FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA
MINAT AKSEPTOR VASEKTOMI DI KELURAHAN
SEI MERBAU KECAMATAN TELUK NIBUNG
SKRIPSI
OlehFitria Shahra Nasution 111121058
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
i
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan
Hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor vasektomi di Kelurahan Sei Merbau
Kecamatan Teluk Nibung”. Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk
mencapai gelar kesarjanaan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat
rintangan, namun berkat Rahmat-Nya serta bantuan dan motivasi dari berbagai pihak
sehingga rintangan tersebut dapat teratasi. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara dan Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Nur Asiah, S.Kep,Ns selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa
meluangkan waktu untuk memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu dalam penulisan
skripsi ini.
3. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep dan Ibu Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat
selaku dosen penguji yang dengan teliti memberikan masukan yang berharga dalam
penyelesaian skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang
telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan dan staf yang membantu
5. Bapak Muhammad Ali. SE selaku Lurah Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung
yang telah memberikan izin penelitian.
6. Seluruh responden yang telah bersedia berpartisipasi selama proses penelitian
berlangsung.
7. Teristimewa kepada orang tua tercinta Ayahanda dan Ibunda yang selalu
mendoakan, menyayangi, memotivasi, memberikan semangat, dan memberikan
dukungan baik moril maupun materil kepada penulis. Terimakasih juga penulis
ucapkan kepada adik-adikku Mora Amalia Nasution, Lianda Nasution dan Dika
Fauziah Nasution yang juga telah mendoakan dan mendukung penulis.
8. Teman-teman mahasiswa S1 Ekstensi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara khusunya stambuk 2011 (Sharly Adetia, Unin, K’tika, Eriwahyuni, Maya,
Hanna Sefriza, Tia, Widia, Ade,) dan teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan
satu per satu yang selalu membantu dan mendukung dalam perkuliahan, menemani,
menghibur, dan memberikan semangat kepada penulis. Terimakasih buat
kebersamaan kita selama satu tahun setengah.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan,
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kriktik demi kesempurnaan
skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan
profesi keperawatan.
Medan, Februari 2013
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1
2. Pertanyaan Penelitian ... 3
3. Tujuan Penelitian ... 3
4. Manfaat Penelitian ... 4
4.6. Efek Samping ... 12
4.7. Prosedur Vasektomi ... 13
4.8. Waktu Kunjungan Ulang ... 14
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor vasektomi 14
5.1. Umur ... 14
BAB 3. KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konseptual ... 20
2. Defenisi Operasional ... 21
BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 23
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian ... 29
2. Pembahasan ... 32
BAB 6. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1. Kesimpulan ... 42
2. Rekomendasi ... 43
DAFTAR LAMPIRAN
1. Informed Consent2. Kuesioner Penelitian
3. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU
4. Surat Izin Balasan Penelitian dari Dinas Kesehatan TanjungBalai
5. Surat Izin Balasan Penelitian dari Kelurahan Sei Merbau
6. Surat Izin Validitas
7. Hasil Reliabilitas
8. Hasil Tabulasi Data penelitian
9. Jadwal Penelitian
10. Riwayat Hidup
vii vii
DAFTAR SKEMA
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Defenisi Operasional ... 21 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden ... 30 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Persentase Berdasarkan Faktor Tingkat
Pengetahuan ... 31
Tabel 5.3 Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Faktor Sikap ... 31 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Faktor Dukungan
Petugas KB ... 32
ix
Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Akseptor Vasektomi di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung
Nama : Fitria Shahra Nasution NIM : 111121058
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2013
Abstrak
Ada berbagai macam pilihan alat kontrasepsi, salah satunya kontrasepsi pria adalah kontrasepsi Vasektomi. Vasektomi merupakan tindakan menghambat atau menutup jalan bagi sperma melalui upaya bedah untuk mencegah pembuahan. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor vasektomi di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung. Penelitian ini dilakukan pada bulan September-Oktober 2012 dengan menggunakan desain penelitian deskriptif. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 139 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia <45 tahun (73,4%), berpendidikan SMA (64,0%), berpenghasilan Rp.850.000-Rp.1.000.000 (64,7%), bersuku Batak (64,7%), beragama Islam (90,6%), memiliki pengetahuan yang cukup tentang Vasektomi (43,2%), menyatakan, bersikap positif terhadap Vasektomi (78,4%), dan tidak diberi dukungan oleh petugas KB untuk menggunakan Vasektomi (54,7%). Bagi institusi pendidikan, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi informasi tambahan terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi yang berkontribusi terhadap mata kuliah maternitas. Bagi pelayan kesehatan, diharapkan dapat memberikan informasi yang lengkap tentang Vasektomi termasuk rumor atau mitos negatif tentang Vasektomi kepada peserta KB sehingga mereka memiliki pengetahuan dan sikap yang baik terhadap Vasektomi dan bersedia menggunakan Vasektomi sebagai alat kontrasepsi jangka panjang yang efektif dan efesien. Bagi penelitian selanjutnya, disarankan agar melakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisa faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi dan perlu mempertimbangkan penggunaan teknik wawancara dalam pengumpulan data agar data yang diperoleh lebih akurat.
Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Akseptor Vasektomi di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung
Nama : Fitria Shahra Nasution NIM : 111121058
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2013
Abstrak
Ada berbagai macam pilihan alat kontrasepsi, salah satunya kontrasepsi pria adalah kontrasepsi Vasektomi. Vasektomi merupakan tindakan menghambat atau menutup jalan bagi sperma melalui upaya bedah untuk mencegah pembuahan. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor vasektomi di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung. Penelitian ini dilakukan pada bulan September-Oktober 2012 dengan menggunakan desain penelitian deskriptif. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 139 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia <45 tahun (73,4%), berpendidikan SMA (64,0%), berpenghasilan Rp.850.000-Rp.1.000.000 (64,7%), bersuku Batak (64,7%), beragama Islam (90,6%), memiliki pengetahuan yang cukup tentang Vasektomi (43,2%), menyatakan, bersikap positif terhadap Vasektomi (78,4%), dan tidak diberi dukungan oleh petugas KB untuk menggunakan Vasektomi (54,7%). Bagi institusi pendidikan, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi informasi tambahan terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi yang berkontribusi terhadap mata kuliah maternitas. Bagi pelayan kesehatan, diharapkan dapat memberikan informasi yang lengkap tentang Vasektomi termasuk rumor atau mitos negatif tentang Vasektomi kepada peserta KB sehingga mereka memiliki pengetahuan dan sikap yang baik terhadap Vasektomi dan bersedia menggunakan Vasektomi sebagai alat kontrasepsi jangka panjang yang efektif dan efesien. Bagi penelitian selanjutnya, disarankan agar melakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisa faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi dan perlu mempertimbangkan penggunaan teknik wawancara dalam pengumpulan data agar data yang diperoleh lebih akurat.
Kata kunci : Faktor-Faktor Pengaruh, Kontrasepsi Vasektomi
x
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Jumlah penduduk dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hal ini
merupakan masalah yang cukup serius, tidak saja bagi negara-negara yang berkembang
seperti Indonesia tetapi juga negara-negara lain di dunia ini. Pertumbuhan penduduk
yang tinggi sudah tentu menimbulkan masalah yang rumit bagi pemerintah dalam usaha
mengembangkan dan meningkatkan taraf hidup warga negaranya. Untuk mengendalikan
jumlah penduduk yang besar dengan laju pertumbuhan penduduk yang relatif masih
tinggi, pemerintah mencanangkan suatu Program Keluarga Berencana (KB) Nasional
(BKKBN, 2008).
Keluarga berencana merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran serta
masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanaan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
Sedangkan kesehatan reproduksi merupakan kesehatan secara fisik, mental, dan
kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan
fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan
kecacatan (BKKBN, 2006).
Program KB Nasional merupakan program pembangunan sosial dasar yang sangat
penting artinya pembangunan nasional dan kemajuan bangsa. Undang-Undang RI
Nomor 10 tahun 1992 Pasal 1 ayat 12 menyatakan bahwa KB adalah upaya peningkatan
pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan
keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera (BKKBN, 2008).
Program KB sebagai salah satu kebijakan pemerintah dalam bidang
kependudukan, memiliki implikasi yang tinggi terhadap pembangunan kesehatan, oleh
karena itu program KB memiliki posisi strategis dalam upaya pengendalian laju
pertumbuhan penduduk melalui kelahiran dan pendewasaan usia perkawinan, maupun
pembinaan ketahanan dan peningkatan kesejahteraan keluarga dalam mewujudkan
keluarga kecil bahagia dan sejahtera, sehingga memungkinkan program dan gerakan KB
diposisikan sebagai bagian penting dari strategi pembangunan ekonomi (Suratun dkk,
2008).
Dari data yang ada di BKKBN Sumatera Utara untuk Kota Medan pada bulan
Agustus 2009 diperoleh 317.084 Pasangan Usia Subur, dimana 209.337 (66,02%)
pasangan merupakan peserta Akseptor KB aktif, sedangkan 107.747 (33.98%) pasangan
tidak merupakan Akseptor KB. Data pemakaian kontrasepsi menunjukkan bahwa jumlah
peserta KB perempuan lebih tinggi dibandingkan pria. Dari akseptor KB yang ada
200.920 orang (95,81%) adalah wanita yang berKB, sedangkan pria yang menjadi
akseptor KB sebanyak 8.417 orang (4,19%). Padahal selayaknya pria juga diharapkan
berperan aktif, karena pria mempunyai hak-hak reproduksi yang sama dengan
perempuan, pria juga bertanggung jawab secara sosial, moral dan ekonomi dalam
membangun keluarga. Dari akseptor KB pria yang ada pada bulan Agustus 2009, 7.973
orang (94,72%)menggunakan kondom sedangkan 444 orang (5,28%) menggunakan
metode Medis Operasi Pria (MOP) (BKKBN SUMUT, 2008).
2
Rumor dan fakta tentang vasektomi di masyarakat seperti vasektomi sama dengan
kebiri, dapat membuat pria impotensi, dapat menurunkan libido, membuat pria tidak bisa
ejakulasi, tindakan operasi yang menyeramkan pria/suami dapat dengan mudah untuk
selingkuh, dan beberapa pria cemas terhadap prosedur pelaksanaan Vasektomi. Ternyata
turut mempengaruhi rendahnya keikutsertaan pria dalam melakukan Vasektomi (Everet,
2005).
Dari hasil survey pendahuluan data yang diperoleh dari Kecamatan Teluk Nibung
Kelurahan Sei Merbau, jumlah penduduknya sebesar 5.730 orang dengan jumlah PUS
nya 1700 pasang, jumlah Akseptor KB 917 orang, jumlah peserta KB yang
menggunakan metode kontrasepsi Vasektomi pada tahun 2012 sangat sedikit hanya 5
orang dan 50 Akseptor kondom.
Maka dari hasil data survey diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi di
Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung.
2. Pertanyaan Penelitian
2.1.Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi
di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung?
3. Tujuan Penelitian 3.1.Tujuan Umum
Menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor
3.2.Tujuan Khusus
a. Menggambarkan faktor umur responden sebagai faktor yang mempengaruhi
rendahnya minat akseptor Vasektomi
b. Menggambarkan faktor tingkat pendidikan responden sebagai faktor yang
mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi
c. Menggambarkan faktor ekonomi responden sebagai faktor yang
mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi
d. Menggambarkan faktor Suku responden sebagai faktor yang mempengaruhi
rendahnya minat akseptor Vasektomi
e. Menggambarkan faktor agama responden sebagai faktor yang mempengaruhi
rendahnya minat akseptor Vasektomi
f. Menggambarkan faktor tingkat pengetahuan responden sebagai faktor yang
mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi
g. Menggambarkan faktor sikap responden sebagai faktor yang mempengaruhi
rendahnya minat akseptor Vasektomi
h. Menggambarkan faktor dukungan petugas KB sebagai faktor yang
mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi
4. Manfaat Penelitian
4.1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai informasi tambahan terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
rendahnya minat akseptor Vasektomi yang berkontribusi terhadap mata kuliah
maternitas.
4
4.2. Petugas Kesehatan
Sebagai bahan masukan bagi petugas (provider) kesehatan dalam rangka
meningkatkan pelayanan KB khususnya pelayanan kontrasepsi Vasektomi demi
terciptanya metode kontrasepsi efektif dan berjangka panjang.
4.3. Bagi penelitian Selanjutnya
Sebagai sumber data atau masukan bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Keluarga Berencana 1.1. Definisi Keluarga Berencana
Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk
menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang
sangat diinginkan, mengatur interval antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran
dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga
(Suratun dkk, 2008).
Keluarga berencana menurut Undang-Undang no 10 tahun 1992 (tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Arum,2008).
Secara umum keluarga berencana dapat diartikan sebagai suatu usaha yang
mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu,
bayi, ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian
sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan adanya
perencanaan keluarga yang matang kehamilan merupakan suatu hal yang memang
sangat diharapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan untuk mengakhiri kehamilan
dengan aborsi (Suratun dkk, 2008).
6
1.2. Tujuan KB
Gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi memiliki beberapa tujuan. Adapun
tujuannya yaitu tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan
menekan laju pertumbuhan penduduk, mengatur kehamilan dengan menunda
perkawinan, menunda kehamilan anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah
kelahiran anak pertama serta menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup,
mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah lebih dari satu
tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, sebagai married canseling atau nasehat
perkawinan bagi remaja atau pasangan yang akan menikah dengan harapan bahwa
pasangan akan mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam
membentuk keluarga yang bahagia dan berkualitas, tercapainya NKKBS (Norma
Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas (Suratun
dkk, 2008).
1.3. Sasaran Program KB
Sasaran KB dibagi menjadi dua bagian yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak
langsung. Sasaran langsung dari program KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yaitu
pasangan yang wanitanya berusia antara 15-49 tahun, karena kelompok ini merupakan
pasangan yang aktif melakukan hubungan seksual dan setiap kegiatan seksual dapat
mengakibatkan kehamilan. Sedangkan sasaran tidak langsung dari program KB adalah
kelompok remaja usia 15-19 tahun, organisasi-organisasi, lembaga kemasyarakatan serta
instansi pemerintah maupun swasta serta tokoh masyarakat dan pemuka agama yang
diharapkan dapat memberikan dukungan dalam melembagakan NKKBS (Suratun dkk,
2. Akseptor Keluarga Berencana
2.1. Definisi Akseptor Keluarga Berencana
Akseptor Keluarga Berencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS)
yang menggunakan salah satu alat / obat kontrasepsi (BKKBN,2007).
2.2. Jenis-jenis Akseptor Keluarga Berencana
1) Akseptor Aktif adalah akseptor yang ada pada saat ini menggunakan salah
satu cara/alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri
kesuburan.
2) Akseptor Aktif Kembali adalah Pasangan Usia Subur yang telah
menggunakan kontrasepsi selama tiga bulan atau lebih yang tidak diselingi
suatu kehamilan, dan kembali menggunakan cara alat kontrasepsi baik dengan
cara yang sama maupun berganti cara setelah berhenti/istirahat kurang lebih
tiga bulan berturut-turut dan bukan karena hamil.
3) Akseptor KB Baru adalah Akseptor yang baru pertama kali menggunakan
alat/obat kontrasepsi atau PUS yang kembali mnggunakan alat kontrasepsi
setelah melahirkan atau abortus.
4) Akseptor KB Dini adalah Para ibu yang menerima salah satu cara kontrasepsi
dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau abortus.
5) Akseptor Langsung adalah Para istri yang memakai salah satu cara
kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus.
6) Akseptor dropout adalah Akseptor yang menghentikan pemakaian kontrasepsi
lebih dari 3 bulan (BKKBN, 2007).
8
3. Kontrasepsi
Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti “melawan”
atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang
dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Jadi kontrsepsi adalah menghindari atau
mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan
sel sperma (Hartanto, 2004). Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya
kehamilan yang bersifat sementara dapat pula bersifat permanen (Sarwono, 2005).
Mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang
dengan sel sperma, adapun cara kerja kontrasepsi adalah mengusahakan agar tidak
terjadi ovulasi. Melumpuhkan sperma dan menghalangi pertemuan sel telur dengan
sperma. Ada beberapa jenis metode/alat kontrasepsi keluarga berencana sebagai pilihan
akseptor KB, antara lain : AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim), pil, implant,
vasektomi, tubektomi, kondom, dan suntikan.
AKDR adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang
sangat efektif, reversible dan berjangka panjang (Everett, 2008). Keuntungan dari
AKDR adalah efektivitas yang tinggi, tidak mengganggu hubungan suami istri, tidak
berpengaruh terhadap ASI dan mudah dipakai, juga dapat mencegah kehamilan dalam
jangka panjang. Sedangkan efek samping yang timbul akibat pemakaian AKDR adalah
perdarahan dan nyeri, darah haid lebih banyak, kejang, anemia dan yang paling penting
adalah kemungkinan AKDR terlepas dengan sendirinya tanpa disadari atau diketahui
oleh pemakainnya (Varney, 2007).
Pil KB adalah jenis kontrasepsi hormonal yang mengandung kombinasi estrogen
teratur, mengurangi resiko terhadap kanker rahim, dan yang paling utama adalah mudah
menggunakannya tanpa memerlukan keterampilan khusus. Sedangkan efek sampingnya
yang timbul adalah perdarahan, pertambahan berat badan, rambut rontok serta mual
muntah (Everett, 2008).
Implan adalah suatu jenis alat kontrasepsi jenis alat kontrasepsi yang disusupkan
dibawah kulit lengan atas yang berbentuk kapsul silastik yang mengandung hormon
levonorgestrel yang dapat mencegah terjadinya kehamilan. Keuntungan yang dapat
diperoleh dari pemakaian implan adalah efektivitas tinggi, kontrasepsi jangka panjang,
kegagalan penggunaan rendah (Everett, 2008).
Vasektomi adalah tindakan menghambat atau menutup jalan bagi sperma melalui
upaya bedah untuk mencegah pembuahan (Varney, 2007). Keuntungannya adalah
metode permanen, prosedurnya lebih sederhana, kegagalan lebih rendah, disamping itu
biayanya lebih murah, sedangkan efek sampingnya adalah perdarahan dan infeksi
(Everett, 2008).
Kondom adalah selaput karet yang dipasang dan membungkus keseluruhan
panjang penis selama berhubungan seksual. Keuntungan metode ini adalah murah,
mudah di dapat, dapat mencegah penularan penyakit kelamin. Efek sampingnya adalah
alergi terhadap karet kondom dan mengganggu koitus (Everett, 2008).
Kontrasepsi suntikan adalah kontrasepsi hormonal yang diberikan secara injeksi
untuk mencegah terjadinya kehamilan (Pinem, 2009). Tingginya minat pemakai suntikan
KB oleh karena aman, sederhana, efektif, dan tidak menimbulkan gangguan (Everett,
2008).
iv 10
4. Vasektomi
4.1. Definisi Vasektomi
Vasektomi adalah tindakan menghambat atau menutup jalan bagi sperma melalui
upaya bedah untuk mencegah pembuahan (Varney, 2007). Sedangkan menurut
Saifuddin, Abdul Bari dkk (2006) vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan
kapasitas reproduksi pria dengan cara mengikat atau memotong saluran sperma sehingga
sperma tidak dapat lewat dengan demikian tidak terjadi pembuahan (Pinem, 2009).
Menurut Pinem, (2009) kontrasepsi Vasektomi dianjurkan bagi suami yang
berumur >45 tahun dan mempunyai anak minimal 2 orang. Vasektomi ini operasi yang
aman dan mudah, dan ini baru efektif setelah ejakulasi 20 kali atau 3 bulan pasca
operasi. Sebelum melakukan metode vasektomi harus dipertimbangkan secara matang.
Konseling vasektomi lebih baik dilakukan bersama kedua pasangan, karena ini adalah
keputusan yang secara permanen yang akan mempengaruhi kedua belah pihak. Karena
ini adalah metode kontrasepsi permanen, pasangan tersebut harus yakin terhadap
keputusan mereka dan menyadari bahwa metode ini sangat sulit untuk dikembalikan
(Everett , 2008).
4.2. Syarat Vasektomi
Menurut Handayani (2010), syarat untuk melalkukan vasektomi antara lain:
1. Syarat sukarela
2. Syarat bahagia
4.3. Keuntungan
Efektivitasnya tinggi, mungkin karena alasan inilah maka angka kegagalan lebih
rendah, prosedurnya lebih sederhana, metode permanen, menghilangkan kecemasan
akan terjadinya kehamilan yang tidak direncanakan, tidak memerlukan peralatan
canggih dan jauh lebih murah pengerjaannya. Dapat dilakukan dengan anestesi lokal
sebagai prosedur rawat jalan. tidak memerlukan peralatan canggih dan jauh lebih murah
pengerjaannya, lebih praktis karna hanya memerlukan satu kali tindakan (Glasier &
Gebbie, 2006).
4.4. Kerugian
Diperlukan prosedur pembedahan, kadang-kadang terjadi komplikasi seperti
perdarahan atau infeksi, dibutuhkan anestesi lokal atau anestesi umum, tidak mudah
untuk kembali subur, diperlukan kontrasepsi alternative sampai didapat dua kali hitung
sperma bersih secara berurutan (Glasier & Gebbie, 2006).
4.5. Kontraindikasi
Masalah hubungan keluarga, tidak didukung oleh pasanggannya,
ketidakmampuan fisik yang serius, infeksi didaerah testis dan penis, tidak tetap
pendiriannya. Apabila pasangan tersebut tidak yakin benar atas alasan apapun atau
mereka tidak menginginkan anak lagi maka jangan lakukan sterilisasi (Glasier &
Gebbie, 2006).
4.6. Efek Samping
Efek samping yang dialami akibat tindakan vasektomi antara lain bisa saja
mengalami adanya cairan atau pendarahan dari luka, kesulitan buang air kecil, demam,
rasa sakit/nyeri dan pembengkakan pada skrotum (BKKBN, 2008).
12
Konseling diberikan pada akseptor untuk menjelaskan bahwa pada tindakan
vasektomi dapat menyebabkan berbagai efek samping seperti yang telah disebutkan
diatas. Syarat-syarat menjadi peserta vasektomi, serta komplikasi dan angka kegagalan
yang mungkin terjadi pun harus dijelaskan. Pastikan peserta mengenali dan mengerti
tentang keputusannya untuk menunda atau menghentikan fungsi reproduksinya dan
mengerti bahwa vasektomi adalah tindakan operatif dengan berbagai resiko yang
mungkin saja terjadi (BKKBN, 2008).
Pelayanan vasektomi dapat diperoleh di rumah sakit dan klinik KB yang
terstandar untuk melakukan tindakan pembedahan (Meilami, dkk, 2010). Pelayanan
vasektomi pria dilakukan oleh tim pelaksana yang terdiri dari minimal seorang dokter
dan seorang paramedic yang telah mendapat pelatihan menyelenggarakan pelayanan
vasektomi (BKKBN Prov.SU, 2008).
4.7. Prosedur Vasektomi Antara lain:
1. Celana dibuka dan baringkan pasien dalam posisi terlentang.
2. Rambut kemaluan dicukur dan dibersihkan.
3. Desinfeksi kulit skrotum dan daerah operasi.
4. kemudian tutup dengan kain steril berlobang ditengahnya.
5. Palpasi dan cari vas deferens pada kantong skrotum.
6. Beri anestesi local pada daerah operasi lakukan sayatan kira-kira 1-2 cm.
7. Bebaskan jaringan sekitarnya, tangkap vas deferens tersebut.
9. Lakukan vasektomi dengan pemotongan sekitar 1-2 cm vas deferens, lalu
jahit.
10. Luka operasi di jahit lalu berikan obat antibiotik.
4.8. Waktu Kunjungan Ulang
Kunjungan ulang harus dilakukan dalam waktu 7 hari setelah tindakan vasektomi
dilakukan. Pemeriksaan pada kunjungan ulang ini mencakup pemeriksaan lokasi
tindakan dan pemeriksaan lain yang rfelevan sesuai dengan sifat spesifik dari kasus dan
gejala atau keluhan yang diungkapkan pasien. Selama kunjungan ulang ini, harus
dilakukan penilaian apakah ada efek samping atau komplikasi yang berhubungan dengan
pembedahan. Selain masalah-masalah medis, juga harus digali apakah pasien mungkin
mengalami ketidak puasan atau penyesalan mengenai prosedur (Meilani dkk, 2010).
5. Faktor-faktor Rendahnya Minat Akseptor KB Pria dalam Menggunakan Kontrasepsi Vasektomi
5.1. Umur
Usia seseorang dapat mempengaruhi kecocokan dan akseptabilitas
metode-metode kontrasepsi tertentu. Menurut Pinem, (2009) kontrasepsi Vasektomi dianjurkan
bagi suami yang berumur >45 tahun dan mempunyai anak minimal 2 orang. Kesehatan
pasangan usia subur sangat mempengaruhi kebahagian dan kesejahteraan keluarga
waktu melahirkan, jumlah kelahiran atau banyaknya anak yang dimiliki dan jarak anak
tiap kelahiran. Maka dari itu umur merupakan salah satu faktor seseorang untuk menjadi
akseptor kontrasepsi Vasektomi, sebab umur berhubungan dengan potensi reproduksi
14
dan juga untuk menentukan perlu tidaknya seseorang melakukan vasektomi sebagai cara
kontrasepsi (Wulansari & Hartanto, 2006).
5.2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan umumnya datang dari
pengalaman juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan orang lain, didapat
dari buku, surat kabar, atau media massa, elektronik (Notoadmodjo, 2003).
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung atau pun melalui
pengalaman orang lain. Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui penyuluhan baik secara
individu maupun kelompok untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan yang bertujuan
untuk meningkatkan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal (Notoadmodjo, 2003).
Pengetahuan tentang KB Vasektomi merupakan salah satu aspek penting ke arah
pemahaman tentang alat kontrasepsi tersebut. Seseorang akan memilih KB Vasektomi
jika banyak mengetahui dan memahami tentang kontrasepsi Vasektomi.
5.3. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan
dan sikap tentang metode kontrasepsi. Orang yang berpendidikan tinggi akan
memberikan respon yang lebih rasional dari pada mereka yang berpendidikan rendah,
lebih kreatif dan lebih terbuka terhadap usaha-usaha pembaharuan. Dan juga lebih dapat
menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan sosial. Secara langsung maupun tidak
umum diajarkan pada pendidikan formal di sekolah dalam mata pelajaran kesehatan,
pendidikan kesejahteraan keluarga dan kependudukan (Purwoko, 2000).
Semakin tinggi tingkat pendidikan pasangan yang ikut KB, makin besar
pasangan suami istri memandang anaknya sebagai alasan penting untuk melakukan KB,
sehingga semakin meningkatnya pendidikan semakin tinggi proporsi mereka yang
mengetahui dan menggunakan kontrasepsi untuk membatasi jumlah anaknya (Purwoko,
2000). Sebaliknya, semakin rendah tingkat pendidikan maka akses terhadap informasi
tentang KB khususnya kontrasepsi Vasektomi akan berkurang sehingga pasangan suami
istri akan kesulitan untuk mengambil keputusan secara efektif, alat kontrasepsi yang
mana akan dipilih (Winarni dkk, 2007).
5.4. Agama
Beberapa agama memberikan batasan untuk memiliki keturunan. bahkan
beberapa aliran agama tertentu tidak menyarankan adanya pembatasan untuk memiliki
keturunan. Di dalam agama Islam menurut sabda Nabi Muhammad SAW bahwasanya
laki-laki dan perempuan menikah agar mendapat keturunan yang banyak, namun islam
memperbolehkan dalam kondisi tertentu untuk mengatur jarak kelahiran, tetapi banyak
masyarakat yang membuat salah arti tentang sabda ini. Islam juga memberikan
kewenangan kepada laki-laki untuk memiliki pasangan lebih dari satu, hal ini juga akan
memperbesar peluang untuk menambah keturunan. Maka dari itu vasektomi dilarang
oleh agama karena penggunaan metode ini dipersepsikan sama halnya dengan menolak
rejeki/ anugerah dari Tuhan sehingga melanggar norma agama (Nur Bahri, 2006).
16
5.5. Suku/Budaya
Sosial budaya adalah segala perubahan pada lembaga kemasyarakatan di dalam
masyarakat yang mempengaruhi system sosialnya termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap
dan pola perilaku diantara kelompok dalam masyarakat Mengemukakan bahwa
perubahan sosial dan perubahan kebudayaan mempunyai aspek yang sama yaitu
keduanya bersangkut paut dengan suatu cara penerimaan cara-cara baru atau suatu
perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhannya. pada budaya tertentu
sangat menyakini/menjunjung anak dengan jenis kelamin tertentu. jika seorang wanita
belum mendapatkan keturunan dengan jenis kelamin yang diharapkan maka pasangan
tersebut berusaha untuk memiliki keturunan lagi agar terpenuhi tuntutan kebudayaan dan
nilai kepercayaan. Budaya ini yang masih sulit untuk ditanggulangi dalam memotivasi
mereka untuk menggunakan KB (Soemardjan, 2004).
5.6. Ekonomi
Variabel demografi dan sosial ekonomi yang meliputi pekerjaan, tempat tinggal,
penghasilan, kebiasaan dan ciri lingkungan dimana pasangan suami istri menetap
mempengaruhi adanya penggunaan alat kontrasepsi. Seseorang dengan pekerjaan yang
tidak menetap ditambah lagi dengan penghasilan yang kurang memadai lebih
memungkinkan untuk tidak ikut sebagai pengguna kontrasepsi. Hal ini dinilai karena
penggunaan kontrasepsi Vasektomi membutuhkan pembiayaan dan perawatan yg besar.
Ciri lingkungan dimana sebagian besar masyarakatnya memilih untuk tidak
menggunakan kontrasepsi sedikit banyak akan mempengaruhi satu pasangan suami istri
5.7. Sikap
Sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk berespon secara positif
maupun negatif terhadap orang, objek, ataupun situasi tertentu. Sikap mengandung suatu
penilaian emosional (senang, benci, sedih, dan lain-lain), dan memiliki tingkat
kedalaman yang berbeda. Sikap dan keyakinan merupakan kunci penerimaan KB.
Banyak sikap yang dapat menghalangi KB dan penggunaan suatu alat kontrasepsi
(Sarwono, 2007).
Banyak pria yang bersikap negatif terhadap alat kontrasepsi Vasektomi. Hal ini
karena sering mendengar rumor/mitos yang beredar di masyarakat, misalnya rumor
tentang Vasektomi dapat menurunkan libido, vasektomi bisa menyebabkan kanker
prostat, dan tidak bisa ejakulasi.
5.8. Dukungan Petugas KB
Mendidik individu dan pasangan mengenai ragam metode yang tersedia serta
memberikan informasi tentang keamanan dan cara pemakaian metode-metode tertentu
merupakan bagian penting setiap program KB. Aktifitas informasi, edukasi, dan
komunikasi (IEK) di tingkat lokal, termasuk konseling, berperan penting dalam
keberhasilan suatu program dan sangat berkaitan dengan penyediaan pilihan
metode-metode yang sesuai. penekanan pada usaha IEK di tingkat nasional atau regional juga
menimbulkan dampak besar pada pemakaian strategi pendidikan yang sesuai di tingkat
lokal, dan akibatnya pada penerimaan metode dan pemakaiannya yang tepat (Wulansari
& Hartanto, 2006).
Namun hingga saat ini pelayanan KB seperti komunikasi, informasi dan edukasi
masih kurang berkualitas terbukti dari banyak suami yang tidak menggunakan alat
18
kontrasepsi dengan alasan biayanya mahal. Dengan memberikan pelayanan yang
berkualitas khususnya informasi tentang kontrasepsi Vasektomi dapat mempengaruhi
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka KonseptualMenurut Varney (2007) vasektomi adalah tindakan menghambat atau menutup
jalan bagi sperma melalui upaya bedah untuk mencegah pembuahan. Kerangka
konseptual ini bertujuan untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi
rendahnya minat akseptor Vasektomi adalah umur, tingkat pendidikan, ekonomi, suku
dan sosial budaya, agama, tingkat pengetahuan, tingkat pendidikan, sikap, dukungan
petugas KB.
Skema 3.1 Kerangka Konseptual Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat
Akseptor Vasektomi
Faktor-faktor yang mempengaruhi : - Umur
- Tingkat Pendidikan - Ekonomi
- Dukungan petugas KB
Penggunaan Kontrasepsi Vasektomi
20
2. Defenisi Operasional
Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah faktor-faktor yang terkait dengan
rendahnya minat akseptor Vasektomi meliputi: Umur, Tingkat Pendidikan, Agama,
Suku, Tingkat Pengetahuan, Ekonomi, Sikap, Dukungan Petugas KB.
Tabel 3.1 Defenisi Operasional
No. Variabel Defenisi
Operasional
Alat Ukur Hasil Ukur Skal
Ukur
1. Umur Usia suami yang terhitung sejak lahir hingga ulang tahun terakhir formal yang pernah diikuti berdasarkan ijazah terakhir yang dimiliki
3. Ekonomi Pendapatan
responden dan keluarga selama sebulan
ditunjukkan dalam
Pengetahuan suami mengenai
Terdiri dari 6 pernyataan no
9,10,11,12,13 dan 14
Setuju = 1 Tidak Setuju =0
Ordinal dan sikap petugas
BAB 4
METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan
untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor
Vasektomi di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung.
2. Populasi dan Sampel 2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh suami di Kelurahan Sei Merbau
Kecamatan Teluk Nibung dan diketahui jumlah suami sebanyak 1394 orang di
Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung.
2.2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang dapat digunakan sebagai subjek
penelitian melalui sampling. Penentuan besar sampel dalam penelitian ini adalah dengan
cara pengambilan dari populasi 1394 -10% sehingga 10% dari 1394 orang adalah 139
orang (Arikunto, 2006). Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik
purposive sampling, yaitu cara pengambilan sampel untuk tujuan tertentu.
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah bersedia menjadi responden,
dapat berbahasa Indonesia dengan baik, dapat membaca dan menulis, dan belum
menggunakan metode kontrasepsi Vasektomi di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Adapun pertimbangan pemilihan lokasi ini adalah karena hasil survey
menunjukkan tersedianya sampel yang memadai untuk penelitian dan belum pernah
dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat
akseptor Vasektomi.
4. Pertimbangan Etik penelitian
Penelitian ini akan dilakukan setelah mendapat izin penelitian dari Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Kecamatan Teluk Nibung. Setelah
mendapat persetujuan tersebut, kemudian peneliti melakukan penelitian dengan
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan serta dampak yang mungkin
terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika suami yang dijadikan sampel
bersedia diteliti, maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.
Untuk menjaga kerahasian responden tersebut, maka peneliti tidak
mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, melainkan cukup dengan
memberikan nomor kode responden pada masing-masing lembar pengumpulan data
tersebut. Kerahasian informasi dari responden dijamin oleh peneliti, hanya kelompok
data tertentu yang akan dijadikan atau dilaporkan sebagai hasil riset (Nursalam, 2009).
5. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat
pengumpulan data berupa kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan
berpedoman pada konsep dan tinjuan teoritis. Kuesioner penelitian terdiri dari dua
bagian yaitu kuesioner data demografi dan kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi
rendahnya minat akseptor Vasektomi
24
5.1. Kuesioner data demografi
Kuesioner data demografi meliputi umur, tingkat pendidikan, penghasilan,
suku, agama, dan jumlah anak, bertujuan untuk melihat distribusi demografi dari
responden.
5.2. Kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor
Vasektomi
Kuesioner ini terdiri dari 20 pertanyaan. Faktor tingkat pengetahuan berisi 8
pertanyaan (pertanyaan no 1,2,3,4,5,6,7,8), faktor sikap berisi 6 pertanyaan (pertanyaan
no 9,10,11,12,13,14), dan faktor dukungan petugas KB berisi 6 pertanyaan (pertanyaan
no 15,16,17,18,19,20).
Pertanyaan untuk pengetahuan sebanyak 8 (Delapan) pertanyaan terdiri dari
pilihan jawaban : a, b, dan c. Jika jawaban benar maka diberi nilai satu (skor =2), jika
jawaban salah maka diberi nilai nol (skor = 0). Penilaian yang digunakan tersebut ialah
menurut skala guttman (Riduan, 2010). Berdasarkan rumus statistika
P =
kelas Banyak
(R) Rentang
1. Menentukan nilai rentang (R)
2. Rentang = skor tertinggi – skor terkecil
8 X 2 = 16
16 – 0 = 16
3. Menentukan panjang kelas ( i )
4. Untuk menentukan kategori pengetahuan adalah sebagai berikut :
- Kategori baik = 10.6+5.3 = 15.9 (jika responden menjawab 11-16
pertanyaan dengan benar)
- Kategori cukup = 5.3+5.3 = 10.6 (jika responden menjawab 6-10 pertanyaan
dengan benar)
- Kategori kurang = 0+5.3 = 5.3 (jika responden menjawab 0-5 pertanyaan
dengan benar )
Faktor sikap terdiri 6 pernyataan terdiri dari dua jawaban yaitu “Setuju” dan
“Tidak Setuju”. Setiap item yang dijawab dengan benar akan diberi nilai 1 sedangkan
untuk setiap item yang dijawab dengan salah akan diberi nilai 0. Faktor dukungan
petugas KB juga terdiri 6 pertanyaan terdiri dari dua jawaban yaitu “Ya” dan “Tidak”.
Nilai untuk jawaban “Benar/Ya”= 1, “Salah/Tidak” = 0.
6. Validitas dan Reliabilitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau
kesasihan suatu instrument. Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan atau mampu mengungkap data dari variable yang diteliti
secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang
terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud (Arikunto,
2006). Uji validitas dilakukan oleh dosen Departemen Keperawatan Maternitas
Universitas Sumatera Utara.
Uji validitas dilakukan dengan menggunakan rumus Pearson product Moment
yaitu dengan membandingkan antara r hitung dengan r tabel dengan taraf signifikan 5%.
26
Pernyataan dikatakan valid jika r hitung lebih besar dari r tabel dan sebaliknya tidak
valid jika r hitung lebih kecil dari r tabel.
Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukuran dapat dipercaya dan tetap konsisten bila dilakukan beberapa kali dengan
menggunakan alat ukur yang sama (Notoadmodjo, 2010). Suatu instrument dikatakan
reliable apabila koefisien nya bernilai lebih besar dari 0,7. Instrumen diujikan kepada 20
orang responden. Penghitungan uji reabilitas dilakukan dengan menggunakan
komputerisasi untuk analisa Cronbach’s Alpha. Suatu instrument dikatakan realibel bila
nilai alpa lebih besar dari kritis product moment (Hastono, 2007). Hasil uji reliabel pada
penelitian ini adalah 0,719.
7. Pengumpulan Data
Pada awal penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan peneliti
pada instansi pendidikan (Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara), kemudian
permohonan izin diperoleh dikirimkan ke tempat penelitian yaitu Kelurahan Sei Merbau,
peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian. Metode pengumpulan data pada
penelitian ini adalah dengan pembagian kesioner kepada responden. Setelah
mendapatkan calon responden, selanjutnya peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat
penelitian serta proses pengisian kuesioner. Kemudian peneliti meminta kesedian calon
responden untuk berpartisipasi dalam penelitian. Setelah mendapat persetujuan
responden, pengumpulan data dimulai. Responden diminta untuk mengisi kuesioner
yang diberikan oleh peneliti selama 10 menit dan diberi kesempatan untuk bertanya
pertanyaan yang ada di dalam kuesioner. Setelah semua responden mengisi kuesioner
tersebut maka seluruh data dikumpulkan untuk dianalisa.
8. Analisa Data
Analisa data dilakukan melalui bebrapa langkah yang harus ditempuh, pertama
editing yaitu memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan
semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk, kedua coding yaitu memberi kode atau angka
tertentu pada lembar kuesioner untuk mempermudah mengadakan tabulasi dan analisa
data, tahap ketiga processing yaitu memasukkan data dari lembar kuesioner kedalam
program computer, tahap keempat cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah
dientry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak, tahap kelima tabulating yaitu
menganalisa data secara deskriptif.
Tabulasi dilakukan dengan tiga tahapan yaitu memberi skor pada item-item
pernyataan yang perlu diberi skor dan memberi kode terhadap item-item yang tidak
perlu diberi skor dan mentabulasi data untuk memperoleh hasil dalam bentuk angka dan
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentase dengan menggunakan
teknik komputerisasi.
28
BAB 5
HASIL PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi yang telah dilaksanakan pada bulan
September s/d Oktober 2012 sebanyak 139 responden di Kelurahan Sei Merbau
Kecamatan Teluk Nibung dengan menggunakan kuesioner penelitian yang telah diuji
reliabilitasnya terlebih dahulu dilakukan penelitian. Penyajian data hasil penelitian
meliputi data demografi dan beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya minat
akseptor vasektomi di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung.
1. Hasil
1.1Karakteristik Demografi
Responden pada penelitian ini adalah seluruh suami yang bertempat tinggal
di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung. Jumlah seluruh responden
dalam penelitian ini adalah 139 orang. Adapun karakteristik responden dalam
penelitian ini meliputi Umur, Tingkat Pendidikan, Ekonomi, Suku, danAgama.
Menurut data yang diperoleh, responden terbanyak berada pada usia di
bawah 45 tahun (102 orang/73,4%), berpendidikan SMA (89 orang/64,0%), ekonomi
keluarga per bulannya Rp.850.000-1.000.000,- (90 orang/64,7%), bersuku Batak (90
orang/64,7%) dan beragama Islam (126 orang/90,6%). Berikut tabel distribusi
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden (n = 139) Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)
1.2Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi
Hasil penelitian menggambarkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
rendahnya minat akseptor Vasektomi ada tiga yaitu faktor tingkat pengetahuan,
faktor sikap, dan faktor dukungan petugas KB.
a. Tingkat Pengetahuan
Tabel ini menggambarkan bahwa mayoritas suami memiliki tingkat
pengetahuan yang cukup tentang Vasektomi (60 orang/43,2%), seperti terlihat pada
Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Faktor Tingkat Pengetahuan (n = 139)
Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Baik
Tabel ini menggambarkan bahwa mayoritas suami bersikap positif terhadap
Vasektomi (109 orang/78,4%), seperti terlihat pada Tabel 5.4
Tabel 5.3 Disribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Faktor Sikap (n = 139)
Sikap Frekuensi Persentase (%)
Positif
c. Dukungan Petugas KB
Tabel ini menggambarkan bahwa petugas KB tidak mendukung untuk
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Faktor Dukungan Petugas KB (n = 139)
Dukungan Petugas KB Frekuensi Persentase (%) Mendukung
a. Karakteristik Demografi a. Umur
Faktor umur sangat mempengaruhi kecocokan dan akseptabilitas
metode-metode kontrasepsi tertentu. Umur juga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi perilaku seseorang termasuk dalam pemakaian alat kontrasepsi.
Maka dari itu umur merupakan salah satu faktor seseorang untuk menjadi akseptor
kontrasepsi Vasektomi, karena umur berhubungan dengan potensi reproduksi dan
juga untuk menentukan perlu tidaknya seseorang melakukan vasektomi sebagai cara
kontrasepsi (Wulansari & Hartanto, 2006).
Menurut Pinem (2009), kontrasepsi Vasektomi dianjurkan bagi suami yang
berumur >45 tahun dan mempunyai anak minimal 2 orang. Semakin cukup umur,
tingkat kematangan dan kekuasaan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan lebih
dipercaya dari orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya.
Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan data bahwa usia responden
terbanyak berada pada di bawah 45 tahun(102 orang/73,4%). Menurut hasil
penelitian Wati (2012), responden yang umurnya di bawah 45 tahun cenderung
32
memilih metode alamiah karena menurut mereka lebih aman dan tanpa efek
samping.
b. Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses belajar, yang berarti dalam pendidikan itu
terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan ke arah yang lebih
dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat
yang diperoleh dari jenjang pendidikan formal. Konsep ini berangkat dari asumsi
bahwa manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya untuk mencapai
nilai-nilai hidup dalam masyarakat selalu memerlukan bantuan orang lain yang
mempunyai kelebihan. Dalam mencapai tujuan tersebut, seorang individu, kelompok
atau masyarakat tidak terlepas dari proses belajar (Notoatmodjo, 2007).
Tingkat pendidikan tidak saja mempengaruhi kerelaan menggunakan
keluarga berencana, tetapi juga pemilihan suatu metode kontrasepsi. Semakin tinggi
tingkat pendidikan pasangan yang ikut KB, semakin besar pasangan suami istri
memandang anaknya sebahagi alas an penting untuk melakukan KB, sehingga
semakin meningkatnya pendidikan semakin tinggi proporsi mereka yang mengetahui
dan menggunakan kontrasepsi untuk membatasi jumlah anaknya. Sebaliknya,
semakin rendah tingkat pendidikan maka akses terhadap informasi tentang KB
khususnya kontrasepsi Vasektomi akan berkurang sehingga pasangan suami istri
akan kesulitan untuk mengambil keputusan secara efektif, alat kontrasepsi mana
yang akan dipilih (Winarni dkk, 2007).
Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan data bahwa mayoritas suami
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Ismah (2008), yang menyatakan bahwa
mayoritas suami yang tidak menggunakan Vasektomi adalah berpendidikan sekolah
menengah (SMA).
2.3.Ekonomi
Variabel demografi dan sosial ekonomi yang meliputi pekerjaan, tempat
tinggal, penghasilan, kebiasaan dan ciri lingkungan dimana pasangan suami istri
menetap mempengaruhi adanya penggunaan alat kontrasepsi. Seseorang dengan
pekerjaan yang tidak menetap ditambah lagi dengan penghasilan yang kurang
memadai lebih memungkinkan untuk tidak ikut sebagai pengguna kontrasepsi. Hal
ini dinilai karena penggunaan kontrasepsi Vasektomi membutuhkan pembiayaan dan
perawatan yg besar.
Kondisi ekonomi keluarga dikatakan baik apabila mempunyai pendapatan
keluarga yang tinggi, pendapatan cukup dapat dikatakan dengan memiliki keluarga
yang hanya sedikit (1 anak). Maka untuk melihat keadaan ekonomi keluarga dapat
dilihat dari pendapatannya. Namun disadari, bahwa informasi pendapatan ini tidak
seperti yang diharapkan. Dari penelitian yang telah dilakukan, bahwa hasil
karakteristik suami berpenghasilan Rp.850.000-1.000.000 (90 orang/64,7%). Hal ini
disebabkan oleh pendapatan suami tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, sehingga faktor ekonomi berpengaruh pada suami untuk melakukan
vasektomi karena biayanya kurang dari pendapatan.
2.4.Suku/Budaya
Kebudayaan atau peradaban mengandung pengertian yang luas meliputi
pemahaman, perasaan suatu bangsa yang kompleksmeliputi pengetahuan,
34
kepercayaan, seni, moral, hokum, adat-istiadat (kebiasaan) dan pembawaan lainnya
yang diperoleh dari anggota masyrakat. Pada budaya tertentu sangat
menyakini/menjunjung anak dengan jenis kelamin tertentu. Jika seorang pria belum
mendapatkan keturunan dengan jenis kelamin yang diharapkan maka pasangan
tersebut berusaha untuk memiliki keturunan lagi agar terpenuhi tuntutan kebudayaan
dan nilai kepercayaan (Soemardjan, 2004).
Namun demikian masih ada juga yang berpendapat KB pria itu haram
hukumnya bagi kaum muslim . Golongan yang masih menganut pendapat ini
biasanya dari golongan muslim yang sangat kuat atau radikal. Selain itu masih
adanya ketidakadilan dan kesetaraan gender. Hal ini terlihat dari kepercayaan suku
Batak bahwa nilai anak laki-laki lebih tinggi dari anak perempuan. Ini karena
adanya kepercayaan bahwa anak laki-laki sebagai penerus garis keturunan .
Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan data bahwa mayoritas suami
yang tidak menggunakan Vasektomi bersuku Batak (90 orang/64,7%). Hasil
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Cristina (2007), yang menyatakan bahwa
mayoritas suami yang tidak menggunakan Vasektomi adalah bersuku Batak bahwa
nilai anak laki-laki lebih tinggi dari anak perempuan.
2.5.Agama
Beberapa agama memberikan batasan untuk memiliki keturunan. bahkan
beberapa aliran agama tertentu tidak menyarankan adanya pembatasan untuk
memiliki keturunan. Di dalam agama Islam menurut sabda Nabi Muhammad SAW
banyak, namun islam memperbolehkan dalam kondisi tertentu untuk mengatur jarak
kelahiran, tetapi banyak masyarakat yang membuat salah arti tentang sabda ini.
Islam juga memberikan kewenangan kepada laki-laki untuk memiliki
pasangan lebih dari satu, hal ini juga akan memperbesar peluang untuk menambah
keturunan. Maka dari itu vasektomi dilarang oleh agama karena penggunaan metode
ini dipersepsikan sama halnya dengan menolak rejeki/ anugerah dari Tuhan sehingga
melanggar norma agama (BKKBN, 2007).
Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan data bahwa mayoritas suami
yang tidak menggunakan Vasektomi beragama Islam (126 orang/90,6%). Hasil
penelitian lain yang mendukung penelitian yang dilakukan oleh Cristina (2007)
bahwa beberapa orang yang memiliki pandangan KB tidak boleh dilakukan dengan
alasan Al-Qur’an tidak membolehkan pemakaian alat kontrasepsi yang dianggap
sebagai membunuh bayi atau agama Islam menginginkan agar Islam mempunyai
umat yang besar dan kuat. Ditinjau dari sudut keadaan agama, masyarakat yang
menganggap bahwa partisipasi laki-laki dalam ber KB belum atau tidak penting
dilakukan. Hal ini terjadi karena munculnya pandangan yang cenderung
menyerahkan tanggung jawab pelaksanaan KB dan kesehatan reproduksi
sepenuhnya kepada istri. Selain itu suami juga beranggapan bahwa KB adalah
urusan perempuan sehingga pria tidak perlu berperan secara aktif.
2.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi
a. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan (kognitif) merupakan faktor yang sangat penting dalam
membentuk persepsi, sikap, dan perilaku seseorang, karena perilaku yang didasari
36
oleh pengetahuan akan lebih lama (long lasting) daripada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan (Gerungan, 2004). Menurut Notoatmodjo (2003),
pengetahuan dibagi menjadi enam tingkatan yang tercakup dalam domain kognitif,
yaitu tahu (know), memahami (comprehensive), aplikasi (application), analisis
(analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation).
Dalam hasil penelitian ini didapat pengetahuan reponden yang paling tinggi
yaitu berpengetahuan cukup sebanyak 60 responden (43,2%) dan pengetahuan
responden terendah yaitu berpengetahuan baik sebanyak 24 responden (17.3%).
Dimana peneliti membuktikan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan responden, karena dari data krateristik pendidikan responden sebagaian
besar tingkat pendidikan responden adalah SMA sebanyak 63 orang (45,3%) dan
berpendidikan terendah yaitu berpendidikan SD sebanyak 10 orang (7,20%).
Sesuai dengan pernyataan dari Soebroto, dkk (2001) bahwa dengan
meningkatnya pendidikan seseorang maka tingka pengetahuannya juga akan
meningkat. Hal ini dapat terjadi karena dengan meingkatnya pendidikan seseorang
maka lebih banyak informasi serta lebih berusaha untuk mencari hal baru yang
belum mereka ketahui guna mensejajarkannya dengan tingkat pendidikannya, maka
dari itu semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi
pengetahuan yang dimiliki.
Menurut Nursalam (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pengetahuan yaitu usia, pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi, sosial budaya,
informasi dan pengalaman. Dimana umur seseorang terhitung mulai saat dilahirkan
akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dalam penelitian ini responden berada
pada usia 31-45 tahun sebanyak 100 responden (71.9%). Semakin bertambahnya
umur semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mudah menerima
informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Dengan
pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi,
baik dari orang lain maupun dari media massa.
Menurut Nursalam (2004) sesseorang yang mempunyai pekerjaan akan
mempunyai lebih banyak informasi dan pengalaman. Dengan adanya pekerjaan
seseorang mempunyai banyak waktu untuk mendapat informasi yang diperoleh baik
dari media maupun dari temannya, sehingga informasi yang diperoleh semakin
banyak dan pengetahuan yang dimiliki lebih tinggi. Apabila status sosial baik,
tingkat pendidikan akan tinggi diiringi dengan tingkat pengetahuannya. Status
ekonomi seseorang juga menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan
untuk kegiatan tertentu, sehingga status social ekonomi ini akan mempengaruhi
pengetahuan seseoranag. Dimana faktor pengetahuan eksternal juga berpengaruh
terhadap pengetahuan vasektomi, faktor eksternal yang berpengaruh terhadap
pengatahuan adalah hasil data dari karakteristik suku batak dimana suku batak sangat
mempengaruhi pengetahuan terhadap vasektomi bagi suku batak tidak akan
melakukan KB vasektomi sebelum mereka memiliki anak laki-laki penerus marga.
Peneliti mengetahui adanya karakteristik suku yang terbanyak adalah suku batak
sebanyak 55 responden (39,6%). dimana suku responden juga akan mempengaruhi
pengetahuan dalam penelitian ini dalam suku batak diketahui bahwa kebudayaannya
38
sangat berdominan terhadap pengetahuan terutama pada pengaruh pengetahuan
social budaya terhadap vasektomi.
Penelitian yang dilakukan oleh Wati (2012) yang menyatakan bahwa
pengetahuan suami vasektomi yaitu berpengetahuan baik sebanyak 7 orang
(13,46%), yang berpengetahuan cukup yaitu 40 orang (76,92%) dan sisanya
berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 5 orang (9,62%). Peneliti berasumsi bahwa
pengetahuan responden juga dipengaruhi oleh pendidikan karena dalam penelitian
mayoritas responden berlatar belakang pendidikan adalah SMA/sederajat.
b. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap mencerminkan kesenangan atau
ketidaksenangan seseorang terhadap sesuatu. Sikap berasal dari pengalaman atau
dari orang dekat dengan kita ( BKKBN, 2002).
Sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk berespon secara
positif maupun negatif terhadap orang, objek, ataupun situasi tertentu. Sikap
mengandung suatu penilaian emosional (senang, benci, sedih, dan lain-lain), dan
memiliki tingkat kedalaman yang berbeda. Sikap dan keyakinan merupakan kunci
penerimaan KB. Banyak sikap yang dapat menghalangi KB dan penggunaan suatu
alat kontrasepsi (Sarwono, 2007). Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan
data bahwa responden memiliki sikap yang positif tentang Vasektomi sebanyak 109
orang (78,4%) dan responden memiliki sikap yang negative tentang Vasektomi
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Cristina (2007) yang menyatakan
bahwa sikap suami tentang vasektomi yaitu bersikap positif sebanyak 33 orang
(63,5%) terhadap penggunaan alat kontrasepsi vasektomi. Menurut teori WHO
(Notoatmodjo 2003) menyatakan bahwa sikap positif seseorang tidak otomatis
terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, sikap
akan terwujud dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu. Sikap juga akan
diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya
pengalaman dimiliki oleh seseorang. Sikap juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang
menjadi pengangan setiap orang dalam masyarakat.
c. Dukungan Petugas Kesehatan
Pelayanan KB yang berkualitas harus mencakup pemberian pelayanan
(KIP/K) yang dapat melindungi klien dari resiko efek samping dan komplikasi serta
meminimalkan kemungkinan terjadinya kegagalan. Walaupun telah dilakukan upaya
untuk meningkatkan pelayanan KB, masih terdapat beberapa hambatan dalam
penggunaan kontrasepsi, untuk itu diperlukan upaya, antara lain dengan memberikan
Komunikasi Interpersonal/Konseling (KIP/K) pada saat sebelum pelaksanaan, saat
pelaksanaan dan pasca pelaksanaan (BKKBN, 2003).
Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan data bahwa petugas KB
tidak mendukung suami untuk menggunakan Vasektomi 76 orang (54,7%).
Mayoritas suami menyatakan bahwa tempat pelayanan KB vasektomi tidak mudah
di jangkau, petugas KB tidak menjelaskan tentang Vasektomi dan tidak
menyarankan untuk menggunakan Vasektomi. Hal ini berarti bahwa penyampaian
40
konseling yang diberikan oleh petugas kesehatan kepada responden belum dilakukan
secara optimal.
Menurut hasil penelitian Saptono Iman Budisantoso (2008), petugas
kesehatan sering tidak menjelaskan tentang Vasektomi selama konseling dan
walaupun hal tersebut dilakukan, mereka tidak memberikan informasi secara
lengkap tentang Vasektomi. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab rendahnya
penggunaan Vasektomi. Hingga saat ini pelayanan KB seperti komunikasi informasi
dan edukasi masih kurang berkualitas terbukti dari peserta KB yang berhenti
menggunakan alat kontrasepsi dengan alasan efek samping dan kesehatan. Dengan
memberikan pelayanan yang berkualitas khususnya informasi tentang Vasektomi
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan
rekomendasi faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor vasektomi
di Kelurahan Sei Merbau Kecamatan Teluk Nibung. Dalam penelitian ini memiliki
139 orang responden dengan cara pengambilan purposive sampling dan penelitian
ini bersifat deskriptif.
1. Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan terhadap 139 orang responden di Kelurahan
Sei Merbau Kecamatan teluk Nibung tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
rendahnya minat akseptor vasektomi dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Pada distribusi frekuensi karakteristik umur responden yang paling banyak
yaitu umur dibawah 45 tahun sebanyak 102 orang responden (73,4%), berpendidikan
SMA 89 orang (64,0%), ekonomi 90 orang (64,7%), bersuku Batak sebanyak 90
orang (64,7%), beragama islam sebanyak 126 orang responden (90,6%),
pengetahuan responden yang tertinggi yaitu pengetahuan cukup sebanyak 60 orang
responden (43,3%). Sikap yang tertinggi yaitu bersikap positif sebanyak 109 orang
responden (78,4%), dan dukungan petugas KB yang tidak mendukung yaitu
sebanyak 76 orang responden (54,7%).Dari hasil penelitian dilakukan dengan cara
mencari sejauhmana tingkat pengetahuan, sikap dan dukungan petugas KB
responden dalam rendahnya minat vasektomi, sehingga peneliti melakukan
pengolahan data dengan cara mencari frekuensi deskritip pengetahuan, sikap dan
dukungan petugas KB responden dengan cara mengolah keseluruhan data yang telah
42
diisi oleh responden dan diolah dalam melakukan teknik pencarian deskriptif
frekuensi pengetahuan responden, sikap dan dukukangan petugas KB. .
2. Saran
2.1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai informasi tambahan terkait dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi rendahnya minat akseptor vasektomi yang berkontribusi terhadap
mata kuliah maternitas.
2.2. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan petugas kesehatan dapat memberikan informasi yang lengkap
tentang vasektomi termasuk rumor atau mitos negatif tentang vasektomi kepada
peserta KB sehingga mereka memiliki pengetahuan dan sikap yang baik terhadap
vasektomi
2.3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggambarkan faktor-faktor yang
mempengaruhi rendahnya minat akseptor vasektomi sehingga disarankan kepada
peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisa
faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya minat akseptor Vasektomi dan perlu
mempertimbangkan penggunaan teknik wawancara dalam pengumpulan data agar
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
Arum dan Sujiyatini. 2008. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Jogjakarta : Mitra
BKKBN. 2001. Fakta, Data dan Informasi Kesenjangan Gender di Indonesia. BKKBN. Jakarta.
BKKBN. 2007. Gender dalam Program KB dan KR. http://gemapria. bkkbn.go.id/artikel02-21.html
BKKBN. 2006. Kebijakan Program Pokok dan Kegiatan Bidang Pelayanan keluarga Berencana dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta
BKKBN. 2008. Evaluasi Pelaksanaan Program KB Nasional Tahun 2007. Jakarta. Diambil tanggal 14 Oktober 2010 dari
BKKBN. 2008. Program KB di Indonesia. Diambil tanggal 23 Oktober 2010 dari
BKKBN SUMUT. 2008. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2009. Medan. Diambil tanggal 26 Oktober 2010 dari
Everett, S. 2008. Buku saku Kontrasepsi & Kesehatan Seksual Reproduktif. Jakarta : EGC
Gerungan, WA. 2004. Psikologi Sosial, edisi ketiga cetakan pertama. Bandung : Eresco
Glasier A dan Gebbie A. 2006. Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC
Handayani, 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka Rihama
Hartanto, H. 2004. Keluaraga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
Meilani, dkk. 2012. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Fitramaya
Nursalam, Priani. 2004. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
44