• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SIKAP KERJA DUDUK TERHADAP KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PEKERJA BAGIAN PELINTINGAN ROKOK DI PT. DJITOE INDONESIA TOBACCO BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH SIKAP KERJA DUDUK TERHADAP KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PEKERJA BAGIAN PELINTINGAN ROKOK DI PT. DJITOE INDONESIA TOBACCO BAB I"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SIKAP KERJA DUDUK TERHADAP KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PEKERJA BAGIAN PELINTINGAN

ROKOK DI PT. DJITOE INDONESIA TOBACCO

BAB I

NASKAH PUBLIKASI

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh:

MUHAMMAD IBNU ADITYA J410070073

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

(2)
(3)

PENGARUH SIKAP KERJA DUDUK TERHADAP KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PEKERJA BAGIAN PELINTINGAN

ROKOK DI PT. DJITOE INDONESIA TOBACCO Muhammad Ibnu Aditya1, Hardjanto 2*, Dwi Astuti2* 1

Alumni Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

²Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAK

PT Djitoe Indonesia Tobacco merupakan salah satu perusahaan rokok yang berada di wilayah Surakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh sikap kerja duduk terhadap keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja bagian pelintingan rokok. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, dengan menggunakan desain cross sectional, subjek penelitiannya adalah semua pekerja yang bekerja di bagian pelintingan rokok yang berjumlah 40 orang tenaga kerja dengan teknik total sampling. Untuk mengetahui pengaruh sikap kerja duduk terhadap keluhan nyeri punggung bawah menggunakan analisis deskriptif persentase. Hasil analisis deskriptif persentase dengan rumus P=F/N100% didapatkan hasil bahwa pada umumnya responden mengalami nyeri punggung bawah akibat sikap kerja duduk. Artinya ada pengaruh sikap kerja duduk terhadap keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja bagian pelintingan rokok di PT. Djitoe Indonesia Tobacco. Sehingga pihak perusahaan hendaknya menyediakan alat operasional kerja yang ergonomis karena menyangkut derajat kesehatan tenaga kerja yang bekerja di lingkungan perusahaan itu sendiri.

(4)

ABTRACT

Djitoe Indonesia Tobacco Company is one of cigarette producer located in Surakarta region. Purpose of the research is to know The influence of work seat with complaint of low back pain syndrome to the folding workers who makes a cigarettes. The methods used a descriptiv research with qualitative approach one with cross-sectional design. Subject of the research is all workers of cigarette rolling division amounting to 40 individuals. Sample is taken by using total sampling technique. Effect of working sitting posture on lower back pain is measured by using percentage deskriptiv analysis. Result of percentage deskriptiv analysis with abbreviation P=F/N100% showed that low back pain experience respondent because work seat. It means work seat has influence of low back pain syndrome to the folding workers who makes a cigarettes in Djitoe Indonesia Tobacco Company. Therefore, the factory management should reconsider about working station because it has to do with healthy level of workforces working in the factory environment.

Key words: work seat, ergonomy, low back pain

PENDAHULUAN

Manusia dari awal kehidupannya tidak terkecuali, selalu bekerja dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada saat mereka bekerja dengan berbagai sebab, mereka tentunya pernah mengalami kecelakaan atau sakit akibat pekerjaanya itu, baik itu berupa cedera, luka-luka atau bahkan kematian yang menyebabkan penderitaan. Berbekal akal dan fikiran yang dimiliki, mereka

(5)

berusaha untuk mencegah agar kecelakaan dan sakit yang pernah menimpanya tidak terulang kembali (Tarwaka, 2008).

Kesehatan kerja mutlak harus dilaksanakan di dunia kerja dan di dunia usaha oleh semua orang yang berada di tempat kerja baik pekerja maupun pemberi kerja, jajaran pelaksana, pengawas (supervisor), maupun manajemen, serta pekerja yang bekerja untuk diri sendiri (self employed). Alasannya jelas, karena bekerja adalah bagian dari kehidupan, dan setiap orang memerlukan pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan dan atau untuk aktualisasi diri, namun dalam melaksanakan pekerjaannya, berbagai potensi bahaya (sering disebut juga sebagai hazard atau faktor risiko) dan risiko di tempat kerja mengancam diri pekerja sehingga dapat menimbulkan cedera atau gangguan kesehatan (Kurniawidjaja, 2010).

Sikap kerja yang sering dilakukan oleh manusia dalam melakukan pekerjaan antara lain duduk, berdiri, membungkuk, jongkok, berjalan dan lain-lain. Sikap kerja tersebut dilakukan tergantung dari kondisi dalam sistem kerja yang ada. Sikap kerja duduk merupakan salah satu sikap kerja yang paling sering dilakukan. Duduk memerlukan lebih sedikit energi daripada berdiri, karena hal itu dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki (Nurmianto, 2008).

Sikap duduk pada otot rangka (muskuloskeletal) dan tulang belakang terutama pada pinggang harus dapat ditahan oleh sandaran kursi agar terhindar dari rasa nyeri dan cepat lelah. Pada sikap duduk, tekanan tulang belakang akan meningkat dibanding berdiri atau berbaring, jika sikap duduk tidak benar. Sikap

(6)

duduk yang keliru merupakan penyebab adanya masalah punggung (Nurmianto, 2008).

Studi tentang keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada berbagai jenis industri telah banyak dilakukan dan hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah. Diantara keluhan otot skeletal tersebut, yang banyak dialami oleh pekerja adalah otot bagian punggung (Tarwaka, 2008).

Fenomena di atas juga terjadi pada pekerja bagian pelintingan rokok di PT. Djitoe Indonesia Tobacco, dimana jam kerjanya lebih banyak dihabiskan dengan duduk yang dapat menimbulkan permasalahan kesehatan pada pekerja, salah satunya nyeri punggung bawah. Resiko timbulnya nyeri punggung bawah makin meningkat apabila dalam pekerjaannya tidak memperhatikan sikap duduk secara benar, letak meja, dan ukuran kursi yang tidak ergonomi.

Berdasarkan hasil survei awal terhadap tenaga kerja pelintingan rokok PT. Djitoe Indonesia Tobacco, pekerjaan pelintingan dilakukan lebih sering dengan menggunakan sistem borongan, bekerja sesuai kesepakatan dengan pihak pengguna jasa. Sehingga memungkinkan waktu kerja melebihi waktu kerja normal untuk memenuhi target, sikap kerja duduk yang tidak tepat dalam jangka waktu tertentu bisa saja mempengaruhi keluhan nyeri punggung bawah. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui secara spesifik apakah ada pengaruh sikap kerja duduk terhadap keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja bagian pelintingan di PT. Djitoe Indonesia Tobacco.

(7)

METODE

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan secara kualitatif menggunakan desain cross sectional untuk mengetahui pengaruh sikap kerja duduk terhadap nyeri punggung bawah pada tenaga kerja pelintingan rokok PT. Djitoe Indonesia Tobacco. Populasi dalam penelitian ini adalah s e l u r uh tenaga kerja bagian pelintingan rokok di PT. Djitoe Indonesia Tobacco, yang semua pekerjanya berjenis kelamin wanita. Teknik sampling yang digunakan adalah total

sampling yaitu dengan memakai seluruh populasi dalam pelaksanaan penelitian

yaitu berjumlah 40 orang pekerja.

HASIL

Perusahaan Rokok DJITOE didirikan pada sekitar tahun 1960 yang berlokasi di Kampung Sewu, merupakan Perusahaan milik perseorangan sebagai pemiliknya Bapak Soetantyo. Pada waktu itu produksinya hanya rokok kretek tangan lintingan tradisional, dan hanya dikerjakan oleh beberapa orang tenaga kerja yang sebagian terdiri dari keluarga sendiri. Perusahaan Rokok DJITOE dalam bahasa Jawa yang berarti Siji lan Pitu, sedangkan dalam bahasa Indonesia berarti tujuh belas. Angka tujuh belas bagi bangsa Indonesia, merupakan angka keramat. DJITOE juga dapat diartikan tepat atau boleh juga diartikan paling tepat, jadi Rokok DJITOE paling tepat untuk dinikmati oleh Konsumen golongan bawah dan menengah. Karena harga Rokok DJITOE relatif murah dapat terjangkau oleh Konsumen golongan bawah, sedangkan mutu dan rasa pada waktu itu banyak digemari oleh Masyarakat Solo khususnya.

(8)

Umur responden terbanyak antara 40-50 tahun, responden yang berusia termuda berumur 40 tahun dan usia responden tertua berumur 62 tahun. Distribusi responden dengan masa kerja diketahui bahwa sebagian besar masa kerja responden adalah lebih dari 10 tahun.

Karakteristik responden berdasarkan sikap kerja duduk terhadap keluhan nyeri punggung bawah.

Kategori Nyeri punggung bawah Tidak nyeri punggung bawah Total (Persentase)

Sikap kerja duduk ergonomi 1 3 4 (10%)

Sikap kerja duduk tidak ergonomi 36 36 (90%)

Total (Persentase) 37 (92,5%) 3 (7,5%) 40 (100%) Dari 40 responden diketahui bahwa 36 responden (90%) dengan sikap duduk tidak ergonomi dan 37 responden (92,5%) mengalami nyeri punggung bawah.

Berdasarkan hasil pengisian Kuesioner yang kemudian dideskripsikan

menggunakan analisis deskriptif persentase yaitu P = 100% di mana P =

Persentase, F = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya (frekuensi jawaban), dan N = Jumlah responden.

Dalam penafsiran data digunakan metode penafsiran data sebagaimana di kemukakan oleh Hastono, (2001). Penafsiran data menggunakan dua angka di belakang koma, sebagai berikut:

0,00% = Tidak ada 0,01% - 24,99% = Sebagian kecil

(9)

50,01% - 74,99% = Sebagian besar 75% - 99,99% = Pada umumnya

100% = Seluruhnya

Berikut ini adalah karakteristik responden berdasarkan pengaruh sikap kerja duduk terhadap keluhan nyeri punggung bawah:

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Keluhan Pada Punggung Bawah (Pegal, Linu, Ngilu)

Kategori Ya Tidak Total

(Persentase)

Sikap kerja duduk ergonomi 1 3 4 (10%)

Sikap kerja duduk tidak

ergonomi 36 36 (90%)

Total (Persentase) 37 (92,5%) 3 (7,5%) 40 (100%) 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Yang Hanya Bekerja Sebagai Pekerja

Pelintingan Rokok (Tidak Mempunyai Pekerjaan Lain)

Kategori Ya Tidak Total

(Persentase)

Sikap kerja duduk ergonomi 3 1 4 (10%)

Sikap kerja duduk tidak

ergonomi 13 23 36 (90%)

Total (Persentase) 16 (40%) 24 (60%) 40 (100%) 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Keluhan Nyeri Punggung Bawah Lebih

Dari 3 Bulan

Kategori Ya Tidak Total

(Persentase)

Sikap kerja duduk ergonomi 1 3 4 (10%)

Sikap kerja duduk tidak

ergonomi 36 36 (90%)

Total (Persentase)

37 (92,5%) 3 (7,5%) 40 (100%) 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Keluhan Nyeri Punggung Bawah Sejak

(10)

Kategori Ya Tidak Total (Persentase)

Sikap kerja duduk ergonomi 1 3 4 (10%)

Sikap kerja duduk tidak

ergonomi 36 36 (90%)

Total (Persentase)

37 (92,5%) 3 (7,5%) 40 (100%) 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Rasa Nyeri Punggung Bawah

Berpengaruh Pada Saat Bekerja (Lebih Cepat Lelah, Mengganggu Konsentrasi)

Kategori Ya Tidak Total

(Persentase)

Sikap kerja duduk ergonomi 4 4 (10%)

Sikap kerja duduk tidak

ergonomi 10 26 36 (90%)

Total (Persentase)

10 (25%) 30 (75%) 40 (100%) 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Ketika Duduk Lama Keluhan Nyeri

Punggung Bawahnya Meningkat Pada Saat Bekerja

Kategori Ya Tidak Total

(Persentase)

Sikap kerja duduk ergonomi 1 3 4 (10%)

Sikap kerja duduk tidak

ergonomi 36 36 (90%)

Total (Persentase) 37 (92,5%) 3 (7,5%) 40 (100%) 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Rasa Nyeri Punggung Bawah Hanya

Pada Saat Duduk

Kategori Ya Tidak Total

(Persentase)

Sikap kerja duduk ergonomi 1 3 4 (10%)

Sikap kerja duduk tidak

ergonomi 36 36 (90%)

(11)

8. Karakteristik Responden Berdasarkan Ketika Membungkuk Keluhan Nyeri Punggung Bawahnya Meningkat Pada Saat Bekerja

Kategori Ya Tidak Total

(Persentase)

Sikap kerja duduk ergonomi 1 3 4 (10%)

Sikap kerja duduk tidak

ergonomi 36 36 (90%)

Total (Persentase) 37 (92,5%) 3 (7,5%) 40 (100%) 9. Karakteristik Responden Berdasarkan Rasa Nyeri Pada Punggung Bawah

Hanya Pada Saat Bekerja

Kategori Ya Tidak Total

(Persentase)

Sikap kerja duduk ergonomi 1 3 4 (10%)

Sikap kerja duduk tidak

ergonomi 8 28 36 (90%)

Total (Persentase) 9 (22,5%) 31 (77,5%) 40 (100%) 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Istirahat Saat Merasakan Keluhan

Nyeri Punggung Bawah

Kategori Ya Tidak Total

(Persentase)

Sikap kerja duduk ergonomi 4 4 (10%)

Sikap kerja duduk tidak

ergonomi 10 26 36 (90%)

Total (Persentase) 10 (25%) 30 (75%) 40 (100%) Dari hasil pengisian kuesioner yang telah dideskripsikan menggunakan analisis persentase diketahui bahwa pada umumnya responden mengalami keluhan nyeri punggung bawah yang dikarenakan sikap kerja duduk tidak ergonomis. Maka dapat di buktikan bahwa ada pengaruh sikap kerja duduk terhadap keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja bagian pelintingan rokok di PT. Djitoe Indonesia Tobacco.

(12)

PEMBAHASAN

Berdasarkan usia menunjukan bahwa responden terbanyak adalah berusia 40 sampai 50 tahun dan responden tertua adalah berusia 62 tahun. Berdasarkan karakteristik usia terhadap keluhan nyeri punggung bawah hasil dari pengisian kuesioner terlihat bahwa usia yang rentan mengalami nyeri punggung bawah adalah 46 sampai 50 tahun.

Sedangkan berdasarkan masa kerja menunjukan bahwa sebagian besar responden bekerja diatas 10 tahun yaitu sebanyak 24 responden. Berdasarkan karakteristik masa kerja terhadap keluhan nyeri punggung bawah hasil dari pengisian kuesioner terlihat responden yang masa kerjanya lebih dari 10 tahun paling banyak merasakan nyeri punggung bawah. Dengan demikian masa kerja dimungkinkan menjadi pengaruh nyeri punggung bawah terlebih lagi karena sikap kerja yang tidak ergonomis. Dengan begitu semakin tua umur responden, berarti makin lama bekerja sebagai pekerja pelintingan rokok. Hal ini berarti bahwa nyeri yang diderita oleh pengrajin kemungkinan memang disebabkan karena sifat pekerjaan itu sendiri, yaitu pekerjaan yang menyebabkan terjadinya keluhan nyeri punggung bawah seperti posisi yang tidak alamiah.

Pengukuran antropometri pada responden meliputi tinggi popliteal, lebar pinggul, panjang buttock-lutut, tinggi bahu duduk, lebar bahu, lebar sandaran duduk, bentang lengan, tinggi siku duduk, tinggi lutut duduk, tinggi paha duduk, tinggi mata duduk, tinggi duduk, panjang jangkauan, dan tinggi sandaran duduk. Kemudian pengukuran kursi kerja meliputi panjang alas duduk 20 cm, lebar alas duduk 190 cm (untuk 3-4 tenaga kerja), dan tinggi kursi 54 cm. Untuk penentuan

(13)

dari kategori sikap kerja duduk ergonomis maka diteliti pula bagaimana sikap kerja duduk dari responden meliputi posisi punggung rileks, kaki bertumpu pada lantai, tungkai ditekuk dengan sudut 90 , posisi siku menekuk kurang lebih 90 , posisi mata lurus ke depan sejajar dengan tinggi pandangan maka disimpulkan bahwa 4 responden atau 10% ada dalam kategori sikap kerja duduk ergonomis, dan 36 responden lainnya atau 90% masuk dalam kategori sikap kerja duduk tidak ergonomis.

Dari hasil pengisian kuesioner didapatkan hasil bahwa 3 orang responden tidak merasakan keluhan nyeri punggung bawah. Menurut Bull (2007), tingkatan nyeri dipengaruhi oleh persepsi nyeri dari masing-masing responden. Semakin sering seseorang merasakan nyeri, maka seseorang tersebut akan terbiasa dengan nyeri yang dirasakannya, dan ketika suatu saat merasakan nyeri yang lebih ringan dari yang biasa dirasakan, hal itu tidak menjadi keluhan lagi baginya. Sebaliknya jika seseorang tidak pernah menerima stimulus nyeri, jika suatu saat merasakan nyeri yang saat ringan, maka hal itu akan menjadi berat bagi dia. Nyeri yang dirasakan juga sangat dipengaruhi oleh sikap atau posisi duduk seseorang. Oleh karena itu terdapat perbedaan yang dirasakan oleh responden, yaitu 37 responden lainya merasakan keluhan nyeri punggung bawah.

Dari hasil pengisian kuesioner yang telah dideskripsikan menggunakan analisis persentase diketahui bahwa pada umumnya responden mengalami keluhan nyeri punggung bawah yang dikarenakan sikap kerja duduk tidak ergonomis. Maka dapat di buktikan bahwa ada pengaruh sikap kerja duduk

(14)

terhadap keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja bagian pelintingan rokok di PT. Djitoe Indonesia Tobacco.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya, maka dapat disimpulkan bahwa:

Ada pengaruh sikap kerja duduk terhadap keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja bagian pelintingan rokok di PT. Djitoe Indonesia Tobacco.

Saran

1. Bagi pihak perusahaan atau Dinas Ketenagakerjaan serta pihak yang terkait dan berkepentingan hendaknya menyediakan alat operasional kerja yang ergonomis serta sesuai dengan antrophometri dari para pekerjanya, karena menyangkut derajat kesehatan tenaga kerja yang bekerja di lingkungan perusahaan itu sendiri.

2. Bagi pekerja hendaknya memperhatikan sikap kerja yang sesuai dan rileks dalam bekerja agar terhindar dari sikap-sikap tidak alamiah yang dapat mempengaruhi kesehatan.

3. Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya dilakukan penelitian dengan memperhatikan faktor-faktor lainya yang mempengaruhi keluhan nyeri punggung bawah seperti beban kerja, riwayat penyakit, pasca operasi, dan lain sebagainya serta keluhan-keluhan lain yang mungkin ditimbulkan.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Borenstein DG, M.D, Wiesel SW, M.D. 2004. Low Back Pain, Medical Diagnosis and Comprehensive Management. WB Saunders Company. Budiono S. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Semarang: UNDIP.

Budi TP. 2006. SPSS 13.0 Terapan, Riset Statistik Parametrik. Yogyakarta: Andi. Bull E, Archard G. 2007. Simple Guides, Nyeri Punggung. Jakarta: Erlangga.

Hastono SP. 2001. Analisis Data. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat UI.

Imrie D. 1995. Mengatasi Nyeri Punggung. Jakarta: Arcan.

Kurniawidjaja M. 2010. Teori Dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta: Universitas Indonesia.

Nurmianto E. 2008. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna Widya.

Notoatmodjo S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Osada T. 2000. Sikap kerja 5s=seiri, seiton, seiso, seiketsu, shitsuke(pemilahan,

penataan, pembersihan, pemantapan, pembiasaan). Jakarta: PPM.

Panero J, Zelnik M, Kurniawan D. 2003. Dimensi manusia dan ruang interior:

buku panduan untuk standar pedoman perancangan. Jakarta: Erlangga.

Priguna S. 2004. Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. Jakarta: Dian Rakyat. Rachmawati LDA. 2008. Hubungan Sikap Kerja Duduk Dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah Pada Pekerja Rental Komputer Di Pabelan Kartasura. Surakarta: UMS

Suma’mur PK. 1982. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Gunung Agung.

Tarwaka. 2008. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja, Manajemen Dan

Implementasi K3 Di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan press.

Tarwaka. 2010. Ergonomi Industri, Dasar-dasar Pengetahuan Ergonomi dan

Aplikasi Di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan press.

Tarwaka, Bakri SHA, Sudiadjeng L. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan,

Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: Uniba Press.

Wigati SYS. 1999. Standar Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pembahasan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dalam ISO, Jurnal Teknologi Industri. ISSN 1410-5004: Jakarta.

(16)

Wignjosoebroto S. 2000. Teknik Analisis Untuk Peningkatan Produktivitas Kerja

Dalam Ergonomi Studi Gerakan dan Waktu. Surabaya: institute Teknologi

Referensi

Dokumen terkait

Proses adsorbsi yang ditinjau menggunakan butir-butir adsorben berukuran relatif kecil sehingga yang mengontrol kecepatan proses adsorpsi adalah perpindahan massa

Kualitas Akhlaq Siswa Dihubungkan Dengan Prestasi Pembelajaran Aqidah Akhlaq Di Madrasah Aliyah Negeri Purwakarta Tahun Ajaran 2013-2014.. Universitas Pendidikan Indonesia

Tombol ini digunakan untuk menyimpan atau update data. Apabila data yang dimasukkan baru, maka akan menyimpan, apabila data yang ditampilkan berasal dari form

The goals of this research are to identify the language form, to describe the politeness pattern and to describe the implicature of directive speech acts in Alice

No. Indonesia sebagai negara tropis dengan lahan pertanian dan perkebunan yang subur memberikan ciri khas sendiri bagi masyarakat dalam mengolah olahan

Salah satu cara yang dilakukan untuk menjaga keamanan situs jejaring sosial baru atau situs jual beli online baru agar tidak membuat akun robot atau akun

Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan

Pemindahan kampus tersebut atas dasar kebutuhan sarana dan prasarana perkuliahan yang tidak lagi memadai di Kampus Semanggi seiring bertambahnya mahasiswa dan adanya keinginan