• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Grafik Kebutuhan Energi Listrik

Gambar 4.2 Grafik Konsumsi Energi Listrik Sektor Rumah Tangga Area Nias Tahun 2011 hingga 2015

Gambar 4.3 Grafik Prediksi Kebutuhan Energi Listrik Sektor Rumah Tangga Area Nias Tahun 2016 hingga 2021

0 10 20 30 40 50 60 70 80 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Konsumsi Listrik Rumah Tangga (GWh) 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 Kebutuhan Energi Listrik Sektor Rumah Tangga (GWh)

Dari gambar 4.2 dapat dilihat bahwa konsumsi energi listrik sektor rumah tangga tahun 2011 adalah 54.356.429 kWh dan tahun 2015 adalah 74.525.299 kWh, dimana mengalami peningkatan sebesar 20.168.870 kWh atau sekitar 20,169 GWh. Dan dapat dilihat bahwa pertumbuhan rata- rata konsumsi energi listrik sektor rumah tangga per tahun dari 2011 hingga 2015 adalah sekitar 4,0338 GWh atau sekitar 7,42 % per tahunnya. Dan dari gambar 4.3 dapat dilihat bahwa prediksi konsumsi atau kebutuhan energi listrik sektor rumah tangga pada tahun 2016 adalah 102,28476 GWh, dimana mengalami peningkatan sebesar 27.759.461 kWh atau sekitar 27,7595 GWh dari tahun 2015, dan akan terus meningkat hingga 185,02011 GWh pada tahun 2021 atau dapat dikatakan mengalami sekitar dua setengah kali lipat dari tahun 2015, sehingga prediksi pertumbuhan kebutuhan energi listrik sektor rumah tangga dari 2016 hingga 2021 mengalami peningkatan sebesar 82,73535 GWh. dan dapat dilihat bahwa bahwa pertumbuhan rata-rata prediksi kebutuhan energi listrik sektor rumah tangga per tahun dari 2016 hingga 2021 adalah 13,78923 GWh atau sekitar 13,48 % per tahunnya.

Jadi dapat dilihat bahwa kebutuhan energi listrik sektor rumah tangga di area nias dari tahun 2011 hingga 2021 mengalami peningkatan yang signifikan yakni sebesar 130.663.681 kWh atau sekitar 130,6637 GWh, sehingga dapat dilihat bahwa pertumbuhan rata-rata kebutuhan energi listrik sektor rumah tangga per tahun dari 2011 hingga 2021 adalah 11.878.518 kWh atau sekitar 11,87852 GWh per tahunnya.

4.4.2 Analisa Grafik Sektor Komersil

Gambar 4.4 Grafik Konsumsi Energi Listrik Sektor Komersil Area Nias Tahun 2011 hingga 2015

Gambar 4.5 Grafik Prediksi Kebutuhan Energi Listrik Sektor Komersil Area Nias Tahun 2016 hingga 2021

0 2 4 6 8 10 12 14 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Konsumsi Listrik Sektor Komersil (GWh) 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 Kebutuhan Listrik Sektor Publik (GWh)

Dari gambar 4.4 dapat dilihat bahwa konsumsi energi listrik sektor komersil tahun 2011 adalah 7.315.308 kWh dan tahun 2015 adalah 11.824.788 kWh, dimana mengalami peningkatan sebesar 4.509.480 kWh atau sekitar 4,50948 GWh. Dan dapat dilihat bahwa pertumbuhan rata-rata konsumsi energi listrik sektor komersil per tahun dari 2011 hingga 2015 adalah sekitar 0,901896 GWh atau sekitar 12,33 % per tahunnya.

Dan dari gambar 4.5 dapat dilihat bahwa prediksi konsumsi atau kebutuhan energi listrik sektor komersil pada tahun 2016 adalah 18,32546 GWh, dimana mengalami peningkatan sebesar 6.499.772 kWh atau sekitar 6,5 GWh dari tahun 2015, dan akan terus meningkat hingga 45,9068 GWh pada tahun 2021, sehingga prediksi pertumbuhan kebutuhan energi listrik sektor komersil dari 2016 hingga 2021 mengalami peningkatan sebesar 27,58134 GWh. Dan dapat dilihat bahwa bahwa prediksi pertumbuhan rata-rata kebutuhan energi listrik komersil per tahun dari 2016 hingga 2021 adalah 4,59689 GWh atau sekitar 25,085 % per tahunnya.

Jadi dapat dilihat bahwa kebutuhan energi listrik sektor komersil di area nias dari tahun 2011 hingga 2021 mengalami peningkatan yang signifikan seperti juga sektor rumah tangga yakni sebesar 38.591.492 kWh atau sekitar 38,5915 GWh, sehingga dapat dilihat bahwa pertumbuhan rata-rata kebutuhan energi listrik sektor publik per tahun dari 2011 hingga 2021 adalah 3.508.319 kWh atau sekitar 3,50832 GWh per tahunnya.

4.4.3 Analisa Grafik Sektor Publik

Gambar 4.6 Grafik Konsumsi Energi Listrik Sektor Publik Area Nias Tahun 2011 hingga 2015

Gambar 4.7 Grafik Prediksi Kebutuhan Energi Listrik Sektor Komersil Area Nias Tahun 2016 hingga 2021

0 2 4 6 8 10 12 14 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Konsumsi Listrik Sektor Publik (GWh) 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 Kebutuhan Listrik Sektor Publik (GWh)

Dari gambar 4.6 dapat dilihat bahwa konsumsi energi listrik sektor publik tahun 2011 adalah 6.392.756 kWh dan tahun 2015 adalah 12.684.022 kWh, dimana mengalami peningkatan sebesar 6.291.266 kWh atau sekitar 6,29127 GWh. Dan dapat dilihat bahwa pertumbuhan rata-rata konsumsi energi listrik sektor publik per tahun dari 2011 hingga 2015 adalah sekitar 1,25826 GWh atau sekitar 19,68 % per tahunnya.

Dan dari gambar 4.7 dapat dilihat bahwa prediksi konsumsi atau kebutuhan energi listrik sektor publik pada tahun 2016 adalah 23,16752 GWh, dimana mengalami peningkatan sebesar 10.483.498 kWh atau sekitar 10,4835 GWh dari tahun 2015, dan akan terus meningkat hingga 83,95971 GWh pada tahun 2021, sehingga prediksi pertumbuhan kebutuhan energi listrik sektor publik dari 2016 hingga 2021 mengalami peningkatan sebesar 60,79219 GWh. Dan dapat dilihat bahwa bahwa prediksi pertumbuhan rata-rata kebutuhan energi listrik publik per tahun dari 2016 hingga 2021 adalah 10,13203 GWh atau sekitar 43,73 % per tahunnya.

Jadi dapat dilihat bahwa kebutuhan energi listrik sektor publik di area nias dari tahun 2011 hingga 2021 mengalami peningkatan yang signifikan seperti juga sektor rumah tangga dan komersil yakni sebesar 77.566.954 kWh atau sekitar 77,56696 GWh, sehingga dapat dilihat bahwa pertumbuhan rata-rata kebutuhan energi listrik sektor publik per tahun dari 2011 hingga 2021 adalah 7.051.541,4545 kWh atau sekitar 7,05155 GWh per tahunnya.

4.4.4 Analisa Grafik Sektor Industri

Gambar 4.8 Grafik Konsumsi Energi Listrik Sektor Industri Area Nias Tahun 2011 hingga 2015

Gambar 4.9 Grafik Prediksi Kebutuhan Energi Listrik Sektor Industri Area Nias Tahun 2016 hingga 2021

0 1 2 3 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Konsumsi Listrik Sektor Industri (GWh) 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 Kebutuhan Listrik Sektor Industri (GWh)

Dari gambar 4.8 dapat dilihat bahwa konsumsi energi listrik sektor industri tahun 2011 adalah 1.273.355 kWh dan tahun 2015 adalah 1.731.657 kWh, dimana mengalami peningkatan sebesar 458.302 kWh atau sekitar 0,4583 GWh. Dan dapat dilihat bahwa pertumbuhan rata-rata konsumsi energi listrik sektor industri per tahun dari 2011 hingga 2015 adalah sekitar 91.660,4 kWh atau sekitar 7,2 % per tahunnya.

Dan dari gambar 4.9 dapat dilihat bahwa prediksi konsumsi atau kebutuhan energi listrik sektor industri pada tahun 2016 adalah 1,92717 GWh, dimana mengalami peningkatan sebesar 195.513 kWh atau sekitar 0,19552 GWh dari tahun 2015, dan akan terus meningkat hingga 2,91667 GWh pada tahun 2021, sehingga prediksi pertumbuhan kebutuhan energi listrik sektor industri dari 2016 hingga 2021 mengalami peningkatan sebesar 0.9895 GWh. Dan dapat dilihat bahwa bahwa prediksi pertumbuhan rata-rata kebutuhan energi listrik industri per tahun dari 2016 hingga 2021 adalah 0,165 GWh atau sekitar 8,56 % per tahunnya.

Jadi dapat dilihat bahwa kebutuhan energi listrik sektor industri di area nias dari tahun 2011 hingga 2021 mengalami peningkatan yang sangat rendah jika dibandingkan dengan tiga sektor lainnya yakni sebesar 1.643.315 kWh atau sekitar 1,64332 GWh, sehingga dapat dilihat bahwa pertumbuhan rata-rata kebutuhan energi listrik sektor publik per tahun dari 2011 hingga 2021 adalah 149.393 kWh atau sekitar 0,1494 GWh per tahunnya.

4.4.5 Analisa Grafik Total Kebutuhan Energi Listrik

Gambar 4.10 Grafik Total Konsumsi Energi Listrik Semua Sektor Area Nias Tahun 2011 hingga 2015

Gambar 4.11 Grafik Prediksi Total Kebutuhan Energi Listrik Seluruh Sektor Area Nias Tahun 2016 hingga 2021

0 20 40 60 80 100 120 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Total Konsumsi Listrik Semua Sektor (GWh) 0 50 100 150 200 250 300 350 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 Total Kebutuhan Listrik Seluruh Sektor (GWh)

Dari gambar 4.10 dapat dilihat bahwa total konsumsi energi listrik semua sektor tahun 2011 adalah 72.341.398 kWh dan tahun 2015 adalah 100.842.216 kWh, dimana mengalami peningkatan sebesar 28.500.818 kWh atau sekitar 28,50082 GWh. Dan dapat dilihat bahwa pertumbuhan rata-rata total konsumsi energi listrik seluruh sektor per tahun dari 2011 hingga 2015 adalah sekitar 5.7002 GWh atau sekitar 7,88 % per tahunnya. Dan dari gambar 4.11 dapat dilihat bahwa prediksi total konsumsi atau total kebutuhan energi listrik seluruh sektor pada tahun 2016 adalah 145,70491 GWh, dimana mengalami peningkatan sebesar 44.862.694 kWh atau sekitar 44,8627 GWh dari tahun 2015, dan akan terus meningkat hingga 317,80329 GWh pada tahun 2021, sehingga prediksi pertumbuhan total kebutuhan energi listrik seluruh sektor dari 2016 hingga 2021 mengalami peningkatan sebesar 172.098.380 kWh atau sekitar 172,09838 GWh. Dan dapat dilihat bahwa bahwa prediksi pertumbuhan rata-rata total kebutuhan energi listrik seluruh sektor per tahun dari 2016 hingga 2021 adalah sekitar 28,68307 GWh atau sekitar 19,685 % per tahunnya.

Jadi dapat dilihat bahwa total kebutuhan energi listrik seluruh sektor di area nias dari tahun 2011 hingga 2021 mengalami peningkatan yang cukup besar yakni sebesar 243.461.892 kWh atau sekitar 243,4619 GWh, jumlah ini sama dengan tiga kali lipat lebih jumlah total kebutuhan listrik dari tahun awal pengamatan, sehingga dapat dilihat bahwa pertumbuhan rata-rata kebutuhan energi listrik sektor publik per tahun dari 2011 hingga 2021 adalah 22.132.899,2727 kWh atau sekitar 22,1329 GWh per tahunnya.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Hasil prakiraan atau peramalan pertumbuhan beban listrik dengan metode ekonometrik di area pulau Nias dari tahun 2016-2021 selalu mengalami peningkatan, dengan rata-rata pertumbuhan 13,48% (rumah tangga), 25,085% (komersial), 43,73% (publik), dan 8,56% (industri) per tahun. Pada tahun 2021 jumlah konsumsi listrik seluruhnya telah mencapai 317,80329 GWh yang meningkat hingga sekitar 315,15 % dari tahun 2015.

2. Meski rata-rata pertumbuhan tertinggi adalah sektor publik dan komersil, konsumsi energi listrik terbesar adalah sektor rumah tangga dimana konsumsi sektor rumah tangga hampir selalu diatas 60% dari total konsumsi tiap tahunnya dan konsumsi energi listrik terkecil adalah sektor industri dimana konsumsi sektor industri selalu dibawah 2% dari total konsumsi tiap tahunnya.

3. Nilai Rasio Elektrifikasi (RE) yang diperoleh cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015, namun nilai RE tertinggi hanya 54,18 %. Hal ini berarti masih ada sekitar 45,82% rumah tangga yang belum dialiri arus listrik. Jumlah pelanggan juga mengalami peningkatan yang cukup besar, namun kapasitas terpasang dan kapasitas mampu tidak banyak mengalami peningkatan.

5.1 Saran

1. Selain peramalan beban listrik jangka menengah, sebaiknya dilakukan peramalan beban listrik jangka panjang agar perkembangan beban listrik dapat selalu ditinjau jika terdapat perubahan yang cukup besar 2. Untuk menambah keakuratan prakiraan atau prediksi kebutuhan

energi listrik sebaiknya digunakan data historis yang lebih lama dari penelitian ini seperti RUPTL 2015-2024 PLN.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Geografis Pulau Nias

Gambar 2.1 Letak Pulau Nias di provinsi Sumatera Utara

Nias adalah sebuah pulau yang terletak di sebelah barat pulau Sumatera, Indonesia. Pulau dengan luas wilayah 5625 km2 ini, berpenduduk 700.000 jiwa, mempunyai jarak ± 85 mil laut dari sibolga (daerah provinsi sumatera utara) serta dikelilingi oleh samudera Hindia. Menurut letak Geografis, pulau Nias terletak pada garis 0012’ – 1032’ Lintang Utara (LU), dan 970 – 980 Bujur Timur (BT) dekat garis Khatulistiwa dengan batas – batas wilayah :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Pulau Banyak Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD)

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia.

• Sebelah Timur berbatasan dengan Pulau Mursala kabupaten Tapanuli Tengah Propinsi Sumatera Utara.

• Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.

Keadaan iklim Pulau Nias dipengaruhi oleh Samudera Hindia. Suhu udara dalam satu tahun rata- rata 25,90C perbulan dengan rata – rata minimum 21,20C dan rata – rata maksimum 30,30C. Kecepatan angin rata- rata dalam satu tahun adalah sebesar 5,6 knot per jam dan bisa mencapai rata – rata kecepatan maksimum sebesar 19,8 knot/jam dengan arah angin terbanyak berasal dari arah utara. Kondisi seperti ini disamping curah hujan yang tinggi mengakibatkan sering terjadinya badai besar.

Seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.2, Pulau Nias saat ini telah dimekarkan menjadi 4 kabupaten dan satu kota, yaitu kaupaten Nias, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias Utara, dan Kota Gunug Sitoli.

Daerah Kabupaten Nias, merupakan daerah Kepulauan yang memiliki pulau – pulau kecil sebanyak 27 buah. Banyaknya pulau – pulau kecil yang dihuni oleh penduduk adalah sebanyak 11 buah, dan yang tidak dihuni ada sebanyak 16 buah.

Kondisi pulau Nias mempunyai area dengan kondisi tanah datar dan berbukit sedangkan luas ± 15 ha yang dibutuhkan untuk lokasi rencana pembangunan PLTU Batubara tersebut yang berdekatan dengan jaringan 20 kV eksisting dan pembangkit eksisting.

Kabupaten Nias merupakan salah satu daerah yang mengalami krisis energi listrik. Apabila salah satu unit pembangkit mengalami gangguan atau dilakukan pemeliharaan, maka akan terjadi pemadaman bergilir di sistem kelistrikan Nias tersebut. Selain itu selama beberapa waktu terakhir PLN tidak dapat memenuhi permintaan sambungan baru dari masyarakat.

2.2. Kondisi Ketenagalistrikan Pulau Nias

2.2.1 Sejarah Singkat PT.PLN (Persero) Cabang Nias

Sejarah listrik di Sumatera Utara bukanlah baru. Kalau listrik dimulai ada di wilayah Indonesia tahun 1893 di daerah Batavia (Jakarta sekarang), maka 30 tahun kemudian (1923) listrik mulai ada di Medan.

Sentralnya dibangun di tanah pertapakan kantor PLN Cabang Medan yang sekarang di jalan listrik no 12 Medan, dibangun oleh NV NIGEM / OGEM perusahaan swasta Belanda. Kemudian menyusul pembangunan kelistrikan di Tanjung pura dan pangkaalan brandan (1924), tebing tinggi (1927), Sibolga (NV ANIWM) Berastagi dan Tarutung (1929), Tanjung Balai pada tahun 1931 (milik Gemeente-Kotapraja), Labuhan bilik (1936) dan Tanjung Tiram (1937).

Pada masa penjajahan Jepang, Jepang hanya mengambil alih pengelolaan perusahaan listrik milik swasta Belanda tanpa ada penambahan mesin dan perluasan jaringan. Daerah kerjanya dibagi menjadi perusahaan listrik dibagi menjadi perusahaan listrik Sumatera Utara, Perusahaan listrik Jawa dan seterusnya sesuai struktrur organisasi pemerintahan tentara Jepang waktu itu.

Setelah proklamasi kemerdekaan RI 17 agustus 1945 dikumandangkanlah kesatuan aksi karyawan perusahaan listrik bekas milik swasta Belanda dari tangan tentara Jepang. Perusahaan listrik yang sudah diambil alih itu diserahkan kepada RI dalam hal ini departemen pekerjaan umum. Untuk mengenang peristiwa ambil alih itu, maka dengan penetapan pemerintah no. 1 SD/45 ditetapkan tanggal 27 oktober sebagai hari listrik. Sejarah memang membuktikan kemudian bahwa dalam suasana yang makin memburuk dalam hubungan Indonesia-Belanda, tanggal 3 oktober 1953 keluar surat keputusan Presiden no. 163 yang memuat ketentuan nasionalisasi perusahaan listrik milik swasta Belanda sebagai bagian dari perwujudan pasal 33 ayat (2) UUD 1945. Setelah aksi ambil alih itu, sejak

1955 di Medan berdiri perusahaan listrik negara distribusi cabang Sumatera Utara (Sumatra Timur dan Tapanuli) yang mula-mula dikepalai R. Sukarno (merangkap kepala di Aceh), tahun 1959 dikepalai oleh Ahmad Syaifulla. Setelah BPU PLN berdiri dengan SK menteri PUT no. 16/1/20 tanggal 20 mei 1961, maka organisasi kelistrikan diubah. Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau menjadi PLN Eksploitasi I.

Pada tahun 1965, BTU PLN dibubarkan dengan peraturan menteri No. PU No 9/PRT/64 dan dengan peraturan mentri no. 1/PRT/65 ditetapkan pembagian daerah kerja menjadi 15 kesatuaan daerah Eksploitasi I. Sumatera Utara tetap menjadi daerah Eksploitasi I.

Dari Eksploitasi I menjadi Eksploitasi II sebagai tindak lanjut dari pembentukan PLN Eksploitasi Sumatera Utara tersebut, maka dengan keputusan Presiden Direksi PLN no. KPTS 009/ Dir PLN/ 66 tanggal 14 april 1966, PLN Eksploitasi I dibagi menjadi 4 dan satu sektor Medan, Binjai, Sibolga dan Siantar. PLN sibolga ini membawahi PLN Nias.

Pada tahun 1985 beroperasi 2 buah PLTD di gunung Sitoli untuk memenuhi kebutuhan listrik di pulau Nias dengan kapasitas terpasang masing-masing 560 kW dan daya mampu masing-masing 350 kW.

PLN Nias berada di bawah naungan PLN cabang Sibolga, yaitu PLN Ranting Nias, Kemudian pada akhir tahun 2008 PLN Nias pisah dari PLN cabang Sibolga, dan menjadi PLN cabang Nias, dan memiliki dua ranting yaitu ranting Gunung Sitoli dan ranting Teluk Dalam. Alasan mengapa dibentuknya PLN cabang Nias adalah :

• Lokasi pulai Nias yang Isolated, terpisah dari Pulau Sumatera

• Rentang Kendali PLN cabang Sibolga yang sangat jauh ke Pulau Nias (± 120 km).

• Tuntutan pelayanan yang semakin tinggi

• Tingginya pertumbuhan konsumsi listrik pasca bencana tsunami dan gempa.

• Memudahkan koordinaasi dengan otoritas daerah setempat.

Adapun sistem ketenagalistrikan pulau Nias ditunjukkan oleh gambar berikut :

2015

 Pengadaan PLTD kapasitas 1,2 MW Pulau Terluar yang ditempatkan di Nias Selatan kota Teluk Dalam, terdiri dari :

a) PLTD Lasondre 2 × 0,1 MW b) PLTD Tanah Masa 2×0,2 MW c) PLTD Tanah Bala 3×0,2 MW • 2016

 PLN membangun PLTG MPP (Mobile Power Plant) 25 MW di Gunung sitoli yang akan beroperasi Pada Juli 2016.

2017

 Pengadaan PLTMG MPP 25 MW di Nias akan COD (Commercial Operation Date).

2018

 Rencana Pembangunan Transmisi 70 kV Nias – Gunung Sitoli untuk perbaikan penyaluran tenaga listrik di system Nias akan COD.

2.2.2 Profil PLN Cabang Nias

PLN cabang Nias efektif statusnya menjadi cabang Desember 2008 yang memiliki dua unit ranting yaitu ranting Gunug Sitoli dan Ranting Teluk Dalam, sebelum Tahun 2008 kedua ranting ini berada di bawah naungan PN cabang Sibolga. Mengingat daerah Pulau Nias yang secara Geografis sangat jauh dari Kota Sibolga yang selama ini menjadi ranting dari cabgn PLN Sibolga. Desember 2008, dalam rangka meningkatkan pelayanan, direksi PLN menaikan status kelistrikan di Kepulauan Nias dari

ranting menjadi cabang, dengan wilayah kerjanya meliputi rantng Gunug Sitoli, Ranting Teluk Dalam, PLTD Gunung Sitoli, dan PLTD teluk dalam.

Dalam 2 tahun terakhir, Mei 2009 hingga Desember 2010, PLN Nias sudah menambah kapasitas pembangkitan dengan sistem sewa di 3 lokasi, yaitu teluk dalam 3MW, gunung Sitoli 5MW, Pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) Mowao 4 MW. Penambahan kapasitas ini telah meningkatkan kemampuan pebangkit sndiri yang sebelumnya sudah ada yaitu di Teluk Dalam 2MW, di Gunung Sitoli 6 – 7 MW dan di Pulau Tello 400 KW.

Meningkatnya kapasitas ternyata diikuti dengan peningkatan kebutuhan masyarakat yang terus bertambah. Saat ini jumlah pelanggan sudah mencapai 53.033 meningkat dari 47.000 lebih dua tahun sebelumnya. Pada akhir 2010, kebutuhan listrik sudah mencapai sekitar 15 MW. Meski sudah melakukan peningkatan kapasitas sebesar itu, saat ini, kepulauan Nias baru mencapai rasio elektrifikasi (perbandingan pelanggan PLN dengan jumlah KK) sekitar 40 persen. Artinya 60 persen lagi kebutuhan belum terpenuhi. Angka ini masih jauh di bawah rata – rata elektrifikasi profinsi sumatera utara yang kini sudah mencapai di atas 70%. Berbagai faktor penyebabnya adalah keterbatasan investasi untuk listrik, sulitnya akses ke desa – desa sehingga tidak semua memiliki jalan yang bisa dilalui oleh kendaraan mobilisasi peralatan, listrik desa yang sangat terbatas. Sejauh ini untuk melayani pelanggan baru di daerah seperti ini didanai melalui anggaran APBN.

2.2.3 Struktur Organisasi PLN Cabang Nias

Struktur Organisasi adalah suatu bentuk kerjasama dari sejumlah orang dalam suatu wadah tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Dengan adanya struktur organisasi yang jelas maka, dapat dikethui posisi tugas dan wewenang setiap tanggung jawab yang diberikan kepada setiap pegawai sehingga tidak terjadi tumpang tindih antar fungsi dari masing –masing bagian. Struktur organisasi yang dianut oleh PLN Nias adalah struktur organisasi garis. Adapun tugas masing – masing adalah sebagai berikut : • Manajer cabang

Manajer Cabang bertanggung jawab mengelola dan melaksanakan kegiatan penjualan tenaga listrik, pelayanan pelanggan, pegoperasian, dan pemeliharaan jaringan distribusi tenaga listrik seluruh Nias, secara efisien dan efektif. Manajer caang membawahi 6 pimpinan yaitu :

o Bagian teknik o Bagian pembangkitn

o Bagian pengukuran dan proteksi

o Bagian Niaga dan Pelayanan Pelanggan o Bagian ADM dan keuangan

o Bagian yang membawahi PLTD (Pembangkit Tenaga Diesel)

• Bagian Teknik

Bagian ini bertugas untuk mengkordinasi perencnaan, pengoperasian dan pemeliharaan sarana pendistribusian tenaga listrik yang efektif dan efisien dengan mutu yang baik.

Bagian ini menjaga, memeriksa jaringan agar distribusi listrik tetap terjaga, mengukur rangkaian jaringan, sambungan untuk pelanggan, selain menjaga jaringan tegangan tinggi, tegangan menengah dan menjaga untuk pembatasan.

• Bagian Niaga dan Pelayanan Pelanggan

• Bagian ini bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan penyusunan perkiraan kebutuhan tenaga listrik, penjualan tenaga listrik, penyuluhan dan survei data pelanggan tenaga listrik di wilayah kerjanya • Bagian ADM dan Keuangan

Bagian keuangan bertanggung jawab untuk mengkoordinirkan pengelolaan anggaran, keuangan, perpajakan, dan asuransi sesuai dengan prinsip – prinsip manajemen dan membuat laporan keuangan dan akutansi yang akurat dan tepat waktu.

2.3 Data

Data adalah sesuatu yang diketahui dari berbagai hal atau kejadian secara nyata atau merupakan hasil pengamatan. Data terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Berdasarkan Sifat

• Data Kualitatif adalah data yang tidak berbentuk angka dan lebih bersifat pernyataan.

• Data Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka-angka. 2. Berdasarkan Sumber

• Data Internal adalah data yang menggambarkan keadaan suatu perusahaan atau organisasi.

• Data Eksternal adalah data yang menggambarkan keadaan di luar suatu organisasi yang dapat mempengaruhi hasil kerja organisasi tersebut.

3. Berdasarkan Cara Memperoleh

• Data Primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan atau suatu organisasi secara langsung dari hasil pengamatan objek yang diteliti.

• Data Sekunder adalah data yang diperoleh melalui suatu pihak atau organisasi baik dari publikasi maupun permintahan kepada perusahaan yang berwenang atas pengumpulan data tersebut.

4. Berdasarkan Waktu Pengumpulan

• Data Cross Section adalah data yang dikumpulkan pada suatu waktu tertentu saja (at a point of time).

• Data Berkala (time series) adalah data yang dikumpulkan pada rentang waktu tertentu untuk menggambarkan pertumbuhan suatu objek.

2.4 Klasifikasi Pola Data Berkala (Time Series)

Pada klasifikasi pola data time series terbagi menjadi empat jenis yang memiliki karakteristik berbeda, yaitu:

1. Random (Stationer)

Pola acak yang yang disebabkan oleh peristiwa yang tidak dapat diprediksi atau tidak beraturan, seperti perang, pemilu, longsor maupun bencana alam lainnya.

2. Tren (Trend)

Pola perkembangan data ini membentuk karakteristik yang mendekati garis linier. Naik turunnya gradient menunjukkan adanya peningkatan dan penurunan nilai data berdasarkan waktu.

3. Musiman (Seasonality)

Pola yang terbentuk karena terdapat pola kebiasaan dari data dalam suatu periode kecil sehingga menghasilkan grafik yang serupa pada jangka waktu tertentu secara berulang-ulang.

4. Siklis (Cycle)

Pola yang memiliki karakteeristik mirip seperti pola musiman, namun memiliki periode perulangan yang lebih panjang. Berikut Gambar 2.1 merupakan klasifikasi pola data berkala.

Gambar 2.4 Pola Data Berkala (Time Series) (Sumber: PT PLN (Persero), 2014)

2.5 Prakiraan Beban Listrik

Prakiraan atau peramalan adalah suatu dugaan atau perkiraan atas terjadinya peristiwa di waktu yang akan datang. Ramalan beban listrik merupakan alat yang penting dan digunakan untuk memastikan bahwa energi yang disediakan oleh penyedia (PLN) memenuhi beban ditambah dengan rugi energi pada sistem. Ramalan dapat memiliki sifat kualitatif atau kuantitatif seperti pada penjelasan mengenai data sebelumnya. Ramalan kuantitatif terbagi menjadi dua yaitu ramalan tunggal (point forecast) dan ramalan selang (interval forecast).

Menurut S.A.Soliman (2010:15), peramalan beban listrik berdasarkan jangka waktu terbagi menjadi tiga kategori, yaitu:

Dokumen terkait