• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN POTENSI TERJADINYA TUNTUTAN PENYEDIA JASA PADA PROYEK KONSTRUKSI

4.7 Analisa Kemungkinan Alternatif Penyelesaian di Proyek

Adanya masalah atau kejadian yang tidak sesuai dengan kontrak dapat berpotensi menimbulkan tuntutan. Tuntutan yang muncul tersebut berupa tuntutan atau kompensasi atas kerugian berupa waktu dan biaya yang timbul dari pelaksanaan suatu pekerjaan jasa konstruksi yang diajukan oleh penyedia jasa terhadap pengguna jasa karena adanya perubahan atau perbedaan apa yang dijanjikan atau disetujui dalam kontrak dengan apa yang terjadi dilapangan. Tuntutan sebisa mungkin dihindari dengan meminimumkan kemungkinan yang terjadi, karena adanya tuntutan mengharuskan penyesuaian bagian-bagian kontrak yang digunakan pada pelaksanaan proyek. Penyesuaian tersebut membutuhkan waktu yang lama dan dapat menghambat waktu pelaksanaan proyek. Ada beberapa cara yang dilakukan pihak yang terlibat dalam kontrak untuk mengantisipasi terjadinya tuntutan. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah :

Tabel 4.3 Antisipasi Terjadinya Tuntutan No. Tindakan Antisipasi Terjadinya Tuntutan

1 Dokumentasi

2 Pengetahuan tentang kontrak

3 Gambaran yang jelas tentang perubahan order 4 Rencana dan penjadwalan

5 Tindakan proaktif (Sumber : Robert D. Gilbert)

1. Dokumentasi

Untuk menghindari terjadinya tuntutan diperlukan pengetahuan dan pengalaman dalam mempersiapkan suatu dokumentasi. Adanya dokumentasi yang baik, lengkap dan benar dapat dipakai sebagai alat ukur atau dasar untuk mengetahui adanya kejadian atau perubahan baik berupa kemajuan maupun keterlambatan dari proyak tersebut. Dokumentasi juga dapat digunakan sebagai dasar untuk membenarkan atau menolak tindakan dari salah satu pihak untuk meminta tambahan waktu dan uang.

2. Pengetahuan tentang kontrak

Dokumen tentang kontrak harus dibaca secara keseluruhan dan dimengerti sebelum melakukan penawaran untuk menghindari kegagalan dalam menyelesaikan pekerjaan secara tepat waktu.

3. Gambaran yang jelas tentang perubahan order

Perubahan order dapat mengakibatkan perubahan pada dokumen kontrak karena perubahan order dapat menyebabkan perubahan pada harga yang telah disepakati, perubahan jadwal pembayaran, perubahan pada jadwal penyelesaian pekerjaan, dan perubahan pada rencana dan spesifikasi yang telah ditetapkan dalam kontrak. Perubahan order ini tidak hanya mengakibatkan tambahan beban pekerjaan, tambahan biaya administrasi, dan biaya dari adanya tambahan waktu.

4. Rencana dan penjadwalan

Suatu rencana dimaksudkan untuk mendapatkan suatu metode pelaksanaan proyek yang sifatnya ekonomis dan hanya membutuhkan sedikit waktu. Dengan rencana yang baik, maka sumber daya yang cukup dapat disediakan pada saat yang tepat, tersedia cukup waktu untuk setiap aktivitas dan setiap aktivitas dapat dimulai pada saat yang tepat. Rencana juga dapat membantu untuk memilih metode kontruksi yang ekonomis, memilih peralatan, pengiriman material.

5. Tindakan proaktif

Semua pihak yang terlibat dalam suatu kontrak pada dasarnya ingin mendapatkan keuntungan dan sedapat mungkin mengurangi tanggung jawab terhadap kemungkinan terjadinya tuntutan. Semua tindakan yang tidak sesuai dengan dokumen kontrak harus dicatat dan dilengkapi dengan waktu kejadian. Hal-hal seperti melakukan pekerjaan yang berbeda dari gambar dan spesifikasi, menggunakan cara atau metode yang berbeda atau lebih mahal, bekerja diluar rencana yang ditetapkan, dan permintaan untuk berhenti bekerja merupakan tindakan-tindakan yang harus dihindari supaya tuntutan tidak terjadi.

Jika tuntutan konstruksi tidak dapat di selesaikan dengan baik, pihak-pihak yang terlibat harus melanjutkan ke forum penyelesaian masalah yang lebih formal. Jika tuntutan konstruksi terjadi dan berakibat menjadi perselisihan maka dapat di selesaikan melalui beberapa alternatif penyelesaian perselisihan yang telah disepakati oleh semua pihak yang terlibat.

Beberapa alternatif penyelesaian perselisihan konstruksi dapat dilihat pada table di bawah ini.

Tabel 4.4 Alternatif Penyelesaian Perselisihan Konstruksi No. Alternatif Penyelesaian Perselisihan Konstruksi

1 Musyawarah/Negoisasi 2 Mediasi

3 Arbitrasi 4 Ligitasi

(sumber : Perpres Nomor 54 tahun 2010)

Dalam menghadapi masalah konstruksi haruslah diingat bahwa penyelesaian dengan musyawarah jauh lebih baik. Tujuan yang hendak dicapai bukanlah untuk membuktikan siapa yang benar melainkan penyelesaian masalah yang ada. Banyak cara untuk menyelesaiakan perselisihan dalam suatu proyek. Diperlukan sikap terbuka dan keinginan yang kuat dalam menyelesaikan masalah dari pihak terlibat. Adanya kesadaran bahwa dalam menyelesaikan proyek tepat waktu, biaya dan standar mutu dan spesifikasi sesuai dengan perjanjian kontrak adalah tujuan utamanya. Bila salah satu pihak tidak memenuhi syarat yang sudah dipenuhi, maka perselisihan tersebut tidak akan terselesaiakan.

1. Musyawarah/Negoisasi

Yang dimaksud dengan negoisasi adalah cara penyelesaian yang hanya melibatkan kedua belah pihak yang bersengketa, tanpa melibatkan pihak-pihak yang lain. Hal ini mirip dengan musyawarah dan mufakat yang ada di Indonesia, dimana keinginan untuk berkompromi, adanya unsur saling memberi dan menerima serta kesedian untuk sedikit menyingkirkan ukuran kuat dan lemah adalah persyaratan keberhasilan cara ini. Di dalam negoisasi ini penyedia jasa dan pemilik memakai arsitek dan insyinyur sebagai penengah. Biasanya penyedia jasa diminta mengajukan tuntutan kepada arsitek/insinyur yang diangkat menjadi negoisator. Arsitek/insinyur ini akan mengambil keputusan yang bersifat tidak mengikat, kecuali keputusan tentang efek artistik yang konsisten dengan apa yang telah ada dalam dokumen kontrak.

2. Mediasi

Mediasi merupakan cara penyelesaian masalah di awal perselisihan berlangsung. Mediasi ini melibatkan pihak ketiga yang tidak memihak dan dapat diterima kedua belah pihak yang bersengketa. Pihak ketiga ini akan berusaha menolong pihak-pihak yang berselisih untuk mencapai persetujuan penyelesaian, meskipun mediator ini tidak memppunyai kekuatan untuk memutuskan penyelesaian masalah tersebut. Mediasi sama menguntungkannya dengan arbitrasi. Mediasi dapat meneyelesaikan masalah dengan cepat, murah, tertutup dan ditangani oleh para ahli. Tetapi yang menjadi masalah adalah keputusan mediasi ini tidak mengikat. Jadi apabila persetujuan tidak dicapai, seluruh usaha mediasi hanya akan membuang-buang uang dan waktu.

3. Arbitrasi

Arbitrasi adalah metode penyelesaian masalah yang dibentuk melalui kontrak dan melibatkan para ahli dibidang konstruksi. Para ahli tersebut bergabung dalam badan arbitrase. Badan ini akan mengatur pihak-pihak yang telah menandatangani kontrak dengan klausul arbitrasi didalamnya untuk melakukan arbitrasi dan menegakkan keputusan arbitrator. Hal yang menguntungkan dari cara arbitrasi ini adalah sifat penyelesaiannya yang cepat dan murah jika dibadingkan dengan ligitasi. Selain itu, cara

arbitrasi ini dilakukan secara tertutup serta dilakukan oleh seorang arbitrator yang dipilih berdasarkan keahliannya.

Keputusan arbitrasi yang bersifat final dan mengikat merupakan alsan penting digunakannya cara ini untuk menyelesaikan masalah. Keputusan pengadilan biasanya terbuka untuk proses peradilan yang lebih panjang. Hal ini mengahsilkan penundaan yang lama dan memakan biaya dalam penyelesaian masalah. Sedangkan keputusan dari arbitrasi ini tidak setuju untuk membuka kembali kasusnya.

4. Ligitasi

Ligitasi adalah proses penyelesaian masalah yang melibatkan pengadilan. Proses ini sebaiknya diambil sebagai jalan akhir bila keseluruhan proses diatas tidak dapat menghasilkan keputusan yang menguntungkan kedua belah pihak yang bersengketa. Proses pengadilan ini tentu saja akan mengakibatkan salah satu pihak menang dan yang lain kalah. Biasanya perselisihan yang terjadi disidangkan pada sistem yuridis di daerah mana masalah tersebut terjadi. Pada suatu wilayah tertentu pengadilan wilayah tersebut mendapat yuridikasi atas suatu masalah bila salah satu pihak berkantor di wilayah tersebut atau proyeknya sendiri ada pada daerah itu. Jika kedua belah pihak yang berselisih berkantor pusat di daerah lain, maka pihak yamg memulai ligitasi yang memilih forum dimana ligitasi itu berlangsung. Lama waktu penyelesaian merupakan hal yang patut diperhitungkan dalam penggunaan cara ini. Proses penggalian fakta yang panjang dan detail membuat ligitasi ini menjadi sangat mahal. Untungnya, bila ada kesalahan pengadilan dalam pernyataannya atau dalam penggunaan prinsip-prinsip hukum, pihak-pihak yang melakukan ligitasi tentunya dapat naik banding.

Penyelesaian tuntutan pada proyek pembangunan Gedung Hotel santika di lakukan dengan musyawarah, yaitu diselesaikan melalui rapat yang rutin diadakan setiap minggunya. Namun jika tuntutan tidak terselasaikan dapat terjadi perselisihan. Perselisihan yang mungkin terjadi tersebut penyelesaiannya didasarkan pada pasal 29 (penyelesaian perselisihan) dalam dokumen kontrak di Lampiran. Proyek ini lebih

mengutamakan penyelesaian secara musyawarah tersebut agar bisa menjaga hubungan baik antara kedua belah pihak. Namun demikian melalui dokumen kontrak yang telah disepakati bersama terdapat alternatif penyelesaian yang lain jika penyelesaian secara musyawarah tidak tercapai. Penyelesaian tersebut adalah mediasi, yaitu disebut sebagai panatia pendamai dalam dokumen kontrak. Selanjutnya, jika dengan mediasi belum bisa mencapai kesepakatan maka cara terakhir yang akan ditempuh yaitu melalui pengadilan negeri. Ketiga alternatif penyelesaian yang digunakan pada proyek ini memiliki sisi baik dan sisi lemah. Di bawah ini terdapat tabel yang menunjukan sisi baik dan sisi lemah dari alternatif penyelesaian.

Tabel 4.5 Sisi Baik dan Sisi Lemah Alternatif Penyelesaian Proyek

No. Alternatif Penyelesaian Sisi Baik Sisi Lemah

1 Musyawarah/Negoisasi - Hemat waktu dan biaya - Hubungan baik terpelihara - Privasi terjaga

- Tidak kaku - Ada mufakat

- Forum dikontrol para pihak

- Putusan tidak memaksa dan mengikat

2 Mediasi - Waktu singkat

- Biaya rendah

- Putusan tidak mengikat - Tertutup

- Forum dikontrol para pihak

- Fleksibel

- Mempertahankan

kelanjutan hubungan para pihak

- Ditangani pihak ahli

- Tidak mengikat - Tidak ada

kewenangan eksekusi

3 Pengadilan - Putusan mengikat dan

memaksa

- Dapat dieksekusi

- Menerapkan norma publik - Dapat naik banding

- Waktu lama - Biaya tinggi - Diketahui publik - Ada yang kalah

dan menang - Keputusan tidak

terduga - Cenderung

bermusuhan (Sumber : Perpres Nomor 54 tahun 2010)

BAB V