• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Hambatan Samping

Dalam dokumen MUHAMMAD ARIS APRIANOOR (Halaman 161-166)

BAB III GAMBARAN KOTA KANDANGAN DAN KEBERADAAN

3.4 Kilas Balik Rencana Pembangunan jalan Arteri Alternatif

4.1.1 Tingkat Pelayanan Jalan Arteri Pra Jalan Arter

4.1.1.3 Analisa Hambatan Samping

Faktor lingkungan yang mendapat perhatian utama dalam MKJI 1997 adalah hambatan samping. Perlakuan ini bertujuan untuk mengakomodir banyaknya aktivitas samping jalan di Indonesia yang sering menimbulkan konflik. Konflik yang dikenal dengan hambatan samping tersebut terkadang besar pengaruhnya bagi arus lalu lintas. Aktivitas samping jalan yang digolongkan hambatan samping yang memberikan efek negatif bagi kapasitas dan kinerja jalan di perkotaan adalah:

- Pejalan kaki (bobot = 0,5)

- Angkutan umum dan kendaraan berhenti (bobot = 1,0)

- Kendaraan lambat yaitu kendaraan non bermotor seperti becak, sepeda, gerobak, kereta kuda dan lainnya (bobot = 0,4)

- Kendaraan masuk dan keluar dari samping jalan (bobot= 0,7)

Dalam penelitian ini aktivitas samping jalan juga akan dianalisa karena disadari bahwa jalan arteri yang berada di kawasan perkotaan tidak bisa dilepaskan dari pengaruh aktivitas samping jalan yang pada dasarnya berasal dari pola pergerakan penduduk kota yang begitu mobil sejalan dengan kebutuhan manusia dan fungsi utama kota sebagai pusat pelayanan.

Data rinci mengenai aktivitas samping jalan arteri di Kota Kandangan yang diperoleh bersamaan dengan survei lalu lintas yang dilakukan hanya berupa data jumlah kendaraan lambat (kendaraan non bermotor yang lewat). Untuk itu dilakukan observasi lapangan tersendiri untuk mengamati aktivitas samping jalan ini, namun pengamatan dilakukan hanya pada pagi hari saat jam puncak (minimal 1 jam) yang telah diketahui dari survei traffic counting sebelumnya. Setiap kejadian yang tergolong aktivitas samping jalan dari dua arah lalu lintas dicatat dalam radius 100 m

per jam dari titik lokasi survei yang telah ditetapkan sebelumnya. Kemudian setiap kejadian tersebut disesuaikan dengan bobotnya dan dijumlahkan. Jumlah yang merupakan jumlah maksimal aktivitas samping jalan per 200 m per jam tersebut kemudian dimasukkan dalam tabel klasifikasi hambatan samping dari MKJI 1997 sehingga didapatkan kelas hambatan samping dari setiap jalan arteri di Kota Kandangan yang akan digunakan dalan analisa kapasitas jalan.

TABEL IV.9

HAMBATAN SAMPING PADA JAM PUNCAK JALAN ARTERI DI KOTA KANDANGAN

Banyaknya aktivitas samping jalan per 200 m per jam Kendaraan

berhenti

kend. keluar

masuk pejalan kaki kend. lambat Nama Jalan Lokasi

survei total 2 arah bobot (1,0) total 2 arah bobot (0,7) total 2 arah bobot (0,5) total 2 arah bobot (0,4) Total hambatan samping Klasifi kasi Jl Ahmad Yani 33 33 60 42 45 22,5 39 15,6 113,1 Titik 1/ Desa Hamalau rendah Jl Sudirman 23 23 270 189 35 17,5 190 76 305,5 sedang Titik 2/Kel. Jambu Hilir

Jl Ahmad Yani 39 39 51 35,7 26 13 94 37,6 125,3 rendah

Titik 3/ Desa Gambah Luar Jl M. Johansyah 67 67 292 204,4 168 84 288 115,2 470,6 sedang Titik 4/ Kandangan Kota Jl HM. Yusie 15 15 21 1475 17 8,5 45 18,1 56,3 Titik 5/ Kel. Kandangan Utara sangat rendah

Sumber: Hasil Analisis, 2008

Nilai hambatan samping di atas menunjukkan bahwa aktivitas samping jalan terbanyak terjadi di kawasan perkotaan tepatnya pada pusat kota yang ditemui di Jalan M. Johansyah dengan beban hambatan samping terbesar yaitu 470,6 gangguan per 200 m/jam. Nilai sebesar ini termasuk dalam kategori sedang menurut MKJI 1997. Jika dalam MKJI disebutkan bahwa kondisi tipikal aktivitas di samping ruas

jalan dengan klasifikasi sedang adalah daerah industri dengan beberapa toko di sisi jalan, maka ada sedikit perbedaan yang terdapat dengan kondisi sebenarnya yang menyebabkan terjadinya aktivitas di kedua sisi ruas Jalan M. Johansyah. Pada kedua sisi jalan arteri sekunder ini bukanlah daerah industri melainkan pada awalnya adalah daerah pemukiman. Meski terdapat beberapa toko seperti dealer sepeda motor, toko onderdil motor, toko baju, toko bahan bangunan dan counter handphone. Akan tetapi yang diperkirakan yang memberi tarikan pergerakan dan aktivitas manusia adalah adanya empat buah kantor pemerintah di sisi jalan ini (kantor bupati, kantor DPRD, rutan dan kantor pos), ada satu buah terminal kota yang membuat seringnya kendaraan berhenti di pinggir jalan dan terdapat dua buah jalan masuk (jalan lingkungan) yang di sana sering terdapat kendaraan keluar dan masuk langsung ke jalan propinsi ini. Kelas gangguan samping di jalan M. Johansyah sangat mungkin meningkat dari klasifikasi sedang menjadi tinggi pada tahun-tahun mendatang karena angkanya yang hampir mencapai 500 gangguan per jam. Peningkatan tersebut akan sejalan perkembangan penduduk dan perubahan sisi jalan yang menuju ke arah kawasan komersil berupa pusat perbelanjaan dan jasa yang baru.

Jumlah hambatan samping tertinggi kedua di Kota Kandangan terdapat pada Jalan Sudirman yang berada di pusat kota dengan jumlah gangguan per 200 m/jam pada kedua arahnya adalah sebesar 305,5 gangguan yang termasuk klasifikasi sedang. Kondisi sebenarnya aktivitas di samping jalan arteri ini juga berbeda dengan yang disebutkan dalam MKJI untuk kelas hambatan samping sedang yaitu daerah industri dengan beberapa pertokoan di sisi jalan. Kenyataannya berbeda dengan yang terjadi di sisi jalan propinsi ini. Lahan di kedua sisi jalan yang pada awalnya

merupakan daerah pemukiman membentuk sedikitnya empat buah jalan lokal serta beberapa jalan ligkungan yang langsung berhubungan dengan jalan propinsi tersebut. Aktivitas samping jalan semakin banyak dengan adanya rumah sakit umum, asrama dan kompi TNI AD dan beberapa pertokoan yang tepat berada di sisi jalan yang menyebabkan banyak kendaraan keluar masuk jalan. Selain itu tepat di persimpangan sekitar 100 m dari rumah sakit terdapat pangkalan ojek dan becak di pinggir jalan juga beberapa mobil angkutan umum ke Banjarmasin yang sering parkir di sisi jalan secara bergantian untuk menunggu calon penumpang yang cukup mengganggu keleluasaan arus lalu lintas.

Klasifikasi hambatan samping pada ruas Jalan Ahmad Yani yang berada di pinggiran kota ternyata memiliki karakteristik yang mirip. Observasi lapangan yang dilaksanakan pada ruas jalan nasional ini pada titik 1 dan titik 3 di Desa Hamalau (selatan kota) dan Desa Gambah Luar (utara kota) memperoleh nilai hambatan samping pada jam puncak yang tergolong dalam kriteria rendah dengan jumlah gangguan per 200 m/jam masing-masing sebesar 113,1 dan 125,3. Penyebab aktivitas sisi jalan di kedua lokasi tersebut sesuai dengan kondisi tipikal yang disebutkan dalam MKJI 1997 yaitu kawasan permukiman dengan beberapa kendaraan umum.

Ruas jalan arteri sekunder yang baru yang merupakan bagian akhir dari trace jalan arteri alternatif yang sudah digunakan untuk lalu lintas regional yaitu Jalan HM. Yusie tercatat memiliki hambatan samping yang paling kecil yakni sebanyak 56,3 gangguan per 200 m/jam pada kedua arah yang dikategorikan sangat rendah. Hal ini dikarenakan di satu sisi jalan ini masih sangat sedikit difungsikan

untuk pemukiman penduduk, sedangkan pada sisi yang lain masih dipakai untuk areal persawahan. Walaupun di jalan ini terdapat terminal regional, namun pengaruhnya tidak banyak terhadap peningkatan jumlah hambatan samping. Keadaan tersebut juga sangat dimungkinkan oleh adanya jalan samping dan bahu jalan yang cukup lebar yang dimiliki oleh ruas jalan kabupaten ini.

Dalam dokumen MUHAMMAD ARIS APRIANOOR (Halaman 161-166)

Dokumen terkait