• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk badan usaha yang akan dipilih ditentukan melalui beberapa faktor, antara lain besarnya modal investasi, jenis perusahaan, pembagian laba yang diinginkan oleh pemiliknya, resiko yang dapat ditanggung oleh pemilik, serta pembagian pengawasan dan aturan penguasaaan perusahaan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka bentuk badan usaha yang sesuai untuk industri pengolahan fillet patin ini adalah perseroan terbatas (PT). 2. Perijinan

Untuk mendirikan badan usaha yang berbentuk perseroan terbatas, maka diperlukan akta pendirian perseroan yang disahkan oleh menteri kehakiman Republik Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1995 tentang perseroan terbatas, pasal delapan, menyatakan bahwa akta pendirian memuat Anggaran Dasar dan keterangan lain, sekurang-kurangnya :

a.Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal dan warga kenegaraan pendiri,

b.Susunan, nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal, dan warga kenegaraan anggota direksi dan komisaris yang pertama kali diangkat,

c.Nama pemegang saham yang mengambil bagian saham pada saat pendirian.

Anggaran dasar perseroan memuat sekurang-kurangnya : a.Nama dan tempat kedudukan perseroan,

b.Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan, c.Jangka waktu berdirinya perseroan,

d.Besarnya jumlah modal perseroan,

e.Susunan, jumlah dan nama anggota direksi dan komisaris, f. Tata cara penggunaan laba dan pembagian deviden.

Selain itu, berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan, direksi perseroan wajib mendaftarkan perusahaan, hal-hal yang harus didaftarkan :

a.Akta pendirian beserta surat pengesahan menteri kehakiman Republik Indonesia,

b.Akta perubahan Anggaran Dasar beserta laporan kepada menteri kehakiman Republik Indonesia.

Untuk mendirikan suatu industri juga diperlukan ijin lokasi usaha, yang dapat diperoleh dengan menyampaikan permohonan secara tertulis kepada gubernur kepala daerah melalui kanwil BPN dengan dilengkapi :

a. Rekomendasi bupati/walikota daerah

b. Akte pendirian perusahaan bagi perusahaan yang berbadan hukum atau surat ijin usaha bagi perusahaan perseorangan

c. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) d. Lay out pabrik

e. Pernyataan kesanggupan memberikan ganti rugi dan atau menyediakan penampungan bagi pemilik tanah

g. Surat persetujuan penanaman modal bagi perusahaan yang menggunakan fasilitas penanaman modal

h. Pertimbangan aspek penatagunaan tanah

i. Peta rencana tata ruang lokasi yang bersangkutan

Selama persyaratan yang dibutuhkan dapat dipenuhi serta ditunjang dengan jenis usaha yang meningkatkan nilai tambah pada bahan baku, dapat meningkatkan pendapatan daerah, memperluas kesempatan kerja, dan menunjang pembangunan di sektor non migas, maka tidak akan ada kesulitan dalam memperoleh perijinan di atas.

3. Pajak

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2000 tentang pajak penghasilan, subyek pajak adalah badan yang terdiri dari perseroan terbatas (PT), perseroan komanditer (CV), BUMN dan BUMD, perseroan/perkumpulan lainnya, firma, kongsi, koperasi, yayasan/lembaga dan bentuk usaha tetap. Oleh karena itu, industri pengolahan fillet patin ini terkena kewajiban membayar pajak sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Penentuan besar pajak penghasilan yang diberlakukan berdasarkan Undang-Undang Perpajakan Nomor 17 tahun 2000, yaitu pajak keuntungan

sampai dengan 10 persen untuk pendapatan sampai dengan Rp. 50 juta; untuk pendapatan Rp. 50 juta sampai Rp. 100 juta maka dikenakan pajak 10 persen dari Rp. 50 juta ditambah dengan 15 persen dari pendapatan yang telah dikurangi Rp. 50 juta; untuk pendapatan yang berada di atas Rp. 100 juta maka dikenakan pajak sebesar 10 persen dari Rp. 50 juta, ditambah 15 persen dari Rp. 50 juta, dan ditambah dengan 30 persen dari pendapatan yang telah dikurangi Rp. 100 juta (Gunadi, 2000).

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dalam pengumpulan data pasar dan pemasaran terdapat kendala yaitu tidak tersedianya data permintaan dan penawaran fillet ikan patin baik di tingkat kabupaten maupun nasional. Dengan demikian kapasitas produksi yang direncanakan, menggunakan data referensi dari unit usaha fillet ikan “Patin Kita” yaitu sebesar 144 ton/tahun. Jumlah ini setara dengan kurang dari 1% jumlah total pasokan ikan yang dibutuhkan untuk memenuhi target konsumsi ikan per kapita di Indonesia yaitu sebesar 500.000 ton/tahun. Harga jual ditentukan sebesar Rp. 19.300,- per kg.

Jumlah bahan baku yang dibutuhkan untuk menghasilkan 144.000 kg fillet patin per tahun adalah 221.540 kg ikan patin. Lokasi pendirian pabrik ditentukan di wilayah Kabupaten Bogor dengan luas lahan sebesar 1000 m². Proses produksi untuk menghasilkan fillet patin ini adalah persiapan bahan baku, penyiangan, pemisahan kulit dan tulang, penimbangan, pengemasan dan penyimpanan. Badan usaha yang akan dibentuk adalah Perseroan Terbatas (PT) dan akan menyerap tenaga kerja sebanyak 28 orang. Jumlah pegawai tersebut terdiri dari 1 orang direktur, 3 kepala bagian, 3 orang staf/teknisi, 18 tenaga operator, dan 3 orang bagian umum dan satpam.

Dana investasi yang dibutuhkan untuk mendirikan industri ini adalah Rp. 1.092.243.637,50,- dengan perbandingan modal sendiri dan modal dari pinjaman bank adalah 40 persen dan 60 persen. Kredit investasi seluruhnya diberikan pada tahun ke-0 dengan masa pinjaman selama 5 tahun. Modal kerja awal untuk tiga bulan produksi adalah Rp. 450.113.137,50,-.

Kriteria kelayakan investasi diberikan melalui nilai-nilai berikut ini: 1. Net Present Value (NPV) : Rp. Rp. 219.008.659,99-; pada tingkat suku

bunga 19 persen per tahun. Karena nilai lebih besar daripada nol, maka proyek ini layak untuk didirikan.

2. Internal Rate of Return : 27,02 persen, lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, sehingga proyek dinyatakan layak.

3. Net B/C : 1,24 atau lebih besar dari pada 1, hal ini menunjukkan perbandingan benefit proyek yang jauh lebih besar dari biaya yang dibutuhkan.

4. Pay Back Period (PBP) : proyek ini kan balik modal dalam waktu 1 (satu) tahun 10 (sepuluh) bulan.

5. Analisa sensitivitas menunjukkan bahwa proyek ini masih layak untuk dilaksanakan jika terjadi perubahan kenaikan harga bahan baku hingga 5 persen, dan tidak layak lagi bila terjadi kenaikan harga bahan baku mulai 10% serta penurunan harga jual sebesar 5%.

Dari keseluruhan hasil analisa, maka dapat disimpulkan bahwa pendirian industri pengolahan fillet patin di Kabupaten Bogor layak untuk dilaksanakan. B. SARAN

Tidak adanya data mengenai jumlah permintaan dan penawaran fillet patin dikarenakan industri pengolahan ikan yang menggunakan bahan dasar fillet ikan patin masih sedikit terdapat di Indonesia. Permintaan fillet patin yang tercatat hanya berdasarkan data referensi unit usaha fillet ‘Patin Kita’, yaitu permintaan yang hanya berasal dari PT Kemfood Industries. Oleh karena itu perlu dilakukan riset pemasaran yang lebih mendalam kepada konsumen potensial yaitu industri pengolahan ikan.

Dalam pemilihan lokasi juga perlu dilakukan kajian lebih lanjut sehingga lokasi pendirian pabrik telah mempertimbangkan berbagai kriteria yang mempunyai bobot sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas jalannya perusahaan, seperti ketersediaan tenaga kerja, rencana pengembangan daerah, ketersediaan sarana transportasi, serta potensi and produktivitas bahan baku.

Dokumen terkait