249 laba operasi.

Jika dibandingkan rasio margin laba operasi pada tahun 2015 dan 2016 maka dapat disimpulakan terjadi kenaikan rasio margin laba operasi sebesar 2.467349%

yang disebabkan adanya kenaikan laba operasi dan penekanan kenaikan biaya operasi.

Pada tahun 2017 rasio margin laba operasi diperoleh sebesar 13,3536%

yang berarti bahwa setiap Rupiah penjualan menghasilkan Rp 0,133536 laba operasi. Jika dibandingkan tahun 2016 dengan tahun 2017 terjadi kenaikan rasio margin laba operasi sebesar 1.140351% yang disebabkan adanya kenaikan laba operasi dan penekanan kenaikan biaya oprasional

Dalam hal ini, dapat diketahui bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba operasi semakin meningkat pada tingkat penjualan tertentu.Peningkatan ini menunjukkan keefisienan manajemen kerja perusahaan.Semakin tinggi rasio ini menunjukkan keberhasilan manajemen perusahaan dalam menekan kenaikan biaya operasi.

(43)

35

3. Margin Laba Bersih

Berdasarkan penghitungannya maka dapat diperoleh nilai-nilai dari rasio margin laba bersih selama 3 tahun terakhir (2015-2017) seperti yang disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.9

Rasio Margin Laba Bersih

Tahun 2015 2016 2017

Rasio Margin Laba Bersih 9,7527% 12,6255% 13,3807%

Sumber : Laporan Keuangan Perum Bulog Subdivre Langsa tahun 2015-2017

Melalui rumus diatas dan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rasio margin laba bersih diperoleh sebesar 9,7527%yang berarti setiap Rupiah penjualan menghasilkan Rp0,097527 laba bersih.

Pada tahun 2016 rasio margin laba bersih diperoleh sebesar 12,6255%

yang berarti setiap Rupiah penjualan menghasilkan Rp0,126255 laba bersih. Jika dibandingkan rasio margin laba bersih pada tahun 2015 dan 2016 maka dapat disimpulakan terjadi kenaikan rasio margin laba operasi sebesar 2.8728% yang disebabkan adanya kenaikan laba bersih dan kinerja perusahaan yang baik dalam menjalankan aktivitasnya untuk menghasilkan keuntungan netto dari setiap penjualan perusahaan.

Pada tahun 2017 rasio margin laba bersih diperoleh sebesar 13,3807%

yang berarti bahwa setiap Rupiah,- penjualan menghasilkan Rp0,133807 laba bersih. Jika dibandingkan tahun 2016 dengan tahun 2017 terjadi kenaikan rasio margin laba bersih sebesar 0.7552% yang disebabkan adanya kenaikan laba bersih

(44)

36

dan kinerja perusahaan yang baik dalam menjalankan aktivitasnya untuk menghasilkan keuntungan netto dari setiap penjualan perusahaan.

(45)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari analisis dan evaluasi yang telah dilakukan pada BAB III, maka penulis memberi kesimpulan terhadap perkembangan keuangan perusahaan dan saran-saran yang mungkin berguna dalam usaha peningkatan oprasional perusahaan.

4.I. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat penulis kemukakan yaitu:

1. Dilihat dari rasio likuiditas, posisi keuangan Perum Bulog Subdivre Langsa menunjukkan kenaikan dan penurunannya. Rasio lancar pada tahun 2015 adalah 54,896% dan mengalami kenaikan ditahun berikutnya menjadi 154,0586%, namun pada tahun 2017 terjadi penurunan kembali menjadi 20,00934%. Demikian juga pada rasio cepatnya, pada tahun 2015 adalah 284,639% dan mengalami kenaikan ditahun berikutnya menjadi 562,952%, pada tahun 2017 terjadi kenaikan lagi menjadi 1.238,18%.

Angka ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan terhadap hutang cukup baik karena mengalami kenaikan yang pesat dan hanya penurunan yang sedikit.

2. Dilihat dari segi rasio aktivitasnya, dapat disimpulkan bahwa perputaran persediaan dan perputaran total aktiva pada Perum Bulog Subdivre Langsa

(46)

38

memperlihatkan aktivitas operasional yang kurang baik, hal ini membuat efektifitas perusahaan dalam menghasilkan laba menjadi menurun tentunya hal ini berdampak kurang baik bagi perusahaan.

3. Berdasarkan rasio levarage perusahaan, terlihat secara keseluruhan mengalami penurunan, dan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan perusahaan dalam menjamin hutang-hutangnya sangat baik, dengan kata lain bahwa perusahaan dalam membelanjai aktivanya atau membiayai usahanya sebagian besar menggunakan modal sendiri. Artinya dana dari pihak luar dalam hal ini adalah hutang, yang tidak terlalu besar sehingga perusahaan sudah dapat dikatakan solvable.

4. Dari segi profitabilitas perusahaan, dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba kotor, laba operasi, dan laba bersih mengalami kenaikan setiap tahunnya dengan baik. Hal ini terjadi kerena perusahaan mampu melakukan efisiensi terhadap biaya- biaya sehingga rasio terus mengalami kenaikan.

4.2 SARAN

Adapun saran penulis yang dapat berikan adalah:

1. Rasio likuiditas masih dianggap baik oleh teori tetapi cenderung mengalami fluktuasi, hendaknya perusahaan tetap memperhatikan aktiva lancarnya sehingga modal kerja perusahaan mengalami kenaikan, dan sebaiknya manajemen perusahaan membuat suatu kebijakan dimasa yang akan datang untuk meningkatkan aktiva lancar. Misalnya dengan

(47)

39

mendapatkan tambahan modal sendiri dan mendapatkan hutang jangka panjang.

2. Pada kondisi rasio aktivitas perusahaan memiliki nilai rasio yang kurang bagus, semakin rendahnya rasio berarti semakin sedikit penjualan yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena perusahaan kurang efektif dalam mengelola asetnya dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki tidak begitu membaik.

Jadi saran penulis agar perusahaan lebih memperhatikan aktiva tetapnya agar lebih produktif.

3. Pada rasio leverge perusahaan memiliki nilai rasio yang bagus, karena setiap tahun mengalami penurunan dan ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan perusahaan dalam menjamin hutang-hutangnya sangat baik, dengan kata lain bahwa perusahaan dalam membelanjai aktivanya atau membiayai usahanya sebagian besar menggunakan modal sendiri.

Keadaan ini harus tetap dijaga perusahaan agar untuk tahun kedepannya tidak mengalami kenaikan nilai rasionya.

4. Pada rasio profitabilitas, perusahaan memiliki nilai rasio yang sangat bagus karena mengalami kenaikan disetiap tahunnya, baik itu laba kotor perusahaan, laba bersih dan laba operasi perusahaan. Keadaan ini harus tetap dijaga agar setiap tahunnya mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya.

(48)

40

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah,Faisal, 2005, Dasar - Dasar Manajemen Keuangan, Cetakan kelima, Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.

Harahap, Sofyan Syafri, 2008, Analisis Kritis Laporan Keuangan, Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sinuraya, Murthada, 1999, Teori Manajemen Keuangan, Edisi Revisi, Penerbit FE UI, Jakarta.

Sjahrial, Dermawan, 2006, Pengantar Manajemen Keuangan, Edisi kedua, Penerbit Mitra Wacana Media, Jakarta.

Sundjaja,Ridwan, 2002, Manajemen Keuangan Satu, Edisi Keempat, Penerbit Ikrar Mandiri Abadi, Jakarta.

(49)

41

Lampiran 1. Neraca 2015

(50)

42

(51)

43

Lampiran 2. Perhitungan Laba-Rugi 2015

(52)

44 Lampiran 3. Neraca 2016

(53)

45

(54)

46 Lampiran 4. Perhitungan Laba-Rugi 2016

(55)

47 Lampiran 5. Neraca 2017

(56)

48

(57)

49 Lampian 6. Perhitungan Laba-Rugi 2017

Referensi

Dokumen terkait

Pada 2011 hingga 2013 perusahaan mengalami penurunan margin laba operasi sebesar 52,15 %, penurunan ini terjadi karena adanya kenaikan laba operasi, yang

a. Semakin besar rasio ini, semakin baik kinerja keuangan perusahaan. Penurunan ini disebabkan karena persentase kenaikan penjualan sebesar 23,66% lebih kecil dibandingkan

 rasio harga saham suatu perusahaan terhadap laba bersih.

Perumusan masalah apakah terdapat perbedaan yang signifikan dari rasio likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas, Profit Margin, Rasio Operasi, dan Produktifitas Tenaga

1) Net Profit Margin atau margin laba bersih merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan. 2) Return on Equity

Rasio ini menunjukkan kemampuan modal pemilik yang ditanamkan oleh pemilik atau investor untuk menghasilkan laba bersih yang menjadi bagian da ri pemilik.Semakin tinggi

Secara keseluruhan dilihat rasio margin laba Operasi (Operating Profit Margin ) yang setiap tahunnya mengalami peningkatan artinya perusahaan mampu meningkatkan

Margin pada tahun 2012 menggambarkan bahwa untuk laba bersih