• Tidak ada hasil yang ditemukan

Industri pengolahan fillet patin ini direncanakan memiliki kapasitas produksi sebesar 144.000 kg per tahun. Dengan menggunakan margin keuntungan sebesar 35 %, maka harga jual produk ditetapkan sebesar Rp.19.300,- per kg (Lampiran 2). Margin sebesar 35% ditetapkan dengan mempertimbangkan harga jual produk sejenis yaitu produksi fillet ‘Patin Kita’ yaitu sebesar Rp. 22.000,-. Dengan margin 35% harga jual yang didapat masih lebih rendah dibandingkan produk fillet ‘Patin Kita’, sehingga diharapkan dapat menarik minat konsumen.

Panjangnya umur proyek ditetapkan selama 5 tahun, atau sama dengan umur ekonomis mesin dan peralatan. Asumsi yang digunakan dalam analisa finansial industri pengolahan fillet patin ini adalah :

a. Harga peralatan dan bahan baku yang digunakan dalam perhitungan adalah harga konstan pada tahun pertama, data yang digunakan adalah harga pada tahun 2004.

b. Kapasitas produksi pada tahun pertama adalah 60% dan pada tahun kedua adalah 75% dari total produksi yang direncanakan, setelah tahun ketiga produksi berjalan 100%. Strategi ini digunakan untuk mengantisipasi permintaan pasar yang masih kurang mengenal produk fillet patin, sehingga diharapkan pada tahun berikutnya pasar semakin mengenal produk ini dan akan memicu peningkatan permintaan.

c. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metoda garis lurus, dengan nilai sisa untuk fasilitas dan peralatan sebesar 10% dari nilai awal.

d. Masa tenggang waktu pembayaran kredit investasi dan modal kerja adalah satu tahun setelah kredit diambil dengan cicilan yang besarnya sama setiap tahun, dengan masa pembayaran untuk kredit modal kerja selama dua tahun.

e. Perbandingan modal sendiri dengan modal pinjaman adalah 40% dari modal sendiri dan 60% dari modal pinjaman. Hal ini berdasarkan adanya kesempatan dari kebijakan pemerintah untuk menggalakkan industri skala kecil dan menengah, yang dikembangkan melalui peningkatan pemberian kredit pinjaman untuk usaha skala kecil dan menengah oleh berbagai bank

f. Faktor tingkat suku bunga didasarkan pada tingkat suku bunga fasilitas Kredit Mina Mandiri dari Bank Mandiri sebesar 19%.

g. Nilai tanah diasumsikan sama tiap tahunnya.

h. Biaya pemeliharaan untuk bangunan dan peralatan ditentukan sebesar 2% dari nilai investasi bangunan dan peralatan.

1. Biaya Investasi

Biaya investasi digunakan untuk keperluan pembelian tanah dan perijinannya, pembangunan gedung dan bangunan lainnya, penyediaan peralatan dan perlengkapan untuk proses produksi, alat transportasi, fasilitas kantor, serta biaya pra-operasi. Rincian lengkap dari biaya investasi industri pengolahan fillet patin ini dapat dilihat di Lampiran 4.

1.1. Pengadaan Lahan dan bangunan

Luas lahan yang dibutuhkan adalah 1000 m² dengan harga Rp. 300.000,- per meter perseginya. Diperlukan pula biaya perijinan

yang besarnya 5% dari biaya lahan, sehingga total biaya pengadaan lahan dan perijinannya adalah Rp. 315.000.000,-.

Bangunan yang diperlukan antara lain kolam penampungan seluas 600 m², dengan biaya pembangunan sebesar Rp. 150.000,- per meter persegi, bangunan pabrik, gudang, kantor, lahan parkir, pagar dan pos keamanan. Jumlah dana yang diperlukan untuk pembangunan pabrik dan bangunan lainnya adalah Rp150.200.000,-.

1.2. Pengadaan Mesin dan Peralatan serta Fasilitas Kantor

Data harga mesin dan peralatan diperoleh dari beberapa tempat penjualan mesin dan peralatan. Biaya penyediaan mesin dan peralatan untuk industri fillet patin ini sebesar Rp. 45.205.000, sedangkan biaya pengadaan fasilitas kantor sebesar Rp. 58.500.000,-.

1.3. Biaya Pra-Operasional.

Biaya pra-operasional dibutuhkan untuk membiayai kegiatan sebelum investasi proyek dilaksanakan. Kegiatan tersebut antara lain biaya penarikan tenaga kerja, studi kelayakan, menyewa jasa konsultan, dan lain-lain. Biaya pra-operasional diasumsikan sebesar

10% dari total biaya investasi, dalam industri fillet patin ini maka besarnya biaya pra-operasional adalah Rp. 58.375.500,-.

2. Biaya Operasional

2.1. Biaya Tetap (Tahunan)

Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan pada setiap tahun dan besarnya tidak terkait langsung dengan jumlah produksi. Biaya tersebut antara lain biaya tenaga kerja tak langsung, pembayaran listrik dan air, telepon, dan biaya lainnya. Hasil penghitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.

2.2. Biaya Variabel (Tahunan)

Biaya variabel (biaya tidak tetap) adalah biaya yang dikeluarkan tiap tahun dan besarnya tergantung dari jumlah produksi. Biaya yang dimaksud adalah biaya pengadaan bahan baku dan input, serta biaya tenaga kerja langsung. Bahan baku yang digunakan hanyalah ikan patin tanpa penambahan zat lainnya, sedangkan jumlah tenaga kerja langsung untuk berproduksi pada kapasitas 100% adalah 18 orang. Jumlah biaya pengadaaan bahan baku dan input menjadi biaya yang paling besar dalam biaya operasional industri fillet patin ini. Hasil penghitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.

3. Neraca Pembayaran Investasi

Investasi proyek dibiayai dari modal sendiri dan pinjaman Bank dengan DER (Debt Equity Ratio) 60 persen : 40 persen. Kredit investasi seluruhnya diterima pada tahun ke-0 proyek (masa konstruksi) dengan masa pinjaman selama 5 tahun.

Masa tenggang waktu pembayaran kredit investasi adalah satu tahun setelah kredit diambil, dengan cicilan pokok yang besarnya sama setiap tahun dan pembayaran bunga dilakukan setiap tahun selama 5 tahun. Pembayaran kredit investasi dapat dilihat pada Lampiran 9.

4. Analisa Finansial dan Sensitivitas

Penentuan kelayakan investasi suatu proyek ditentukan melalui kelayakan secara finansial. Tolak ukur yang dipakai adalah nilai NPV, IRR,

Net B/C ratio, dan BEP. Nilai-nilai tersebut diperoleh dari analisa finansial kelayakan investasi yang membandingkan antara manfaat dengan biaya.

Analisa dilakukan pada tingkat suku bunga 19 persen. Tingkat suku bunga 19 persen adalah tingkat suku bunga investasi fasilitas Kredit Mina Mandiri (KMM) Bank Mandiri. Kredit Mina Mandiri (KMM) adalah program khusus yang dilakukan oleh bank Mandiri bekerja sama dengan departemen kelautan dan perikanan sebagai pembina teknis dalam membiayai sektor perikanan. Data pada Lampiran 11 memberikan Gambaran kelayakan investasi industri fillet patin melalui nilai NPV, Net B/C ratio, dan IRR.

Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara present value benefit dan present value biaya. Nilai NPV industri pengolahan fillet patin pada tingkat suku bunga pinjaman 19 (sembilan belas) persen adalah Rp, 219.008.659,99-. Nilai ini menunjukkan bahwa laba bersih (net benefit) yang diterima selama 5 tahun mendatang jika diukur dengan nilai sekarang, yaitu sebesar Rp. 219.008.659,99,-. Karena nilai NPV bernilai positif maka industri ini dinyatakan layak.

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan nilai perbandingan anatar nilai NPV positif dengan nilai NPV yang negatif. Apabila nilai Net B/C >1, maka nilai NPV>0 , sehingga proyek layak untuk dilaksanakan. Nilai Net B/C industri fillet patin ini adalah 1,24 sehingga proyek dinyatakan layak.

Internal Rate of Return (IRR) adalah suatu nilai suku bunga yang membuat nilai NPV proyek sama dengan nol, atau tingkat suku bunga yang menunjukkan jumlah NPV sama dengan jumlah keseluruhan ongkos investasi proyek. Nilai IRR industri fillet patin ini adalah 27,02 persen. Nilai ini lebih besar dari suku bunga yang berlaku, yaitu 19 persen, sehingga proyek dinyatakan layak.

Dengan kapasitas produksi yang direncanakan, BEP dari industri fillet patin ini adalah sebesar Rp. 437.203.794,33,-. Titik ini tercapai pada saat produksi mencapai 22.653,05 kg (Lampiran 12).

Nilai PBP menunjukkan berapa lama modal yang ditanam dalam investasi akan kembali, dimana pengembalian modal ini dipandang dari

arus kas masuk (cash in flow). Industri fillet patin ini akan kembali modal dalam waktu 22 bulan (1,87 tahun). Tabel 9 berikut ini menunjukkan nilai dari kriteria investasi yang telah dilakukan.

Tabel 9. Nilai Kriteria Investasi

Kriteria Investasi Nilai

NPV (Rp) Rp. 219.008.659,99-.

Net B/C 1.24

IRR (%) 27.02%

BEP Rp. 437,203,794.33,-

PBP 1.87 tahun

Selain melakukan penghitungan kriteria investasi, juga diperlukan analisa ketahanan industri ini terhadap perubahan pada komponen kriteria investasi, misalnya perubahan pada harga jual dan harga bahan baku, yang disebut dengan analisa sensitivitas. Perubahan ini mungkin terjadi setelah proyek berjalan sehingga dapat mempengaruhi cash flow perusahaan secara keseluruhan.

Nilai-nilai kriteria investasi yang diperoleh dari analisa sensitivitas dapat dilihat pada Tabel 10. Dari analisa sensitivitas yang telah dilakukan, maka dapat terlihat bahwa industri fillet patin ini masih bisa dikatakan layak jika terjadi kenaikan harga bahan baku sampai dengan 5 persen. Akan tetapi proyek ini sudah tidak layak lagi jika terjadi kenaikan harga bahan baku sebesar 10 persen atau penurunan harga jual hingga 5 persen.

Tabel 10. Nilai kriteria Investasi dari analisa sensitivitas

Skenario Kriteria Investasi

NPV (Rp) IRR Net B/C PBP Kenaikan Harga Bahan

Baku dan input 5%

102.930.078,41 23% 1,11 2,04 th

Kenaikan Harga Bahan Baku dan Input 10%

-252.683.550,41 9,78% 0,74 2,74 th

Penurunan Harga Jual 5%

E. ANALISA YURIDIS

Dokumen terkait