commit to user
HUBUNGAN POSTUR KERJA DUDUK TERHADAP UPPER EXTREMITY SYMPTOMS PADA PEKERJA BAGIAN CUCUK DI
PT. ISKANDARTEX SURAKARTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
Oleh :
Cherlly Pritta Rinandha
NIM. R0207066
PROGRAM DIPLOMA IV KESEHATAN KERJA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
commit to user
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, Juli 2011
ABSTRAK
HUBUNGAN POSTUR KERJA DUDUK DENGAN UPPER EXTREMITY SYMPTOMS PADA PEKERJA BAGIAN CUCUK
DI PT. ISKANDARTEX SURAKARTA
Cherlly Pritta Rinandha1, Tarwaka2, Seviana Rinawati3.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji hubungan postur kerja duduk dengan Upper Extremity Symptoms pada pekerja bagian cucuk di PT. Iskandartex Surakarta.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian Crossectional Analitic, dengan sampel penelitian 25 pekerja di bagian Cucuk. Teknik sampling yang digunakan adalah Sample Jenuh. Pengumpulan data dengan menggunakan Lembar Kerja Penilaian RULA dan Peta Pemetaan Tubuh. Analisis yang digunakan adalah uji statistik parametrik Pearson Product Moment dan Regresi Linear dengan program komputer SPSS versi 16.00.
Hasil : Hasil uji statistik terhadap hubungan postur kerja duduk terhadap Upper Extremity Symptoms = 0,022. Sedangkan hasil uji Regresi Linear = 0,320 sehingga terdapat hubungan tingkat hubungan korelasi (r) berada diantara 0,20 - 0,399), sehingga menunjukkan tingkat hubungan rendah.
Kesimpulan : Dari hasil uji tersebut dapat disimpulkan adanya hubungan antara postur kerja duduk dengan Upper Extremity Symptoms.
Kata Kunci : Postur Kerja Duduk, Upper Extremity Symptoms
1,2, 3
commit to user
ABSTRACT
CORRELATIONS OF SITTING WORKING POSTURE WITH UPPER EXTREMITY SYMPTOMS THE LABORS CUCUK DIVISION IN PT.
ISKANDARTEX SURAKARTA
Cherlly Pritta Rinandha1, Tarwaka2, Seviana Rinawati3.
Objective : This research was aimed to find and examine the correlations of sitting working posture with Upper Extremity Symptoms the labors Cucuk Division in PT. Iskandartex Surakarta.
Methods : This research is an observational cross sectional analytical approach, with a sample of 25 research labors in Cucuk Division. Sampling technique used was Sampling Jenuh. The data collection was done using by Rula Assessment Worksheet and Body Mapping. The data analysis used statistic parametric Pearson Product Moment and Linear Regression by using computer program SPSS version 16.00 version.
Result : The result of statistic showed the correlations of sitting working posture with Upper Extremity Symptoms = 0,022. While the test results of linear regression = 0,320, so there is a relationship level of correlation (r) (is between 0,20 to 0,399), suggesting a low level of relation.
Conclution : From the test results can be inferred the existence of the correlations between sitting working posture with Upper Extremity Symptoms.
The Key words : Sitting Working Posture, Upper Extremity Symptoms.
1,2, 3
PRAKATA
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat PHQ\HOHVDLNDQ SHQXOLVDQ VNULSVL GHQJDQ MXGXO ³+XEXQJDQ 3RVWXU .HUMD 'XGXN dengan Upper Extremity Symptoms pada Pekerja Bagian Cucuk di PT. Iskandartex 6XUDNDUWD´
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan Program D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. A.A. Subijanto, dr., M.S., selaku mantan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, periode sebelum 16 Mei 2011. 2. Bapak Prof.Dr. Zainal Arifin Adnan,dr.,Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, periode 16 Mei 2011 ± 16 Mei 2015.
3. Bapak Putu Suryasa, dr., MS, P.K.K, Sp.Ok., selaku mantan Ketua Program D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Periode Sebelum 16 Juni 2011
4. Ibu Ipop Sjarifah, Dra., M.Si, selaku Ketua Program D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Periode 16 juni 2011 ± 16 Juni 2015
5. Bapak Tarwaka, PGDip.S., M.Erg. selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Seviana Rinawati, SKM. selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.
7. Bapak Putu Suriyasa., dr., MS., PKK., Sp.Ok selaku penguji yang telah memberikan masukan dalam skripsi ini.
8. Pimpinan Perusahaan PT. Iskandartex Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan Penelitian.
9. Bapak Agus Mulya, selaku Pembimbing Lapangan yang telah meluangkan waktu untuk mendampingi penulis dalam pengambilan data.
10.Papa Kusni dan Mama Setyorini, beserta adik Al Fadilla Yoga Brata yang telah memberikan cinta, kasih sayang dan support selama ini.
11.Teman-teman angkatan 2007 D.IV Kesehatan Kerja, terimakasih atas semua bantuannya dan semoga bermanfaat.
12.Semua pihak yang tidak disebutkan satu-persatu yang telah membantu penulis dalam penyelesaian Skripsi ini.
commit to user
Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca sekalian. Semoga Skripsi ini bisa bermanfaat bagi civitas akademika Program D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, untuk menambah wawasan ilmu di bidang keselamatan dan kesehatan kerja.
Surakarta, Juli 2011
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK BAHASA INDONESIA ... iv
ABSTRAK BAHASA INGGRIS ... v
PRAKATA ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 6
B. Kerangka Pemikiran ... 27
C. Hipotesis ... 28
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 29
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29
C. Populasi Penelitian dan Subjek Penelitian ... 29
D. Teknik Sampling ... 30
E. Identifikasi Variabel Penelitian ... 30
commit to user
G. Desain penelitian ... 34
H. Instrumen Penelitian... 35
I. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 36
BAB IV HASIL A. Gambaran Umum Perusahaan ... 37
B. Karakteristik Subjek Penelitian ... 42
C. Hasil Pengukuran Lingkungan Kerja ... 47
D. Hasil Pengukuran Postur Kerja Duduk ... 50
E. Hasil Pengukuran Upper Extremity Symptoms ... 52
F. Presentase Pengukuran Upper Extremity Symptoms ... 53
G. Hasil Pengujian ... 54
H. Hubungan Postur Kerja Duduk terhadap Upper Extremity Symptoms ... 55
BAB V PEMBAHASAN A. Analisa Gambaran Umum Perusahaan... 57
B. Analisa Karakteristik Subjek Penelitian... 59
C. Analisa Hasil Pengukuran Lingkungan Kerja ... 63
D. Analisa Hasil Pengukuran Postur Kerja Duduk ... 66
E. Analisa Hasil Pengukuran Upper Extremity Symptoms ... F. Hasil Uji Statistik Hubungan Postur Kerja Duduk Terhadap Upper Extremity Symptoms ... 67
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 69
B. Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 71
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Faktor yang Mempengaruhi Postur Tubuh ... 7 Tabel 2. Postur-postur Janggal dan Alokasi Kemungkinan Terjadinya Sakit 8 Tabel 3. Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien
Korelasi ... 36 Tabel 4. Data Umur Subjek Penelitian Pekerja di Bagian Cucuk ... 42 Tabel 5. Hasil Uji Statistik Umur terhadap Upper Extremity Symptoms
dengan Menggunakan Uji Correlations Pearson Product
Moment ... 43 Tabel 6. Data Pengukuran Kursi yang Digunakan Pekerja Bagian Cucuk
PT. Iskandartex Surakarta. ... 44 Tabel 7. Data Pengukuran Anthropometri Pekerja di Bagian Cucuk di PT.
Iskandartex Surakarta ... 45 Tabel 8. Data Pengukuran Lama Kerja Subjek Penelitian di Bagian Cucuk
di PT. Iskandartex Surakarta ... 47 Tabel 9. Hasil Uji Lama Kerja Subyek Penelitian terhadap Upper
Extremity Symptoms dengan Menggunakan Uji Correlations
Pearson Product Moment . ... 48 Tabel 10. Data Pengukuran Penerangan di Bagian Cucuk PT. Iskandartex
Surakarta. ... 48 Tabel 11. Hasil Uji Statistik Penerangan terhadap Upper Extremity
Symptoms dengan menggunakan uji Correlations Pearson
Product Moment ... 49 Tabel 12. Hasil Pengukuran Postur Kerja Duduk ... 51 Tabel 13. Hasil Pengukuran Upper Extremity Symptoms Pada Pekerja di
Bagian Cucuk di PT. Iskandartex Surakarta ... 53 Tabel 14. Hasil Presentase Pengukuran Upper Extremity Symptoms Pekerja
Bagian cucuk PT. Iskandartex Surakarta ... 54 Tabel 15. Hasil Uji Hubungan Postur Kerja Duduk dengan Upper
Extremity Symptoms dengan menggunakan uji Correlations
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Hal-hal yang Mempengaruhi Postur Tubuh Ketika Bekerja ... 6
Gambar 2. Range Pergerakan Lengan Atas (a) Postur Alamiah, (b) Postur Extension dan Flexion, (c) Postur Lengan Atas Flexion. ... 10
Gambar 3. Range Pergerakan Lengan Bawah (a) Postur Flexion 60°-100°, (b) Postur Alamiah dan (c) Postur 100° +. ... 11
Gambar 4. Range Pergerakan Pergelangan Tangan (a), (b) Postur Flexion 15°+, (c) Postur 0-15° Flexion maupun Extension, (d) Postur Extension 15°+. ... 12
Gambar 5. Range Pergerakan Putaran Pergelagan Tangan, (a) Postur Alamiah dan (b) Postur Putaran Pergelangan Tangan ... 12
Gambar 6. Range Pergerakan Leher (a) Postur Alamiah, (b) Postur 10-20° Flexion, (c) Postur 20° atau Lebih Flexion (d) Postur Extention . 13
Gambar 7. Range Pergerakan Leher yang Diputar atau Ditengokkan (a) Postur Alamiah, (b) Postur Leher Diputar, (c) Postur Leher Ditengokkan... 14
Gambar 8. Range Pergerakan Punggung (a) Postur 20°-60° Flexion, (b) Postur Alamiah, (c) Postur 0 -20° Flexion, (d) Postur 60° atau Lebih Flexion ... 15
Gambar 9. Range Pergerakan Punggung yang Diputar atau Ditengokkan (a) Postur Alamiah, (b) Postur Punggung Diputar, (c) Postur Punggung Ditengokkan. ... 15
Gambar 10. Range Pergerakan Kaki (a) Kaki Tertopang, Bobot Tersebar Merata, (b) Kaki Tidak Tertopang, Bobot Tidak Tersebar Merata. 16 Gambar 11. Sistem Skeletal ... 17
Gambar 12. Otot-Otot Pada Extremitas Atas ... 18
Gambar 13. Bagan Kerangka Pemikiran ... 27
Gambar 14. Bagan Desain Penelitian... 34
Gambar 15. Pembuatan Benang Lusi ... 39
Gambar 16. Pembuatan Benang Lusi ... 39
Gambar 17. Proses Pengkajian Benang ... 39
Gambar 18. Proses Cucuk ... 39
Gambar 19. Proses Penyisiran Benang ... 40
Gambar 20. Proses Winding ... 40
Gambar 21. Proses Penenunan Benang ... 41
Gambar 22. Proses Finishing ... 42
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Kerja Penilaian RULA
Lampiran 2. Peta Pemetaan Tubuh
Lampiran 3. Denah Pengukuran Penerangan
Lampiran 4. Data Pengukuran Denyut Nadi Pekerja
Lampiran 5. Foto Pengukuran Lingkungan
Lampiran 6. Hasil Uji Statistik
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan di bidang industri baik industri besar, sedang maupun kecil
tengah berkembang secara menyeluruh. Pembangunan industri ini ditujukan
untuk memperluas lapangan kerja, kesempatan berusaha dan untuk
meningkatkan mutu serta perlindungan bagi tenaga kerja. Perlindungan tenaga
kerja ditujukan kepada perbaikan upah, syarat kerja, serta jaminan sosial lainnya
dalam rangka perbaikan kesejahteraan tenaga kerja. Upaya perlindungan
terhadap bahaya yang timbul serta pencapaian ketentraman atau ketenangan
kerja agar tenaga kerja tetap sehat dan selamat bertujuan untuk pencapaian
produktivitas kerja yang setinggi-tingginya (Lukas, 2007).
Industri tekstil merupakan industri yang mengelola dan memproses
bahan kain dengan menggunakan mesin dan peralatan modern. Salah satu faktor
permasalahan yang menganggu kenyamanan kerja tenaga kerja adalah
permasalahan mengenai sikap duduk yang salah dan dapat menyebabkan keluhan
otot-otot skeletal atau yang lebih sering disebut Musculoskeletal Disorders
(MSDs) (Dinardi, 1997).
Aktivitas sehari-hari yang menuntut banyak gerak ke depan maupun
bekerja dalam posisi duduk dengan jangka waktu lama dimungkinkan
menyebabkan nyeri pada bagian anggota badan, punggung lengan bagian
persendian, dan jaringan otot lainnya (Soedirman, dkk., 2000).
Pada tenaga kerja yang setiap harinya bekerja dengan sikap kerja
duduk, keluhan tersebut biasanya berupa nyeri di sekitar tengkuk ataupun di
bagian bahu. Nyeri dan rasa tidak nyaman pada tengkuk umum terjadi pada
waktu kerja. Antara lain terjadi pada pekerjaan dengan beban yang berat,
pekerjaan manual dengan duduk, pekerjaan yang duduk terus - menerus. Dalam
suatu sikap yang statis, otot bekerja statis dimana pembuluh - pembuluh darah
dapat tertekan sehingga aliran darah dalam otot menjadi berkurang yang
berakibat berkurangnya glukosa dan oksigen dari darah dan harus menggunakan
cadangan yang ada. Selain itu sisa metabolisme tidak diangkut keluar dan
menumpuk di dalam otot yang berakibat otot menjadi lelah dan timbul rasa nyeri
(Naqshband, 2008).
Berdasarkan survei awal yang dilakukan di PT. Iskandartex dengan
melalui proses wawancara, terdapat pekerja di bagian cucuk yang terindikasi
mengalami keluhan pada upper extremity. Proses ini dilakukan secara manual
dan sangat membutuhkan ketelitian karena satu helai benang hanya mengisi satu
dropper. Pekerjaan ini tentunya dilakukan dengan posisi duduk dan
menggunakan kursi yang tidak ergonomis. Dari sikap kerja duduk inilah yang
commit to user
hingga punggung. Keluhan tersebut yang dinamakan dengan keluhan pada
bagian tubuh ektremitas atas atau Upper Extremity Symptoms .
Saat ini, belum banyak penelitian tentang hubungan postur kerja duduk
pada pekerja bagian cucuk dengan Upper Extremity Symptoms. Oleh karena itu,
SHQHOLWL WHUWDULN XQWXN PHQJDGDNDQ SHQHOLWLDQ GHQJDQ MXGXO ³+XEXQJDQ SRVWXU
kerja duduk pada pekerja bagian cucuk terhadap Upper Extremity Symptoms di
37,VNDQGDUWH[6XUDNDUWD´
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah seperti yang diuraikan di atas
dan guna membatasi permasalahan yang akan dibahas, maka peneliti mengambil
rumusan masalah sebagai berikut :
³$GDNDK KXEXQJDQ SRVWXU NHUMD GXGXN GHQJDQUpper Extremity Symptoms pada
SHNHUMDEDJLDQFXFXNGL37,VNDQGDUWH[6XUDNDUWD"´
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penelitian ini mengkaji hubungan postur kerja duduk dengan Upper
Extremity Symptoms pada pekerja bagian cucuk di PT. Iskandartex Surakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui postur kerja duduk pada pekerja bagian cucuk yang menjadi
b. Mengetahui Upper Extremity Symptoms yang dialami oleh pekerja bagian
cucuk di PT. Iskandartex Surakarta.
c. Mengetahui hubungan postur kerja duduk terhadap Upper Extremity
Symptoms pada pekerja bagian cucuk di PT. Iskandartex Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan bukti empiris tentang hubungan
postur kerja duduk dengan Upper Extremity Symptoms pada pekerja di bagian
cucuk di PT. Iskandartex Surakarta.
2. Manfaat Aplikatif/Praktis
a. Bagi Peneliti
1) Dapat mengaplikasikan teori - teori mata kuliah yang telah didapatkan
di bangku kuliah dan menambah pengalaman secara langsung melalui
pengamatan di lapangan.
2) Dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai hubungan
postur kerja duduk dengan Upper Extremity Symptoms pada pekerja di
bagian cucuk di PT. Iskandartex Surakarta.
b. Bagi Tenaga Kerja
Tenaga kerja dapat mengetahui hubungan postur kerja duduk
dengan Upper Extremity Symptoms pada pekerja di bagian cucuk di PT.
commit to user
Upper Extremity Symptoms yang disebabkan oleh postur kerja duduk
dengan penuh kesadaran.
c. Bagi Perusahaan
1) Perusahaan dapat lebih mengetahui mengenai kondisi lingkungan
kerja.
2) Perusahaan mendapatkan masukan mengenai postur kerja duduk pada
tenaga kerja di bagian cucuk agar dapat dilakukan upaya pengendalian.
d. Bagi Pembaca
1) Dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai teori - teori
postur kerja duduk, ergonomi, dan Upper Extremity Symptoms.
2) Dapat dijadikan sebagai acuan dan referensi untuk penelitian -
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Postur Kerja Duduk
Postur kerja adalah posisi relatif bagian tubuh tertentu pekerja
pada saat melakukan aktivitas kerja yang biasanya terkait dengan desain
area kerja dan task requirement serta ukuran peralatan/benda lainnya yang
digunakan saat bekerja (Phulat, 1992).
Postur dan pergerakan memegang peranan penting dalam
ergonomi. Salah satu penyebab utama gangguan otot rangka adalah postur
janggal (awkwark posture). Menurut Bridger (1995) hal-hal yang dapat
mempengaruhi postur tubuh ketika bekerja adalah karakteristik pekerjaan
(kebutuhan pekerja), desain tempat kerja dan faktor personal pekerja seperti
yang ditunjukkan pada bagian berikut ini :
Gambar 1. Hal-hal yang Mempengaruhi Postur Tubuh Ketika Bekerja Sumber : Bridger, 1995
Task Requirements
Working posture
commit to user
Faktor yang mempengaruhi postur tubuh :
Tabel 1. Faktor yang Mempengaruhi Postur Tubuh Faktor Contoh Karakteristik pengguna (faktor personal) Umur Antropometri Berat badan Kebugaran (olahraga)
Pergerakan sendi (banyaknya persendian) Masalah muskuloskeletal terbaru
Cidera atau operasi awal Penglihatan Handedness Kegemukan Kebutuhan pekerjaan/kegiatan Kebutuhan visual
Kebutuhan manual (posisi tenaga) Masa waktu
Periode istirahat
Pekerjaan yang mobile/tidak atau kecepatan dalam bekerja
Desain tempat kerja Dimensi tempat duduk
Dimensi permukaaan tempat kerja Desain tempat duduk
Dimensi ruang kerja (ruang untuk kepala, ruang untuk kaki)
Keleluasaan pribasi
Kualitas dengan tingkat iluminasi
Sumber : Bridger, 1995
Postur normal atau yang sering disebut postur netral yaitu postur
dalam proses yang sesuai dengan anatomi tubuh, sehingga tidak terjadi
pergeseran atau penekanan pada bagian penting tubuh, seperti organ tubuh,
saraf, tendon, otot, dan tulang membuat keadaan menjadi rileks dan
menyebabkan kelelahan sistem muskuloskeletal/sistem tubuh lainnya
Menurut Weiner (1992) postur tubuh yang tidak seimbang dan
berlangsung lama dalam jangka waktu yang lama akan mengakibatkan
stress pada bagian tubuh tertentu, yang disebut dengan postural stress akibat
dari postur tubuh yang jelek. Postur-postur janggal dan alokasi
kemungkinan terjadinya sakit dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Postur-postur Janggal dan Alokasi Kemungkinan Terjadinya Sakit Postur Janggal Alokasi kemungkinan terjadinya sakit
atau gejala lainnya : Berdiri
Duduk tanpa dukungan lumbar Duduk tanpa dukungan punggung Duduk tanpa footrest (tumpuan kaki) yang baik dengan ketinggian yang sesuai
Duduk dengan mengistirahatkan bahu pada permukaan alat kerja yang terlalu tinggi
Tangan meraih sesuatu yang sulit terjangkau (jauh/tinggi)
Kepala mendongak
Posisi membungkuk, punggung yang mengarah ke depan
Semua posisi tegang
Posisi ekstrim yag terus-menerus pada setiap sendi
Pada kaku, region lumbal Pada region lumbal Pada otot-otot punggung
Pada lutut, kaki, dan region lumbal
Pada bahu dan otot-otot leher
Pada bahu dan lengan bagian atas
Pada region leher
Pada region lumbal dan otot-otot punggung
Pada semua otot (karena semua otot terlibat)
Pada semua sendi (karena semua sendi terlibat)
Sumber : Van Welly dalam ILO, 1998
Gejala postural stress yang timbul ini adalah kelelahan, nyeri,
gelisah atau tidak tenang. Postur kerja yang baik menjamin kerja otot statis
seminimal mungkin, sehingga memungkinkan seseorang melakukan
pekerjaan dengan seefektif mungkin, sehingga memungkinkan seseorang
commit to user
Postur kerja bervariasi lebih baik dari postur kerja yang monoton, dan
postur kerja yang statis dan santai lebih baik daripada postur kerja yang
statis dan tegang. (Nursatya, 2008)
Menurut Mc. Atamney dan Corlett (1993), untuk menghasilkan
suatu metode yang cepat digunakan untuk mengukur bagian tubuh, tubuh
dibagi menjadi dua bagian, yaitu grup A dan grup B. Grup A meliputi lengan
atas dan lengan bawah serta pergelangan tangan. Sementara grup B meliputi
: leher, badan, dan kaki. Hal ini memastikan bahwa seluruh postur tubuh
dicatat sehingga postur kaki, badan, dan leher yang terbatas yang mungkin
mempengaruhi postur tubuh bagian atas dapat masuk dalam pemeriksaan.
Kelompok A memperlihatkan postur tubuh bagian lengan atas, lengan
bawah pergelangan tangan. Kisaran lengan atas diukur dan diskor dengan
dasar penemuan dari studi yang dilakukan oleh Herbert et al. Skor-skor
tersebut adalah :
1. Untuk 20° extension hingga 20° flexion.
2. Untuk extension lebih dari 20° atau 20° - 45° flexion.
3. Untuk 45° - 90° flexion.
4. Untuk 90° flexion atau lebih.
Keterangan :
a. + 1 jika pundak/bahu ditinggikan.
b. + 1 jika lengan atas abdusted.
Gambar 2. Range Pergerakan Lengan Atas (a) Postur Alamiah, (b) Postur Extension dan Flexion, (c) Postur Lengan Atas Flexion.
Sumber : Mc Atamney dan Corlett, 1993
Rentang untuk lengan bawah dikembangkan dari penelitin Granjean dan
Tichauer (1992). Skor tersebut adalah :
a. 1 untuk 60° - 100° flexion.
b. 2 untuk kurang dari 60° atau lebih dari 100° flexion.
Keterangan :
commit to user
Gambar 3. Range Pergerakan Lengan Bawah (a) Postur Flexion 60°-100°, (b) Postur
Alamiah dan (c) Postur 100° +. Sumber : Mc Atamney dan Corlett, 1993
Panduan untuk pergelangan tangan dikembangkan dari penelitian
Health and Safety Executive (1995), digunakan untuk menghasilkan skor
postur sebagai berikut :
a. 1 untuk berada pada posisi netral
b. 2 untuk 0-15° flexion maupun extension
c. 3 untuk 15° atau lebih flexion maupun extension.
Keterangan :
Gambar 4 : Range Pergerakan Pergelangan Tangan (a), (b) Postur Flexion 15°+, (c) Postur 0 -15° Flexion maupun Extension, (d) Postur Extension 15°+.
Sumber : Mc Atamney dan Corlett, 1993
Putaran pergerakan tangan (pronation dan supination) yang
dikeluarkan oleh Health and Safety Executive (1995) pada postur netral
berdasar pada Tichauer. Skor tersebut adalah :
a. +1 jika pergelangan tangan berada pada rentang menengah putaran
b. +2 jika pergelangan tangan pada atau hampir berada pada akhir rentang
putaran.
Gambar 5. Range Pergerakan Putaran Pergelagan Tangan, (a) Postur Alamiah dan (b) Postur
Putaran Pergelangan Tangan
commit to user
Kelompok B, rentang postur untuk leher didasarkan pada studi
yang dilakukan oleh Chaffin dan Kilbom et al. Skor dan kisaran tersebut
adalah :
a. 1 untuk 0 - 10° flexion.
b. 2 untuk 10 - 20° flexion.
c. 3 untuk 20° atau lebih flexion.
d. 4 jika dalam extention
Gambar 6: Range Pergerakan Leher (a) Postur Alamiah, (b) Postur 10-20° Flexion, (c) Postur 20° atau Lebih Flexion (d) Postur Extention.
Sumber : Mc Atamney dan Corlett, 1993
Apabila leher diputar atau ditengokkan
Keterangan :
Gambar 7. Range Pergerakan Leher yang Diputar atau Ditengokkan (a) Postur Alamiah, (b) Postur Leher Diputar, (c) Postur Leher Ditengokkan.
Sumber : Mc Atamney dan Corlett, 1993
Kisaran untuk punggung dikembangkan Grandjean et al (1995):
a. 1 ketika duduk dan ditopang dengan baik dengan sudut paha tubuh 90°
atau lebih.
b. 2 untuk 0 - 20° flexion.
c. 3 untuk 20° - 60° flexion.
d. 4 untuk 60° atau lebih flexion
commit to user
Gambar 8. Range Pergerakan Punggung (a) Postur 20°-60° Flexion, (b) Postur Alamiah, (c) Postur 0 -20° Flexion, (d) Postur 60° atau Lebih Flexion.
Sumber : Mc Atamney dan Corlett, 1993
Punggung diputar atau ditengokkan
Keterangan :
a. +1 jika tubuh diputar.
b. +1 jika tubuh miring ke samping.
Gambar 9. Range Pergerakan Punggung yang Diputar atau Ditengokkan (a) Postur Alamiah, (b) Postur Punggung Diputar, (c) Postur Punggung Ditengokkan.
Kisaran untuk kaki dengan skor postur kaki ditetapkan sebagai berikut :
a. +1 jika kaki tertopang ketika duduk dengan bobot seimbang rata.
b. +1 jika berdiri dimana bobot tubuh tersebar merata pada kaki dimana
terdapat ruang untuk berubah posisi.
c. +2 jika kaki tidak tertopang atau bobot tubuh tidak tersebar merata.
Gambar 10: Range Pergerakan Kaki (a) Kaki Tertopang, Bobot Tersebar Merata, (b) Kaki Tidak Tertopang, Bobot Tidak Tersebar Merata.
Sumber : Mc Atamney dan Corlett, 1993
Postur duduk memerlukan lebih sedikit daripada berdiri, karena
hal ini dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki. Sedangkan
postur berdiri merupakan sikap siaga baik fisik maupun mental, sehingga
aktivitas kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti. Berdiri lebih
melelahkan daripada duduk dan energi yang dikeluarkan lebih banyak
commit to user
2. Upper Extremity Symptoms
Dimensi tubuh dibagi atas 2 yaitu bagian atas (Upper Extremity)
dan bawah (Lower Extremity). Otot-otot upper extremity/ekstremitas atas
termasuk otot yang menempel skapula ke dada dan umumnya bergerak
skapula, dan yang melampirkan humerus untuk skapula dan umumnya
bergerak lengan, dan berada di lengan atau lengan yang bergerak lengan
bawah, pergelangan tangan, dan tangan (Rusdi, 2007).
Upper
Extremity
Lower
Extremity
Gambar 11. Sistem Skeletal Sumber : http://www.3dscience.com, 2011
Bagian tubuh yang termasuk adalah Upper Extremity adalah :
a. Kepala
c. Lengan bawah
d. Lengan atas
e. Bahu
f. Aksilla
g. Regio pektoral
h. Skapula
Otot yang menggerakkan bahu dan lengan termasuk trapezius dan
serratus anterior. The pectoralis major, m. latisimus dorsi, deltoid, dan
rotator cuff otot terhubung ke humerus dan memindahkan lengan.
Otot-otot yang menggerakkan lengan bawah terletak di sepanjang
humerus, yang meliputi brachii trisep, bisep brachii, brakialis, dan
brakioradialis. 20 atau lebih otot yang menyebabkan sebagian besar
pergelangan, tangan, dan gerakan jari terletak di sepanjang lengan bawah.
[image:30.612.151.529.109.459.2]Gambar di bawah menunjukkan beberapa otot-otot ekstremitas atas.
Gambar 12 . Otot-Otot Pada Extremitas Atas
commit to user
Keluhan pada Upper Extremity adalah rasa nyeri pada sistem
muskuloskeletal extremitas atas yang diyakini berhubungan dengan kegiatan
kerja. Cedera dapat mengenai otot, tendon, ligamen, saraf, pembuluh darah di
leher, bahu, lengan, siku, pergelangan dan jari tangan. Cedera berupa radang
dan rasa nyeri, sehingga mengurangi kemampuan gerak disertai kelainan
khas bagian ekstremitas atas tersebut.
Kekuatan otot dan keluhan pada otot merupakan salah satu
indikator untuk mengevaluasi adanya keluhan Upper Extremity. Menurut
Neuman (2006) faktor-faktor pekerjaan yang mempengaruhi kekuatan otot
dan menimbulkan Keluhan Upper Extremity adalah :
a. Posisi kerja yang tidak alamiah (awkward posture)
b. Pengulangan pekerjaan (repetitive motion)
c. Penggunaan tenaga yang berlebihan
d. Posisi kerja yang statis
e. Terjadi kontak bagian tubuh dengan lingkungan ataupun peralatan kerja
f. Metode/cara kerja
Gejala-gejala nyeri leher antara lain terasa sakit di daerah leher
dan kaku, nyeri otot-otot leher yang terdapat di leher, sakit kepala dan
migrain. Nyeri leher akan cenderung merasa seperti terbakar. Nyeri bisa
menjalar ke bahu, lengan, dan tangan dengan keluhan terasa baal atau seperti
ditusuk jarum. Nyeri yang tiba-tiba dan terus menerus dapat menyebabkan
Yang dikenal dengan istilah torticolis (The NHS Plus Project, 2011).
Nyeri merupakan keluhan utama pada gangguan muskuloskeletal
dengan etiologi yang bermacam-macam. Untuk mengenal lebih lanjut
berbagai jenis nyeri, maka Zimmerman (1987) membagi dalam 5 jenis yaitu :
a. Nociceptor pain
Ujung saraf sensorik tertentu dirangsang oleh proses patofisiologik,
misalnya inflamasi sendi.
b. Neuropathic pain
Serabut saraf aferen secara langsung bereaksi terhadap rangsangan
setelah mengalami kerusakan akibat kompresi atau gangguan biokimiawi,
misalnya pada hernia nukleous pulposus atau polineuropati diabetik.
c. Deafferentation pain
Neuron pada sistem saraf pusat menjadi sangat mudah terangsang setelah
kehilangan asupan, misalnya pada avulsi radiks atau transeksi saraf.
d. Reactive pain
Eksitasi nociceptor akibat disfungsi motor atau simpatetik eferen atau
mekanisme refleks, misalnya pada hipertonus muskuler, algodistrofi
simpatetik.
e. Psychosomatic pain
Problem psikik atau psikososial meningkatkan eksistensi nyeri atau
commit to user
Nyeri pada penyakit reumatik dapat terjadi akibat :
a. Rangsangan pada nociceptors di dalam komponen perangkat
biomekanik, misalnya perangsangan nociceptors pada otot, sendi,
tendon dan ligamen. Nyeri jenis ini berhubungan dengan konsep
nyeri sistem sensorik, sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap
situasi yang membahayakan atau terjadinya ke rusakan. Oleh karena
adanya nyeri ini, maka bagian yang terserang akan
diistirahatkan/imobilisasi, untuk mencegah terjadinya kerusakan lebih
lanjut.
b. Penekanan saraf atau serabut saraf (radiks).
c. Perubahan postur yang menyebabkan fungsi untuk mengatur
kontraksi otot tidak sempurna.
d. Mekanisme psikosomatik
Faktor-faktor internal yang mempengaruhi keluhan pada Upper
Extremity diantaranya adalah :
a. Umur
Pertambahan usia dapat memperbesar risiko terjadinya
keluhan pada Upper Extremity, dimana usia terjadinya penyakit ini
berkisar antara 29 - 62 tahun. Dengan bertambahnya umur dapat
dipastikan bahwa paparan dengan alat kerja tangan makin lama pula
karena penggunaan tiap hari pada waktu kerja dan kemampuan
peredam dari getaran yang dirambatkan ke tubuh (Rusdi, 2007).
b. Riwayat Penyakit
Tenaga kerja sebelumnya telah mempunyai riwayat penyakit yang
berhubungan dengan keluhan otot, misalnya reumatik. Jadi, keluhan
pada Upper Extremity tidak disebabkan oleh pekerjaannya.
Faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi keluhan
pada Upper Extremity diantaranya adalah :
1) Faktor Fisik
a) Penerangan
Pada beberapa situasi, intensitas penerangan yang tidak baik dan
tidak sesuai akan menyulitkan seseorang untuk dapat melihat
objek kerja yang disebabkan karena posisi atau jenis sumber
cahaya (lampu) yang digunakan. Objek kerja yang dikerjakan
yang memerlukan ketelitian akan sulit dilihat karena intensitas
penerangan di bawah standar yang dianjurkan dan bahkan
mungkin postur tubuh harus membungkuk agar posisi mata lebih
dekat dengan objek kerja. Atau mungkin pekerja harus
menjulurkan kepala, memutar leher, membungkukkan punggung,
atau menahan objek agar lebih dekat dengan mata (Tarwaka,
commit to user
2) Kursi Kerja
Menurut Gempur Santosa (2007) kursi kerja sebagai alat duduk saat
kerja, dan meja sebagai alas benda kerja kerajinan yang dalam
proses penggosokan, perakitan, atau pemilihan dan pemilahan.
Dengan kursi kerja ergonomis yakni yang disesuaikan dengan
antropometri dapat menurunkan rasa lelah, dan pada akhirnya
produktivitas kerja meningkat. Kursi kerja ergonomis ini lebih cocok
digunakan pada pekerjaan yang ringan tidak memerlukan tenaga otot
yang besar, dan pekerjaan yang agak teliti/telaten. Selain itu, pada
tenaga kerja yang biasa bekerja dengan duduk di sembarang tempat,
kemudian diubah dengan menggunakan kursi dan meja kerja ini
sangat cocok, selain terhindar dari kecelakaan pada otot rangka
tubuh, tidak melelahkan, juga berdampak pada peningkatan
produktivitas.
3) Lama Kerja
Tekanan fisik (beban kerja) pada suatu waktu tertentu
mengakibatkan berkurangnya kinerja otot, gejala yang ditunjukkan
juga berupa makin rendahnya gerakan. Keadaaan ini tidak hanya
disebabkan oleh suatu sebab tunggal seperti terlalu kerasnya beban
kerja, namun juga oleh tekanan-tekanan yang terakumulasi setiap
3. Hubungan Postur Kerja Duduk dengan Upper Extremity Symptoms
Pada umumnya terdapat dua posisi dalam bekerja yaitu berdiri,
duduk dan keduanya. Pada posisi duduk diharapkan dapat untuk mengurangi
beban statis, untuk menjaga postur tubuh, meningkatkan sirkulasi darah.
Pada posisi berdiri karyawan akan cenderung banyak mengalami beban kerja
psikologis. Berdiri dengan jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan
cairan tubuh dan darah menumpuk di kaki. Hal ini dapat mengakibatkan
varises. Untuk menghindarinya karyawan disarankan untuk sering
menggerak-gerakkan kakinya. Duduk dalam waktu yang lama juga dapat
berpengaruh buruk pada kesehatan. Gradjean dalam Pulat (1992)
mengemukakan desain kursi yang jelek dan postur kerja, dapat menimbulkan
sakit pada punggung dan leher, tulang punggung belakang membentuk kurva
dan otot±otot perut (abdominal) kendur. Disarankan untuk tidak bekerja pada
posisi duduk dan berdiri yang terlalu lama. Alternatifnya adalah
menyediakan area kerja dimana karyawan dapat berganti posisi dari duduk ke
berdiri ataupun sebaliknya.
Keluhan pada tubuh ektremitas atas atau Upper Extremity adalah
rasa nyeri pada sistem muskuloskeletal ekstremitas atas yang diyakini
berhubungan dengan kegiatan kerja. Cedera dapat mengenai otot, tendon,
ligamen, saraf, pembuluh darah di leher, bahu, lengan, siku, pergelangan dan
jari tangan. Cedera berupa radang dan rasa nyeri, sehingga mengurangi
commit to user
Gejala Upper Extremity Symptoms biasanya muncul pada jenis
pekerjaan yang monoton, postur kerja yang tidak alamiah, penggunaan atau
pengerahan otot yang melebihi kemampuannya. Biasanya gejala yang
muncul dianggap sepele atau dianggap tidak ada. Penyebab timbulnya
trauma pada jaringan tubuh antara lain : Over exertion, Over stretching, Over
compressor (Kusumawardhani, 2010).
Menurut penelitian Meister (1976) kesalahan postur kerja dapat
terjadi dalam proses operasi akibat rancangan fasilitas kerja yang buruk.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, keluhan pada ekstremitas atas terjadi
karena rancangan mesin press yang tidak sesuai dengan dimensi tubuh
operator.
Nyeri otot terjadi akibat beberapa hal, yaitu : digunakan berulang
(repetitif) dalam waktu lama, digunakan dalam posisi yang salah dalam
waktu lama, akibat getaran atau akibat penggunaan dengan kekuatan yang
besar, misalnya mengangkat benda yang berat. Akibat adanya aktivitas yang
tidak tepat tersebut menyebabkan terjadinya kerusakan otot yang secara
mikroskopik tampak berupa robekan jaringan disertai adanya proses
peradangan, dan karena penggunaan yang terus menerus maka tidak ada
waktu bagi otot tersebut untuk memperbaiki diri (recovery) (Rachmawati,
B. Kerangka Pikiran
Gambar 13. Bagan Kerangka Pemikiran Pekerjaan Bagian Cucuk
Postur Kerja Duduk (Menentukan range
pergerakan)
leher, lengan, pergelangan, punggung dan kaki)
Keluhan tubuh bagian atas (Upper Extremity
Symptoms)
Faktor External :
1. Faktor Fisik : a. Penerangan 2. Kursi kerja 3. Lama Kerja Faktor Internal :
1. Umur
Postural stress
Faktor yang mempengaruhi :
1. Karakteristik
pengguna (faktor personal).
2. Kebutuhan
pekerjaan/kegiatan. 3. Desain tempat kerja
Gejala :
commit to user
C. Hipotesis
Ada hubungan postur kerja duduk dengan Upper Extremity Symptoms
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik yaitu
mencari hubungan antar variabel risiko dan efek yang analisisnya untuk
menentukan ada tidaknya hubungan antar variabel (Pratiknya, 2003).
Berdasarkan pendekatannya, maka penelitian ini menggunakan
pendekatan Cross Sectional dimana data yang menyangkut variabel bebas atau
risiko dan variabel terikat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan
(Pratiknya, 2003).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bagian Cucuk PT. Iskandartex yang
beralamat di Jalan Pakel No. 11 Surakarta. Waktu penelitian yaitu bulan Maret
-Juni 2011.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
commit to user
dalam penelitian ini adalah 25 orang pekerja di bagian cucuk. Sampel dalam
penelitian ini adalah 25 orang pekerja di bagian cucuk.
D. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan menggunakan sampling jenuh, yaitu
dimana semua anggota populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2006).
E. Identifikasi Variabel Penelitian
a. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini postur kerja duduk.
b. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Upper Extremity Symptoms.
c. Variabel Pengganggu
Variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah umur, kursi kerja, lama
kerja, dan penerangan. Variabel pengganggu terkendalinya adalah lama kerja
dan variabel pengganggu tidak terkendalinya adalah umur, kursi kerja,
penerangan dan iklim kerja.
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian
a. Postur kerja duduk adalah posisi tenaga kerja melakukan kerja dengan posisi
duduk pada pekerja di bagian cucuk dan gerakan monotomi tangan dan
Alat ukur : Lembar Kerja Penilaian RULA (Rapid Upper Limb
Assesment).
Hasil pengukuran :
Skor 1 atau 2 :
Skor 3 atau 4 :
Skor 5 atau 6 : pemeriksaaan dan perubahan perlu segera dilakukan.
Skor 7 :
Skala pengukuran : interval
b. Upper Extremity Symptoms adalah keluhan nyeri pada bagian tubuh dari
kepala, tangan, lengan bawah, lengan atas, bahu, aksilla, regio pectoral,
kapula hingga jari tangan yang dirasakan oleh tenaga kerja mulai dari
keluhan ringan sampai sangat sakit pada saat penelitian dilakukan.
Alat ukur : Peta Pemetaan Tubuh
Hasil pengukuran :
Skor 1 : tidak sakit adalah apabila tidak ada rasa nyeri atau keluhan otot-otot
skeletal pada bagian tubuh tertentu.
Skor 2 : agak sakit adalah apabila timbul rasa nyeri atau keluhan otot-otot
skeletal pada bagian tubuh tertentu, tetapi gejala yang timbul tidak
terlalu parah dan masih dapat menjalankan pekerjaan.
postur ini biasa diterima jika tidak dipertahankan
atau tidak berulang dalam periode yang lama.
diperlukan pemeriksaan lanjutan dan juga diperlukan
perubahan-perubahan.
kondisi ini berbahaya maka pemeriksaan dan
commit to user
Skor 3 : sakit adalah apabila mengalami rasa nyeri atau keluhan otot-otot
skeletal pada bagian tubuh tertentu dan terasa sakit untuk
beraktifitas.
Skor 4 : sakit sekali adalah apabila mengalami rasa nyeri atau keluhan
otot-otot skeletal yang amat sangat sakit pada bagian tubuh tertentu dan
mengganggu dalam beraktifitas.
Skala pengukuran : interval
c. Umur adalah masa atau jangka waktu sejak tenaga kerja menjadi sampel
dilahirkan sampai saat dilakukan penelitian ini. Dalam penelitian ini yang
menjadi sampel adalah tenaga kerja yang berusia 30 - 60 tahun.
Alat ukur : kuesioner
Satuan : tahun
Skala : interval
d. Lama kerja adalah jumlah waktu kerja tiap harinya pada pekerjaan menjahit.
Dalam penelitian ini lama kerjanya 8 jam per hari (7 jam kerja dan 1 jam
istirahat).
Alat ukur : kuesioner
Satuan : jam
Skala : interval
e. Iklim Kerja
Iklim Kerja adalah besarnya Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) yang
Alat ukur : Heat Stress Area Monitor
Skala pengukuran : Interval
Satuan : Derajat Celcius (0C)
f. Penerangan
Penerangan adalah besarnya cahaya dengan satuan Lux yang ada di
bagian cucuk yang bersumber dari penerangan alami dan buatan.
Alat ukur : Luxmeter ANA 999
Skala Pengukuran : Interval
commit to user
[image:45.612.79.569.138.603.2]G. Desain Penelitian
Gambar 14. Bagan Desain Penelitian Pearson Product
Moment Populasi
Sampel
Keluhan pada bagian Upper
Extremity
(Skor)
Sampling Jenuh
Postur Kerja
(Skor)
Lembar Kerja Penilaian
RULA Peta Pemetaan
Tubuh
Skoring
1 7 Tidak
Sakit
(1)
Agak Sakit
(2)
Sangat Sakit
(4) Sakit
H. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan data
sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan
untuk pengambilan data beserta pendukungnya adalah :
1. Busur
2. RULA Assesment adalah lembar kerja penilaian untuk menilai postur kerja
duduk tenaga kerja.
3. Peta Pemetaan tubuh untuk mengetahui keluhan pada upper extremity.
4. Data sekunder PT Iskandartex Surakarta
Data sekunder adalah data-data yang diperoleh secara tidak langsung
dari objek penelitian. Data sekunder dalam pelaksanaan penelitian ini
meliputi :
a. Referensi buku yang berisi teori yang relevan terhadap objek yang
diteliti.
commit to user
I. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik
korelasi pearson product moment yang menggunakan program komputer
SPSS versi 12. Interpretasi p value (signifikansi), sebagai berikut :
1. Jika p value PDNDKDVLOXMLGLQ\DWDNDQVDQJDW signifikan.
2. Jika p value > 0,01 tetapi < 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan.
3. Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan.
(Riyanto, 2009)
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien relasi yang ditemukan
tersebut besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang tertera
[image:47.612.148.524.223.629.2]pada tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi terhadap Koefisiensi Korelasi
Interval Koefisiensi Tingkat Hubungan
0,00 - 0,199 Sangat Rendah
0,20 - 0,399 Rendah
0,40 - 0,599 Sedang
0,60 - 0,799 Kuat
0,80 - 1,000 Sangat Kuat
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
1. Profil Perusahaan
PT. Iskandartex merupakan salah satu dari sekian banyak perusahaan
textile yang mengolah bahan baku menjadi kain mentah (grey) yang kemudian
meningkatkan jenis produksi berupa kain bercorak atau lebih dikenal dengan
sebutan batik printing.
PT. Iskandartex didirikan pada tanggal 25 Mei 1975, bentuk badan
usaha CV (Commanditer Vennonschao) dengan nama CV Iskandartex,
berdasarkan akta perusahaan NO. 98 tanggal 23 Mei 1975, CV Iskandartex
memulai produksinya satu tahun setelah berdiri yaitu pada tahun 1976. Pada
awal berdirinya perusahaan bermodalkan 25 mesin tenun, dan kemudian
mengalami perkembangan hingga pada tahun 1977 perusahaan memiliki 77
unit mesin tenun. Produksi perusahaan terus meningkat, hal ini dibuktikan
pada tahun 1980 perusahaan mendatangkan mesin kanji dari Taiwan yang
fungsinya mengeringkan secara otomatis. Pada tahun yang sama perusahaan
juga memperluas bangunan dan menambah mesin tenun hingga 300 unit.
Karena permintaan yang semakin meningkat, maka perusahaan merasa perlu
commit to user
akhir tahun 1993 jumlah mesin tenun yang dimiliki perusahaan berjumlah 614
unit.
Melihat usaha yang terus berkembang, maka pimpinan perusahaan
mengambil kebijakan untuk mengubah bentuk perusahaan dari bentuk CV
(Commanditer Vennonschap) atau persekutuan komanditer menjadi bentuk
PT (Perseroan Terbatas). Perusahaan bentuk ini didasarkan asalan bahwa
dengan bentuk PT, perusahaan lebih mempunyai peluang dalam
mengembangkan usahanya. Perusahaan ini resmi menjadi PT. Iskandartex
pada tanggal 2 Januari 1991 dengan nomor izin usaha
199/II.16/PB/VIII/1991/PT. Pergantian nama terjadi sejak bulan Febuari 1996
menjadi PT. Iskandar Indah Printing Textile.
2. Proses Produksi
a. Tahap Persiapan
1) Pembuatan Benang Lusi
Benang lusi adalah benang yang membujur dalam proses
penenunan. Benang tersebut digulung ke dalam alat yang disebut
LOOM Warping. Kelanjutannya pada proses warping adalah proses
pengkanjian, yaitu proses pengeringan, untuk meratakan bulu-bulu,
menghilangkan kotoran agar benang tidak kaku sehingga tidak mudah
putus. Benang lusi agar dapat dipisah-pisahkan dimasukkan ke dalam
Gambar 15. Pembuatan Benang Lusi Gambar 16. Pembuatan Benang Lusi
Sumber : Data Primer, 2011 Sumber : Data Primer, 2011
Gambar 17. Proses Pengkajian Benang Gambar 18. Proses Cucuk
Sumber : Data Primer, 2011 Sumber : Data Primer, 2011
2) Penyisiran Benang (cucuk)
Gulungan benang yang berukuran meter dari bagian LOOM
atau benang lusi, akan dimasukkan ke bagian cucuk atau penyisiran
benang. Bagian cucuk akan menyisir benang tiap helainya, agar mudah
untuk digulung menjadi bagian kecil-kecil pada bagian setelahnya
[image:50.612.122.529.114.480.2]commit to user
dengan manual, yaitu benang per helai dimasukkan dalam sisir yang
berjumlah ribuan. Urutan benang yaitu ganjil (1 dengan 3) dan genap
(2 dengan 4). Setelah benang masuk dalam urutan sisir, kemudian,
benang secara bersamaan akan disisir. Gerakan tersebut akan diulang
[image:51.612.175.453.219.471.2]sampai benang dalam gulungan masuk ke dalam sisir.
Gambar 19. Proses Penyisiran Benang
Sumber : Data Primer, 2011
3) Pembuatan Benang Pakan
Benang pakan adalah benang yang menyilang dalam proses
penenunan, diproses melalui mesin kelos dan mesin palet (bagian
Gambar 20. Proses Winding
Sumber : Data Primer, 2011
b. Tahap Penenunan
Penenunan adalah proses penyilangan dari benang lusi dan benang
pakan sehingga terbentuk suatu kain yang memenuhi suatu rancangan
yang telah ditentukan.
[image:52.612.150.527.111.595.2]
Gambar 21. Proses Penenunan Benang
commit to user
c. Proses Finishing
Kain yang telah melalui proses penenunan kemudian menuju
proses akhir yaitu finishing. Dalam proses finishing ini kain diperiksa
kualitasnya dengan menggunakan mesin. Jika ada yang tidak sesuai
dengan ketentuan maka kain diperbaiki. Setelah itu kain dilipat dengan
menggunakan mesin dan selanjutnya menuju proses pengepakan.
[image:53.612.171.505.217.662.2]
Gambar 22. Proses Finishing
Sumber : Data Primer, 2011
Gambar 23. Proses Pelipatan Kain
3. Jadwal Shift Kerja
PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta yang sebagian tenaga
kerjanya adalah wanita memberlakukaan shift kerja dengan sistem rotasi
panjang. Hari kerjanya adalah enam hari selama satu minggu yaitu hari Senin
sampai hari Sabtu.
Dengan waktu kerja sebagai berikut :
a. Shift pagi : 07.00 ± 15.00 WIB
b. Shift sore : 15.00 ± 23.00 WIB
c. Shift malam : 23.00 ± 07.00 WIB
Tenaga kerja dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu kelompok
A, B, dan C. Khususnya di bagian winding terdapat 86 tenaga kerja wanita
dengan rotasi kelompok A shift sore selama 6 hari kerja, kelompok B shift
malam selama 6 hari kerja, dan kelompok C shift pagi selama 6 hari kerja.
Rotasi kerja tersebut bergantian setelah 6 hari kerja.
B. Karakteristik Subjek Penelitian
1. Umur
Penyebaran kuesioner pada tanggal 26 April 2011 terhadap 25
subjek penelitian di Bagian Cucuk PT. Iskandartex Surakarta didapatkan
commit to user
Tabel 4. Data Umur Subjek Pekerja di Bagian Cucuk
No Nama Umur (Tahun)
1 A 55
2 B 37
3 C 34
4 D 41
5 E 42
6 F 42
7 G 39
8 H 41
9 I 48
10 J 50
11 K 40
12 L 40
13 M 58
14 N 44
15 O 43
16 P 38
17 Q 54
18 R 35
19 S 42
20 T 43
21 U 39
22 V 47
23 W 42
24 X 48
25 Y 37
Rerata 43,16
Standar Deviasi 6,15
Sumber : Data Primer, 2011
Data umur dari tabel di atas didapatkan rerata umur sebesar 43,16 ±
6,15. Umur terendah yaitu 34 tahun dan umur tertinggi yaitu 58 tahun.
Berikut ini adalah hasil pengolahan data dengan SPSS versi 16.0
commit to user
Tabel 5. Hasil Uji Statistik Umur terhadap Upper Extremity Symptoms dengan menggunakan uji Correlations Pearson Product Moment No Parameter Uji N Regresi (r) Signifikan (P)
1 Umur 25
0,127 0,685
2 Upper Extremity Symptoms 25
Sumber : Hasil Uji SPSS
Hasil uji analisis Correlations Pearson Product Moment antara
data umur dan Upper Extremity Symptoms, diperoleh koefisien korelasi (r)
sebesar 0,127 dengan P value = 0,685.
2. Kursi Kerja
Pengamatan peneliti di lapangan, kursi yang digunakan tenaga kerja
adalah kursi dengan empat kaki dan disertai alas kursi yang terbuat dari
papan kayu. Ukuran tinggi kursi bervariasi akan tetapi untuk tebal alas,
panjang alas, lebar alas ukurannya sama. Adapun ukuran dari kursi tersebut
adalah sebagai berikut :
Tabel 6. Data Pengukuran Kursi yang Digunakan Pekerja Bagian Cucuk di PT. Iskandartex Surakarta.
No. Nama Tinggi Kursi (cm) Lebar Kursi (cm) Panjang Kursi (cm)
1 A 44 21 29
2 B 42 24 29
3 C 43 24 28
4 D 45 22 28
5 E 46 21 29
6 F 41 23 27
7 G 45 23 29
8 H 42 24 27
9 I 45 23 28
10 J 42 22 27
11 K 45 23 27
12 L 43 21 27
13 M 44 22 26
14 N 44 22 26
15 O 44 21 28
16 P 45 23 30
[image:56.612.156.533.488.722.2]commit to user
17 Q 45 24 29
18 R 45 21 28
19 S 46 24 27
20 T 40 23 27
21 U 41 24 26
22 V 40 22 28
23 W 44 23 29
24 X 45 22 28
25 Y 42 22 27
Rerata 43,53 22,56 27,76
Standar Deviasi 1,8 1,08 1,09
Presentile 5% 40,56 20,78 25,97
Presentile 50% 43,53 22,56 27,76
Presentile 95% 46,50 24,34 29,55
Sebaran data pada tabel 6 diperoleh rerata (X) ± SD tinggi kursi
adalah 43,53 cm ± 1,8 dengan persentil 5, 50 dan 95 sebesar 40,56 cm, 43,53
cm dan 46,50 cm. Rerata (X) ± SD panjang kursi adalah 27,76 cm ± 1,09
dengan persentil 5, 50 dan 95 sebesar 25,97 cm, 27,76 cm dan 29,55 cm.
Rerata (X) ± SD lebar kursi adalah 22,56 cm ± 1,08 dengan persentil 5, 50
[image:57.612.152.536.83.484.2]dan 95 sebesar 25,97 cm, 27,76 cm dan 29,55 cm.
Tabel 7. Data Pengukuran Anthropometri Pekerja di Bagian Cucuk di PT. Iskandartex Surakarta No Barhu (cm) Gihu (cm) Bargul (cm) Tinggi Popliteal (cm) Panjang Buttock-Popliteal (cm)
1 47 56 38 42 43
2 44 55 39 40 35
3 42 42 40 40 35
4 38 45 34 39 35
5 49 41 40 41 42
6 45 43 42 41 39
7 48 43 41 43 40
8 51 45 42 44 43
9 43 42 40 39 40
10 48 57 41 45 39
12 45 55 41 43 40
13 48 42 42 44 43
14 51 45 40 39 40
15 43 41 41 45 39
16 48 43 38 42 43
17 47 43 39 40 35
18 44 45 40 40 35
19 42 42 34 39 35
20 38 57 40 41 35
21 49 56 40 41 42
22 45 55 34 41 39
23 48 42 40 43 40
24 51 45 42 44 43
25 43 41 41 39 39
Rerata 45,84 47,08 39,64 41,44 39,12
SD 3,65 6,29 2,41 1,96 2,99
Presentil 5% 39,82 36,71 35,67 38,21 34,19 Presentil
50%
45,84 47,08 39,64 41,44 39,12
Presentil 95%
51,86 57,45 43,61 44,67 44,05
Sumber : Data Primer, 2011
Keterangan :
a. Barhu : Lebar bahu
b. Gihu : Tinggi bahu
c. Bargul : Lebar pinggul
d. Tinggi popliteal : dari alas kaki-lekuk lutut
e. Panjang buttock-popliteal : dari ujung pantat - lekuk lutut
Sebaran data pada tabel 7 diperoleh rerata (X) ± SD barhu
adalah 45,84 cm ± 3,65 dengan persentil 5, 50 dan 95 sebesar 39,82 cm,
45,84 cm dan 51,86 cm. Rerata (X) ± SD gihu adalah 47,08 cm ± 6,29
commit to user
Rerata (X) ± SD bargul adalah 39,64 cm ± 2,41 dengan persentil 5, 50
dan 95 sebesar 35,67 cm, 39,64 cm dan 43,61 cm. Rerata (X) ± SD
tinggi popliteal adalah 41,44 cm ± 1,96 dengan persentil 5, 50 dan 95
sebesar 38,21 cm, 41,44 cm dan 44,67 cm. Rerata (X) ± SD panjang
buttock-popliteal adalah 39,12 cm ± 2,99 dengan persentil 5, 50 dan 95
sebesar 34,19 cm, 39,12 cm dan 44,05 cm.
3. Lama Kerja
Wawancara dilakukan pada tanggal 2 Juli 2011 terhadap 25 orang
subjek penelitian dan didapatkan hasil bahwa seluruh subjek dalam penelitian
ini lama kerjanya 8 jam (7 jam kerja dan 1 jam istirahat).
C. Lingkungan Kerja
1. Penerangan
Pengukuran penerangan yang dilakukan pada di PT. Iskandartex
Surakarta pada tanggal 2 Juli 2011 pukul 10.10 WIB dengan kondisi cuaca
cerah, sumber penerangan alami yang diukur penerangan lokal, didapatkan
[image:59.612.119.528.217.464.2]hasil sebagai berikut :
Tabel 10. Hasil Pengukuran Penerangan di Bagian Cucuk PT. Iskandartex Surakarta.
No Lokasi Jenis Pekerjaan Penerangan
(lux)
1 Ip 1 Pekerjaan teliti (barang kecil dan halus) 75
2 Ip 2 Pekerjaan teliti (barang kecil dan halus) 103
3 Ip 3 Pekerjaan teliti (barang kecil dan halus) 89
4 Ip 4 Pekerjaan teliti (barang kecil dan halus) 90
6 Ip 6 Pekerjaan teliti (barang kecil dan halus) 292
7 Ip 7 Pekerjaan teliti (barang kecil dan halus) 232
8 Ip 8 Pekerjaan teliti (barang kecil dan halus) 242
9 Ip 9 Pekerjaan teliti (barang kecil dan halus) 203
10 Ip 10 Pekerjaan teliti (barang kecil dan halus) 170
11 Ip 11 Pekerjaan teliti (barang kecil dan halus) 247
12 Ip 12 Pekerjaan teliti (barang kecil dan halus) 197
13 Ip 13 Pekerjaan teliti (barang kecil dan halus) 240
14 Ip 14 Pekerjaan teliti (barang kecil dan halus) 207
15 Ip 15 Pekerjaan teliti (barang kecil dan halus) 245
16 Ip 16 Pekerjaan teliti (barang kecil dan halus) 333
17 Ip 17 Pekerjaan teliti (barang kecil dan halus) 156
18 Ip 18 Pekerjaan teliti (barang kecil dan halus) 100
19 Ip 19 Pekerjaan teliti (barang kecil dan halus) 76
20 Ip 20 Pekerjaan teliti (barang kecil dan halus) 106
21 Ip 21 Pekerjaan teliti (barang kecil dan halus) 129
22 Ip 22 Pekerjaan teliti (barang kecil dan halus) 166
23 Ip 23 Pekerjaan teliti (barang kecil dan halus) 76
24 Ip 24 Pekerjaan teliti (barang kecil dan halus) 130
25 Ip 25 Pekerjaan teliti (barang kecil dan halus) 232
Rerata 174
Standar Deviasi 74,2
Sumber : Data Primer, 2011
Data di atas menyatakan bahwa rerata intensitas penerangan yang
diukur pada pukul 10.10 WIB dengan cuaca cerah dan penerangan
lokal/alami, 174 ± 74,2. Gambar titik pengukuran penerangan di bagian
cucuk dapat dilihat pada lampiran 4.
Berikut ini adalah hasil pengolahan data dengan SPSS versi 16.0
[image:60.612.161.530.105.462.2]dengan menggunakan uji Correlations Pearson Product Moment :
Tabel 11. Hasil Uji Statistik Penerangan terhadap Upper Extremity Symptoms
dengan menggunakan uji CorrelationsPearson Product Moment
No Parameter Uji N Regresi (r) Signifikan (P)
1 Penerangan 25
0,012 0,953
2 Upper Extremity Symptoms 25
commit to user
Hasil uji analisis Correlations Pearson Product Moment data
penerangan dan Upper Extremity Symptoms, diperoleh koefisien korelasi (r)
sebesar 0,012 dengan P value = 0, 953.
D. Postur Kerja Duduk
Pengukuran postur kerja duduk pada pekerja di Bagian Cucuk di PT.
[image:61.612.135.510.220.679.2]Iskandartex Surakarta didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 14. Hasil Pengukuran Postur Kerja Duduk
No. Nama Skor RULA
1 A 5
2 B 6
3 C 5
4 D 6
5 E 6
6 F 5
7 G 6
8 H 4
9 I 3
10 J 6
11 K 5
12 L 6
13 M 4
14 N 5
15 O 6
16 P 4
17 Q 6
18 R 5
19 S 4
20 T 4
21 U 3
22 V 3
23 W 5
24 X 5
25 Y 6
Rerata 4,92 Standar Deviasi 1,03
Hasil pengukuran postur kerja duduk dengan menggunakan Lembar
Kerja Penilaian RULA, didapatkan rerata, 4,92 ± 1,03. Dari hasil pengukuran
postur kerja duduk dengan skor, didapatkan hasil skor 3 sebanyak 3 tenaga kerja,
skor 4 ada 5 tenaga kerja, skor 5 sebanyak 8 tenaga kerja, skor 6 sebanyak 9
tenaga kerja. Hasil terbanyak yaitu penilaian dengan skor 6 yang berarti
dilakukan pemeriksaan atau segera dilakukan perubahan dengan postur kerja
duduk.
E. Upper Extremity Symptoms
1. Hasil Pengukuran Upper Extremity Symptoms Pekerja
Pengukuran Upper Extremity Symptoms pada tanggal 2 Juli 2011
yang dilakukan pada pekerja di Bagian Cucuk di PT. Iskandartex Surakarta
[image:62.612.156.520.502.697.2]didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 15. Hasil Pengukuran Upper Extremity Symptoms Pekerja Bagian Cucuk PT. Iskandartex Surakarta
No. Nama Skor Upper Extremity Symptoms
1 A 34
2 B 38
3 C 35
4 D 40
5 E 40
6 F 36
7 G 42
8 H 29
9 I 24
10 J 38
11 K 32
12 L 30
commit to user
14 N 39
15 O 31
16 P 37
17 Q 30
18 R 26
19 S 40
20 T 45
21 U 33
22 V 24
23 W 24
24 X 35
25 Y 36
Rerata 34,08
Standar Deviasi 5,78
Sumber :Data Primer, 2011
2. Presentase Pengukuran Upper Extremity Symptoms Pekerja
Hasil pengukuran Upper Extremity Symptoms pada pekerja di
Bagian Cucuk PT. Iskandartex Surakarta didapatkan hasil presentase sebagai
[image:63.612.142.521.112.461.2]berikut :
Tabel 16. Hasil Presentase Pengukuran Upper Extremity Symptoms Pekerja Bagian Cucuk PT. Iskandartex Surakarta
No Jenis Keluhan N Skor Total Skor Persentas e
1 Sakit/ kaku di leher
bagian atas? 25
34
64 53.1%
2 Sakit/kaku di leher bagian
bawah? 25
42
64 65.6%
3 Sakit di bahu kiri? 25 44 64 68.7%
4 Sakit di bahu kanan? 25 50 64 78.1%
5 Sakit di lengan atas kiri? 25 25 64 39.0%
6 Sakit di lengan atas
kanan? 25
25
64 39.0%
7 Sakit di punggung? 25 48 64 75%
8 Sakit di pinggang? 25 40 64 62.5%
9 Sakit di siku kiri? 25 16 64 25%
11 Sakit di lengan bawah
kiri? 25
18 64 28.1%
12 Sakit di lengan bawah
kanan? 25
20 64 31.2%
13 Sakit di pergelangan
tangan kiri? 25
32 64 50%
14 Sakit di pergelangan
tangan kanan? 25
34
64 53.1%
15 Sakit di jari-jari tangan
kiri? 25
16
64 25%
16 Sakit di jari-jari tangan
kanan? 25
16
64 25%
Sumber :Data Primer, 2011
Hasil presentase pengukuran Upper Extremity Symptoms pada
pekerja Bagian Cucuk di PT. Iskandartex Surakarta hasil tertinggi pertama
yaitu presentase 78,1% dengan keluhan pada bahu kanan. Hasil tertinggi
kedua yaitu dengan presentase sebesar 75% dengan keluhan di punggung. Dan
presentase antara 62,5% - 68,7% yaitu keluhan pada leher bagian bawah,
pinggang, dan bahu bagian kiri.
F. Hasil Pengujian Postur Kerja Duduk dengan Upper Extremity Symptom
Berikut ini adalah hasil pengolahan data dengan SPSS versi 16.0
[image:64.612.152.529.109.472.2]dengan menggunakan uji Correlations Pearson Product Moment :
Tabel 17. Hasil Uji Hubungan Postur Kerja Duduk dengan Upper Extremity
Symptoms dengan menggunakan uji Correlations Pearson Product
Moment
No Parameter Uji N Regresi (r) Signifikan (P) 1 Postur Kerja Duduk 25
0,320 0,022
2 Upper Extremity Symptoms 25
commit to user
Berdasarkan tabel 17 dapat dijelaskan bahwa antara postur kerja duduk
dan Upper Extremity Symptoms diperoleh koefisien korelasi (r) sebesar 0,320
dengan nilai P value sebesar 0,022 (> 0,01 tetapi < 0,05) hal ini berarti bahwa
ada hubungan signifikan antara postur kerja duduk dengan Upper Extremity
BAB V
PEMBAHASAN
A. Analisa Gambaran Umum Perusahaan
PT. Iskandartex merupakan salah satu dari sekian banyak perusahaan
textile yang mengolah bahan baku menjadi kain mentah (grey) yang kemudian
meningkatkan jenis produksi berupa kain bercorak atau lebih dikenal dengan
sebutan batik printing.
Proses produksi di PT. Iskandartex mengandung berbagai potensi bahaya,
diantaranya yaitu :
1. Pembuatan Benang Lusi
a. Pada saat proses penggulungan benang di LOOM warping untuk
pengkanjian tenaga kerja terpapar panas dari uap mesin.
b. Pada saat penggulunga pekerja terpapar kebisingan.
2. Penyisiran Benang (Cucuk)
a. Pada proses penyisiran benang atau cucuk banyak tenaga kerja yang
mengeluh sakit pada bagian bahu sebanyak 78,1%, punggung sebanyak
75% dan pinggang sebanyak 62,5% karena postur dan kursi kerja yang
tidak ergonomis.
b. Tenaga kerja terpapar panas yang diakibatkan oleh paparan dari ruangan
bagian pengkanjian benang, karena tidak adanya pintu penghalang antara
commit to user
3. Pembuatan Benang Pakan (Winding)
a. Tenaga kerja banyak yang mengeluhkan kelelahan karena
diberlakukannya rotasi kerja di bagian winding.
b. Ruang winding yang dekat dengan ruang proses penenunan benang
mengakibatkan tenaga kerja terpapar kebisingan.
c. Tenaga kerja terpapar panas dari ruangan yang tidak dilengkapi dengan
ventilasi yang memadai.
d. Tenaga kerja terpapar debu dari benang yang beterbangan.
c. Proses penenunan
a. Tenaga kerja merasakan kelelahan karena diberlakukannya rotasi kerja di
bagian tersebut.
b. Tenaga kerja terpapar kebisingan dari mesin tenun.
c. Tenaga kerja terpapar debu dari benang yang beterbangan.
d. Tenaga kerja terpapar panas karena ruangan dilengkapi dengan fasilitas
yang kurang memadai.
d. Proses finishing
a. Tenaga kerja terpapar debu kapas.
B. Analisis Karakteristik Subjek Penelitian
1. Umur
Menurut Bridger 2003, sejalan dengan meningkatnya usia akan
terjadi degenerasi pada tulang dan keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang
berusia 30 tahun. Pada usia 30 tahun terjadi degenerasi yang berupa kerusakan
jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan.
Hal tersebut menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang.
Pendek kata, semakin tua seseorang semakin tinggi resiko orang tersebut
mengalami penurunan elastisitas pada tulang, yang menjadi pemicu timbulnya
keluhan otot. Chaffin 1979 dan Gue et al 1995 menyatakan bahwa pada
umurnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja yaitu 25 - 65
tahun. Menurut Rihimaki et. al 1989 menjelaskan umur mempunyai hubungan
sangat kuat dengan keluhan otot, terutama untuk otot leher dan bahu, bahkan
beberapa ahli lainnya menyatakan bahwa umur merupakan penyebab utama
terjadinya keluhan otot. Granjean 1993, menyebabkan umur 50 - 60 tahun
kekuatan otot menurun sebesar 25%, kemampuan sensoris motoris menurun
sebanyak 60%.
Berdasarkan hasil penelitian subjek penelitian yang digunakan
sebagai sampel dalam penelitian ini berumur antara 34 - 58 tahun, dengan
rerata (X) ± SD adalah 43,16 tahun ± 6,15 dan berdasarkan hasil uji statistik
commit to user
signifikansi = 0,685, sehingga signifikansi > 0,05. Hal ini berarti tidak ada
hubungan antara umur dengan Upper Extremity Symptoms.
Menurut Kusrini (2005) dalam penelitian Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Keluhan Muskuloskeletal Petugas Cleaning Service
Rumah Sakit X Kota Semarang, hasil penelitian menyebutkan P > 0,05 yang
berarti tidak ada hubungan antara umur dengan keluhan muskuloskeletal pada
petugas cleaning service.
2. Kursi Kerja
Analisa ukuran kursi kerja dengan Anthropo