• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : AJARAN SEBAB AKIBAT DALAM PRAKTEK HUKUM PIDANA

KASUS DAN ANALISIS

B. Analisa Kasus

Berdasarkan kasus dalam perkara Nomor : 83/ Pid.B/ 2008/ PN-Kbj yang menjadi terdakwa tunggal ialah Tunas Lature. Dalam kasus tersebut terdakwa telah melakukan percobaan kejahatan penganiayaan yang terdapat dalam Pasal 351 ayat 1.

Abdul ajak Manik : Hubungan Sebab Akibat (Kausalitas) Dalam Hukum Pidana Dan Penerapannya Dalam Praktek (Studi kasus pada Pengadilan Negeri Kabanjahe), 2008.

USU Repository © 2009

lxix

Berdasarkan ajaran-ajaran kausalitas, apabila ditelusuri faktor-faktor Tunas Lature melakukan tindakan pembacokan yang ditujukan kepada Budiman Pinem ialah bahwa sebelumnya Budiman Pinem telah melakuka n penamparan kepada sepupunya Yami Duha dan kemudian berkata akan membakar gubuk mereka dan menyuruh Yami Duha memanggil Pamannya. Hal ini menyebabkan timbulnya kekhwatiran dari Tunas Lature akan gubuknya yang akan dibakar dan ayahnya yang dipanggil untuk menyelesaikan masalah tersebut. Yang mana pada pandangan Tunas Lature adalah bahwa Budiman Pinem merupakan bekas preman yang suka ringan tangan kepada orang lain.

Dan kemudian pada pukul 23.00 Wib di tempat kejadian Tunas Lature beranggapan melihat ayahnya sedang dikeroyok oleh orang lain, sehingga membuat Tunas Lature emosi dan kemudian Tunas Lature pun berlari kearah Budiman Pinem dan mengarahkan parang yang dibawanya ke Pinem Lature. Namun Budiman Lature menangkis dan mengenai lengan tangan kiri bawahnya hingga terluka. Yang sesaat kemudian dilerai oleh isteri Budiman Pinem dan orang lain.

1. Ajaran teori Conditio sine qua non

Menurut ajaran ini bahwa sebab semua fakto-faktor yang ada adalah merupakan rangkaian yang saling berhubungan. Dimana tindakan yang dilakuka n oleh Tunas Lature disebabkan oleh faktor-faktor bahwa sepupunya telah ditampar, akan membakar gubuk mereka dan kemudian ayahnya dipanggil oleh korban yang kesan pada pandangan Tunas Lature adalah bekas preman yang suka ringan

Abdul ajak Manik : Hubungan Sebab Akibat (Kausalitas) Dalam Hukum Pidana Dan Penerapannya Dalam Praktek (Studi kasus pada Pengadilan Negeri Kabanjahe), 2008.

USU Repository © 2009

tangan kepada orang lain, sehingga menimbulkan pembacokan kepada Budiman Lature yang mengakibatkan luka.

Dalam hal ini semua faktor adalah bahwa semua faktor adalah berkaitan dengan akibat yang timbul. Sehingga dalam pertimbangannya, kemungkinan dalam peristiwa ini, faktor-faktor tersebut menjadi alasan pembenar, atau peniadaan sifat melawan hukum dan dapat juga merupakan menjadi hal-hal yang meringankan yang dinilai dari tingkat kesalahan terhadap pertanggungjawaban pelaku.

2. Teori mengindividualisir

Karl Binding dalam teorinya mengatakan bahwa faktor penyebab adalah faktor yang terpenting dan seimbang atau sesuai dengan akibat yang timbul. Bahwa dalam peristiwa yang menimbulkan akibat, akibat itu terjadi oleh karena faktor yang positif yaitu faktor yang menyebabkan timbbulnya akibat lebih unggul dari pada faktor yang negatif atau faktor yang bertahan/meniadakan akibat.

Menurut teori mengidividualisir ini bahwa, yang dilihat adalah tindakan konkrit/nyata yang menimbulkan akibat. Maka dilihat pada peristiwa terebut maka hanya tindakan pembacokan yang dilakukan dengan parang oleh Tunas Lature sebagai sebab dan mengakibatkan luka pada lengan Budiman Pinem sebagai akibat dan mengabaikan faktor-faktor yang lain. Atau dengan kata lain faktor-faktor yang lain tersebut adalah hanya faktor saja bukan faktor penyebab.

Abdul ajak Manik : Hubungan Sebab Akibat (Kausalitas) Dalam Hukum Pidana Dan Penerapannya Dalam Praktek (Studi kasus pada Pengadilan Negeri Kabanjahe), 2008.

USU Repository © 2009

lxxi

Menurut teori ini menganut ajaran pembatasan, mendasarkan penelitiannya kepada fakta sebelum delik terjadi, yaitu fakta yang pada umumnya menurut perhitungan yang layak, dapat dianggap sebagai sebab/kelakuan yang menimbulkan akibat itu.

Pada peristiwa pembacokan yang dilakukan oleh Tunas Lature terhadap Budiman Pinem padanya didakwakan telah melanggar Pasa 351 ayat 1. Bila saja pembacokan yang dilakukan Tunas Lature terhadap Budiman Pinem tidak dilerai oleh isterinya dan atau orang lain, maka kemungkinan Tunas Lature dapat didakwakan Pasal 338 KUHP.

Untuk menelaah peristiwa tersebut, teori menggeneralisir ada beberapa teori :

a. teori adequat subjektif atau teori keseimbangan subjektif.

Menurut teori ini bahwa peristiwa/kelakuan yang timbul adalah kelakuan yang menurut perhitungan yang layak seimbang dengan akibat itu. Sedang yang dimaksudkan dengan perhitungan yang layak ialah peristiwa yang diketahui atau yang harus diketahui oleh pelaku. Dalam hal ini unsur kesalahan dihubungkan dengan batin terhadap akibat yang dikehendakinya.

Bila mana akibat yang dikehendaki oleh Tunas Lature hanya sekedar cukup untuk melukai Budiman Pinem saja. Maka terhadadap Tunas Lature benar telah melakukan tindak pidana percobaan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 351 ayat 1.

Abdul ajak Manik : Hubungan Sebab Akibat (Kausalitas) Dalam Hukum Pidana Dan Penerapannya Dalam Praktek (Studi kasus pada Pengadilan Negeri Kabanjahe), 2008.

USU Repository © 2009

Dalam teori ini, tentang bagaimana alam pikiran/batin sipembuat tidaklah penting, melainkan kenyataan objektif perbuatan itu apakah menurut akal dan dapat dipikirkan untuk menimbulkan akibat. Perhitungan layak dalam

teori ini bukan hanya apa yang diketahui oleh pelaku, tetapi juga apa yang diketahui oleh hakim.

Kenyataan dalam peristiwa pembacokan oleh Tunas Lature yang mana pembacokan tersebut ditangkis oleh Budiman Pinem. Bila saja Budiman Pinem tidak menangkis dan tidak direlai oleh isterinya dan atau orang lain. Maka kemungkinan pandangan secara umum adalah, bahwa Tunas Lature mencoba melakukan penganiayaan biasa, berat dan dapat juga kemungkinan mengakibatkan kematian. Karena hubungan kausal terhadap kemungkinan antara pembacokan sebagai sebab dapat menimbulkan beberapa kemungkinan akibat dari pada percobaan tindak pidana yang dilakukan oleh Tunas Lature tersebut. Walaupun kemudian memang perlu dibuktikannya niat/pikiran maupun kehendak pelaku untuk adanya kesalahan pelaku.

Abdul ajak Manik : Hubungan Sebab Akibat (Kausalitas) Dalam Hukum Pidana Dan Penerapannya Dalam Praktek (Studi kasus pada Pengadilan Negeri Kabanjahe), 2008.

USU Repository © 2009

lxxiii

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Hubungan motif (penyebab) dengan tindakan adalah bahwa motif itu merupakan pendorong bagi pelaku untuk melakukan suatu tindakan. Hubungan tindakan dengan akibat adalah, bahwa akibat itu dalam beberapa hal merupakan perwujudan dari kehendak pelaku, sedangkan dalam hal lainnya, akibat itu adalah merupakan kelanjutan logis dari suatu tindakan yang merupakan sebab. Dan dapat juga dikatakan sebab akibat dari pelaku, dimana akibat yang berada diluar kehendak pelaku.

Setiap membicarakan suatu tindak pidana, maka dalam pembahasan tindak pidana tidak terlepas dari pembahasan sebab akibat, sifat melawan hukum dari tindakan dan kesalahan yang tercakup pada tindak pidana tersebut. Bahkan dalam beberapa hal, hubungan sebab-akibat, sifat melawan hukum dan kesalahan mutlak harus dapat diperlihatkan.

2. Ada beberapa ajaran kausalitas yang dapat dikelompokkan kedalam 3 teori besar, yaitu :

1. Teori Conditio sine qua non

Abdul ajak Manik : Hubungan Sebab Akibat (Kausalitas) Dalam Hukum Pidana Dan Penerapannya Dalam Praktek (Studi kasus pada Pengadilan Negeri Kabanjahe), 2008.

USU Repository © 2009

faktor penyebab, segala sesuatu yang masih berkaitan dalam suatu peristiwa sehingga melahirkan suatu akibat adalah termasuk menjadi penyebabnya. 2. Teori –teori yang Mengindividualisir

Teori yang mengindividualisir, ialah teori yang dalam usahanya mencari faktor penyebab dari timbulnya suatu akibat dengan hanya melihat faktor-faktor yang ada atau terdapat pada suatu perbuatan dilakukan, dengan kata lain setelah peristiwa itu beserta akibatnya benar-benar terjadi secara konkrit (post factum). 3.

3. Teori-teori yang menggeneralisir

Teori yang menggeneralisir adalah teori yang dalam mencari sebab (causa) dari rangkaian faktor yang berpengaruh atau berhubungan dengan timbulnya akibat adalah melihat dan menilai pada faktor mana yang secara wajar dan menurut akal serta pengalaman pada umumnya dapat menimbulkan suatu akibat.

Mengenai teori ini dikenal beberapa teori yang berbeda : a. Teori Adequat Subjekti

b. Teori Adequat Objektif

Dalam undang-undang hukum pidana, sebab akibat dirumuskan antara lain sebagai berikut :

a. Penyebab dirumuskan secara jelas. Yaitu berupa suatu kelakuan yang dilarang atau diharuskan.

b. Suatu akibat dirumuskan secara jelas, yaitu suatu kenyataan yang ditimbulkan oleh seuatu penyebab (causa).

Abdul ajak Manik : Hubungan Sebab Akibat (Kausalitas) Dalam Hukum Pidana Dan Penerapannya Dalam Praktek (Studi kasus pada Pengadilan Negeri Kabanjahe), 2008.

USU Repository © 2009

lxxv

c. Dapat disimpulkan bahwa sebab dan akibat itu sebagai dirumuskan sekaligus.

d. Sebab (causa) dirumuskan berupa suatu tindakan tertentu, tanpa mensyaratkan telah timbul akibatnya.

e. Akibat dirumuskan berupa suatu kenyataan tertentu, tanpa menentukan suatu kelakuan/tindakan tertentu sebagai sebabnya.

f. Perumusan sebab dan akibat, dapat disimpukan sebagai tidak diperlukan, dalam rangka telah terjadi atau tidaknya suatu delik.

g. Perumusan sebab-akibat “tercakup” dalam jiwa pelaku yang berbentuk “pendorong” (sebab) dan kenyataan/peristiwa yang dikehendaki (akibat).

3. Penerapan ajaran-ajaran kausalitas (sebab-akibat) dalam praktek, adalah lebih serasi jika selalu disesuaikan dengan perkembangan hukum yang hidup dalam masyarakat. Artinya secara kasuisitis diadakan keseimbangan antara kesadaran hukum perorangan atau kelompok masyarakat tertentu dengan masyarakat pada umumnya, dan berpedoman pada ajaran conditio sine qua

non, teori umum keseimbangan dan teori khusus secara seimbang.

B. Saran

Walaupun undang-undang berusaha membatasi perumusan sebab dan akibat, untuk kebutuhan dalam praktek hukum sehari-hari, sering mengarah kepada perluasan atau penyempitan dari hal-hal yang dipandang sebagai sebaba

Abdul ajak Manik : Hubungan Sebab Akibat (Kausalitas) Dalam Hukum Pidana Dan Penerapannya Dalam Praktek (Studi kasus pada Pengadilan Negeri Kabanjahe), 2008.

USU Repository © 2009

atau akibat. Untuk itu haruslah selalu diperhatikan mengenai kepastian hukum dalam arti tidak boleh menyimpang dari undang-undang yang dipadukan dengan kesadaran hukum masyarakat yang masih hidup. Tentunya kesemuanya itu harus seirama dengan politik hukum pemerintah yang telah digariskan oleh pemegang kedaulatan rakyat.

Meskipun tidak adanya penentuan ajaran-ajaran mana yang mutlak dipakai dari sekian banyak ajaran. Kiranya penggunaan ajaran-ajaran itu tentulah harus dengan itikad baik untuk mencapai tujuan hukum dan terciptanya keseimbangan antara keadilan dan ketertiban. Oleh karena keadilan itu adalah suatu nilai yang mutlak. Kiranya segenap penegak hukum dalam mencari dan menerapkan keadilan haruslah bersendi kepada nilai-nilai yang ada dalam kehidupan di masyarakat sehingga keadilan itu tidak samar-samar sehingga dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan.

Abdul ajak Manik : Hubungan Sebab Akibat (Kausalitas) Dalam Hukum Pidana Dan Penerapannya Dalam Praktek (Studi kasus pada Pengadilan Negeri Kabanjahe), 2008.

USU Repository © 2009

lxxvii

DAFTAR PUSTAKA

Kanter, E.Y, dan Sianturi, S.R, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia Dan Penerapannya, Penerbit Storia Grafika, Jakarta, 2002.

Abidin, A. Zainal, Hukum Pidana, Penerbit Prapanca, Jakarta, 1982.

Lamintang, P.A.f, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Penerbit PT Citra Aditya Bandung.

Saleh, Roeslan, Perbuatan Pidana dan Pertanggungan Jawab Pidana, Penerbit Aksara Baru, Jakarta, 1981, h. 115.

Chazawi, Adami, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001.

---, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 2, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Prodjohamidjojo,Martiman, Memahami Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1997.

Dokumen terkait