• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN

8. Analisa Data

Analisa data dilakukan melalui bebrapa langkah yang harus ditempuh, pertama editing yaitu memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk, kedua coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada lembar kuesioner untuk mempermudah mengadakan tabulasi dan analisa data, tahap ketiga processing yaitu memasukkan data dari lembar kuesioner kedalam program computer, tahap keempat cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah dientry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak, tahap kelima tabulating yaitu menganalisa data secara deskriptif.

Tabulasi dilakukan dengan tiga tahapan yaitu memberi skor pada item-item pernyataan yang perlu diberi skor dan memberi kode terhadap item-item yang tidak perlu diberi skor dan mentabulasi data untuk memperoleh hasil dalam bentuk angka dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentase dengan menggunakan teknik komputerisasi.

28

BAB 5

HASIL PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi yang telah dilaksanakan pada bulan September s/d Oktober 2012 sebanyak 139 responden di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung dengan menggunakan kuesioner penelitian yang telah diuji reliabilitasnya terlebih dahulu dilakukan penelitian. Penyajian data hasil penelitian meliputi data demografi dan beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor vasektomi di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung.

1. Hasil

1.1Karakteristik Demografi

Responden pada penelitian ini adalah seluruh suami yang bertempat tinggal di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung. Jumlah seluruh responden dalam penelitian ini adalah 139 orang. Adapun karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi Umur, Tingkat Pendidikan, Ekonomi, Suku, danAgama.

Menurut data yang diperoleh, responden terbanyak berada pada usia di bawah 45 tahun (102 orang/73,4%), berpendidikan SMA (89 orang/64,0%), ekonomi keluarga per bulannya Rp.850.000-1.000.000,- (90 orang/64,7%), bersuku Batak (90 orang/64,7%) dan beragama Islam (126 orang/90,6%). Berikut tabel distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden (n = 139) Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)

Umur <45 Tahun >45 Tahun Tingkat Pendidikan SD SMP SMA Diploma Sarjana Ekonomi <850.000 850.000-1.000.000 1.000.000-1.500.000 >1.500.000 Suku Batak Melayu Minang Jawa Agama Islam Kristen Protestan Kristen Katolik 102 37 4 17 89 13 16 23 90 10 16 90 28 8 13 126 10 3 73,4% 26,6% 2,9% 12,2% 64,0% 9,4% 11,5% 16,5% 64,7% 7,2% 11,5% 64,7% 20,1%% 5,8%% 9,4% 90,6% 7,2% 2,2% 30

1.2Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi

Hasil penelitian menggambarkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi ada tiga yaitu faktor tingkat pengetahuan, faktor sikap, dan faktor dukungan petugas KB.

a. Tingkat Pengetahuan

Tabel ini menggambarkan bahwa mayoritas suami memiliki tingkat pengetahuan yang cukup tentang Vasektomi (60 orang/43,2%), seperti terlihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Faktor Tingkat Pengetahuan (n = 139)

Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

Baik Cukup Kurang 55 60 24 39,6 43,2 17,3 b. Sikap

Tabel ini menggambarkan bahwa mayoritas suami bersikap positif terhadap Vasektomi (109 orang/78,4%), seperti terlihat pada Tabel 5.4

Tabel 5.3 Disribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Faktor Sikap (n = 139)

Sikap Frekuensi Persentase (%)

Positif Negatif 109 30 78,4 21,6 c. Dukungan Petugas KB

Tabel ini menggambarkan bahwa petugas KB tidak mendukung untuk menggunakan Vasektomi (76 orang/54,7%), seperti terlihat pada Tabel 5.5

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Faktor Dukungan Petugas KB (n = 139)

Dukungan Petugas KB Frekuensi Persentase (%) Mendukung Tidak Mendukung 63 76 45,3 54,7 2. Pembahasan a. Karakteristik Demografi a. Umur

Faktor umur sangat mempengaruhi kecocokan dan akseptabilitas metode-metode kontrasepsi tertentu. Umur juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang termasuk dalam pemakaian alat kontrasepsi. Maka dari itu umur merupakan salah satu faktor seseorang untuk menjadi akseptor kontrasepsi Vasektomi, karena umur berhubungan dengan potensi reproduksi dan juga untuk menentukan perlu tidaknya seseorang melakukan vasektomi sebagai cara kontrasepsi (Wulansari & Hartanto, 2006).

Menurut Pinem (2009), kontrasepsi Vasektomi dianjurkan bagi suami yang berumur >45 tahun dan mempunyai anak minimal 2 orang. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuasaan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya.

Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan data bahwa usia responden terbanyak berada pada di bawah 45 tahun(102 orang/73,4%). Menurut hasil penelitian Wati (2012), responden yang umurnya di bawah 45 tahun cenderung

32

memilih metode alamiah karena menurut mereka lebih aman dan tanpa efek samping.

b. Tingkat Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses belajar, yang berarti dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat yang diperoleh dari jenjang pendidikan formal. Konsep ini berangkat dari asumsi bahwa manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai hidup dalam masyarakat selalu memerlukan bantuan orang lain yang mempunyai kelebihan. Dalam mencapai tujuan tersebut, seorang individu, kelompok atau masyarakat tidak terlepas dari proses belajar (Notoatmodjo, 2007).

Tingkat pendidikan tidak saja mempengaruhi kerelaan menggunakan keluarga berencana, tetapi juga pemilihan suatu metode kontrasepsi. Semakin tinggi tingkat pendidikan pasangan yang ikut KB, semakin besar pasangan suami istri memandang anaknya sebahagi alas an penting untuk melakukan KB, sehingga semakin meningkatnya pendidikan semakin tinggi proporsi mereka yang mengetahui dan menggunakan kontrasepsi untuk membatasi jumlah anaknya. Sebaliknya, semakin rendah tingkat pendidikan maka akses terhadap informasi tentang KB khususnya kontrasepsi Vasektomi akan berkurang sehingga pasangan suami istri akan kesulitan untuk mengambil keputusan secara efektif, alat kontrasepsi mana yang akan dipilih (Winarni dkk, 2007).

Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan data bahwa mayoritas suami yang tidak menggunakan Vasektomi berpendidikan SMA (89 orang/64,0%). Hasil

penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Ismah (2008), yang menyatakan bahwa mayoritas suami yang tidak menggunakan Vasektomi adalah berpendidikan sekolah menengah (SMA).

2.3.Ekonomi

Variabel demografi dan sosial ekonomi yang meliputi pekerjaan, tempat tinggal, penghasilan, kebiasaan dan ciri lingkungan dimana pasangan suami istri menetap mempengaruhi adanya penggunaan alat kontrasepsi. Seseorang dengan pekerjaan yang tidak menetap ditambah lagi dengan penghasilan yang kurang memadai lebih memungkinkan untuk tidak ikut sebagai pengguna kontrasepsi. Hal ini dinilai karena penggunaan kontrasepsi Vasektomi membutuhkan pembiayaan dan perawatan yg besar.

Kondisi ekonomi keluarga dikatakan baik apabila mempunyai pendapatan keluarga yang tinggi, pendapatan cukup dapat dikatakan dengan memiliki keluarga yang hanya sedikit (1 anak). Maka untuk melihat keadaan ekonomi keluarga dapat dilihat dari pendapatannya. Namun disadari, bahwa informasi pendapatan ini tidak seperti yang diharapkan. Dari penelitian yang telah dilakukan, bahwa hasil karakteristik suami berpenghasilan Rp.850.000-1.000.000 (90 orang/64,7%). Hal ini disebabkan oleh pendapatan suami tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sehingga faktor ekonomi berpengaruh pada suami untuk melakukan vasektomi karena biayanya kurang dari pendapatan.

2.4.Suku/Budaya

Kebudayaan atau peradaban mengandung pengertian yang luas meliputi pemahaman, perasaan suatu bangsa yang kompleksmeliputi pengetahuan,

34

kepercayaan, seni, moral, hokum, adat-istiadat (kebiasaan) dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota masyrakat. Pada budaya tertentu sangat menyakini/menjunjung anak dengan jenis kelamin tertentu. Jika seorang pria belum mendapatkan keturunan dengan jenis kelamin yang diharapkan maka pasangan tersebut berusaha untuk memiliki keturunan lagi agar terpenuhi tuntutan kebudayaan dan nilai kepercayaan (Soemardjan, 2004).

Namun demikian masih ada juga yang berpendapat KB pria itu haram hukumnya bagi kaum muslim . Golongan yang masih menganut pendapat ini biasanya dari golongan muslim yang sangat kuat atau radikal. Selain itu masih adanya ketidakadilan dan kesetaraan gender. Hal ini terlihat dari kepercayaan suku Batak bahwa nilai anak laki-laki lebih tinggi dari anak perempuan. Ini karena adanya kepercayaan bahwa anak laki-laki sebagai penerus garis keturunan .

Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan data bahwa mayoritas suami yang tidak menggunakan Vasektomi bersuku Batak (90 orang/64,7%). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Cristina (2007), yang menyatakan bahwa mayoritas suami yang tidak menggunakan Vasektomi adalah bersuku Batak bahwa nilai anak laki-laki lebih tinggi dari anak perempuan.

2.5.Agama

Beberapa agama memberikan batasan untuk memiliki keturunan. bahkan beberapa aliran agama tertentu tidak menyarankan adanya pembatasan untuk memiliki keturunan. Di dalam agama Islam menurut sabda Nabi Muhammad SAW bahwasanya laki-laki dan perempuan menikah agar mendapat keturunan yang

banyak, namun islam memperbolehkan dalam kondisi tertentu untuk mengatur jarak kelahiran, tetapi banyak masyarakat yang membuat salah arti tentang sabda ini.

Islam juga memberikan kewenangan kepada laki-laki untuk memiliki pasangan lebih dari satu, hal ini juga akan memperbesar peluang untuk menambah keturunan. Maka dari itu vasektomi dilarang oleh agama karena penggunaan metode ini dipersepsikan sama halnya dengan menolak rejeki/ anugerah dari Tuhan sehingga melanggar norma agama (BKKBN, 2007).

Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan data bahwa mayoritas suami yang tidak menggunakan Vasektomi beragama Islam (126 orang/90,6%). Hasil penelitian lain yang mendukung penelitian yang dilakukan oleh Cristina (2007) bahwa beberapa orang yang memiliki pandangan KB tidak boleh dilakukan dengan alasan Al-Qur’an tidak membolehkan pemakaian alat kontrasepsi yang dianggap sebagai membunuh bayi atau agama Islam menginginkan agar Islam mempunyai umat yang besar dan kuat. Ditinjau dari sudut keadaan agama, masyarakat yang menganggap bahwa partisipasi laki-laki dalam ber KB belum atau tidak penting dilakukan. Hal ini terjadi karena munculnya pandangan yang cenderung menyerahkan tanggung jawab pelaksanaan KB dan kesehatan reproduksi sepenuhnya kepada istri. Selain itu suami juga beranggapan bahwa KB adalah urusan perempuan sehingga pria tidak perlu berperan secara aktif.

2.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi a. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan (kognitif) merupakan faktor yang sangat penting dalam membentuk persepsi, sikap, dan perilaku seseorang, karena perilaku yang didasari

36

oleh pengetahuan akan lebih lama (long lasting) daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Gerungan, 2004). Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan dibagi menjadi enam tingkatan yang tercakup dalam domain kognitif, yaitu tahu (know), memahami (comprehensive), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation).

Dalam hasil penelitian ini didapat pengetahuan reponden yang paling tinggi yaitu berpengetahuan cukup sebanyak 60 responden (43,2%) dan pengetahuan responden terendah yaitu berpengetahuan baik sebanyak 24 responden (17.3%). Dimana peneliti membuktikan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden, karena dari data krateristik pendidikan responden sebagaian besar tingkat pendidikan responden adalah SMA sebanyak 63 orang (45,3%) dan berpendidikan terendah yaitu berpendidikan SD sebanyak 10 orang (7,20%).

Sesuai dengan pernyataan dari Soebroto, dkk (2001) bahwa dengan meningkatnya pendidikan seseorang maka tingka pengetahuannya juga akan meningkat. Hal ini dapat terjadi karena dengan meingkatnya pendidikan seseorang maka lebih banyak informasi serta lebih berusaha untuk mencari hal baru yang belum mereka ketahui guna mensejajarkannya dengan tingkat pendidikannya, maka dari itu semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki.

Menurut Nursalam (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan yaitu usia, pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi, sosial budaya, informasi dan pengalaman. Dimana umur seseorang terhitung mulai saat dilahirkan hingga dewasa, semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang

akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dalam penelitian ini responden berada pada usia 31-45 tahun sebanyak 100 responden (71.9%). Semakin bertambahnya umur semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa.

Menurut Nursalam (2004) sesseorang yang mempunyai pekerjaan akan mempunyai lebih banyak informasi dan pengalaman. Dengan adanya pekerjaan seseorang mempunyai banyak waktu untuk mendapat informasi yang diperoleh baik dari media maupun dari temannya, sehingga informasi yang diperoleh semakin banyak dan pengetahuan yang dimiliki lebih tinggi. Apabila status sosial baik, tingkat pendidikan akan tinggi diiringi dengan tingkat pengetahuannya. Status ekonomi seseorang juga menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status social ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseoranag. Dimana faktor pengetahuan eksternal juga berpengaruh terhadap pengetahuan vasektomi, faktor eksternal yang berpengaruh terhadap pengatahuan adalah hasil data dari karakteristik suku batak dimana suku batak sangat mempengaruhi pengetahuan terhadap vasektomi bagi suku batak tidak akan melakukan KB vasektomi sebelum mereka memiliki anak laki-laki penerus marga. Peneliti mengetahui adanya karakteristik suku yang terbanyak adalah suku batak sebanyak 55 responden (39,6%). dimana suku responden juga akan mempengaruhi pengetahuan dalam penelitian ini dalam suku batak diketahui bahwa kebudayaannya

38

sangat berdominan terhadap pengetahuan terutama pada pengaruh pengetahuan social budaya terhadap vasektomi.

Penelitian yang dilakukan oleh Wati (2012) yang menyatakan bahwa pengetahuan suami vasektomi yaitu berpengetahuan baik sebanyak 7 orang (13,46%), yang berpengetahuan cukup yaitu 40 orang (76,92%) dan sisanya berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 5 orang (9,62%). Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan responden juga dipengaruhi oleh pendidikan karena dalam penelitian mayoritas responden berlatar belakang pendidikan adalah SMA/sederajat.

b. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap mencerminkan kesenangan atau ketidaksenangan seseorang terhadap sesuatu. Sikap berasal dari pengalaman atau dari orang dekat dengan kita ( BKKBN, 2002).

Sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk berespon secara positif maupun negatif terhadap orang, objek, ataupun situasi tertentu. Sikap mengandung suatu penilaian emosional (senang, benci, sedih, dan lain-lain), dan memiliki tingkat kedalaman yang berbeda. Sikap dan keyakinan merupakan kunci penerimaan KB. Banyak sikap yang dapat menghalangi KB dan penggunaan suatu alat kontrasepsi (Sarwono, 2007). Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan data bahwa responden memiliki sikap yang positif tentang Vasektomi sebanyak 109 orang (78,4%) dan responden memiliki sikap yang negative tentang Vasektomi sebanyak 30 orang (21,6%).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Cristina (2007) yang menyatakan bahwa sikap suami tentang vasektomi yaitu bersikap positif sebanyak 33 orang (63,5%) terhadap penggunaan alat kontrasepsi vasektomi. Menurut teori WHO (Notoatmodjo 2003) menyatakan bahwa sikap positif seseorang tidak otomatis terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, sikap akan terwujud dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu. Sikap juga akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pengalaman dimiliki oleh seseorang. Sikap juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang menjadi pengangan setiap orang dalam masyarakat.

c. Dukungan Petugas Kesehatan

Pelayanan KB yang berkualitas harus mencakup pemberian pelayanan (KIP/K) yang dapat melindungi klien dari resiko efek samping dan komplikasi serta meminimalkan kemungkinan terjadinya kegagalan. Walaupun telah dilakukan upaya untuk meningkatkan pelayanan KB, masih terdapat beberapa hambatan dalam penggunaan kontrasepsi, untuk itu diperlukan upaya, antara lain dengan memberikan Komunikasi Interpersonal/Konseling (KIP/K) pada saat sebelum pelaksanaan, saat pelaksanaan dan pasca pelaksanaan (BKKBN, 2003).

Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan data bahwa petugas KB tidak mendukung suami untuk menggunakan Vasektomi 76 orang (54,7%). Mayoritas suami menyatakan bahwa tempat pelayanan KB vasektomi tidak mudah di jangkau, petugas KB tidak menjelaskan tentang Vasektomi dan tidak menyarankan untuk menggunakan Vasektomi. Hal ini berarti bahwa penyampaian

40

konseling yang diberikan oleh petugas kesehatan kepada responden belum dilakukan secara optimal.

Menurut hasil penelitian Saptono Iman Budisantoso (2008), petugas kesehatan sering tidak menjelaskan tentang Vasektomi selama konseling dan walaupun hal tersebut dilakukan, mereka tidak memberikan informasi secara lengkap tentang Vasektomi. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab rendahnya penggunaan Vasektomi. Hingga saat ini pelayanan KB seperti komunikasi informasi dan edukasi masih kurang berkualitas terbukti dari peserta KB yang berhenti menggunakan alat kontrasepsi dengan alasan efek samping dan kesehatan. Dengan memberikan pelayanan yang berkualitas khususnya informasi tentang Vasektomi dapat memengaruhi seseorang untuk menggunakan KB tersebut (Pendit, 2007).

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan rekomendasi faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor vasektomi di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung. Dalam penelitian ini memiliki 139 orang responden dengan cara pengambilan purposive sampling dan penelitian ini bersifat deskriptif.

1. Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan terhadap 139 orang responden di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan teluk Nibung tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor vasektomi dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

Pada distribusi frekuensi karakteristik umur responden yang paling banyak yaitu umur dibawah 45 tahun sebanyak 102 orang responden (73,4%), berpendidikan SMA 89 orang (64,0%), ekonomi 90 orang (64,7%), bersuku Batak sebanyak 90 orang (64,7%), beragama islam sebanyak 126 orang responden (90,6%), pengetahuan responden yang tertinggi yaitu pengetahuan cukup sebanyak 60 orang responden (43,3%). Sikap yang tertinggi yaitu bersikap positif sebanyak 109 orang responden (78,4%), dan dukungan petugas KB yang tidak mendukung yaitu sebanyak 76 orang responden (54,7%).Dari hasil penelitian dilakukan dengan cara mencari sejauhmana tingkat pengetahuan, sikap dan dukungan petugas KB responden dalam rendahnya minat vasektomi, sehingga peneliti melakukan pengolahan data dengan cara mencari frekuensi deskritip pengetahuan, sikap dan dukungan petugas KB responden dengan cara mengolah keseluruhan data yang telah

42

diisi oleh responden dan diolah dalam melakukan teknik pencarian deskriptif frekuensi pengetahuan responden, sikap dan dukukangan petugas KB. .

2. Saran

2.1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai informasi tambahan terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor vasektomi yang berkontribusi terhadap mata kuliah maternitas.

2.2. Bagi Petugas Kesehatan

Diharapkan petugas kesehatan dapat memberikan informasi yang lengkap tentang vasektomi termasuk rumor atau mitos negatif tentang vasektomi kepada peserta KB sehingga mereka memiliki pengetahuan dan sikap yang baik terhadap vasektomi

2.3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor vasektomi sehingga disarankan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisa faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi dan perlu mempertimbangkan penggunaan teknik wawancara dalam pengumpulan data agar data yang diperoleh lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Arum dan Sujiyatini. 2008. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Jogjakarta : Mitra BKKBN. 2001. Fakta, Data dan Informasi Kesenjangan Gender di

Indonesia. BKKBN. Jakarta.

BKKBN. 2007. Gender dalam Program KB dan KR. http://gemapria. bkkbn.go.id/artikel02-21.html

BKKBN. 2006. Kebijakan Program Pokok dan Kegiatan Bidang Pelayanan keluarga Berencana dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta

BKKBN. 2008. Evaluasi Pelaksanaan Program KB Nasional Tahun 2007. Jakarta. Diambil tanggal 14 Oktober 2010 dari

BKKBN. 2008. Program KB di Indonesia. Diambil tanggal 23 Oktober 2010 dari

BKKBN SUMUT. 2008. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009. Medan. Diambil tanggal 26 Oktober 2010 dari

Everett, S. 2008. Buku saku Kontrasepsi & Kesehatan Seksual Reproduktif. Jakarta :

EGC

Gerungan, WA. 2004. Psikologi Sosial, edisi ketiga cetakan pertama. Bandung : Eresco Glasier A dan Gebbie A. 2006. Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi. Jakarta :

EGC

Handayani, 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka Rihama

Hartanto, H. 2004. Keluaraga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan

Meilani, dkk. 2012. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Fitramaya Nursalam, Priani. 2004. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta :

Salemba Medika

44

Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Notoadmojo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Pendit, B. 2006. Ragam Metode Kontrasepsi : alih bahasa. Penerjemah Wulansari,

Hartanto. EGC, Jakarta.

Pinem, S. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta : Trans Info Media Purwoko. 2000. Tesis Penerimaan Vasektomi dan Sterilisasi Tuba. Semarang : Fakultas

Kedokteran Undip

Riduan. 2010. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta Saifuddin, A, B. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakata : YBP Sarwono, P. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Sarwono, S. 2007. Sosiologi Kesehatan : Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya, cetakan keempat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Suratun, dkk. 2008. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Trans Info Media

Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC

Wati, A. 2012. Tingkat Pengetahuan Tentang Metode Kontrasepsi Vasektomi Pada Pria Usia 35-40 tahun Di Desa Babadan Kecamatan Karangdowo Kabupaten Klaten tahun 2012. Universitas Indonesia

Winda, N. 2007. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu

Menggunakan Metode kontrasepsi AKDR Di Desa Kedai Damar Kecamatan Tebing Tinggi tahun 2011. Universitas Sumatera Utara

Winarni, dkk, 2007. Partisipasi Pria Dalam Ber-KB. Puslitbang KB-KR, BKKBN Wulansari dan Hartanto. 2006. Ragam Metode Kontrasepsi. Jakarta : EGC

Lampiran 1

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Akseptor Vasektomi Di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung

Saya adalah Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Akseptor Vasektomi di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Saya mengharapkan kesediaan Bapak untuk memberikan jawaban sesuai dengan pendapat Bapak tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas dan jawaban Bapak. Informasi yang Bapak berikan hanya akan digunakan untuk pengembangan Ilmu Keperawatan dan tidak akan digunakan untuk maksud yang lain.

Partisipasi Bapak dalam penelitian ini bersifat sukarela, karena Bapak bebas menerima menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika

Dokumen terkait