• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3. KERANGKA KONSEPTUAL

7. Analisa data

Data yang telah terkumpul dengan menggunakan program SPSS for windows versi 13.0 dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Editing, yaitu memeriksa kuisioner yang telah kembali apakah semua pertanyaan telah diisi oleh responden sesuai dengan petunjuk.

b. Koding, yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuisioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa.

c. Analisa, yaitu menganalisa data yang telah terkumpul dengan menentukan persentase jawaban dari setiap responden dengan program SPSS for windows. Selanjutnya, hasil hitungan persentase dimasukkan ke dalam standar kriteria objektif (Arikunto, 2007).

Dari pengelolaan data statistik deskriptif, data demografi akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Hasil analisa data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk melihat pengetahuan keluarga tentang perawatan anggota keluarga yang menderita asma di rumah yang dikategorikan dalam kelas interval sebagai berikut:

- Pengetahuan keluarga baik = 61 - 80 - Pengetahuan keluarga cukup = 41 - 60 - Pengetahuan keluarga kurang = 21 – 40

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil

Penelitian dilakukan melalui pengumpulan data terhadap 80 responden dalam hal ini keluarga yang memiliki anggota keluarga yang menderita asma di rumah di Kabupaten Bireuen Kecamatan Jeumpa dari tanggal 22 Juni sampai dengan 15 Agustus 2009. Penyajian data meliputi karekteristik responden dan kuisioner Pengetahuan Keluarga Tentang Perawatan Anggota Keluarga yang Menderita Asma di Rumah di Kabupaten Bireuen Kecamatan Jeumpa.

1.1 Karekteristik Responden

Tabel 1. Distribusi frekuensi karekteristik responden (n = 80)

No. Karekteristik Responden Frekeunsi Persentase ( n ) ( % ) 1. 2. 3. 4. Umur Responden 25 - 44 19 23,8 45 - 64 48 60,0 > 65 13 16,3 Pendidikan SD 13 16,3 SMP 19 23,8 SMU 24 30,0 Perguruan Tinggi 16 20,0 Lain-lain 8 10,0 Penghasilan perbulan < Rp 750.000 46 57,5 > Rp 750.000 – Rp 2.000.000 34 42,5 > Rp 2.000.000 0 0,0 Pekerjaan PNS 17 21,3 Pegawai Swasta 8 10,0 Ibu Rumah Tangga 15 18,8

No. Karakteristik Responden Frekuensi Persentase ( n ) ( % ) 5. 6. 7. Wiraswasta 18 22,5 Lain-lain 22 27,5 Jenis Kelamin Laki-laki 41 48,8 Perempuan 39 51,3 Lama Menderita 1 - 19 52 65,0 20 - 30 23 28,8 > 40 5 6,3 Pengobatan PCT, aminophilin 29 36,3 PCT, aminophilin, salbutamol 18 22,5 PCT, aminophilin, salbutamol, CTM 20 25,0 Salbutamol, aminophilin, CTM, B1, B6 13 16,3

Dari table 1 didapatkan hasil tentang karekteristik responden yaitu mayoritas berusia antara 45 – 64 tahun sebanyak 48 orang ( 60% ), dimana usia responden termuda adalah 25 tahun dan usia tertua 77 tahun. Berdasarkan jenis kelamin mayoritas responden laki-laki lebih banyak menderita asma sebanyak 41 orang (48,8%) dari pada penderita perempuan. Latar belakang pendidikan terbanyak responden adalah SMU sebanyak 24 orang ( 30% ). Berdasarkan jenis pekerjaan diketahui bahwa mayoritas responden terbanyak memiliki jenis pekerjaan lain, seperti petani, pensiunan dan lain-lain sebanyak 22 orang (27,5%), dengan pendapatan penghasilan perbulan responden < Rp 750.000 sebanyak 46 orang (57,5%). Adapun lama menderita asma yang dialami oleh penderita mayoritas selama 1 – 19 tahun sebanyak 52 orang ( 65% ), dengan pengobatan yang banyak digunakan penderita adalah paracetamol dan aminophilin sebanyak 29 orang (36,3%).

1.2 Pengetahuan Keluarga Tentang Perawatan Anggota Keluarga yang Menderita Asma di Rumah di Kabupaten Bireuen Kecamatan Jeumpa Tabel 2. Distribusi frekuensi pengetahuan keluarga tentang perawatan anggota

keluarga yang menderita asma ( n = 80 )

No Pertanyaan SS n(%) S n(%) TS n(%) ST n(%) 1. Keluarga melarang anggota

keluarga yang menderita asma untuk dekat dengan sumber-sumber alergen, seperti; debu, bulu binatang, serbuk-serbuk bunga dan asap rokok.

31(38,8) 39(48,8) 8(10) 2(2,5)

2. Keluarga peduli terhadap benda-benda yang dapat menimbulkan sesak napas pada penderita asma.

24(30) 45(56,3) 9(11,3) 2(2,5)

3. Keluarga khawatir serangan asma yang tiba-tiba menyebabkan penderita tidak dapat bernapas dengan baik atau bahkan kematian

30(37,5) 43(53,8) 7(8,8) 0

4. Keluarga peduli terhadap anggota keluarga yang sakit terjadi perubahan status kesehatan yang tiba-tiba.

25(31,3) 53(66,3) 2(2,5) 0

5. Asma penyakit berulang dan menetap, maka diperlukan perhatian dan pencegahan awal dari keluarga.

34(42,5) 40(50) 6(7,5) 0

6. Untuk ketahanan tubuh pada penderita asma keluarga dapat mengajarkan senam asma atau aerobik.

21(26,3) 41(51,3) 17(21,3) 1(1,3)

7. Keluarga tidak membiarkan penderita asma sesak napas setelah berolahraga.

No Pertanyaan SS n(%) S n(%) TS n(%) ST n(%) 8. Anggota keluarga yang

menderita asma membutuhkan kasih sayang dan perawatan awal dari keluarga

37(46,3) 35(43,8) 6(7,5) 2(2,5)

9. Keluarga bisa menerima keadaan penderita asma yang selalu bergantung pada anggota keluarga.

20(25) 37(46,3) 19(23,8) 4(5)

10. Perawatan yang diberikan keluarga, agar penderita asma memiliki fungsi paru-paru yang optimal sehingga dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkannya.

32(40) 46(57,5) 1(1,3) 1(1,3)

11. Melancarkan pernapasan dapat diberikan oleh keluarga kepada penderita dengan latihan pernapasan.

28(35) 44(55) 8(10) 0

12. Keluarga perlu khawatir terhadap sesak napas pada serangan asma karena dapat berlangsung lama dan berakibat fatal terhadap penderita.

33(41,3) 40(50) 7(8,8) 0

13. Posisikan penderita asma pada posisi yang paling nyaman, seperti; posisi duduk, bersandar sedikit kedepan, tubuh tertumpu pada meja atau sandaran bangku.

29(36,3) 41(51,3) 10(12,5) 0

14. Keluarga tidak boleh bertingkah laku kasar terhadap anggota kelaurga yang sakit.

28(35) 36(45) 15(18,8) 1(1,3)

15. Keluarga menganjurkan penderita asma untuk menarik dan mengeluarkan napas secara perlahan dan melonggarkan pakaian yang

No Pertanyaan SS n(%) S n(%) TS n(%) ST n(%) 16. Keluarga membutuhkan

kesabaran dalam merawat anggota keluarga yang menderita asma dalam jangka waktu yang lama.

25(31,3) 48(60) 6(7,5) 1(1,3)

17. Keluarga memberikan obat kepada anggota yang menderita asma harus sesuai dengan resep dokter.

31(38,8) 47(58,8) 2(2,5) 0

18. Selama serangan asma keluarga dapat membantu memberikan inhaler pada penderita secara efektif.

24(30) 41(51,3) 13(16,3) 2(2,5)

19. Keluarga yang merawat penderita asma harus teliti

dalam memperhatikan kebutuhan anggota keluarga

yang sakit.

25(31,3) 40(50) 15(18,8) 0

20. Keluarga harus membawa anggota keluarga ke rumah sakit apabila terjadi serangan asma yang semakin parah.

43(53,8) 36(45) 1(1,3) 0

Tabel 2 menunjukkan bahwa 48,8% responden setuju keluarga melarang anggota keluarga yang menderita asma untuk dekat dengan sumber-sumber alergen, seperti; debu, bulu binatang, serbuk-serbuk bunga dan asap rokok, 56,3% responden setuju keluarga peduli terhadap benda-benda yang dapat menimbulkan sesak napas pada penderita asma, 53,8% responden setuju keluarga khawatir serangan asma yang tiba-tiba menyebabkan penderita tidak dapat bernapas dengan baik atau bahkan kematian, 66,3% responden setuju keluarga peduli terhadap anggota keluarga yang sakit terjadi perubahan status kesehatan yang tiba-tiba ,

50% responden setuju bahwa asma penyakit berulang dan menetap, maka diperlukan perhatian dan pencegahan awal dari keluarga, 51,3% responden setuju untuk ketahanan tubuh pada penderita asma keluarga dapat mengajarkan senam asma atau aerobik, 55% responden setuju keluarga tidak membiarkan penderita asma sesak napas setelah berolahrag, 46,3% responden sangat setuju jika anggota keluarga yang menderita asma membutuhkan kasih sayang dan perawatan awal dari keluarga, 46,3% responden setuju keluarga bisa menerima keadaan penderita asma yang selalu bergantung pada anggota keluarga, 57,5% responden setuju perawatan yang diberikan keluarga, agar penderita asma memiliki fungsi paru-paru yang optimal sehingga dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkannya, 55% responden setuju untuk melancarkan pernapasan dapat diberikan oleh keluarga kepada penderita dengan latihan pernapasan, 50% responden setuju keluarga perlu khawatir terhadap sesak napas pada serangan asma karena dapat berlangsung lama dan berakibat fatal terhadap penderita, 51,3% responden setuju posisikan penderita asma pada posisi yang paling nyaman, seperti; posisi duduk, bersandar sedikit kedepan, tubuh tertumpu pada meja atau sandaran bangku, 45% responden setuju keluarga tidak boleh bertingkah laku kasar terhadap anggota keluarga yang sakit, 55% responden setuju keluarga menganjurkan penderita asma untuk menarik dan mengeluarkan napas secara perlahan dan melonggarkan pakaian yang ketat, 60% responden setuju keluarga membutuhkan kesabaran dalam merawat anggota keluarga yang menderita asma dalam jangka waktu yang lama, 58,8% responden setuju keluarga memberikan obat kepada anggota yang menderita asma harus sesuai dengan resep

dokter, 51,3% responden setuju selama serangan asma keluarga dapat membantu memberikan inhaler pada penderita secara efektif, 50% responden setuju keluarga yang merawat penderita asma harus teliti dalam memperhatikan kebutuhan anggota keluarga yang sakit, 53,8% responden sangat setuju keluarga harus membawa anggota keluarga ke rumah sakit apabila terjadi serangan asma yang semakin parah.

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase dari pengetahuan keluarga tentang perawatan anggota keluarga yang menderita asma

No. Kategori Frekuensi

( n ) Persentase ( % ) 1. 2. 3.

Pengetahuan keluarga baik Pengetahuan keluarga cukup Pengetahuan keluarga kurang

47 33 0 58,8 41,3 0

Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 80 responden sebagian besar masuk dalam kategori pengetahuan keluarga baik sebanyak 47 keluarga (58,8%) dan dalam kategori pengetahuan keluarga cukup sebanyak 33 keluarga (41,3).

2. Pembahasan

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pengetahuan keluarga tentang perawatan anggota keluarga yang menderita asma di rumah di Kabupaten Kecamatan Jeumpa sebagian besar masuk ke dalam kategori pengetahuan baik yaitu sebanyak 47 keluarga (58,8%). Hal ini menggambarkan bahwa keluarga memilki pengetahuan yang sudah baik. Peneliti membuktikan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan keluarga, karena dari data responden

sebagian besar tingkat pendidikan responden adalah SMU sebanyak 24 orang (30%). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (1997), bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki. Setelah memiliki pengetahuan yang tinggi maka keluarga akan melakukan sosialisasi pengetahuan didalam lingkungan keluarga karena sesungguhnya ilmu adalah harta yang tidak bisa ditiru (Pitaloka, 2003).

Sebenarnya sekolah hanyalah sarana bagi keluarga untuk mendapatkan pengetahuan sehingga dapat memberikan asuhan yang baik kepada anggota keluarga, karena rumah merupakan tempat yang utama bagi anggota keluarga untuk mendapatkan pengetahuan dan khususnya mendapatkan perawatan kesehatan dari keluarga. Oleh karena itu, keluarga perlu menyusun dan menjalankan aktivitas-aktivitas pemeliharaan kesehatan berdasarkan atas apakah anggota keluarga yakin menjadi sehat dan mencari informasi mengenai kesehatan yang benar yang dapat bersumber dari petugas kesehatan langsung ataupun dari media massa (Friedman, 1998).

Dalam keluarga terutama orangtua adalah sebagai pemberi perawatan kesehatan bagi anggota keluarga yang menderita asma yang meliputi menghindarkan atau menjauhi sumber alergen yang dapat memicu timbulnya asma, membiasakan penderita asma untuk sering melakukan olahraga untuk menambah ketahanan tubuh, menganjurkan penderita asma untuk latihan napas dalam untuk melancarkan pernapasan dan memberikan terapi obat-obatan sesuai dengan resep dokter.

Untuk menghindari sumber alergen yang dapat memicu timbulnya asma didapat dari hasil penelitian bahwa (48,8%) responden menyatakan setuju keluarga melarang anggota keluarga yang menderita asma untuk dekat dengan sumber-sumber alergen, seperti; debu, bulu binatang, serbuk-serbuk bunga dan asap rokok dan (56,3%) responden juga setuju jika keluarga peduli terhadap benda-benda yang dapat menimbulkan sesak napas pada penderita asma. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sinclair (1995), Asma bukan merupakan penyakit yang harus dititik beratkan untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit, tetapi dapat juga mendapatkan perawatan di rumah oleh keluarga, menurut Oliver (1992) apabila telah diketahui bahwa benda-benda tertentu mempresipitasi serangan, perawatan di rumah yang utama adalah membantu penderita asma untuk menghindari benda-benda tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian didapat (51,3%) responden setuju untuk ketahanan tubuh pada penderita asma keluarga dapat mengajarkan senam asma atau aerobik. Hal ini sesuai dengan pendapat Hasting (2005) untuk meningkatkan kebugaran tubuh penderita asma, maka keluarga dapat mengajari penderita dengan olahraga karena dapat menghasilkan kebugaran fisis secara umum. Menambah rasa percaya diri dan meningkatkan ketahanan tubuh. Adapun salah satu olahraga yang dapat mencegah asma diantaranya dengan senam aerobik. Sedangkan menurut PDPI (2006) yang dikenal oleh Yayasan asma di seluruh Indonesia menyatakan bahwa Senam Asma Indonesia (SAI) adalah salah satu bentuk olahraga yang dianjurkan karena dapat melatih dan menguatkan otot-otot pernapasan khususnya, selain manfaat lain pada olahraga umumnya.

Untuk melancarkan pernapasan bagi penderita asma maka dianjurkan menganjurkan untuk latihan napas dalam, maka dari hasil penelitian didapat (55%) responden setuju melancarkan pernapasan dapat diberikan oleh keluarga kepada penderita dengan latihan pernapasan dan (55%) responden setuju jika keluarga menganjurkan penderita asma untuk menarik dan mengeluarkan napas secara perlahan dan melonggarkan pakaian yang ketat. Hal ini sesuai dengan pendapat Hasting (2005) bahwa pada umumnya kesulitas bernapas waktu mengeluarkan napas (expirasi) yang justru pada saat inilah otot-otot pernapasan diperlukan aktif sehingga seluruh paru-paru dapat bekerja pada pernapasan, menurut Ikarowina (2007) dengan latihan pernapasan bisa meningkatkan kualitas hidup, mengurangi gejala asma dan mengurangi jumlah obat-obatan yang diperlukan untuk mengontrol asma.

Dalam memberikan terapi obat-obatan dari hasil penelitian didapat (58,8%) responden setuju jika keluarga memberikan obat kepada anggota yang menderita asma harus sesuai dengan resep dokter. Hal ini sesuai dengan pendapat Stanhope (2005) bahwa oabat-obatan bisa membuat penderita penyakit asma menjalani kehidupan normal. Pengobatan segera untuk mengendalikan serangan penyakit asma berbeda dengan pengobatan rutin yang sesuai dengan resep yang diberikan untuk mencegah serangan penyakit asma. Untuk mengobati serangan penyakit asma yang sedang terjadi diperlukan obat yang menghilangkan gejala penyakit asma dengan segera.

Adapun terapi awal yang diberikan keluarga apabila terjadi serangan asma pada penderita di rumah, yaitu: terapi dengan penggunaan inhaler, dari hasil

penelitian didapat (51,3%) responden setuju selama serangan asma keluarga dapat membantu memberikan inhaler pada penderita secara efektif. Sesuai dengan pendapat Susi (2002) bahwa Inhaler merupakan cara yang sangat baik untuk memberikan obat kepada seorang penderita asma. Pertama-tama, sebagai obat langsung mencapai tempat tujuan, dalam arti tidak hanya bekerja cepat tetapi juga dapat digunakan dosis yang lebih rendah dan menurut PDPI (2006) cara penggunaan inhaler aerosol adalah membuka napas dan tahan dengan menutup mulut rapat-rapat pada corong hampa udara, kemudian tarik napas di saat menekan bagian atas aerosol. Lakukan keduanya bersamaan, ini akan membantu agar obat masuk ke paru-paru.

BAB VI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Penelitian yang dilakukan mengenai Pengetahuan Keluarga Tentang Perawatan Anggota Keluarga yang Menderita Asma di Rumah di Kabupaten Bireuen Kecamatan Jeumpa menghasilkan kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut:

1. Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa dari 80 responden, mayoritas responden berada kelompok usia 45 - 64 tahun sebanyak 48 orang ( 60% ), pendidikan terakhir umumnya SMU sebanyak 24 orang ( 30% ), pekerjaan yang dilakukan dengan jenis pekerjaan lain sebanyak 22 orang (27,5%), dengan penghasilan perbulan berkisar < Rp750.000 sebanyak 46 orang (57,5%), mayoritas penderita berjenis kelamin laki-laki sebanyak 41 orang (48,8%), lama menderita 1 – 19 tahun sebanyak 52 orang ( 65% ), dan pengobatan yang banyak digunakan adalah paracetamol dan aminophilin sebanyak 29 orang (36,3%).

Dari hasil analisa data dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan keluarga tentang perawatan anggota keluarga yang menderita asma dalam kategori baik sebanyak 47 keluarga (58,8%) dan pengetahuan keluarga dalam kategori cukup sebanyak 33 keluarga (41,3%). Hal ini di pengaruhi oleh tingkat budaya dari masyarakat setempat masih tinggi dan sebagian besar keluarga berpendapat bahwa olahraga belum efektif dilakukan untuk penderita asma karena dapat

mempercepat timbulnya serangan asma. Penyakit asma merupakan penyakit yang dapat kambuh kapan saja, maka keluarga mengusahakan agar anggota keluarga yang menderita asma menjadi mandiri dan tidak bergantung terhadap keluarga yang merawat.

2. Saran

2.1 Untuk Institusi Pendidikan

Dari hasil penelitian didapatkan tingkat pengetahuan keluarga tentang perawatan anggota keluarga yang menderita asma dalam kategori baik, oleh karena itu peneliti menyarankan agar menjadi tambahan untuk materi perkuliahan tentang peran keluarga dalam penanganan penyakit asma lebih ditingkatkan sehingga pengetahuan mahasiswa tentang penyakit asma lebih diperdalam.

2.2 Untuk Praktek Keperawatan

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa keluarga mendapatklan informasi tentang penyakit asma mayoritas dari pengalaman, dan tidak ada yang mendapatkannya dari penyuluhan oleh karena itu disarankan untuk praktek keperawatan dapat memberikan penyuluhan tentang penyakit asma.

2.3 Untuk Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data terhadap penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan pengetahuan keluarga tentang perawatan anggota keluarga yang menderita asma di rumah. Selain itu dapat juga digunakan

untuk penelitian lanjutan dengan menggunakan desain penelitian yang berbeda, diantaranya untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan perbandingan tingkat kesehatan antara penderita asma yang melakukan olahraga dengan yang tidak berolahraga, dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arman, S. (2006). Pentingnya Pengetahuan Masa Kini. Dikutip Pada Tanggal 18 April 2009.http://www.sinar harapan.co.id.

Dawson, A. Simon, A, R. (1984). The Practical Management of Asthma. London: Grune & Stratton.

Dewi, N, I. (2008). Permasalahan Penderita Asma. Dibuka Pada Tanggal 4 Mei 2009. http://www.wikimu.com.

Effendy, N. (1998). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.

Friedman, M, M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek. Alih bahasa Ina Debora. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Hasting, D. (2005). Pedoman Keperawatan di Rumah. Alih bahasa Devi Yulianti. Jakarta: EGC.

Hariadi. (2006). Gejala dan Diagnosa Penyakit Asma. http://www.medicastore.com Dibuka Pada Tanggal 24 April 2009.

Ikhsan, M. (1998). Jurnal Respirologi Indonesia Diagnosis Klasifikasi dan Pengbatan pada Gangguan Saluran Napas. Volume 18. Jakarta: PT. Mulia Indah.

Ikarowina, T. (2008). Perawatan Terbaik Penderita Asma. http://www.mediaindonesia.com.Dibuka Pada Tanggal 18 April 2009.

Mahdi, H. (1999). Pemakaian Dermatophagoides Pteronyssinus Sebagai Pendekatam Tunggal Guna Pembuktian Atopi pada Asma Bronkhial. Surabaya: Airlangga University Press.

Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Olivier, D. Barnes, J, P. (1992). Asthma Treatment A Multidisciplinary Approach.

Vol. 229. Newyork: Plenum Press.

Patu, I. (2009). Penyakit Asma, Kontrol Teratur, Cegah Kekambuhan.

Dibuka Pada Tanggal 13 April 2009

Pitaloka, A. (2003). Pentingnya Pendidikan yang Dimiliki Orang Tua Dalam Pendidikan Keluarga

. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2006). Asma Pedoman Diagnosis dan

Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Astra Zeneca.

25 Desember 2009.

Rab, T. (1992). Sesak Napas. Jakarta: Arcan

Rasmun. (2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta: EGC.

Sinclair, C. (1995). ASMA. Alih Bahasa Arum Gayatri. Jakarta: Arcan.

Somantri, I. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Stanhope, M. Knollmueller, N,R. (2005). Handbook of Community-Based and Home Health Nursing Practice. Tools Assessment, Intervention and Education. 3rd edition. America: Mosby.

Suparlan. (2005). Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogjakarta: AR Ruzz

Susi, N. (2002). Penanganan ISPA pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara Berkembang. Alih Bahasa Anton C. Widjaja. Jakarta: EGC.

Sudjana. (1992). Metode Statistika. Edisi 5. Bandung: Tarsito

UKK Pulmunologi Persatuan Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2004). Penanganan Pengobatan Asma pada Anak-Anak dan Dewasa. Dikutip pada tanggal 24 April Wahini, M. (2002). Keluarga Sebagai Tempat Pertama dan Utama Terjadinya

Sosialisasi Pada Anak

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bernama Mela Hayani adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “Pengetahuan Keluarga Tentang Perawatan Anggota Keluarga yang Menderita Asma di Rumah di Kabupaten Bireuen Kecamatan Jeumpa”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon kesediaan Bapak/Ibu mengisi kuisioner dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia silahkan menandatangani lembar persetujuan ini dengan sukarela.

Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga Bapak/Ibu bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apapun. Semua informasi yang Bapak/Ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan dalam penelitian ini.

Terimakasih atas perhatian Bapak/Ibu dalam penelitian ini.

Medan, Juni 2009 Peneliti Responden

INSTRUMEN PENELITIAN

Petunjuk Umum Pengisian:

1. Saudara diaharapkan bersedia menjawab semua pertanyaan yang ada.

2. Tuliskan tanda benar (  ) pada kotak pilihan jawaban yang tepat pada pertanyaan A (data demografi).

3. Jika ada hal yang kurang jelas, silahkan bertanya pada peneliti.

4. Keterangan untuk kuisioner Pengetahuan Keluarga Tentang Perawatan Anggota Keluarga yang Menderita Asma di Rumah;

SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju

S : Setuju STS : Sangat Tidak setuju.

A. Kuisioner Pengkajian Data Demografi 1. Inisial Nama :

2. No. Responden : (diisi oleh peneliti) 3. Umur Responden : 4. Tingkat Pendidikan : SD SMP SMU Perguruan Tinggi Lain-lain

5. Pekerjaan : PNS

Pegawai Swasta Ibu Rumah Tangga Wiraswasta Lain-lain 6. Penghasilan perbulan : < Rp 750.000 > Rp 750.000 – Rp 2.000.000 > Rp 2.000.000

7. Jenis kelamin penderita: Laki-laki Perempuan 8. Lama menderita :

9. Pengobatan :

B. Kuisioner Pengetahuan Keluarga Tentang Perawatan Anggota Keluarga yang Menderita Asma di Rumah di Kabupaten Bireuen Kecamatan Jeumpa.

Petunjuk dibawah ini ada pertanyaan-pertanyaan instrumen berisi pertanyaan. Berilah tanda silang (  ) pada pilihan yang sesuai dengan pendapat anda. Ingat jawaban tidak perlu sama dengan orang lain, karena setiap orang mempunyai kebebasan untuk memilih.

No Pertanyaan SS S TS STS 1. Keluarga melarang anggota keluarga yang

menderita asma untuk dekat dengan sumber-sumber alergen, seperti; debu, bulu binatang, serbuk-serbuk bunga dan asap rokok.

2. Keluarga peduli terhadap benda-benda yang dapat menimbulkan sesak napas pada penderita asma.

3. Keluarga khawatir serangan asma yang tiba-tiba menyebabkan penderita tidak dapat bernapas dengan baik atau bahkan kematian 4. Keluarga peduli terhadap anggota keluarga

yang sakit terjadi perubahan status kesehatan yang tiba-tiba.

5. Asma penyakit berulang dan menetap, maka diperlukan perhatian dan pencegahan awal dari keluarga.

6. Untuk ketahanan tubuh pada penderita asma keluarga dapat mengajarkan senam asma atau aerobik.

7. Keluarga tidak membiarkan penderita asma sesak napas setelah berolahraga.

8. Anggota keluarga yang menderita asma membutuhkan kasih sayang dan perawatan awal dari keluarga.

9. Keluarga bisa menerima keadaan penderita asma yang selalu bergantung pada anggota keluarga.

10. Perawatan yang diberikan keluarga, agar penderita asma memiliki fungsi paru-paru yang optimal sehingga dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkannya.

11. Melancarkan pernapasan dapat diberikan oleh keluarga kepada penderita dengan latihan pernapasan.

12. Keluarga perlu khawatir terhadap sesak napas pada serangan asma karena dapat berlangsung lama dan berakibat fatal terhadap penderita. 13. Posisikan penderita asma pada posisi yang

Dokumen terkait