• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMBAHASAN

3.3. Analisa Rasio Keuangan Daerah

Menurut Halim, (2007:231).Analisis keuangan adalah usaha mengidentifikasi ciri-ciri keuangaangan berdasarkan laporan yang tersedia.

Dalam menganalisis laporan keuangan peemerintah daerah digunakan analisis rasio keuangan, khususnya pada APBD, belum banyak dilakukan Penggunaan analisis rasio pada sektor publik khususnya pada APBD belum banyak dilakukan, sehingga secara teori belum ada kesepakatan secara bulat mengenai nama dan kaedah pengukurannya. Meskipun demikian, dalam rangka

pengelolahan keuangan daerah yang transparan, jujur, demokratis, efektif, efisien, dan akuntabel,analisis rasio terhadap APBD perlu dilaksanakan meskipun kaidah pengakuntansian dalam APBD berbeda dengan laporan keuangan yang dimiliki perusahaan swasta.

Analisis rasio keuangan pada APBD dilakukan dengan membandingkan hasil yang di capai dari suatu periode dengan periode sebelumnya sehingga dapat diketahui bagaimana kecederungan yang terjadi. Selain tiu, dapat pula dilakukan dengan cara membandingkan dengan rasio keuangan yang dimiliki pemda tertentu dengan rasio keuangan daerah lain yang terdekat ataupun yang potensi daerahnya sama untuk melihat bagaimana posisi keuangan pemda tersebut terhadap pemda lainnya. Adapun pihak-pihak yang berkepentingan dengan rasio keuangan pada APBD ini adalah :

1. DPRD sebagai wakil dari pemilik daerah (masyrakat).

2. Pihak eksekutif sebagai landasan dalam penyusunan APBD berikutnya.

3. Pemerintah pusat/provensi sebagai bahan masukan dalam membina pelaksanaan pengelolahan keuangan daerah.

4. Masyarakat dan kreditur, sebagai pihak yang akan turut memiliki saham pemda, bersedia memberi pinjaman atapun membeli obligasi.

Menurut halim, (2007:232). Beberapa rasio yang dapat dikembangkan berdasarkan data keuangan yang bersumber dari APBD antaranya mengadakan analisa hubungan dari berbagai persamaaan dalam suatu laporan keuangan merupakan dasar untuk dapat menginterpretasikan kondisi keuangan dan hasil

27

operasi suatu pemerintahan dalam menjalankan kegiatan keuangan per periodenya. Ada beberapa pendapat mengenai ratio keuangan ini yaitu :

Ridwan Sundaja (2000 : 104) mengatakan “analisa ratio merupakan metode perhitungan dan interpretasi ratio keuangan untuk menilai kinerja suatu pemerintahan”

Van Horne (2000: 133) mengatakan “ratio keuangan atau indeks yang menghubungkan dua data keuangan dengan jalan membagi satu data dengan data yang lainnya”

Dari berbagai definisi tersebut, akan dapat disimpulkan bahwa ratio keuangan adalah suatu alat analisa keuangan yang digunakan dengan cara membandingkan angka yang satu dengan yang lainnya dari satu laporan keuangan pemerintah.

Banyak formula yang digunakan dalam analisa ratio keuangan tersebut yang masing-masing memadukan dua atau lebih elemen dalam laporan keuangan, dimana formula ini tentunya disesuaikan menurut kebutuhan si penganalisa.

Dalam tugas akhir ini penulis bertitik tolak pada beberapa analisa ratio seperti : 1. Rasio Efektivitas PAD

2. Rasio Efesiensi PAD 3. Rasio Keserasian

4. Rasio Kemandirian Daerah 5. Rasio Likuiditas

6. Rasio Solvabilitas

Beberapa rasio laporan keuangan pemerintah daerah tersebut yang digunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah

Perbandingan ini digunakan untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan PAD yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan (berdasarkan potensi riil daerah). Kemampuan daerah dalam melaksanakan tugasnya dikatakan efektif jika hasil perhitungannya minimal sebesar 1 atau 100%..

2. Rasio Efesiensi PAD

Perhitungan ini menggambarkan perhitungan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh PAD dengan realisasi pendapatan diterima.

Suatu pemerintah daerah dikatakan efisien dalam melakukan pungutan PAD, jika hasil perhitungannya kurang dari 1 atau lebih kecil dari 100%. Semakin kecil hasil perhitungannya, berarti kinerja pemerintah daerah semakin baik.

3. Rasio Keserasian PAD

Rasio keserasian ini digunakan untuk mengukur keserasian belanja yang direalisasikan oleh pemda. Berdasarkan Permendagri Nomor 13 tahun 2006, belanja dibagi ke dalam dua kelompok: belanja tidak langsung dan belanja

29

langsung. Berdasarkan konsep tersebut maka perbandingan yang serasi adalah bila belanja langsung lebih besar dan semakin besar dibandingkan belanja tidak langsung.

4. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Perbandingan ini digunakan untuk mengukur tingkat kemandirian pemerintah daerah dalam hal pendanaan aktivitasnya.

5. Rasio Likuiditas

Perhitungan likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam membayar utang jangka pendeknya.

asio Lancar (Aktiva Lancar Persediaan) tang Jangka Pendek

6. Rasio Solvabilitas

Perhitungan solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam membayar semua utangnya yang akan jatuh tempo.

Akurasi hasil analisis laporan keuangan sangat tergantung pada akurasi dan validitas laporan keuangan pemerintah daerah. Analisis laporan keuangan itu sendiri mengandung keterbatasan inheren, antara lain adalah:

1. Sifat laporan keuangan adalah historis.

Laporan keuangan menyajikan informasi mengenai transaksi dan kejadian pada masa lalu. Oleh karena itu, laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai laporan mengenai keadaan saat ini.

2. Informasi dalam laporan keuangan adalah bertujuan umum.

Informasi dalam laporan keuangan tidak dirancang untuk memenuhi kebutuhan. informasi secara khusus bagi setiap kelompok pengguna laporan keuangan.

3. Penggunaan taksiran dalam laporan keuangan.

Didalam penyusunan laporan keuangan tidak dapat dihindari adanya penggunaan estimasi akuntansi, yang cenderung bersifat subyektif. Misalnya, estimasi atas kemungkinan tidak tertagihnya piutang, estimasi masa manfaat atau umur ekonomis asset tetap, dan lain-lain.

4. Hakikat laporan keuangan adalah informasi kuantitatif.

Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan, terutama berupa informasi kuantitatif yang bersifat keuangan. Oleh sebab itu, hasil analisis laporan keuangan dengan sendirinya juga bersifat kuantitatif.

Laporan keuangan lebih menggambarkan kinerja keuangan. Laporan keuangan yang menjadi objek analisis adalah laporan keuangan yang lebih menggambarkan

31

kinerja keuangan. Meskipun APBD disusun dengan pendekatan kinerja, akan tetapi kinerja pelaksanaan program dan kegiatan tidak dapat dilihat dalam laporan realisasi anggaran, melainkan dalam laporan kinerja intasnsi pemerintah. Dengan demikian, analisis laporan keuangan dapat dikatakan lebih cenderung pada analisis kinerja keuangan.

3.4. Analisis Hasil Penelitian

Berdasarkan laporan keuangan tahunan Pemerintah Daerah Tanjung Balai maka dapat dianalisis beberapa rasio dan keuangan tersebut untuk melihat tingkat perkembangan pengelolaan seluruh aktivitas instansi.

3.4.1. Rasio Efektivitas PAD

x 100%

x 100%

x 100%

Kesimpulannya rasio efektifitas menggambarkan bagaimana kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan pendapatan asli daerah yang direncanakan dibandingkan dengan target berdasarkan potensi riil daerah itu sendiri. Kemampuan daerah dalam melaksana kan tugasnya dikatakan efektif, jika hasil perhitunganny aminimal sebesar 1 atau 100%.PadaTabel 1 terlihat jelas bahwa pada tahun anggaran 2014 Pemerintah Kota Tanjung Balai tidak mampu merealisasikan pendapatan asli daerah yang direncanakan sehingga terjadi penaikan diatas 100% yaitu sebesar 114,03%.Meskipun rata-rata rasio efektifitas selama 3 tahun berada diantara 100% dan hampir sempurna yaitu sebesar 105,52% namun untuk keadaan rasio tahun 2014 menunjukkan ketidak mampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan PAD yang ingin dicapai.

3.4.2. Rasio Efesiensi PAD

x 100%

x 100%

=14%

x 100%

=9%

33

Keseimpulannya rasio efisiensi PAD adalah rasio yang menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima.Kinerja pemerintah daerah dikatakan efisien siapa bila rasio yang diperoleh kurang dari 1 (satu) atau dibawah 100%.Semakin kecil hasil perhitungannya berarti kinerja pemerintah daerah semakin baik.Pada tabel 1terlihat jelas adanya ketidak signifikan terhadap rasio efisiensi namun masik tergolong rendah dan stabil. Dimana pada tahun 2014 untuk rasio efisiensi sebesar 9%, tahun 2015 sebesar 14% dan 2016 sebesar 9%. Penurunan ini meskipun masih jauh dari 100% harus mendapatkan perhatian dari pemeintah daerah karena hal ini berhubungan dengan kinerja pemerintah dalam menghasilkan pendapatan asli daerah. Walaupun ada penurunan persentase tapi untuk saat ini pemerintah daerah Kota Tanjung Balai masih dapat dikatakan efisien dalam penggunaan dana-dana untuk menghasilkan PAD.

Tabel. 3.1

Rasio Efektivitas dan Rasio Efesiensi Daerah Kota Tanjung Balai

No Keterangan Tahun Anggaran

2015 2016 2017 1 Realisasi PAD/Target PAD 95% 93,95% 97,27%

2 Biaya Pungutan PAD/Realisasi PAD 9% 14% 9%

Rata-rata 1 95,41%

Rata-rata 2 10,67%

3.4.3. Rasio Keserasian

x 100%

= 128%

x 100%

= 116%

x 100%

= 121%

Berdasarkan Permedagri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, belanja dibagi kedalam dua kelompok belanja langsung dan tidak langsung. Belanja tidak langsung adalah belanja yang tidak terkait langsung dengan adanya program dan kegiatan.

Belanja langsung harus ditetapkan indikator kinerjanya sebab akan diukur kinerja pelaksanaan program/kegiatannya. Sedangkan belanja tidak langsung tidak dapat atau sulit untuk ditetapkan indikator kinerjanya.

Berdasarkan konsep tersebut maka perbandingan yang serasi adalah bila belanja langsung lebih besar dan semakin besar dibandingkan belanja tidak langsung.

Dari Tabel 2 dapat dijelaskan bahwa rasio keserasian belanja Pemerintah Daerah Kota Tanjung Balai yaitu pada tahun 2014 sebesar 128%, pada tahun

35

2015 terjadi penurunan sebesar 116% dan pada tahun 2016 sebesar 121% , terlihat bahwa belanja langsung masih sangat mendominasi sehingga dapat dikatakan bahwa Kota Tanjung Balai dalam membelanjakan dana APBDnya lebih memperioritaskan belanja langsungnya dibandingkan dengan belanja tidak langsung. Namun demikian adanya penurunan yang sangat signifikan pada tahun 2014 dan 2016. Penggunaan dana-dana pembangunan secara maksimal ini diharapkan dapat diterima oleh masyarakat untuk peningkatan kesejahteraan

Tabel. 3.2

Rasio Keserasian Belanja Daerah Kota Tanjung Balai

NO. Keterangan Tahun

2014 2015 2016 1. Belanja Langsung/ Belanja Tdk langsung 128% 116% 121%

Rata-rata 1 121.67%

3.4.4. Rasio Kemandirian

x 100%

=12%

x 100%

= 11%

x 100%

=13%

Rasio Kemandirian menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber dana eksternal. Semakin tinggi rasio kemandirian mengandung arti bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan eksternal semakin rendah. Kota Tanjung Balai yang di dalam perhitungan rasio kemandirian terlihat pada tabel. 3 menunjukkan peningkatan rata-rata rasio Kemandirian selama 3 tahun mencapai 12%. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah sedikit demi sedikit mulai melepaskan ketergantungannya dari bantuan provinsi maupun pusat. Keberhasilan pemerintah daerah juga dapat dilihat dari kemampuannya dalam mendanai kegiatan pemerintahan tanpa banyak mendapatkan bantuan dana baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi.

Tabel. 3.3

Rasio Kemandirian Daerah Kota Tanjung Balai

NO. Keterangan

Tahun

2014 2015 2016 1. PAD: Bantuan Pemerintah

Pusat/Provinsi 12% 11% 13%

Rata-rata 1 12%

37

Kemampuan Daerah Kota Tanjung Balai dalam mencukupi kebutuhan pembiayaan untuk melakukan tugas-tugas pemerintahan sangat terlihat peningkatannya pada tahun 2016 yaitu sebesar 13%. Kasi. Anggaran Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah Kabupaten Aceh Utara menjelaskan bahwa peningkatan itu disebabkan oleh tingginya pajak daerah dan hasil perusahan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya. Dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan komponen terbesar dari Pendapatan Asli Daerah. Melalui pungutan pajak besar tersebut, pemerintah Daerah Kota Tanjung Balai mendapatkan pendapatan Bagi Hasil Bukan Pajak (BHBP) yang berupa penangkapan hasil laut.

Untuk mengurangi tingkat ketergantungan pemerintah terhadap pihak eksternal, pihak pemerintah daerah perlu melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas finansial dengan sedikit lebih meningkatkan dan mengembangkan basis pajak, meningkatkan pengumpulan pajak dan retribusi, merasionalkan belanja daerah serta meningkatkan penyediaan lahan daerah sebagai sumber daya yang penting. Karena dengan meningkatnya pajak maka akan terlihat jelas bagaimana kesejahteraan masyarakat dan kesadaran masyarakat dalam hal membaya pajak kepada Negara.

3.4.5. Rasio Likuiditas

asio Lancar (Aktiva Lancar Persediaan) tang Jangka Pendek

Tahun 2 14 (148.7 3.733.816 97 3.621.887.667 7) 15.993.529.446 88

= 9.105,443

Tahun 2 15 (125.87 .521.63 61 3.1 2.729. 78 75) 13.741.877.495 88

= 9.933.84

Tahun 2 16 (1 2.227. 68.391 37 5.119.3 3. 91 8) 8.136.7 4.1 6 47

= 11,934,53

= 6,170,75

= 6,233,73

= 9,372,00

Rasio Likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan pemerintah daerah untuk membayar utang (kewajiban) jangka pendeknya.

Rasio ini biasa diukur dengan rasio lancar dan rasio kas (terhadap utang jangka pendek). Pos persediaan pada neraca pemerintah daerah umumnya bukan persediaan barang dagang yang ditujukan untuk dijual tetapi untuk

39

digunakan dalam operasi kegiatan pemerintahan atau diserahkan kepada masyarakat. Oleh sebab itu, dalam perhitungan rasio lancar pos persediaan ditidak diperhitungkan.

Seperti terlihat pada tabel 4, pada tahu 2014 terlihat besarnya rasio lancar adalah 9.105,44, hal ini berarti bahwa untuk setiap Rp. 1 utang, Pemerintah Daerah Kota Tanjung Balai mempunyai aktiva sebesar Rp. 9.105,44 aktiva yang sangat lancar. Kondisi ini menunjukkan bahwa kondisi keuangan Pemerintah Kabupaten Aceh Utara sangat likuid. Demikian juga untuk kondisi tahun anggaran 2015 dan 2016 dimana terlihat besarnya rasio lancar adalah 8.993,84 dan 11.934,53 yang berarti bahwa setiap Rp.1 utang pemerintah daerah mempunyai aktiva sebesar Rp.8.993,84 dan Rp.

11.934,53. Walaupun terjadi penaikan aktiva namun hal ini masih menunjukkan bahwa kondisi keuangan pemerintah daerah masih sangat likuid.

Demikian pula dengan gambaran dari rasio Kas, pada tabel terlihat bahwa untuk tahun anggaran 2015 dan 2016 dimana perbandingan kas terhadap utang jangka pendek adalah sebesar 6.233,73 dan 9.372,00. Hal ini berarti bahwa pada tahun 2015 untuk setiap Rp.1 utang jangka pendek pemerintah daerah mempunyai kas sebesar Rp. 9.372,00 kondisi ini menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah Kota Tanjung Balai masih minim dalam pembayaran utang jangka pendeknya.

Tabel 3.4

Rasio Likuiditas Daerah Kota Tanjung Balai

NO. Keterangan

Tahun

2014 2015 2016

1. Rasio Lancar 9.105,44 8.993,84 11.934,53

2. Rasio Kas 6.170,75 6.233,73 9.372,00

Rata-rata 1 10.011,27

Rata-rata 2 7.258,83

3.4.6. Rasio Solvabilitas

= 104,956,46

= 96,757,60

= 1,156,32

Rasio solvabilitias digunakan untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam membayar semua utangnya yang akan jatuh tempo. Rasio ini

41

dapat diukur dengan rasio aktiva terhadap utang. Untuk tahun anggaran 2015 dan 2016, terlihat dalam tabel 5 bahwa rasio solvabilitas sebesar 96.757,60 dan 1.156,32 menunjukkan bahwa untuk Rp.1 rupiah utang pemerintah Kota Tanjung Balai memiliki asset sebesar Rp. 1.329.631.094.194 dan Rp.

1,271.940.364.895. Kondisi ini menunjukkan kondisi keuangan pemerintah daerah sangat solvable terhadap utang-utangnya.

Tabel 3.5

Rasio Solvabilitas Daerah Kota Tanjung Balai

NO. Keterangan

Tahun

2014 2015 2016

1. Total Aktiva/Total Utang 104.956,46 96.757,60 1.156,32

Rata-rata 67.263,46

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang kinerja keuangan Pemerintah Daerah Kota Tanjung Balai dalam pengelolaan keuangan daerahnya. Dari penelitian ini penulis menarik beberapa kesimpulan antara lain:

1. Analisis rasio keuangan merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan pemerintah daerah dalam mengelola keuangan yang dituangkan dalam APBD.

2. Dari analisis data, menggambarkan bahwa adanya kenaikan kinerja Pemerintah Kota Tanjung Balai. Hal ini dijelaskan dari hasil penelitian beberapa rasio keuangan yaitu rasio efektifitas, rasio efisiensi, rasio keserasian belanja, rasio kemandirian, rasio likuiditas, dan rasio solvabilitas.

3. Untuk rasio keserasian, Pemerintah Kota Tanjung Balai mampu membelanjakan dananya untuk kepentingan publik secara maksimal dibandingkan untuk belanja tidak langsung. Hal ini meyebabkan adanya keserasian terhadap penggunaan dana APBD yang sangat besar untuk kepentingan publik.

4. Sedangkan untuk rasio kemandirian terlihat jelas bahwa Pemerintah Kota Tanjung Balai berusaha untuk mengurangi ketergantungannya atas bantuan

pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Usaha pemerintah daerah ini bisa dikatakan cukup berhasil dimana terjadi peningkatan rata-rata rasio kemandirian selama 3 tahun yaitu pada tahun 2014, 2015 dan 2016.

5. Untuk rasio dari laporan neraca daerah, dapat dikatakan bahwa Pemerintah Kota Tanjung Balai sangat likuid dan sangat solvable dalam mengatasi masalah keuangannya. Dalam kaitannya dengan memenuhi kewajiban utangnya yaitu baik untuk utang jangka pendek maupun utang jangka panjang, pemerintah daerah mampu melunasinya.

4.2. Saran

1. Pemerintah Kota Tanjung Balai harus dapat lebih mengoptimalkan dalam efisiensi penggunaan dana pungutan pajak guna meningkatkan penerimaan pajak daerah. Dimana pajak daerah merupakan sumbangan kontribusi yang besar bagi pendapatan daerah .

2. Pemerintah Kota Tanjung Balai agar dapat menjaga stabilitas Pendapatan Asli Daerah yang telah dicapai sehingga hasilnya dapat digunakan untuk kesejahteraan masyarakat melalui pelayanan publik. Dan juga harus lebih memfokuskan pelayanan publik dari pada belanja tidak langsungs karena melalui pelayanan publik masyarakat akan langsung dapat merasakan dampak pajak yang mereka keluarkan setiap tahunya.

3. Kepada Pemerintah Kota Tanjung Balai agar dapat mempertahankan apa yang telah dicapai selama ini dengan baik sehingga hal tersebut dapat berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat dan untuk hal yang dirasakan masik kurang memuaskan agar ditingkatkan lagi kemampuan kinerjanya sehingga nantinya akan diperoleh hasil yang lebih baik dan dapat dirasakan oleh masyarakat karena sesuai dengan tujuan otonomi daerah adalah agar kinerja perintah daerah dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya dan kesejahteraan masyarakat dapat dirasakan.

4. Penulis menyadari bahwa penelitian yang dilakukan ini masih banyak keterbatasannya dimana penulis hanya menggunakan beberapa rasio (perbandingan) dalam pengukuran kinerja keuangan pemerintah daerah.

Oleh karena itu, penulis menyarankan kepada para peneliti berikutnya yang akan melakukan penelitian analisis laporan keuangan pemerintah daerah agar memperbanyak penggunaan rasio keuangannya sehingga hasil yang akan didapatkan nanti akan menjadi lebih valid.

DAFTAR PUSTAKA

Halim, Abdul, 2007. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah. Jilid Keempat, Salemba Empat Jakarta.

PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) per 1 Oktober 2004. SAK. Jakarta : Salemba Empat

Rosmanila. 2010, Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Studi Kasus di Pemerintah Daerah Aceh Utara. Repositori USU, Medan.

Sofyan Syafri, 2001. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Cetakan ke-sebelas, Rajawali Pers

Sundjaja, Ridwan., Inge Barlian. 2003. Manajemen Keuangan 2 Edisi Keempat.

Yogyakarta: BPFE Yogyakarta

(https://sappilpil.blogspot.com/2015/12/.mengukur-kemampuan–suatu-daerah.html?m)

(https://www.slideshare.net/capteinsvillguns/makalah-analisa-laporan-keuangan-pemerintah-tahun-20092014)

(http://tanjungbalaikota.go.id)

1. NERACA

PEMERINTAH KOTA TANJUNGBALAI NERACA

Per 31 Desember 2016 dan 2015

(dalam rupiah)

No URAIAN 2016 2015

5.1.1 ASET

5.1.1.1 ASET LANCAR

5.1.1.1.1 Kas di Kas Daerah 75.269.663.774,76 85.139.328.132,45

5.1.1.1.1 Kas di Bendahara

Penerimaan 0,00 0,00

5.1.1.1.1 Kas di Bendahara

Pengeluaran 551.487.413,00 472.044.300,00

Kas di BLUD 0,00 0,00

Kas Lainnya di Bendahara

Pengeluaran 70.670.599,00 40.713.206,00

5.1.1.1.4 Kas Lainnya 373.502.867,32 11.000.000,00

5.1.1.1.5 Setara Kas 0,00 0,00

Investasi Jangka Pendek 0,00 0,00

5.1.1.1.6 Piutang Pendapatan 22.646.366.251,00 36.645.363.985,00 5.1.1.1.7 Piutang Lainnya 10.586.990.206,04 11.252.048.678,54 5.1.1.1.8 Penyisihan Piutang (12.390.915.810,83) (10.792.705.750,14)

Beban Dibayar Dimuka 0,00 0,00

5.1.1.1.9 Persediaan 5.119.303.091,08 3.102.729.078,76 JUMLAH ASET LANCAR 102.227.068.391,37 125.870.521.630,61

5.1.1.2 INVESTASI JANGKA PANJANG

Lampiran 1, neraca 2016 dan 2015

No URAIAN 2016 2015

5.1.1.2.1 Investasi Jangka Panjang Non

Permanen

Investasi Jangka Panjang

kepada Entitas Lainnya 0,00 0,00

Investasi dalam Obligasi 0,00 0,00

Investasi dalam Proyek

Pembangunan 0,00 0,00

Dana Bergulir 0,00 0,00

Deposito Jangka Panjang 0,00 0,00

Investasi Non Permanen

Lainnya 0,00 0,00

JUMLAH Investasi Jangka

Panjang Non Permanen 0,00 0,00

5.1.1.2.1 Investasi Jangka Panjang

Permanen

5.1.1.2.1.1 Penyertaan Modal

Pemerintah Daerah 44.147.819.467,08 47.564.772.864,00

Investasi Permanen

Lainnya 0,00 0,00

JUMLAH Investasi Jangka

Panjang Permanen 44.147.819.467,08 47.564.772.864,00

JUMLAH INVESTASI JANGKA

PANJANG 44.147.819.467,08 47.564.772.864,00

5.1.1.3 ASET TETAP

5.1.1.3.1 Tanah 385.839.721.854,00 385.016.846.832,00 5.1.1.3.2 Peralatan dan Mesin 260.733.482.310,95 227.031.619.555,65 5.1.1.3.3 Gedung dan Bangunan 469.150.086.955,85 426.563.205.800,23 5.1.1.3.4 Jalan, Irigasi, dan Jaringan 669.697.623.298,07 600.710.645.108,00 5.1.1.3.5 Aset Tetap Lainnya 40.226.528.759,16 38.214.159.839,00 5.1.1.3.6 Konstruksi Dalam Pengerjaan 17.740.637.865,00 24.778.736.760,00

No URAIAN 2016 2015

5.1.1.3.7 Akumulasi Penyusutan (753.918.068.134,00) (586.968.973.294,00) JUMLAH ASET TETAP 1.089.470.012.909,03 1.115.346.240.600,88

DANA CADANGAN

Dana Cadangan 0,00 0,00

JUMLAH DANA CADANGAN 0,00 0,00

5.1.1.4 ASET LAINNYA

5.1.1.4.1 Tuntutan Ganti Rugi 1.178.566.735,00 1.178.566.735,00 5.1.1.4.2 Aset Tidak Berwujud 3.033.874.169,00 2.757.098.691,00

5.1.1.4.3 Amortisasi Aset tidak

Berwujud 0,00 0,00

5.1.1.4.4 Aset Lain-lain 31.883.005.224,04 36.913.893.673,00 JUMLAH ASET LAINNYA 36.095.446.128,04 40.849.559.099,00 JUMLAH ASET 1.271.940.346.895,52 1.329.631.094.194,49

5.1.2 KEWAJIBAN

5.1.2.1 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

5.1.2.1.1 Utang Perhitungan Pihak

Ketiga (PFK) 0,00 40.713.206,00

5.1.2.1.2 Utang Bunga 0,00 6.896.575.577,76

5.1.2.1.3 Utang Kelebihan Penerimaan

Restribusi 1.369.746.521,12 1.369.746.521,12

5.1.2.1.4 Utang Belanja 472.204.859,35 460.522.634,00

5.1.2.1.5 Utang Jangka Pendek

Lainnya 6.294.752.726,00 4.974.319.557,00

JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA

PENDEK 8.136.704.106,47 13.741.877.495,88

5.1.2.2 KEWAJIBAN JANGKA

PANJANG

Utang Dalam Negeri 0,00 0,00

No URAIAN 2016 2015

5.6.2.2.1 Utang Jangka Panjang

Lainnya 0,00 0,00

JUMLAH KEWAJIBAN JANGKA

PANJANG 0,00 0,00

JUMLAH KEWAJIBAN 8.136.704.106,47 13.741.877.495,88

5.1.3 EKUITAS

EKUITAS 1.263.803.642.789,05 1.315.889.216.698,61

JUMLAH KEWAJIBAN DAN

EKUITAS DANA 1.271.940.346.895,52 1.329.631.094.194,49

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan

WALIKOTA TANJUNGBALAI

M. SYAHRIAL

LAPORAN KEUANGAN POKOK

2. NERACA

PEMERINTAH KOTA TANJUNGBALAI NERACA

Per 31 Desember 2015 dan 2014

(dalam rupiah)

Uraian Reff 2015 2014

ASET 5.1.1

ASET LANCAR 5.1.1.1

Kas di Kas Daerah 5.1.1.1.1 85.139.328.132,45 97.923.144.151,78 Kas di Bendahara Pengeluaran 5.1.1.1.2 472.044.300,00 188.992.442,00 Kas di Bendahara Penerimaan 5.1.1.1.3 0,00 172.724.175,00 Kas Lainnya di Bendahara

Pengeluaran 5.1.1.1.4 40.713.206,00 36.999.645,00

Kas Lainnya 5.1.1.1.5 11.000.000,00 0,00

Piutang Pajak 5.1.1.1.6 13.738.315.531,00 11.700.712.810,00 Piutang Retribusi 5.1.1.1.7 676.373.485,00 1.807.237.200,00 Piutang Lain-Lain 5.1.1.1.8 11.252.048.678,54 6.575.598.976,20 Piutang Pendapatan Transfer 5.1.1.1.9 22.230.674.969,00 26.676.436.749,15

Penyisihan Piutang 5.1.1.1.10 (10.792.705.750,14) 0,00

Persediaan 5.1.1.1.11 3.102.729.078,76 3.621.887.667,07

Jumlah Aset Lancar 125.870.521.630,61 148.703.733.816,20

INVESTASI JANGKA PANJANG 5.1.1.2

Investasi Permanen 5.1.1.2.1

Penyertaan Modal

Pemerintah Daerah 5.1.1.2.1.1 47.564.772.864,00 47.564.772.864,00 Jumlah Investasi

Permanen 47.564.772.864,00 47.564.772.864,00

ASET TETAP 5.1.1.3

Tanah 5.1.1.3.1 385.016.846.832,00 212.313.258.864,00

Peralatan dan Mesin 5.1.1.3.2 227.031.619.555,65 267.152.032.751,65 Gedung dan Bangunan 5.1.1.3.3 426.563.205.800,23 367.165.378.993,53 Jalan, Irigasi dan Jaringan 5.1.1.3.4 600.710.645.108,00 559.600.894.464,00 Aset Tetap Lainnya 5.1.1.3.5 38.214.159.839,00 37.044.669.086,00 Konstruksi Dalam Pengerjaan 5.1.1.3.6 24.778.736.760,00 25.670.425.062,00 Akumulasi Penyusutan 5.1.1.3.7 (586.968.973.294,00) 0,00 Jumlah Aset Tetap 1.115.346.240.600,88 1.468.946.659.221,18

ASET LAINNYA 5.1.1.4

Tuntutan Ganti Rugi 5.1.1.4.1 1.178.566.735,00 1.178.566.735,00 Aset Tak Berwujud 5.1.1.4.2 2.757.098.691,00 2.757.098.691,00

Amortisasi Aset Tak Berwujud 5.1.1.4.3 (0,00) (0,00)

Lampiran 2, neraca 2015 dan 2014

Uraian Reff 2015 2014

Aset Lain-lain 5.1.1.4.4 36.913.893.673,00 3.176.027.063,00 Jumlah Aset Lainnya 40.849.559.099,00 7.111.692.489,00 JUMLAH ASET 1.329.631.094.194,49 1.672.326.858.390,38

KEWAJIBAN 5.1.2

KEWAJIBAN JANGKA

PENDEK 5.1.2.1

Utang Perhitungan Fihak

Ketiga (PFK) 5.1.2.1.1 40.713.206,00 36.642.198,00

Utang Bunga 5.1.2.1.2 6.896.575.577,76 6.896.575.577,76

Utang Belanja 5.1.2.1.3 460.522.634,00 0,00

Utang Kelebihan Penerimaan

Retribusi Jamkesmas 5.1.2.1.4 1.369.746.521,12 1.369.746.521,12 Utang Jangka Pendek Lainnya 5.1.2.1.5 4.974.319.557,00 7.630.509.733,00

Jumlah Kewajiban

Jangka Pendek 13.741.877.495,88 15.933.474.029,88

JUMLAH

KEWAJIBAN 13.741.877.495,88 15.933.474.029,88

EKUITAS/EKUITAS DANA 5.1.3

Cadangan Piutang 46.759.985.735,35

Cadangan Persediaan 3.621.887.667,07

Dana Yang Harus Disediakan Untuk Pembayaran Utang

Jangka Pendek (15.896.831.831,88)

Jumlah Ekuitas Dana

Investasi 1.523.623.124.574,18

JUMLAH

EKUITAS/EKUITAS

DANA 1.315.889.216.698,61 1.656.393.384.360,50 JUMLAH

KEWAJIBAN DAN

EKUITAS 1.329.631.094.194,49 1.672.326.858.390,38

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan.

WALIKOTA TANJUNGBALAI,

M. SYAHRIAL

3. LAPORAN REALISASI ANGGARAN

PEMERINTAH KOTA TANJUNGBALAI LAPORAN REALISASI ANGGARAN

Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 2016 Dan 2015

(dalam rupiah)

5.4.1 PENDAPATAN – LRA 676.540.322.66 7,00 Daerah yang Dipisahkan - LRA Pemerintah Pusat - LRA

563.268.549.00

Lampiran 1, Laporan Realisasi Anggaran 2016 dan 2015

No. URAIAN ANGGARAN Pemerintah Pusat - Lainnya - LRA Provinsi Lainnya - LRA

4.000.000.000,0

5.4.2 BELANJA 749.075.353.80

0,00

5.4.2.1 BELANJA OPERASI 600.597.695.53 8,00

No. URAIAN ANGGARAN

5.4.2.2 BELANJA MODAL 146.469.358.26 2,00

Lainnya 334.988.000,00 313.960.000,00 93,7 2

2.072.982.000 ,00

5.4.2.3 BELANJA TAK TERDUGA 2.008.300.000,0

0 821.065.000,00 40,8

5.4.3 TRANSFER 813.817.591,00 590.983.873,00 72,6 2

KEUANGAN 813.817.591,00 590.983.873,00 72,6 2

461.255.648,0 0

5.4.3.2.

1 Transfer Bantuan Keuangan

Lainnya 813.817.591,00 590.983.873,00 72,6 2

461.255.648,0 0

No. URAIAN ANGGARAN

SURPLUS / (DEFISIT) (73.348.848.72 4,00)

5.4.4.1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN 82.578.354.724, 00

PEMBIAYAAN NETTO 73.348.848.724,

00

ANGGARAN (SILPA) 0,00 75.891.821.786,

76 0,00 85.611.372.43 2,45

WALIKOTA TANJUNGBALAI

M. SYAHRIAL

4. LAPORAN REALISASI ANGGARAN

PEMERINTAH KOTA TANJUNGBALAI LAPORAN REALISASI ANGGARAN

Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 2015 dan 2014 (dalam rupiah)

Uraian Reff Anggaran 2015 Realisasi 2015 % Realisasi 2014

PENDAPATAN 5.4.1

PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)

5.4.1.1

Pendapatan Pajak Daerah 5.4.1.1.1 8.583.418.400,00 10.377.814.866,5 0

Daerah yang Dipisahkan 5.4.1.1.3 5.400.000.000,00 6.164.773.881,00 114,1

6 3.566.499.158,00 Lain-lain PAD yang Sah 5.4.1.1.4 18.988.135.647,0

0

Dana Bagi Hasil Pajak 5.4.1.2.1.

1

14.323.396.000,0 0

9.617.464.950,00 67,15 11.737.542.145,0 0 Dana Bagi Hasil Sumber

Daya Alam

5.4.1.2.1.

2 2.240.605.000,00 2.859.723.713,00 127,6

3 5.961.113.429,00 Dana Alokasi Umum 5.4.1.2.1.

3 Dana Alokasi Khusus 5.4.1.2.1.

4

Transfer Pemerintah 5.4.1.2.2

Lampiran 1, Laporan Realisasi Anggaran 2015 dan 2014

Uraian Reff Anggaran 2015 Realisasi 2015 % Realisasi 2014

Pendapatan Lainnya 5.4.1.3.1 13.455.255.525,0 0

Belanja Pegawai 5.4.2.1.1 302.511.219.958, 00

262.495.080.608, 00

86,77 271.670.830.081, 50 Belanja Barang dan Jasa 5.4.2.1.2 217.942.027.771,

00

185.502.513.327, 33

85,12 141.834.666.160, 00 Belanja Hibah 5.4.2.1.3 22.933.119.053,0

0

21.886.488.317,0 0

95,44 6.127.182.500,00 Belanja Bantuan Sosial 5.4.2.1.4 10.414.196.000,0

0

9.316.090.000,00 89,46 10.252.268.500,0 0 Jumlah Belanja Operasi 553.800.562.782,

00

Belanja Modal Tanah 5.4.2.2.1 6.493.429.150,00 5.172.982.050,00 79,66 1.633.480.244,00 Belanja Modal Peralatan dan

Mesin Belanja Modal Gedung dan

Bangunan Belanja Modal Jalan, Irigasi

dan Jaringan Belanja Modal Aset Tetap

Lainnya

5.4.2.2.5 2.304.580.870,00 2.072.982.000,00 89,95 318.777.000,00 Jumlah Belanja Modal 146.800.267.793,

00

Belanja Tak Terduga 1.200.000.000,00 0,00 0,00 1.230.950.000,00 Jumlah Belanja Tak

Uraian Reff Anggaran 2015 Realisasi 2015 % Realisasi 2014 Transfer Bantuan Keuangan

Lainnya

5.4.3.1.1

687.509.613,00 461.255.648,00 67,09 447.980.750,00 JUMLAH TRANSFER

BANTUAN KEUANGAN

687.509.613,00 461.255.648,00 67,09 447.980.750,00 JUMLAH

Penggunaan SiLPA 5.4.5.1.1 98.848.600.698,0 0

98.300.796.589,5 6

99,45 106.652.106.586, 25 Penerimaan Kembali Piutang 5.4.5.1.2 1.000.000.000,00 196.000.000,00 19,60 669.280.841,57

Jumlah Penerimaan

Pemerintah Daerah 5.4.5.2.1 3.300.000.000,00 0,00 0,00 5.200.000.000,00 Pemberian Pinjaman Daerah 5.4.5.2.2 4.500.000.000,00 0,00 0,00 0,00

Jumlah Pengeluaran

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan.

WALIKOTA TANJUNGBALAI,

M. SYAHRIAL

Dokumen terkait