• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

A. Analisa Gambaran Umum Perusahaan

PT. Iskandartex merupakan salah satu dari sekian banyak perusahaan textile yang mengolah bahan baku menjadi kain mentah (grey) yang kemudian meningkatkan jenis produksi berupa kain bercorak atau lebih dikenal dengan sebutan batik printing.

Proses produksi di PT. Iskandartex mengandung berbagai potensi bahaya, diantaranya yaitu :

1. Pembuatan Benang Lusi

a. Pada saat proses penggulungan benang di LOOM warping untuk pengkanjian tenaga kerja terpapar panas dari uap mesin.

b. Pada saat penggulunga pekerja terpapar kebisingan. 2. Penyisiran Benang (Cucuk)

a. Pada proses penyisiran benang atau cucuk banyak tenaga kerja yang mengeluh sakit pada bagian bahu sebanyak 78,1%, punggung sebanyak 75% dan pinggang sebanyak 62,5% karena postur dan kursi kerja yang tidak ergonomis.

b. Tenaga kerja terpapar panas yang diakibatkan oleh paparan dari ruangan bagian pengkanjian benang, karena tidak adanya pintu penghalang antara dua ruangan tersebut.

commit to user

3. Pembuatan Benang Pakan (Winding)

a. Tenaga kerja banyak yang mengeluhkan kelelahan karena diberlakukannya rotasi kerja di bagian winding.

b. Ruang winding yang dekat dengan ruang proses penenunan benang mengakibatkan tenaga kerja terpapar kebisingan.

c. Tenaga kerja terpapar panas dari ruangan yang tidak dilengkapi dengan ventilasi yang memadai.

d. Tenaga kerja terpapar debu dari benang yang beterbangan. c. Proses penenunan

a. Tenaga kerja merasakan kelelahan karena diberlakukannya rotasi kerja di bagian tersebut.

b. Tenaga kerja terpapar kebisingan dari mesin tenun.

c. Tenaga kerja terpapar debu dari benang yang beterbangan.

d. Tenaga kerja terpapar panas karena ruangan dilengkapi dengan fasilitas yang kurang memadai.

d. Proses finishing

a. Tenaga kerja terpapar debu kapas. b. Tenaga kerja terpapar panas

B. Analisis Karakteristik Subjek Penelitian

1. Umur

Menurut Bridger 2003, sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang dan keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang berusia 30 tahun. Pada usia 30 tahun terjadi degenerasi yang berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan. Hal tersebut menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang. Pendek kata, semakin tua seseorang semakin tinggi resiko orang tersebut mengalami penurunan elastisitas pada tulang, yang menjadi pemicu timbulnya keluhan otot. Chaffin 1979 dan Gue et al 1995 menyatakan bahwa pada umurnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja yaitu 25 - 65 tahun. Menurut Rihimaki et. al 1989 menjelaskan umur mempunyai hubungan sangat kuat dengan keluhan otot, terutama untuk otot leher dan bahu, bahkan beberapa ahli lainnya menyatakan bahwa umur merupakan penyebab utama terjadinya keluhan otot. Granjean 1993, menyebabkan umur 50 - 60 tahun kekuatan otot menurun sebesar 25%, kemampuan sensoris motoris menurun sebanyak 60%.

Berdasarkan hasil penelitian subjek penelitian yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini berumur antara 34 - 58 tahun, dengan rerata (X) ± SD adalah 43,16 tahun ± 6,15 dan berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment diketahui bahwa nilai

commit to user

signifikansi = 0,685, sehingga signifikansi > 0,05. Hal ini berarti tidak ada hubungan antara umur dengan Upper Extremity Symptoms.

Menurut Kusrini (2005) dalam penelitian Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Muskuloskeletal Petugas Cleaning Service Rumah Sakit X Kota Semarang, hasil penelitian menyebutkan P > 0,05 yang berarti tidak ada hubungan antara umur dengan keluhan muskuloskeletal pada petugas cleaning service.

2. Kursi Kerja

Analisa ukuran kursi kerja dengan Anthropometri tenaga kerja : a. Tinggi Kursi

Tinggi tempat duduk harus sesuai dengan tinggi popliteal. Dari hasil pengukuran antara tinggi kursi dengan tinggi popliteal didapatkan rerata (X) ± SD tinggi kursi adalah 43,53 cm ± 1,8 dengan persentil 5, 50 dan 95 sebesar 40,56 cm, 43,53 cm dan 46,50 cm. Berdasarkan hasil disimpulkan bahwa tinggi kursi lebih tinggi dari tinggi popliteal (43,53 > 41,44) sehingga dapat dikatakan bahwa tinggi kursi yang digunakan oleh pekerja di bagian cucuk di PT. Iskandartex Surakarta tidak ergonomis.

b. Panjang Kursi

Panjang kursi harus sesuai dengan panjang buttock-popliteal. Dari hasil pengukuran antara panjang kursi dengan panjang buttock-popliteal adalah didapatkan rerata (X) ± SD panjang kursi adalah 27,76

cm ± 1,09 dengan persentil 5, 50 dan 95 sebesar 25,97 cm, 27,76 cm dan 29,55 cm. Berdasarkan hasil disimpulkan bahwa panjang kursi lebih rendah dari panjang buttock-popliteal (27,76 < 39,12) sehingga dapat dikatakan bahwa panjang kursi yang digunakan oleh pekerja di bagian cucuk di PT. Iskandartex Surakarta tidak ergonomis.

c. Lebar Kursi

Lebar kursi harus sesuai dengan lebar pinggul. Dari hasil pengukuran antara lebar kursi dengan lebar pinggul adalah didapatkan rerata (X) ± SD lebar kursi adalah 22,56 cm ± 1,08 dengan persentil 5, 50 dan 95 sebesar 25,97 cm, 27,76 cm dan 29,55 cm. Berdasarkan hasil disimpulkan bahwa lebar kursi lebih rendah dari lebar pinggul (22,56 < 39,64) sehingga dapat dikatakan bahwa panjang kursi yang digunakan oleh pekerja di bagian cucuk di PT. Iskandartex Surakarta tidak ergonomis.

3. Lama Kerja

Dalam penelitian ini menggunakan lama kerja 8 jam (7 jam NHUMDGDQMDPLVWLUDKDWNDUHQD6XPD¶PXUPHQJDWDNDQODPDQ\D seorang bekerja sehari pada umumnya 6 - 8 jam. Semakin panjang waktu kerja maka semakin besar kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Penelitian menunjukkan bahwa pengurangan jam kerja dari delapan seperempat jam ke delapan jam disertai meningkatnya efesiensi kerja dengan kenaikan produktivitas 3 sampai 10%. Dalam penelitian ini

commit to user

lama kerja antara kelompok subjek penelitian sebelum dan sesudah perbaikan adalah sama yaitu 8 jam (7 jam kerja dan 1 jam istirahat).

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment diketahui bahwa nilai signifikansi = 25 sehingga signifikansi > 0,05. Hal ini berarti tidak ada hubungan antara lama kerja dengan Upper Extremity Symptoms.

Menurut Ifadah (2010) dalam penelitian Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Muskuloskeletal Pada Operator Komputer (Studi Pada Karyawan PT. Telkom Indonesia (Tbk.) Dcs V Jawa Timur Gedung Opmc Ketintang), hasil penelitian menyebutkan bahwa P > 0,05, berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lama kerja terhadap munculnya keluhan muskuloskeletal.

C. Hasil Pengukuran Lingkungan Kerja

Dokumen terkait