• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Produksi Kelapa Sawit Di Kebun Bagerpang PT. PP. London Sumatra Indonesia Tbk.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Produksi Kelapa Sawit Di Kebun Bagerpang PT. PP. London Sumatra Indonesia Tbk."

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI KELAPA SAWIT DI KEBUN BAGERPANG PT. PP. LONDON

SUMATRA INDONESIA Tbk. TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

BERNIATI 082407081

PROGRAM STUDI DIPLOMA III STATISTIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI KELAPA SAWIT DI KEBUN BAGERPANG PT. PP. LONDON

SUMATRA INDONESIA Tbk. TUGAS AKHIR

BERNIATI 082407081

PROGRAM STUDI DIPLOMA III STATISTIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI KELAPA SAWIT DI KEBUN BAGERPANG

PT.PP. LONDON SUMATRA INDONESIA Tbk.

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : BERNIATI

Nomor Induk Mahasiswa : 082407081

(4)

PERNYATAAN

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI KELAPA SAWIT DI KEBUN BAGERPANG PT. PP. LONDON

SUMATRA INDONESIA Tbk. TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2011

(5)

PENGHARGAAN

Segala puji, hormat dan kemuliaan kepada Tuhan Yang Maha Kasih oleh karena anugerah dan kemurahan-Nya Saya mampu menyelesaikan Tugas Akhir ini dalam waktu yang telah ditetapkan.

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Data Hasil Produksi Kelapa Sawit, Luas Lahan (Ha) dan Curah 27

Hujan (mm) pengolahan dari tahun 2005-2010

Tabel 4.2 Tabel Nilai- nilai Koefisien yang Diperlukan Untuk Memperoleh 28 , , dan

(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 5.1 Tampilan saat membuka aplikasi SPSS pada windows 40 Gambar 5.2 Tampilan jendela variabel view 43 Gambar 5.3 Tampilan data pada data view setelah datanya sudah di ketik 44 Gambar 5.4 Tampilan analisis regresi linier 45

Gambar 5.5 Tampilan data setelah data dimasukkan ke dalam variabel dependent atau independent 45

Gambar 5.6 Tampilan analisis korelasi bivariate 46 Gambar 5.7 Tampilan data pada data view setelah datanya dimasukkan ke

(8)

DAFTAR ISI

(9)

2.4.1 Koefisien Determinasi 12

2.4.2 Koefisien Korelasi 13

Bab 3 Gambaran Umum PT.PP.London Sumatra Indonesia, Tbk.

3.1 Sejarah Ringkas 14

3.2 Jenis Usaha 16

3.3 Struktur Organisasi 17

(10)

Bab 6 Kesimpulan dan Saran

6.1 Kesimpulan 47

6.2 Saran 48

Daftar Pustaka 50

(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang kaya dengan sumber daya alam dan dikenal sebagai pusat konsentrasi keanekaragaman hayati dunia, seperti flora dan fauna dengan bermacam keunikan dan keindahan yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia.

Negara Indonesia mempunyai struktur tanah dan curah hujan yang cocok bagi tanaman kelapa sawit, sehingga dijadikan sebagai produsen kelapa sawit dunia. Kelapa sawit memberikan nilai tambah devisa disektor non migas.

Hasil produksi usaha perkebunan kelapa sawit, selain sebagai bahan baku industri minyak goreng, juga sebagai bahan baku industri oleochemical yang cukup

(12)

Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan dan peranan kelapa sawit, maka dilakukanlah usaha-usaha untuk peningkatan produktivitas kelapa sawit. Dalam hal ini penulis mencoba untuk menganalisa hasil produksi kelapa sawit dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil produksi kelapa sawit diantaranya adalah luas lahan, curah hujan, dan pemakaian pupuk.

Dari faktor yang ada, akan dianalisa bagaimana pengaruh dan hubungan antara produksi dengan faktor yang mempengaruhinya dengan menggunakan metode Analisis Regresi Linear Berganda.

Dari uraian diatas, penulis memilih judul “Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Produksi Kelapa Sawit di Kebun Bagerpang PT. PP. LONDON SUMATRA INDONESIA Tbk.”

1.2 Identifikasi Masalah

Adapun masalah yang timbul dari penelitian ini adalah bagaimana hubungan antara beberapa faktor yang mempengaruhi hasil produksi kelapa sawit di kebun Bagerpang PT. PP. LONDON SUMATRA INDONESIA Tbk. Dan seberapa erat hubungan variabel-variabel tersebut.

(13)

Penulis membuat batasan permasalahan dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi produksi akasia, yakni penulis hanya mengambil dua faktor yang dianggap paling mempengaruhi hasil produksi kelapa sawit, yaitu pengaruh luas lahan dan curah hujan terhadap produksi kelapa sawit di PT. PP. LONDON SUMATRA INDONESIA Tbk. Lalu akan dianalisa secara regresi linear berganda (multiple) dan akan dicari apakah faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi kenaikan produksi kelapa sawit, sehingga nantinya akan diperoleh persamaan penduga yang layak digunakan.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dalam penulisan ini adalah untk mengumpulkan dan menganalisa data yang diperoleh secara sistematis dan efisien untuk memecahkan suatu masalah sehingga memperoleh suatu kesimpulan yang dapat dipakai untuk program kerja selanjutnya.

Dengan data yang ada maka akan diketahui keadaan produksi kelapa sawit yang dapat memberikan gambaran dan masukan pada perusahaan khususnya di kebun Bagerpang PT. PP. LONDON SUMATRA INDONESIA Tbk. Sedangkan manfaat dari penulisan ini adalah :

1. Dapat mengaplikasikan ilmu dengan membandingkan teori-teori yang diperoleh selama perkuliahan.

(14)

1.5 Lokasi Penelitian

Pengambilan data melalui ijin PT. PP. LONDON SUMATRA INDONESIA Tbk. Yang berada di Jln. Jend. Ahmad Yani no. 2, Medan, dan data diambil di Kebun Bagerpang PT. PP. LONDON SUMATRA INDONESIA yang terletak di Kec. Batu Lokong, Deli Serdang.

1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk melaksanakan suatu penelitian, sehingga tujuan penelitian tersebut tercapai.

Pengumpulan data bersumber dari data sekunder yang diperoleh dari PT. PP. LONDON SUMATRA INDONESIA Tbk. Data yang dikumpulkan tersebut kemudian diatur, disusun dan disajikan dalam bentuk angka-angka dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang sekumpulan data tersebut.

(15)

apakah terdapat hubungan antara variabel X dengan variabel Y, maka analisa yang didapatkan dalam pengujian hipotesis seperti ini adalah regresi.

Secara umum model regresi linear berganda dari data hasil pengamatan yang akan terjadi akibat variabel-variabel , ,…, untuk populasi adalah :

+ + + +…+ + ; = 1, 2, 3,…

Dengan , , ,…, adalah koefisien atau parameter yang nilainya tidak diketahui, sehingga nilainya diduga menggunakan statistic sampel dan µ merupakan error atau kesalahan yang tidak diketahui nilainya. Model populasi regresi berganda ini diduga menggunakan metode kuadrat terkecil (Least Square Method).

Prinsip metode kuadrat terkecil ini adalah meminimumkan selisih kuadrat antara Y observasi dan Y dugaan. Model sampel regresinya adalah:

+ + +…+

Dengan :

= Variabel tak bebas (dependent variabel) = Variabel bebas (independent varabel)

= Konstanta atau penduga bagi intersep (titik potong) = Penduga bagi

Model regresi berganda untuk populasi ini dapat diduga berdasarkan model regresi linear (simple regression method) sebagai berikut:

+ + +…+ + ℮

(16)

= Kesalahan untuk sampel

1.7 Sistematika Penulisan

Penulisan tugas akhir ini disusun secara sistematis, yang didalamnya dikemukakan beberapa hal sebagai berikut :

BAB 1 : PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, lokasi penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB 2 : TINJAUAN TEORITIS

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai konsep dan defenisi dari analisa regresi, sebagai tinjauan teori untuk diaplikasikan dalam pengolahan data yang tepat.

BAB 3 : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini menjelaskan atau menceritakan tentang sejarah singkat berdirinya perusahaan beserta struktur organisasi tempat riset dilakukan.

BAB 4 : ANALISA DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang penganalisaan dan pengolahan data angka yang telah diperoleh, hingga nantinya mendapatkan kesimpulan.

(17)

Dalam bab ini dipaparkan mengenai langkah-langkah pengolahan data dengan menggunakan sistem komputerisasi.

BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN

(18)

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Regresi Liniear Sederhana

Kata regresi (regression) diperkenalkan pertama kali oleh Francis Dalton pada tahun 1886. Menurut Dalton, analisis regresi berkenaan dengan studi ketergantungan antara dua atau lebih variabel.

Pada dasarnya analisa regresi diinterpretasikan sebagai suatu analisa yang berkaitan dengan studi ketergantungan (hubungan kausal) dari suatu variabel tak bebas (Dependent Variable) atau disebut juga variabel endogen dengan satu atau lebih variabel bebas (Independent Variable) atau disebut juga variabel eksogen dengan maksud untuk menduga atau memperkirkan nilai-niai dari variabel tak bebas. Penentuan variabel mana yang bebas dan mana yang tak bebas dalam beberapa hal tidak mudah dilakukan. Variabel yang mudah didapat atau tersedia sering digolongkan kedalam variabel bebas sedangkan variabel yang terjadi setelah variabel bebas itu merupakan variabel tak bebas. Untuk keperluan analisis, variabel bebas akan dinyatakan dengan , ,…, (k 1) sedangkan variabel tak bebas dinyatakan dengan Y.

(19)

Maka koefisien a dan utuk regresi linear dapat dihitung dengan rumus :

a =

b =

jika terlebih dahulu dihitung koefisien b, maka koefisien a dapat pula ditentukan oleh rumus:

a = - b

Dengan dan masing-masing rata-rata untuk variabel-variabel X dan Y.

2.2 Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda merupakan pengembangan lebih lanjut dari analisis regresi sederhana. Sering sekali dalam kehidupan sehari-hari terdapat suatu fenomena kehidupan masyarakat yang bersifat kompleks, sehingga tidak cukup untuk menjelaskan suatu kejadian hanya berdasarkan variabel penjelas tunggal atau hanya satu variabel saja. Sebagai contoh, sering diasumsikan bahwa tinggi rendahnya konsumsi keluarga (Y) terhadap suatu produk adalah dipengaruhi tinggi rendahnya pendapatan keluarga (X). Tetapi dalam kenyataannya tidaklah sesederhana itu, karena di samping pendapatan diketahui pula bahwa terdapat sejumlah variabel lain yang ikut mempengaruhi konsumsi, seperti misalnya variabel jumlah keluarga, tingkat pendidikan keluarga dan variabel lainnya.

(20)

intelegensi mahasiswa ( ) dan faktor lainnya. Secara umum, hasil pengamatan Y bisa terjadi karena variabel-variabel bebas , ,…, .

Berdasarkan kenyataan ini, maka perlu dikembangkan model regresi sederhana yang hanya melibatkan satu variabel penjelas atau variabel bebas, menjadi model regresi berganda yang melibatkan lebih dari satu variabel penjelas atau variabel bebas. Maka model regresi ganda atas , ,…, akan ditaksir oleh :

+ + +…+

Dengan , , ,…, merupakan koefisien-koefisien yang harus ditentukan berdasarkan hasil pengamatan. Koefisien-koefisien , , ,…, ditentukan dengan menggunakan metoda kuadrat terkecil seperti halnya menentukan koefisien-koefisien a dan buntuk regresi linier Ŷ = . Oleh karena model regresi linier ganda berisikan (k+1) buah koefisien, maka , , ,…, didapat dengan jalan menyelesaikan sistem persamaan yang terdiri atas (k+1) buah persamaan.

Untuk regresi linier ganda dengan dua variabel bebas :

+ +

Penyelesaian tiga persamaan akan berbentuk :

= n + +

= + +

(21)

2.3 Uji Regresi Linier Berganda

Uji regresi linier berganda ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah sekelompok variabel bebas secara bersamaan mempunyai pengaruh terhadap variabel tak bebas. Dalam hal ini persamaan regresi diuji secara statistik apakah dapat diandalkan sebagai model penjelas bagi fenomena yang terjadi dalam varibel tak bebas Y. Pengujian persamaan regresi dengan menggunakan statistik F pada umumnya dirumuskan sebagai berikut:

F = Dengan :

F = Statistik F yang menyebar mengikuti distribusi F dengan derajat kebebasan

k dan = (n-k-1)

= Jumlah Kuadrat Regresi

+ +…+

= Jumlah kuadrat residu (sisa)

Langkah-langkah yang dibutuhkan dalam pengujian hipotesa ini adalah sebagai berikut :

1. Menentukan hipotesa = = 0

0

2. Taraf nyata yang digunakan

(22)

4. Kesimpulan : tolak jika > ; k; n-k-1

Terima jika < ; k; n-k-1

2.4 Koefisien Determinasi Bergandadan Koeisien Korelasi Berganda

2.4.1 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi yang dinyatakan dengan untuk pengujian regresi linier berganda yang mencakup lebih dari dua varabel, adalah untuk mengetahui proporsi keragaman total dalam variabel tak bebas Y yang dapat dijelaskan atau diterangkan oleh variabel-variabel penjelas X yang ada dalam model persamaan regresi linier berganda secara bersama-sama. Maka ditentukan dengan rumus:

=

Dengan :

= Jumlah Kuadrat Regresi

+ +…+

=

(23)

-1.00 r -0.80 berarti berkorelasi kuat

-0.79 r -0.50 berarti berkorelasi sedang

-0.49 r 0.49 berarti berkorelasi lemah

0.50 r 0.79 berarti berkorelasi sedang

0.80 r 1.00 berarti berkorelasi kuat

2.4.2 Koefisien Korelasi

Nilai koeisien (r) digunakan untuk mengukur kuat tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan variabel tak bebas. Semakin besar nilai r maka makin kuat hubungan antara variabel bebas dengan variabel tidak bebas. Demikian juga apabila semakin kecil nilai r, berarti hubungannya semakin lemah pula.

1. Koefisien korelasi antara Y dan

(24)

BAB 3

GAMBARAN UMUM PT. PP. LONDON SUMATRA INDONESIA, Tbk.

3.1 Sejarah Ringkas

PT. PP. London Sumatera Indonesia Tbk, yang berkantor di jalan Jenderal Ahmad Yani

No.2 Medan- Sumatera Utara pada tahun 1904, berdasarkan Akta Notaris Raden

Kadirman No. 93 tanggal 18 Desember 1963. Akta pendirian ini disahkan oleh

Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan surat keputusan No.J.A5/ 121/ 20

Tanggal 14 September 1963, tambahan No.531. Perusahaan ini mengelola

bermacam- macam usaha antara lain :

1. Industri dan Bahan kimia

2. Perkebunan

3. Pauls ( yang terdiri dari bermacam- macam dagang )

4. Perdagangan umum Internasional

Semua usaha di atas tersebar diseluruh dunia tetapi untuk di Indonesia

perusahaan ini hanya bergerak di bidang perkebunan saja. Harrison dan Crosfield

(25)

merupakan bekas hak konsensi berdasarkan perjanjian antara Zelf B Elstuut dengan

beberapa perusahaan Rubber Company Ltd, yang disahkan residen Sumatera Timur.

Untuk memperluas usahanya pada tahun 1962 sampai 1963 perusahaan ini

menggabungkan diri dengan perusahaan perkebunan di sumatera utara. Dengan

demikian penggabungan kedua perusahaan ini terbentuk PT. PP. London Sumatra

Indonesia,Tbk.. Pada masa konfrontasi dengan Malaysia, terjadi konflik antara

pemerintah Inggris dengan Indonesia yang menyebabkan kaum buruh perkebunan

dan pemerintah Republik Indonesia berinisiatif mengambil alih kepengurusan

perusahaan untuk meneruskan aktifitas yang terkendala.

Selanjutnya pada tahun 1964 kepengurusan ini diserahkan kepada badan

pengawas pemerintah daerah. Tetapi dalam tahun tersebut terjadi lagi perubahan

berdasarkan ketetapan Presiden No.6 Tahun 1064 diadakan perjanjian ini mulai

berlaku tanggal 20 Maret 1968.

Isi perjanjian tersebut adalah :

1. Pengambilan hak milik kepada Harrison dan Crosfield Ltd di Sumatera Utara.

2. Kerjasama di bidang perkebunan karet, kelapa sawit, proyek pertanian lainnya

dan proyek bahan pangan.

Perjanjian berdasarkan :

1. Instruksi Presidium Kabinet No.28/ U/ IN/ 12/ 1966, tanggal 12 Desember 1966

dan semua peraturan lain yang berhubungan dengan pengendalian perusahaan-

perusahaan asing.

(26)

Anggaran Dasar perseroan mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan

terakhir terjadi pada tanggal 25 Juli 1967, sehubungan dengan perubahan Menteri

Kehakiman Republik Indonesia dengan surat keputusan No.C2- 6275. HT.01.04 tahun

1997. Sehubungan dengan perubahan Anggaran Dasar Perseroan sebagaimana diatur

oleh Undang- undang No.1/ 1995, perubahan nama perusahaan menjadi PT.PP.

London Sumatera Indonesia Tbk. Serta perubahan tempat kedudukan perusahaan

menjadi di Jakarta.

Perusahaan ini mengelola hak tanah perkebunan yang disebut Hak Guna

Usaha ( HGU ), berlaku selama 30 tahun dengan obsi pembaharuan. Semua Hak Guna

Usaha berakhir tahun 1998. Pada tanggal 31 Desember 1997 perusahaan telah

memperoleh kembali perpanjangan Hak Guna Usaha selama 25 tahun hingga tahun

2003.

3.2 Jenis Usaha

PT. PP. London Sumatra Indonesia, Tbk. (PT. LONSUM) merupakan salah satu

perkebunan yang masih membudidayakan tanaman karet selain kelapa sawit, kakao,

teh, kopi dan sebagai produsen benih kelapa sawit dan kakao. Operasional PT. PP.

London Sumatra Indonesia, Tbk. bergerak dalam bidang perkebunan yang terdiri

dari: Perkebunan kepala sawit, Perkebunan Karet, Perkebunan Coklat, Perkebunan

(27)

Perkebunan-perkebunan yang dimiliki oleh perusahaan ini tersebar diberbagai

daerah-daerah yaitu:

1. Daerah Langkat (Kebun Turangie, Kebun Namu Tongan, Kebun Pulau

Rambong, Kebun Bungara),

2. Daerah Serdang (Kebun Bagerpang, Kebun Sei. Merah)

3. Daerah Rampah (Kebun Rambong Sialang, Kebun Sei. Bulan, Kebun Bah

Bulian)

4. Daerah Asahan, Kebun Gunung Melayu)

5. Daerah Pulau Jawa (Kebun Kertasari, Kebun Baambessie)

6. Daerah Sulawesi (Kebun Balambessie, Kebun Palang Isang).

PT. PP. London Sumatra Indonesia, Tbk. juga melakukan pengelolahan yang

dilakukan dibeberapa pabrik yang terdapat ditiap-tiap daerah. Hal ini bertujuan

untuk mencapai effisiensi kerja yang menghemat biaya angkutan. Hasil perkebunan

dan pengolahan dari pabrik-pabrik yang akan dijual keluar negri maupun dalam negri

terdiri dari: minyak kelapa sawit, biji kelapa sawit, coklat, kopra dan teh.

3.3 Struktur Organisasi

Dalam menjalankan fungsi-fungsi dan tugas-tugas masing-masing serta

memperlancar aktifitas arus kerja perusahaan maka diperlukan struktur organisasi

yang jelas dalam menggambarkan departemen-departemen yang dapat membantu

(28)

wewenang setiap departemen dan bagaimana sebenarnya hubungan antara

departemen-departemen tersbut.

Bentuk struktur organisasi pada PT. PP. London Sumatra Indonesia, Tbk.

adalah struktur organisasi garis atau line organization yang menggambarkan

pembagian tugas, fungsi, tanggung jawab serta wewenang didalam perusahaan.

Tugas dan tanggung jawab dari masing- masing bagian atau departemen pada PT. PP. London Sumatera Indonesia, Tbk. dapat diketahui sebagai berikut :

1. Dewan Komisaris

a. Mempertimbangkan serta memutuskan laporan tahunan atau program kerja yang diajukan Presiden Direktur.

b. Menyetujui kebijaksanaan yang diambil oleh Presiden Direktur dalam menggunakan cadangan dana menurut cara yang terbaik.

c. Mengawasi jalannya perseroan 2. Presiden Direktur

a. Membuat perencanaan kerja

b. Menyusun kebijaksanaan dan strategi perusahaan 3. Direktur Produksi

a. Bertugas dan bertanggung jawab atas perancanaan dan pengaturan bidang produksi, baik kualitas maupun kuantitas

b. Membawahi semua pekerjaan yang dilaksankan oleh bagian produksi 4. Direktur Keuangan

a. Bertanggung jawab atas keuangan perusahaan

(29)

a. Mengadakan pengawasan kepada inspektur lapangan terhadap kepincangan yang terjadi dan dilakukan oleh staff dalam menjalankan tugas

b. Mengadakan pengawasan data dari perkebunan

6. Direktur Manajemen

a. Mengadakan perencanaan tenaga kerja, pendidikan, kenaikan perangkat, pemberhentian staff dan karyawan

b. Mengurus segala urusan kesekretariatan c. Bertindak sebagai Publik Relation perusahaan 7. Estate Departement

a. Membuat laporan tahunan, bulanan dan laporan rutin b. Mengatur peredaran uang tunai

c. Mengatur pemakaian modal 8. Training sector

a. Melaksanakan training untuk para staff dan karyawan b. Menyusun perencanaan kebutuhan training

9. Enginering Departement

a. Pembelian barang untuk pabrik b. Pemeliharaan mesin-mesin

c. Membuat peta lokasi pabrik dan kebun 10. Internal Audit

(30)

3.4 Kinerja Usaha Terkini

1. Produksi

Tingkat rata-rata rendemen CPO Lonsum pada tahun 2008, merupakan salah

satu yang tertinggi di dunia. Kegiatan operasional Lonsum mencakup pengelolaan

perkebunan dari tahap pengembangan hingga tahap produksi; pengoperasian pabrik

pengolahan minyak sawit dan produk turunan sawit, karet remah, biji kakao, kopi

dan teh, engineering dan sistem pengelolaan proyek maupun pengendalian seluruh

kegiatan perkebunan dan pabrik pengolahan, termasuk prasarana pendukungnya

seperti jalan, perumahan dan sarana umum di sekitar perkebunan. Selain itu, Lonsum

juga mengoperasikan fasilitas penelitian dan pengembangan yang berkonsentrasi

pada kegiatan pembibitan dan persemaian, proteksi tanaman, serta pengendalian

dampak lingkungan dan pencapaian proses pengembangan yang berkelanjutan.

a) Lahan perkebunan

Sejak tahun 2008 Lonsum telah mulai mengelola kembali lahan-lahan

perkebunan sawit dan karet yang sempat terabaikan. Lonsum memiliki dan

mengoperasikan areal perkebunan seluas 65.578 hektar yang tersebar di berbagai

penjuru nusantara, dan kini tengah mengupayakan pengembangan perkebunan

plasma seluas 31.553 hektar, yang hasilnya akan diolah di pabrik Lonsum sesuai

dengan perjanjian kontrak.

Perkebunan kelapa sawit merupakan lahan usaha Lonsum terbesar, dengan

(31)

Perkebunan karet meliputi lahan seluas lebih dari 17.600 hektar terutama terletak di

Sumatera Utara, Sumatera Selatan dan Sulawesi Selatan. Perkebunan kakao

mencakup areal seluas kurang lebih 4.400 hektar dari lahan yang ditanami, dan

perkebunan teh seluas hampir 600 hektar di dataran tinggi Jawa Barat yang subur.

Lebih dari 85% keseluruhan areal perkebunan karet, kakao dan teh berada

pada tahap menghasilkan. Sementara 27.359 hektar perkebunan kelapa sawit di

Sumatera Utara merupakan kebun produktif dengan prasarana yang sudah tertata

rapi. Sisanya seluas 9.277 hektar sebagian besar merupakan perkebunan kelapa sawit

yang baru mulai matang dalam berbagai tahap pengembangan di Sumatera Selatan

dan Kalimantan Timur.

Langkah konkrit ke arah sasaran tersebut di atas adalah membagi perkebunan

Lonsum menjadi beberapa Strategic Business Unit (SBU) dan menempatkan seorang

General Manager (GM) yang bertanggung jawab atas sasaran kinerja masing-masing

SBU. Pada tahun 2008, Perseroan menambah empat GM yang ditunjuk berdasarkan

proses seleksi yang ketat, sehingga jumlah keseluruhan GM menjadi sepuluh pada

akhir tahun tersebut. Salah seorang GM juga memiliki tanggung jawab fungsional

guna mengelola kebun sawit plasma Perseroan yang luas di Sumatera Selatan.

Prioritas utama dalam waktu dekat adalah memecahkan berbagai masalah

pertanahan yang diwarisi. Sebuah studi dilakukan sejak akhir tahun guna

mengupayakan terobosan dalam skema usaha plasma.

(32)

Salah satu tujuan utama pendekatan baru ini adalah untuk menyatukan

berbagai elemen dalam sistem transportasi dan penyimpanan ke dalam landasan

terpadu menyeluruh. Dengan landasan semacam ini tidak hanya akan meningkatkan

efektivitas dalam pengiriman komoditas Lonsum, namun juga dalam pengiriman

serta penyimpanan pupuk, peralatan dan suku cadang pabrik, bahan bakar solar, dan

segala yang dibutuhkan oleh perkebunan.

2. Pemasaran

Selesainya pembangunan instalasi tangki timbun Sei Lais di Palembang

menjadi awal upaya Lonsum mengalihkan basis penjualan CPO dari ex-pabrik

menjadi ex-tangki timbun, yang lebih menguntungkan. Komoditas yang dipasarkan

Lonsum merupakan hasil dari perkebunan yang dikelolanya sendiri, yaitu produk.

3. Penjualan

Keunggulan Lonsum dalam hal mutu dan penyediaan produk memungkinkan

Perseroan memperoleh pembiayaan penjualan yang menguntungkan dengan

jaminan piutang Perseroan.

a. Kantor Pemasaran Singapura

Di tahun 2008 Lonsum mengkoordinasikan seluruh kegiatan pemasaran dan

penjualannya melalui kantor Singapura, mengerahkan segenap daya untuk

mengembangkan pangsanya di pasar internasional. Lonsum tengah membangun

(33)

teh, terutama melayani pembeli dari kalangan industri seperti pialang komoditas

global, perusahaan pengolah makanan dan sebagainya.

b. Penjualan CPO

Pada tahun 2008 Lonsum berhasil melakukan diversifikasi pemasaran CPO

sehingga mampu meningkatkan jumlah pelanggan. Perkembangan ini berawal dari

selesainya pembangunan instalasi tangki timbun Sei Lais di Palembang, yang

merupakan langkah awal upaya Lonsum mengalihkan metode penjualan CPO di

Sumatera Selatan dari ex-pabrik ke ex-tangki timbun. Hasilnya, kami mampu

menambah jumlah pelanggan secara signifikan serta menikmati keuntungan dari

perolehan harga pasar CPO yang berlaku.

c. Penjualan Komoditas Lainnya

Penjualan karet, kakao dan teh di sepanjang tahun 2008 menunjukkan hasil

yang cukup menggembirakan meskipun masing-masing komoditas ini memiliki

prospek yang berbeda. Permintaan akan produk karet alam sedikit menurun akibat

lesunya pasar otomotif di Cina, yang merupakan pasar karet alam terbesar di dunia.

Sementara melonjaknya harga minyak bumi belakangan ini, tidak mempengaruhi

stabilitas harga karet alam, berbeda dengan harga karet sintetis yang terbawa naik.

Bumi belakangan ini, tidak mempengaruhi stabilitas harga karet alam, berbeda

dengan harga karet sintetis yang terbawa naik .

4. Penanganan Logistik

Pengelolaan informasi dan peningkatan sisi keamanan akan menjadi salah

(34)

yang baik dan benar, terutama dalam hal penanganan dan pengiriman tandan buah

segar kelapa sawit (TBS) dari perkebunan ke pabrik pengolahan, dan pengiriman CPO

dari pabrik ke tangki timbun, sangat mempengaruhi biaya operasional maupun mutu

CPO yang sampai ke tangan pelanggan.

Mutu CPO sangat bergantung pada rendahnya kandungan asam lemak bebas

(FFA), di mana kadar FFA akan meningkat apabila TBS tidak ditangani secara benar,

atau terlambat waktu pengirimannya ke pabrik pengolahan, dan pengiriman CPO dari

pabrik ke tangki timbun, sangat mempengaruhi biaya operasional maupun mutu CPO

yang sampai ke tangan pelanggan. Mutu CPO sangat bergantung pada rendahnya

kandungan asam lemak bebas (FFA), di mana kadar FFA akan meningkat apabila TBS

tidak ditangani secara benar, atau terlambat waktu pengirimannya ke pabrik.

Untuk itu, Lonsum berencana untuk merombak pengelolaan logistiknya

melalui pengembangan sistem terpadu yang memungkinkan Perseroan untuk

melakukan pengiriman tepat waktu, hemat biaya, namun tetap aman.

Pada tahun 2008, Lonsum diuntungkan oleh perubahan penyerahan CPO dari

ex-pabrik ke ex-tangki timbun, dengan berkurangnya rata-rata stok CPO di pabrik. Hal

ini dapat menekan biaya penyimpanan selain juga risiko penurunan mutu CPO.Upaya

penanganan dan pengelolaan transportasi maupun logistik terpadu akan

meningkatkan keunggulan Lonsum dengan semakin pendeknya jalur distribusi

sebagaimana telah diupayakan untuk produk CPO. Inisiatif ini akan mulai dijalankan

(35)

baru dalam menangani transportasi maupun logistik dengan berbagai keunggulan

strategis.

Sebagai langkah awal, Lonsum akan melakukan investasi pada pengadaan

armada truk maupun tongkang, yang sepenuhnya akan dikendalikan oleh Perseroan.

Armada pengangkutan Lonsum akan dilengkapi dengan sistem navigasi satelit (GPS)

agar mobilitas masing-masing kendaraan dapat dipantau setiap saat.

Peningkatan pengelolaan sistem informasi dan pengamanan akan menjadi

salah satu fitur utama dalam penanganan logistik dan transportasi terpadu, dan

merupakan suatu prioritas Rencana cetak biru bagi pengembangan teknologi

informasi Lonsum yang baru juga telah mencakup sistem informasi manajemen yang

menunjang kegiatan logistik terpadu.

5. Kinerja Saham LSIP & Perkebunan di BEJ

LSIP kembali terpilih menjadi salah satu saham pilihan yang membentuk

indeks harga saham LQ45 BEJ. Biro Direksi Lonsum mengelola komunikasi internal

maupun eskternal Perseroan.

Kebijakan dan prosedur tata kelola perusahaan di lingkungan Lonsum

diterapkan serta dipantau oleh Biro Direksi di bawah kendali langsung Presiden

Direktur. Selain aspek tata kelola, Direktorat tersebut juga mengawasi empat

departemen lainnya, yaitu Departemen Komunikasi Perusahaan, Hubungan Investor,

(36)

Kemasyarakatan. Keempat departemen ini berperan aktif dalam berbagai kegiatan di

sepanjang tahun 2008 dalam upaya untuk menyatukan visi dan nilai utama,

menyelaraskan organisasi dan operasional dengan visi yang baru, dan menumbuhkan

citra Perusahaan yang bertanggung jawab, tanggap perkembangan serta

menjanjikan.

6. Tanggung Jawab Pelaporan Keuangan

Laporan Keuangan dan semua informasi keuangan yang berkaitan dengan

Laporan Keuangan Tahunan disiapkan oleh Manajemen Lonsum. Dalam

pelaksanaannya, Manajemen menerapkan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan

melakukan penilaian serta estimasi terhadap hal-hal yang dirasa perlu.

Untuk memenuhi standar kebenaran dan kewajaran dari laporan dan segala

informasi ini, Manajemen menerapkan sistem pengawasan intern untuk memastikan

bahwa setiap transaksi dilakukan sesuai dengan otorisasi Manajemen, semua aktiva

yang dimiliki dilindungi dengan baik dan semua hal tersebut dicatat secara benar.

Unsur penting dari suatu penetapan kendali adalah dengan pemilihan, pelatihan dan

pengembangan personilnya termasuk di dalamnya pengawasan intern. Manajemen

percaya bahwa sistem pengawasan intern akan mendukung keandalan dan

(37)

BAB 4

ANALISA DAN EVALUASI

4.1 Data yang Diperoleh

Pada dasarnya data merupakan alat bagi pengambilan keputusan untuk memecahkan suatu persoalan. Keputusan dikatakan baik jika pengambilan keputusan tersebut

didasarkan atas data yang baik. Salah satu dari kegunaan data yaitu untuk memperoleh dan mengetahui gambaran tentang suatu keadaan atau permasalahan.

Untuk mengetahui gambaran keadaan atau permasalahan mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi hasil produksi kelapa sawit, penulis telah melakukan pengumpulan data, yaitu data yang diperoleh dari P.T. Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk. yaitu di Begerpang Estate dari tahun 2005-2010. Adapun datanya sebagai berikut :

Tabel 4.1 Data Hasil Produksi Kelapa Sawit, Luas Lahan (Ha) dan Curah Hujan (mm) Pengolahan dari tahun 2005-2010

Tahun Hasil Produksi (Ton) Luas Lahan (Ha) Curah Hujan (mm)

2005 81,045 3,092.10 1,557

2006 88,514 3,535.90 1,808

2007 98,981 3,848.60 1,943

(38)

2009 114,488 4,852.60 1,939

2010 102,305 4,649.41 2,044

Sumber : PT. PP. London Sumatra Indonesia 4.2 Persamaan Regresi Linear Ganda

Untuk mencari persamaan regresi, terlebih dahulu kita menghitung koefisien-koefisien regresinya dengan mencari penggandaan suatu variabel dengan variabel lain. Bentuk umum dari persamaan yang dicari adalah sebagai berikut :

+ + +…+

Maka untuk menentukan , , dan dibuat tabel sebagai berikut:

Tabel 4.2 Tabel Nilai- nilai Koefisien yang Diperlukan Untuk Memperoleh , , dan

Tahun

2005 81,045 3,092.10 1,557 9,561,082.41 2,424,249.00 4,814,399.70 250,599,244.50 126,187,065.00 6,568,292,025.00

2006 88,514 3,535.90 1,808 12,502,588.81 3,268,864.00 6,392,907.20 312,976,652.60 160,033,312.00 7,834,728,196.00

2007 98,981 3,848.60 1,943 14,811,721.96 3,775,249.00 7,477,829.80 380,938,276.60 192,320,083.00 9,797,238,361.00

2008 101,726 4,915.90 1,763 24,166,072.81 3,108,169.00 8,666,731.70 500,074,843.40 179,342,938.00 10,348,179,076.00

2009 114,488 4,852.60 1,939 23,547,726.76 3,759,721.00 9,409,191.40 555,564,468.80 221,992,232.00 13,107,502,144.00

2010 102,305 4,649.41 2,044 21,617,013.35 4,177,936.00 9,503,394.04 475,657,890.05 209,111,420.00 10,466,313,025.00

Total 587,059 24,894.51 11,054 106,206,206.10 20,514,188.00 46,264,453.84 2,475,811,375.95 1,088,987,050.00 58,122,252,827.00

Dengan :

= Hasil Produksi Kelapa Sawit

= Luas Tanah

(39)

n = Banyak Data

Dari tabel di atas didapat nilai-nilai :

= 587,059

= 24,894.51

= 11,054

= 106,206,206.10

= 20,514,188.00

= 46,264,453.84

= 2,475,811,375.95

= 1,088,987,050.00

= 58,122,252,827.00

(40)

Dari sistem persamaan :

= n + +

= + +

= + +

Maka akan didapat persamaan sebagai berikut :

587,059 = 6 + 24,894.51 + 11,054 (1) 2,475,811,375.95 = 24,894.51 + 106,206,206.10 + 46,264,453.84 (2) 1,088,987,050.00 = 11,054 + 46,264,453.84 + 20,514,188.00 (3) Bila diselesaikan dengan mtode eliminasi :

Persamaan 1 dan 2

587,059 = 6 + 24,894.51 + 11,054 {x 24,894.51} 2,475,811,375.95= 24,894.51 + 106,206,206.10 + 46,264,453.84 { x 6}

Menjadi :

14,614,546,146.09 = 149,367.06 + 619,736,628.14 + 275,183,913.54

14,854,868,255.70 = 149,367.06 + 637,237,236.60 + 277,586,723.04

__________________________________________________________________ _

-240,322,109.61 = 0 - 17,500,608.46 - 2,402,809.50 (4)

Persamaan 1 dan 3

(41)

Menjadi :

577,448,248,030,965.00 = 42,050,628,263,229.20 + 5,773,493,493,290.54 780,039,115,344,028.00 = 42,050,628,263,229.20 +15,649,254,092,144.10 __________________________________________________________________ _ -202,590,867,313,063.00 = 0 - 9,875,760,598,853.58 Maka diperoleh :

= 20.51

Untuk memperoleh digunakan persamaan 4 dengan memasukkan nilai

-240,322,109.61 = -17,500,608.46 - 2,402,809.50

-240,322,109.61 = -17,500,608.46 - 2,402,809.50 (20.51)

-240,322,109.61 = -17,500,608.46 - 49,291,115.93

(42)

Maka diproleh :

= 10.92

Untuk memperoleh digunakan persamaan 1 dengan memasukkan nilai dan

587,059 = 6 + 24,894.51 + 11,054

587,059 = 6 + 24,894.51 10.92 ) + 11,054 20.51)

587,059 = 6 + 271,740.44 + 226,761.21

-6 = 271,740.44 + 226,761.21 - 587,059

-6 = - 88,557.35

Maka diperoleh :

= 14,759.56

Sehingga persamaan regresi linear yang didapat adalah :

+ +

14,759.56 +10.92 +20.51

(43)

Untuk mengetahui apakah sekelompok variabel bebas secara bersamaan mempunyai pengaruh terhadap variabel tak bebas. Maka kita melakukan uji F dengan menggunakan statistik F.

Dalam pengujian persamaan regresi terutama menguji hipotesis tentang parameter koefisien regresi secara keseluruhan, perlu dikemukakan langkah-langkah sebagai berikut :

5. Hipotesa

= = 0 :Tidak ada pengaruh luas lahan dan curah hujan terhadap produksi kelapa sawit.

Ada pengaruh luas lahan dan curah hujan terhadap produksi kelapa sawit.

6. Taraf nyata yang digunakan adalah sebesar α = 0.05 atau 5 %.

7. Daerah kritis : F > ;F >

Dari tabel dstribusi F diperoleh : = 9.55

Sehingga daerah kritis : F > 9.55

8. Statistik F dihitung dengan menggunakan rumus :

F =

Untuk itu kita memerlukan nilai-nilai tabel sebagai berikut :

Tabel 4.3 Nilai-nilai yang diperlukan untuk uji regresi linier berganda

Tahun

2005 81,045 3,092.10 1,557 9,561,082.41 2,424,249.00 4,814,399.70 250,599,244.50 126,187,065.00

2006 88,514 3,535.90 1,808 12,502,588.81 3,268,864.00 6,392,907.20 312,976,652.60 160,033,312.00

(44)

2008 101,726 4,915.90 1,763 24,166,072.81 3,108,169.00 8,666,731.70 500,074,843.40 179,342,938.00

2009 114,488 4,852.60 1,939 23,547,726.76 3,759,721.00 9,409,191.40 555,564,468.80 221,992,232.00

2010 102,305 4,649.41 2,044 21,617,013.35 4,177,936.00 9,503,394.04 475,657,890.05 209,111,420.00

Total 587,059 24,894.51 11,054 106,206,206.10 20,514,188.00 46,264,453.84 2,475,811,375.95 1,088,987,050.00

Y-Ŷ (

6,568,292,025.00 80,459.36 585.64 342,971.87

7,834,728,196.00 90,453.67 -1,939.67 3,762,311.95

9,797,238,361.00 96,637.20 2,343.80 5,493,389.06

10,348,179,076.00 104,600.32 -2,874.32 8,261,703.97

13,107,502,144.00 107,518.84 6,969.158 48,569,163.23

10,466,313,025.00 107,453.56 -5,148.56 26,507,641.24

58,122,252,827.00 587,122.95 - 63.95 92,937,181.32

= +

=10.92 (40,053,684.94) + 20.51 (7,428,685.67)

= 589,748,582.51

(45)

disebabkan karena jumlah sampel (n) yang diambil belum cukup untuk mewakili gambaran produksi kelapa sawit.

4.4 Koefisien Determinasi

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh luas lahan dan curah hujan terhadap hasil produksi kelapa sawit, maka akan dilakukan perhitungan sebagai berikut :

=

=

= 0.8640

Untuk koefisien korelasi ganda dapat dicari = 0.8640

R =

R = 0.9295

Dari hasil perhitungan didapat korelasi positif yaitu sebesar 0.9295yang menunjukkan bahwa antara variabel X dan Y berhubungan secara positif dengan tingkat hubungan yang tinggi dan kuat. Besar hubungannya ditentukan oleh nilai koefisien determinasi sebesar 0.8640 atau sebesar 86.40%.

4.5 Perhitungan Korelasi Antara Variabel Y dengan dan

(46)

0.8977

4.5.2 Koefisien Korelasi Antara Y dan

(47)

(48)

BAB 5

IMPLEMENTASI SISTEM

5.1 Pengertian Implementasi Sistem

Implementasi sistem adalah tahapan hasil desain tertulis kedalam programming dengan menggunakan perangkat lunak (software) sebagai implementasi ataupun prosedur untuk menyelesaikan desain system, yang mana dalam hal ini implementasi sistem digunakan untuk menganalisa data-data yang dianggap mempengaruhi hasil produksi kelapa sawit di Kebun Bagerpang PT. PP. London Sumatra Indonesia Tbk.

Adapun implementasi yang digunakan untuk menganalisa hubungan ataupun pengaruh hasil produksi kelapa sawit adalah SPSS. Diharapkan dengan penggunakan SPSS ini dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam hal :

1. Pemahaman bentuk elemen dari lembar kerja SPSS 2. Menganalisa data dan lembar kerja

(49)

5.2 Peranan Komputer dalam Statistika

Komputer memegang peranan yang sangat penting dalam statistika. Komputer bekerja secara efisien dalam pengolahan data mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1. Jumlah Input yang besar

Jumlah input yang besar akan dapat diolah komputer dengan mudah semudah kita mengolah data yang jumlahnya sedikit sehingga komputer akan dapat bekerja secara efisien pada pengolahan data dengan menggunakan input yang besar.

2. Proyek yang Repetitif

Perintah pengolahan yang beruang-ulang akan lebih efisien dengan menggunakan komputer, karena disini perintah hanya dilakukan satu kali kemudian diulang-ulang ( di-copy ) untuk menjalankan perintah pengolahan yang lain.

3. Diperlukan Kecepatan Tinggi

Komputer dapat melakukan proses pengolahan jumlah data yang besar dalam waktu yang singkat. Jumlah data yang besar dan sedikit akan sama cepatnya diolah oleh komputer, yang membedakannya hanya pada proses pemasukan data saja.

4. Diperlukan Ketepatan yang Tinggi

Komputer yang telah terprogram dengan benar akan melakukan proses pengolahan yang tepat. Kesalahan informasi yang mungkin dihasilkan hanya terjadi pada proses pemasukan data saja.

5. Pengolahan Hal yang Kompleks

(50)

SPSS sebagai software statistik, pertama kali dibuat tahun 1968 oleh tiga mahasiswa Standford University, yang dioperasikan pada komputer mainframe. SPSS yang tadinya ditujukan bagi pengolah data statistik untuk ilmu social ( SPSS saat itu adalah singkatan dari Statistical package for the social sciences), sekarang diperluas untuk melayani berbagai user, seperti untuk proses produksi di pabrik, riset ilmu-ilmu sains dan lainnya. Sehingga sekarang kepanjangan SPSS adalan Statistical Product and Services Solutions. Kelebihan progaram ini adalah kita dapat melakukan secara lebih cepat semua perhitungan statistik dari yang sederhana sampai yang rumit sekalipun yang jika kita lakukan secara manual akan memakan waktu yang lebih lama.

5.3 Mengoperasikan SPSS

Adapun langkah-langkah pengolahan data dengan menggunakan program SPSS adalah :

5.3.1 Mengaktifkan Program SPSS pada Windows

Setelah program SPSS for windows terinstal di komputer, cara memulai SPSS adalah sebagai berikut :

(51)

Gambar 5.1 Tampilan saat membuka aplikasi SPSS pada windows

5.3.2 Pemasukan Data

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

Buka lembar kerja baru dari menu file, pilih new lalu klik data. Pada menu data View isilah kolom dengan ketentuan data yang akan diperoleh. Pada pemasukan data view hanya akan didefinisikan seperlunya saja.

1. Input variabel X1i (Luas Lahan) 1. Name

Letakkan pointer pada kolom name, klik ganda pada sel tersebut dan ketik X1i. 2. Type

Pilihan type untuk mendefinisikan tipe variabel apakah bersifat numeric dan string. Karena X1i berupa angka, maka klik kotak kecil sel tersebut lalu pilih

(52)

3. Widht

Pilihan widht digunakan untuk menentukan panjang pendeknya variabel. Untuk keseragaman ketik 8.

4. Decimal

Pilihan decimal untuk menuliskan jumlah decimal di belakang koma. Untuk keseragaman pilih 2.

5. Label

Pilihan label digunakan untuk menuliskan label variabel. Maka untuk X1i ketik Luas Lahan.

6. Measure

Pilihan measure untuk menentukan skala pengukuran. Maka untuk X1i pilih scale.

2. Input variabel X2i (Curah Hujan) 1. Name

Letakkan pointer pada kolom name, klik ganda pada sel tersebut dan ketik X2i. 2. Type

Pilihian type untuk mendefinisikan tipe variabel apakah bersifat numeric dan string. Karena X2i berupa angka, maka klik kotak kecil sel tersebut lalu pilih

numeric. 3. Widht

(53)

4. Decimal

Pilihan decimal untuk menuliskan jumlah decimal di belakang koma. Untuk keseragaman pilih 2.

5. Label

Piliha label digunakan untuk menuliskan label variabel. Maka untuk X2i ketik curah hujan.

6. Measure

Pilihan measure untuk menentukan skala pengukuran. Maka untuk X2i pilih scale.

3. Input Variabel Yi (Jumlah Produksi) 1. Name

Letakkan pointer pada kolom name, klik ganda pada sel tersebut dan ketik Yi. 2. Type

Pilihan type untuk mendefinisikan tipe variabel apakah bersifat numeric dan string. Karena Yi berupa angka, maka klik kotak kecil sel tersebut lalu pilih

numeric. 3. Widht

Pilihan widht digunakan untuk menentukan panjang pendeknya pilihan. Untuk keseragaman ketik 8.

4. Decimal

(54)

5. Label

Pilihan label digunakan untuk menuliskan label variabel. Maka untuk Yi ketik Jumlahn Produksi.

6. Measure

Pilihan measure untuk menentukan skala pengukuran. Maka untuk Yi pilih scale.

Variabel View dapat dilihat pada gambar 5.2 di bawah ini.

Gambar 5.2 Tampilan jendela variabel View

(55)

Gambar 5.3 tampilan data pada data view setelah datanya sudah di ketik.

5.3.3 Menyimpan Data

Untuk menyimpan data yang telah diketik ke dalam SPSS data editor tersebut, maka langkah selanjutnya adalah menyimpan file tersebut. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Dari menu SPSS pilih menu File ( Ctrl + S ), kemudian sorot save as. 2. Beri nama file tersebut.

3. Setelah menemukan direktori yang dituju, klik save.

5.4 Analisis Regresi dengan SPSS

(56)

1. Buka file, pilih analyze, Regression, linear... akan tampilan seperti gambar 5.4 berikut:

2. Masukkan variabel :

Yipada kotak dependent

(57)

Tampilan outputnya dapat dilihat pada lampiran.

5.5 Analisis Korelasi dengan SPSS

Adapun langkah-langkah analisis korelasi dalam SPSS adalah sebagai berikut :Buka

(58)

1. Masukkan Variabel Yi, X1i, X2i, kedalam kotak Variables... tampilannya adalah seperti gambar 5.7 di bawah ini.

2. Abaikan pilihan yang lain, lalu klik Ok.

(59)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari data yang telah dianalisis, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Model persamaan regresi linier berganda untuk analisis faktor yang mempengaruhi hasil produksi sawit di Kebun Bagerpang PT. PP. London Sumatra Indonesia Tbk. adalah :

14,759.56 +10.92 +20.51

Konstanta sebesar 14,759.56 menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan nilai dari variabel dan variabel maka hasil produksi kelapa sawit (Y) adalah 14,759.56. koefisien regresi ganda sebesar 10.92 dan 20.51 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda positif) satu nilai atau nilai luas lahan dan curah hujan akan memberikan kenaikan hasil produksi sebesar 10.92 dan 20.51. 2. Uji regresi linier berganda adalah :

Dari hasil perhitungan di atas dapat dilihat bahwa < ,yaitu 9.528 < 9.55, maka diterima. Hal ini berarti bahwa regresi linear ganda Y atas dan

bersifat tidak nyata atau persamaan regresi yang diperoleh belum layak digunakan untuk memprediksi rata-rata Y jika dan diketahui.

(60)

tingkat hubungan yang tinggi dan kuat. Besar hubungannya ditentukan oleh nilai koefisien determinasi sebesar 0.8640 atau sebesar 86.40%, ini berarti meningkat atau menurunnya produksi kelapa sawit dapat dijelaskan oleh faktor luas lahan dan curah hujan, sedangkan 13.60% dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain. 4. Dari hasil koefisien korelasi parsial antara dengan Y dan antara dengan Y,

diperoleh bahwa :

Nilai koefisien korelasi antara dengan Y adalah 0.8977. Hal ini berarti faktor luas lahan memberikan pengaruh yang kuat terhadap hasil produksi

kelapa sawit.

Nilai koefisien korelasi antara dengan Y adalah 0.7366. Hal ini

berarti faktor curah hujan memberikan pengaruh yang sedang terhadap hasil produksi kelapa sawit.

6.2 Saran

1. Jika ingin melihat apakah terdapat pengaruh antara usaha yang dibuat dengan meningkatnya produksi kelapa sawit, peneliti dapat menggunakan regresi linier berganda.

2. Untuk dapat menganalisa seberapa besar pengaruh faktor-faktor yang ada dalam meningkatkan produksi kelapa sawit, petugas penelitian dapat menggunakan perhitungan analisis korelasi.

(61)

kedua hal ini perlu diperhatikan untuk memaksimalkan produksi kelapa sawit. Namun tidak hanya kedua faktor tersebut yang dapat mempengaruhi tingginya produksi sawit, ada faktor-faktor lain yang mendukung, seperti pemberian pupuk, bibit yang baik, perawatan yang intensif serta pembasmian hama yang dapat merusak tanaman tersebut.

(62)

DAFTAR PUSTAKA

Dixon, J. W. – Massey, J. F, Jr. 1997. Pengantar Analisa Statistik. Terjemahan Dra. Sri Kustamini Samiyono. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sudjana. 1992. Metoda Statistika. Edisi kelima. Bandung: Tarsito. Supranto, Johannes. 2005. Ekonometri. Bogor: Ghalia Indonesia.

Wisiboso, Yusuf.2005. Metode Statistika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Algivari. 2000. Analisa Regresi. Yogyakarta: BPFF

Iswardono. 2001. Sekelumit Analisa Regresi Korelasi. Yogyakarta: BPFE.

(63)

Tampilan Output SPSS :

Jumlah Produksi Luas Lahan Curah Hujan

Jumlah Produksi Pearson Correlation 1 .898* .737

Sig. (2-tailed) .015 .095

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Regression

(64)

Model Summary

a. Predictors: (Constant), Curah Hujan, Luas Lahan

Model Summaryb

a. Predictors: (Constant), Curah Hujan, Luas Lahan b. Dependent Variable: Jumlah Produksi

Coefficientsa

Gambar

Tabel 4.1 Data Hasil Produksi Kelapa Sawit, Luas Lahan (Ha) dan Curah Hujan (mm)
Tabel 4.2 Tabel Nilai- nilai Koefisien yang Diperlukan Untuk Memperoleh , , dan
Tabel 4.3 Nilai-nilai yang diperlukan untuk uji regresi linier berganda
Gambar 5.1 Tampilan saat membuka aplikasi SPSS  pada windows
+3

Referensi

Dokumen terkait

prosedur ulangan akhir semester, meskipun tidak dapat menjelaskan konsepnya.. 3) Guru dapat menjelaskan konsep dan aplikasi ulangan akhir semester, tapi tidak melaksanakannya.

[r]

4 Palu, Panitia Pengadaan Barang dan Jasa berdasarkan Surat Keputusan Kepala LPMP Propinsi Sulawesi Tengah Nomor 7450/F42/KP/2012 tanggal 19 Desember 2012 setelah

[r]

Sehubungan dengan Tahapan Evaluasi pekerjaan Jasa Konsultansi Perencanaan Gedung Studen Center IAIN Ambon, maka bersama ini kami mengundang saudara(i) untuk menghadiri

o l. D&amp;Q@n kata Islin, pihak terikart lmtuk mematuhi kontrak yang telah mereh buat.. Ti&amp; Meh misahya jual beli sebuah mobil saja, tanpa penjelwsan lebih

[r]

Untuk variabel kinerja, hasil kinerja yang dicapai tidak terdapat masalah tetapi yang menjadi masalah dominan adalah masih banyak karyawan yang mendapatkan teguran