ii Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Studi Deskriptif Mengenai Self-Efficacy pada atlet basket putri divisi I di kota Bandung. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran mengenai derajat Self-Efficacy pada atlet basket putri divisi I di kota Bandung.
Jumlah responden penelitian ini adalah atlet basket putri yang berusia 18-25 tahun dan masih tergabung dalam tim basket tingkatan Divisi I di kota Bandung sebanyak 72 orang. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling. Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui Self-Efficacy adalah alat ukur yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori Bandura, validitas berkisar antara 0,423 sampai 0,771 dengan menggunakan rumus korelasi Pearson C dan reliabilitas 0.797 dengan menggunakan uji statistic Alpha Cronbach.
Berdasarkan hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa Self-Efficacy pada atlet basket putri divisi I di kota Bandung, sebagai berikut: 66,7% memiliki self-efficacy yang tinggi dan 33,3% memiliki self efficacy rendah.
vi Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan Pembimbing………..………..i
Halaman Abstrak………...………..……….ii
Halaman Kata Pengantar………...………iii
Halaman Daftar Isi………...……….….vi
Halaman Daftar Tabel…………...………x
Halaman Daftar Bagan………..………...xi
Halaman Daftar Lampiran………..…xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah………...………..1
1.2Identifikasi Masalah………..14
1.3Maksud penelitian………..14
1.4Tujuan Penelitian……….………..15
1.5Kegunaan Penelitian………..15
1.4.1 Kegunaan Teoritis………..………...15
1.4.2 Kegunaan Praktis………..15
1.6Kerangka Pikir………...16
vii Universitas Kristen Maranatha
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Belief……….26
2.2 Self-Efficacy………...26
2.2.1 Definisi Self-Efficacy………26
2.2.2 Sumber Self-Efficacy………28
2.2.3 Struktur Self-Efficacy………33
2.2.4 Proses-proses Self-Efficacy………...34
2.2.5 Keterkaitan Self-efficacy dalam Self-confidence………..37
2.3 Psikologi Olahraga………42
2.3.1 Pengertian Psikologi Olahraga……….42
2.3.2 Aspek-aspek Psikologis yang berperan dalam Olahraga………..……43
2.3.3 Motivasi dalam Olahraga………..52
2.3.4 Atlet, Pelatih, & Lingkungan………54
2.3.5 Perkembangan Atlet Basket Usia 18-25 tahun……….…………58
2.4 Olah Raga Bola Basket...59
2.4.1 Definisi...59
2.4.2 Unsur Kebugaran Tubuh...59
2.4.3 Teknik Dasar Olah Raga Bola Basket...62
2.5 Masa Dewasa Awal………...65
2.5.1 Definisi………65
viii Universitas Kristen Maranatha
2.5.3 Perkembangan Kognitif...68
2.5.4 Perkembangan Sosial...69
BAB III METODOLOGI PENELTIAN 3.1 Rancangan Penelitian……….71
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional………....71
3.2.1 Variabel Penelitian………71
3.2.2 Definisi Konseptual………..72
3.2.3 Definisi Operasional……….72
3.3 Alat Ukur………...73
3.3.1 Alat Ukur Self Efficacy……….73
3.3.2 Data Pribadi dan Data Penunjang………....76
3.4 Uji coba Alat Ukur…….………...77
3.4.1 Validitas………....77
3.4.2 Reliabilitas………....78
3.5 Subjek Penelitian………..……….78
3.5.1 Populasi Sasaran………...78
3.5.2 Karakteristik Populasi………..79
3.5.3 Teknik Pengambilan Sampel………...79
ix Universitas Kristen Maranatha
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Responden………80
4.1.1 Gambaran Responden berdasarkan Usia………..80
4.1.2 Gambaran responden berdasarkan lamanya mengikuti pelatihan di tim Basket………...81
4.2 Hasil Penelitian………..82
4.2.1 Derajat self-efficacy………..82
4.2.2 Tabulasi Silang Antara Derajat Self-efficacy dengan Aspek………82
4.3 Pembahasan………...83
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………91
5.2 Saran………..93
5.2.1 Saran Untuk Penelitian Lanjutan………..………93
5.2.2 Saran Guna Laksana……….93
DAFTAR PUSTAKA…...……...……….………..95
DAFTAR RUJUKAN…………..………..….97
x Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Aspek, Indikator, Item………..74
Tabel 3.2 Skor Jawaban………76
Tabel 4.1 Gambaran responden berdasarkan usia………80
Tabel 4.2 Gambaran responden berdasarkan lamanya mengikuti pelatihan...81
Tabel 4.3 Derajat self-efficacy………..82
xi Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Skema Kerangka Pikir………24
xii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Self-efficacy Tabel Validitas
Tabel Reliabilitas
LAMPIRAN 2 Kata Pengantar Kuesioner, Kuesioner Data Penunjang dan Kuesioner
Self-efficacy
Kata Pengantar kuesioner Kuesioner Data Penunjang Kuesioner Data Penunjang
LAMPIRAN 3 Skor Kuesioner Data Penunjang Tabel skor kuesioner
LAMPIRAN 4 Skor Kuesioner Self-efficacy Tabel skor kuesioner
LAMPIRAN 5 Data Karakteristik Populasi Tabel Data Karakteristik
LAMPIRAN 6 Tabulasi Silang Identitas dengan Self-efficacy
Tabel 4.5 Tabulasi silang antara Usia responden dan Self-efficacy
xiii Universitas Kristen Maranatha
LAMPIRAN 7 Tabulasi Silang Data Penunjang dengan Self-efficacy
Tabel 4.7 Tabulasi silang antara Pengalaman hambatan dan Self-efficacy Tabel 4.8 Tabulasi silang antara Frekuensi hambatan dan Self-efficacy Tabel 4.9 Tabulasi silang antara Jenis hambatan dan Self-efficacy
Tabel 4.10 Tabulasi silang antara Pengalaman keberhasilan dan Self-efficacy Tabel 4.11 Tabulasi silang antara Frekuensi keberhasilan dan Self-efficacy Tabel 4.12 Tabulasi silang antara Jenis keberhasilan dan Self-efficacy Tabel 4.13 Tabulasi silang antara Teman yang menjadi panutan
dan Self-efficacy
Tabel 4.14 Tabulasi silang antara Senior yang menjadi panutan dan Self-efficacy
Tabel 4.15 Tabulasi silang antara Dampak keberhasilan yang menjadi panutan dan Self-efficacy
Tabel 4.16 Tabulasi silang antara Dampak kegagalan yang menjadi panutan dan Self-efficacy
Tabel 4.17 Tabulasi silang antara Figur yang memberi dukungan dan Self-efficacy
Tabel 4.18 Tabulasi silang antara Dampak dukungan dan Self-efficacy
Tabel 4.19 Tabulasi silang antara Frekuensi menerima pujian dan Self-efficacy Tabel 4.20 Tabulasi silang antara Dampak pujian dan Self-efficacy
xiv Universitas Kristen Maranatha
Tabel 4.22 Tabulasi silang antara Kondisi fisik yang sehat dan Self-efficacy Tabel 4.23 Tabulasi silang antara Kondisi fisik yang sakit dan Self-efficacy LAMPIRAN 8 Tabulasi Silang Aspek-aspek Self-efficacy dengan Self-efficacy
Tabel 4.24 Tabulasi silang antara Aspek Pilihan dan Self-efficacy Tabel 4.25 Tabulasi silang antara Aspek Usaha dan Self-efficacy Tabel 4.26 Tabulasi silang antara Aspek Daya tahan dan Self-efficacy Tabel 4.27 Tabulasi silang antara Aspek Penghayatan Perasaan
LAMPIRAN 1
Hasil Perhitungan Validitas dan
Validitas
ITEM KOEFISIEN KETERANGAN ITEM KOEFISIEN KETERANGAN
1 0.687116 Diterima 25 0.558662 Diterima
Cronbach's Alpha N of Items
LAMPIRAN 2
KATA PENGANTAR
Saya adalah mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Sekarang saya sedang menyusun sebuah skripsi dengan judul Studi Deskriptif Mengenai Self-Efficacy Pada Atlet Basket Putri Divisi I yang akan masuk dalam tim Kobanita di kota Bandung. Adapun tujuan dari penelitian saya ini adalah untuk memperoleh pemahaman yang lebih dalam mengenai self-efficacy pada Atlet Basket Putri Divisi I yang akan masuk dalam tim Kobanita. Untuk keperluan tersebut, saya bermaksud meminta sedikit waktu dan kesediaan saudara untuk membantu saya mengisi kuesioner ini.
Setiap jawaban maupun keterangan saudara dalam kuesioner ini akan saya jaga kerahasiaannya dan tidak akan dipublikasikan. Semua data yang saya ambil hanya untuk keperluan penelitian.
Atas kesediaan dan kerjasama saudara dalam mengisi kuesioner ini, saya ucapkan terima kasih.
IDENTITAS
Usia :
Lama Bergabung dalam Klub Basket :
PETUNJUK PENGISIAN
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang paling sesuai dengan keadaan diri saudara. Jika saudara memilih jawaban selain pilihan yang diberikan, mohon saudara tuliskan jawaban saudara di sampingnya. Untuk pertanyaan isian, isilah pertanyaan-pertanyaan tersebut sesuai dengan keadaan diri saudara secara singkat dan jelas. Jika sudah selesai periksalah kembali supaya tidak ada yang terlewat.
PERTANYAAN
1. Apakah saudara pernah mengalami hambatan ? A. Tidak pernah
B. Pernah, Seberapa sering saudara mengalami hambatan tersebut ? a. sering sekali
b. sering c. jarang d. jarang sekali
A, Cedera terkilir pada tangan ataupun kaki
B. Kesulitan dalam menebak strategi permainan lawan C. Cemas saat dihadapkan pada lawan yang lebih unggul D... 3. Apakah saudara pernah mengalami keberhasilan ?
A. Tidak pernah
B. Pernah, Seberapa sering saudara mengalami keberhasilan tersebut ? a. sering sekali
b. sering c. jarang d. jarang sekali
4. Jika pernah, keberhasilan apa saja yang telah saudara hadapi selama berlatih basket untuk masuk dalam tim Kobanita ?
a.Mampu melakukan sparing partner dengan baik
b.Konsisten untuk selalu datang berlatih basket sesuai jadwal
c.Yakin mampu menggunakan strategi yang tepat untuk dapat mengalahkan tim lawan
5. Apakah saudara memiliki teman yang menjadi panutan saudara untuk masuk dalam tim Kobanita ?
6. Apakah saudara memiliki senior yang menjadi panutan saudara untuk masuk dalam tim Kobanita ?
b. Ya c. Tidak
7. Dampak keberhasilan teman menurut saudara……
b. Meningkatkan keyakinan saudara untuk lebih giat berusaha lagi c. Menurunkan keyakinan saudara
d. Tidak berpengaruh apapun
8. Dampak kegagalan teman menurut saudara……
b. Meningkatkan keyakinan saudara untuk lebih giat berusaha lagi c. Menurunkan keyakinan saudara
d. Tidak berpengaruh apapun
9. Siapakah yang sering memberi support atau dukungan kepada saudara untuk masuk dalam tim Kobanita ?
b. Keluarga
c. Teman klub basket
d. Teman senior klub Basket e. Pelatih
10. Bagaimana support atau dukungan orang tersebut mempengaruhi saudara dalam berlatih basket untuk masuk dalam tim Kobanita ?
b. Meningkatkan keyakinan akan keberhasilan c. Menurunkan keyakinan akan keberhasilan
11. Seberapa sering saudara menerima pujian atas keberhasilan yang dicapai? b. Sering
c. Jarang d. Tidak pernah
12. Apakah pujian atas keberhasilan saudara meningkatkan keyakinan saudara akan kemampuan untuk masuk dalam tim Kobanita ?
b. Ya c. Tidak
13. Apakah suasana hati (mood) saudara mempengaruhi keyakinan saudara dalam berlatih basket ?
b. Ya, cara saudara mengatasinya : a. berlatih lebih keras
b. melakukan hal-hal yang disukai terlebih dulu, setelah itu baru berlatih basket
c. ………
14. Sejauh mana kondisi fisik yang sehat mempengaruhi saudara untuk masuk dalam tim Kobanita
b. Meningkatkan keyakinan akan kemampuan berlatih dan performanya c. Meningkatkan keyakinan akan kemampuan berlatih namun tidak
berpengaruh pada performa d. Tidak berpengaruh apapun
15. Sejauh mana kondisi fisik yang sakit mempengaruhi saudara untuk masuk dalam tim Kobanita
b. Menurunkan keyakinan akan kemampuan berlatih dan performanya c. Menurunkan keyakinan akan kemampuan berlatih namun tidak
PETUNJUK PENGISIAN
Bacalah baik-baik pernyataan-pernyataan di bawah ini, lalu berikanlah tanda check list ( √ ) pada kolom yang paling sesuai dengan diri saudara.
Contoh:
No Pernyataan Y CY KY TY
1. Saya akan mendapatkan skor tertinggi pada saat pertandingan basket
Keterangan: Y = Yakin
CY = Cukup Yakin KY = Kurang Yakin TY = Tidak Yakin
Jika saudara merasa pernyataan itu sesuai dengan diri saudara, maka berilah tanda check list ( √ ) pada kolom Y.
No PERNYATAAN Y CY KY TY 1. Saya yakin mampu berlatih dengan rajin dan datang
tepat waktu untuk masuk dalam tim Kobanita
2. Saya yakin mampu memperbaiki kelemahan dalam berlatih basket dan mengasah potensi yang saya miliki
3. Saya yakin akan kemampuan saya dalam meraih prestasi dalam pertandingan Divisi yang diadakan antar tim
4. Saya yakin mampu berusaha melakukan pemanasan / latihan terlebih dahulu dengan serius untuk memenangkan pertandingan
5. Saya yakin akan kemampuan saya dalam berusaha mencari sendiri kelemahan dan kegagalan yang saya alami untuk masuk dalam tim Kobanita dan berlatih sendiri sampai saya bisa melakukannya
6. Saya yakin mampu mempersiapkan diri sebaik-baiknya dan berlatih dengan rajin sebelum pertandingan basket berlangsung
basket dengan lebih baik melalui keseriusan dan ketahanan dalam berlatih
8. Kegagalan yang saya alami akan mengembangkan kemampuan saya dalam berlatih basket untuk masuk tim Kobanita
9. Saya yakin mampu bertahan untuk tetap menguasai strategi dan gerakan dasar yang sebenarnya telah dikuasai ketika menjalani pertandingan yang ketat 10. Saya yakin tidak cepat putus asa dalam mempelajari
gerakan-gerakan dalam basket untuk menyusun strategi menyerang lawan
11. Saya yakin tidak merasa stress dalam menghadapi kekurangan, kelemahan, dan kegagalan yang saya alami dalam berlatih basket untuk masuk tim Kobanita
12. Saya merasa puas saat memenangkan pertandingan Divisi I
13. Saya yakin mampu memenangkan pertandingan untuk masuk dalam tim Kobanita
15. Saya yakin akan kemampuan saya untuk mendapatkan skor tertinggi pada saat pertandingan basket
16. Saya yakin mampu memaksimalkan usaha saya dalam berlatih basket untuk masuk dalam tim Kobanita
17. Saya yakin akan kemampuan saya dalam berusaha segera untuk memperbaiki kekurangan, kelemahan, dan kegagalan yang saya alami untuk masuk tim Kobanita
18. Saya yakin mampu memperoleh skor yang memuaskan saat menghadapi pertandingan melalui usaha saya selama ini dalam berlatih basket
19. Saya yakin mampu bertahan untuk berhasil memenangkan pertandingan berturut-turut dan masuk dalam tim Kobanita
21. Impian saya untuk menjadi atlet professional dapat tercapai dengan berlatih terus-menerus
22. Saya merasa tidak cemas ketika saya mengalami cidera pada lutut saat berlatih basket
23. Saya yakin tidak merasa putus asa dalam menghadapi kegagalan yang saya alami dalam berlatih basket untuk masuk tim Kobanita
24. Saya yakin tidak merasa putus asa jika saya tidak dapat mencetak skor tinggi saat menghadapi pertandingan
25. Saya yakin mampu menjadi atlet basket professional 26. Saya yakin mampu untuk memperbaiki kegagalan
yang saya alami dalam melakukan gerakan basket dengan bertanya pada pelatih
27. Saya yakin akan kemampuan saya dalam menggunakan strategi terbaik yang diajarkan pelatih untuk menghadapi tim lawan
29. Saya yakin mampu berlatih dengan ekstra ketika saya mengalami kegagalan dalam berlatih basket 30. Saya yakin mampu memenangkan pertandingan
Basket dengan menjaga kondisi fisik serta emosi 31. Saya yakin mampu bertahan dalam berlatih basket
walaupun pernah mengalami kegagalan untuk berhasil masuk dalam tim Kobanita dan menjadi lebih baik dibandingkan pemain lainnya
32. Saya yakin mampu untuk tetap berusaha terus menerus memperbaiki kelemahan saya dalam berlatih basket untuk masuk tim Kobanita sampai akhirnya saya dapat berhasil
33. Saya yakin mampu untuk berhasil menghadapi tim lawan yang unggul sekalipun dengan mempertahankan hubungan yang baik antara saya dengan teman-teman satu tim
34. Saya merasa puas ketika saya dapat berhasil melakukan gerakan baru saat berlatih basket
36. Saya merasa bangga dapat melakukan gerakan three
point pada saat pertandingan basket berlangsung
37. Saya yakin dapat melakukan gerakan three point pada saat pertandingan basket berlangsung
38. Saya yakin mampu memperbaiki kekurangan saya dalam menguasai strategi lawan
39. Saya yakin akan memenangkan pertandingan dengan prestasi yang membanggakan pelatih serta tim basket
40. Saya yakin mampu untuk masuk dalam tim Kobanita bila saya rajin datang ke tempat latihan ketika ada latihan sparing partner
41. Saya yakin akan kemampuan saya dalam berusaha memperbaiki kelemahan saya dalam berlatih basket dengan cara menanyakan kegagalan yang saya alami dalam berlatih basket kepada teman satu tim atau pelatih
43. Saya yakin mampu untuk menjadi atlet basket professional dengan ketahanan saya dalam berlatih basket
44. Saya yakin mampu mempertahankan kelebihan yang saya miliki dalam berlatih basket untuk masuk tim Kobanita dengan cara bertanya kepada teman atau pelatih sampai akhirnya saya dapat berhasil
45. Saya yakin mampu mendapatkan posisi pemain yang saya inginkan pada saat pertandingan basket
46. Saya yakin tidak merasa kecewa ketika atlet basket yang lain dapat berlatih basket lebih baik dibandingkan saya
47. Saya merasa senang jika kegagalan yang saya alami saat berlatih basket untuk masuk tim Kobanita dapat saya perbaiki
LAMPIRAN 3
6
7 1 3 1 2 2 2 2 2 3 1 3 1 1 1 2 0 1 2
6
8 2 4 2 2 2 1 2 1 3 2 3 1 3 2 1 2 1 2
6
9 2 3 3 2 2 1 1 2 3 2 4 1 1 1 2 0 2 3
7
0 2 2 1 2 4 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1
7
1 2 3 3 2 2 1 1 1 3 2 1 1 2 2 2 0 1 1
7
2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 0 1 3
Kolom 1: Pengalaman hambatan 1 = Tidak pernah Kolom 5: Frekuensi keberhasilan 1 = Sering sekali
2 = Pernah 2 = Sering
Kolom 2: Frekuensi hambatan 1 = Sering sekali 3 = Jarang
2 = Sering 4 = Jarang sekali
3 = Jarang Kolom 6: Jenis keberhasilan 1 = Mampu melakukan sparing partner
4 = Jarang sekali dengan baik
Kolom 3: Jenis hambatan 1 = Cedera terkilir pada tangan 2 = Konsisten untuk selalu datang berlatih basket
ataupun kaki sesuai jadwal
2 = Kesulitan dalam menebak 3 = Yakin mampu menggunakan strategi yang
strategi permainan lawan tepat untuk dapat mengalahkan tim lawan
3 = Cemas saat dihadapkan pada Kolom 7: Teman yang menjadi panutan 1 = Ya
lawan yang lebih unggul 2 = Tidak
Kolom 4: Pengalaman keberhasilan 1 = Tidak pernah Kolom 8: Senior yang menjadi panutan 1 = Ya
Kolom 9: Dampak keberhasilan 1 = Meningkatkan keyakinan untuk Kolom 16: Usaha mengatasi mood 0 = Lain-lain
lebih giat berusaha lagi 1 = Berlatih lebih keras
2 = Menurunkan keyakinan 2 = Melakukan hal yang
3 = Tidak berpengaruh apapun disukai terlebih dahulu
Kolom 10: Dampak kegagalan 1 = Meningkatkan keyakinan untuk baru berlatih
lebih giat berusaha lagi Kolom 17: Kondisi Fisik sehat 1 = Meningkatkan keyakinan
2 = Menurunkan keyakinan kemampuan berlatih
3 = Tidak berpengaruh apapun dan performanya
Kolom 11: Memberi dukungan 1 = Keluarga 2 = Meningkatkan keyakinan
2 = Teman klub basket kemampuan berlatih
3 = Teman senior klub Basket namun tidak berpengaruh
4 = Pelatih pada performa
5 = lain-lain 3 = Tidak berpengaruh
Kolom 12: Dampak dukungan 1 = Meningkatkan keyakinan akan keberhasilan apapun 2 = Menurunkan keyakinan akan keberhasilan
Kolom 13: Menerima pujian 1 = Sering Kolom 18: Kondisi fisik sakit 1 = Meningkatkan keyakinan
2 = Jarang kemampuan berlatih
3 = Tidak pernah dan performanya
Kolom 14: Dampak pujian 1 = Ya 2 = Meningkatkan keyakinan
2 = Tidak kemampuan berlatih
Kolom 15: Pengaruh mood 1 = Mempengaruhi keyakinan berlatih namun tidak berpengaruh
2 = Tidak mempengaruhi keyakinan berlatih pada performa
LAMPIRAN 4
LAMPIRAN 5
LAMPIRAN 6
Tabel 4.5 Tabulasi silang antara Usia responden dan Self-efficacy
LAMPIRAN 7
Tabel 4.7 Tabulasi silang antara Pengalaman hambatan dan Self-efficacy
Tabel 4.8 Tabulasi silang antara Frekuensi hambatan dan Self-efficacy
frekwensi_hambatan * gol_total_SE Crosstabulation
Tabel 4.9 Tabulasi silang antara Jenis hambatan dan Self-efficacy
Tabel 4.10 Tabulasi silang antara Pengalaman keberhasilan dan Self-efficacy
Tabel 4.11 Tabulasi silang antara Frekuensi keberhasilan dan Self-efficacy
frekwensi_keberhasilan * gol_total_SE Crosstabulation
Tabel 4.12 Tabulasi silang antara Jenis keberhasilan dan Self-efficacy
Tabel 4.13 Tabulasi silang antara Teman yang menjadi panutan dan Self-efficacy
Tabel 4.14 Tabulasi silang antara Senior yang menjadi panutan dan Self-efficacy
senior_yang_menjadi_panutan * gol_total_SE Crosstabulation
Tabel 4.16 Tabulasi silang antara Dampak kegagalan yang menjadi panutan dan
Tabel 4.17 Tabulasi silang antara Figur yang memberi dukungan dan Self-efficacy
Tabel 4.18 Tabulasi silang antara Dampak dukungan dan Self-efficacy
Tabel 4.19 Tabulasi silang antara Frekuensi menerima pujian dan Self-efficacy
pujian * gol_total_SE Crosstabulation
Tabel 4.20 Tabulasi silang antara Dampak pujian dan Self-efficacy
Tabel 4.21 Tabulasi silang antara Pengaruh mood dan Self-efficacy
Tabel 4.22 Tabulasi silang antara Kondisi fisik yang sehat dan Self-efficacy
kondisi_fisik_sehat * gol_total_SE Crosstabulation
Tabel 4.23 Tabulasi silang antara Kondisi fisik yang sakit dan Self-efficacy
LAMPIRAN 8
Tabel 4.24 Tabulasi silang antara Aspek Pilihan dan Self-efficacy
Tabel 4.25 Tabulasi silang antara Aspek Usaha dan Self-efficacy
gol_total_SE * gol_usaha Crosstabulation
Tabel 4.26 Tabulasi silang antara Aspek Daya Tahan dan Self-efficacy
Tabel 4.27 Tabulasi silang antara Aspek Penghayatan Perasaan dan Self-efficacy
gol_total_SE * gol_penghayatan Crosstabulation
3 45 48
6.3% 93.8% 100.0%
23 1 24
95.8% 4.2% 100.0%
26 46 72
36.1% 63.9% 100.0%
Count
% within gol_total_SE Count
% within gol_total_SE Count
% within gol_total_SE tinggi
rendah gol_total_SE
Total
tidak yakin yakin gol_penghayatan
1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Olahraga merupakan salah satu upaya kesehatan yang memanfaatkan latihan fisik untuk meningkatkan derajat kesehatan. Dengan olahraga atau latihan fisik yang benar akan dicapai tingkat kesegaran jasmani yang baik dan merupakan modal penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia (Depkes RI, 1994). Olahraga yang memasyarakat sekaligus menjadi bagian dari kehidupan masyarakat (lifestyle) akan semakin mempermudah lahirnya anggota masyarakat yang tangguh, sehat, dan bugar, sekaligus akan semakin memperbanyak peluang lahirnya olahragawan yang berpotensi dan berkualitas tinggi dari tengah-tengah masyarakat. (http://psikologiolahraga.wordpress.com) Hal ini menjadikan individu yang menekuni bidang olahraga sesuai dengan keahliannya dan menganggap olahraga tersebut sebagai profesinya, akan berorientasi menjadi seorang atlet. (Muhammad Muhyi Faruq, 2009)
Universitas Kristen Maranatha
2
di dalam olahraga beregu, kemampuan adaptif individu untuk melakukan kerjasama kelompok sangat menentukan perannya kelak di dalam kelompoknya. Setiap individu memiliki bakat masing-masing, oleh sebab itu merupakan hal yang mustahil untuk menyamaratakan kemampuan atlet yang satu dengan yang lainnya. Bakat yang dimiliki atlet secara individual inilah yang sesungguhnya layak untuk memperoleh perhatian secara khusus agar setiap individu dapat memanfaatkan potensi-potensinya secara maksimum untuk kepentingan timnya.
Seorang atlet memiliki hak dan kewajiban yang harus dijalankan sebagai bagian dari tuntutan profesinya. Sebagai atlet yang berkualitas mereka diharapkan mampu melakukan kewajibannya yaitu disiplin dalam berlatih dan berprestasi setinggi-tingginya, setelah itu atlet tersebut mendapatkan haknya berupa materi, penghargaan baik berupa medali, piala, nama baik ataupun kepuasan pribadi. Dalam hal berprestasi, seorang atlet cenderung mempunyai tuntutan tersendiri baik dari diri sendiri maupun dari lingkungannya seperti pelatih, keluarga, teman dan masyarakat. Untuk memenuhi semua tuntutan tersebut, seorang atlet harus berusaha keras untuk meraih prestasi yang telah ditargetkan sebelumnya. Sudah menjadi tugas atlet untuk mengerahkan semua kemampuannya dalam suatu pertandingan untuk dapat meraih hasil yang optimal (Wikipedia Indonesia, 2006).
Universitas Kristen Maranatha
3
mentalnya. Persiapan yang dilakukan di dalam tim biasanya berupa latihan tim secara intensif, latihan ketahanan fisik, dan latihan mental dalam pertandingan yang disimulasikan dalam kegiatan sparring partner. Sedangkan hal-hal yang perlu dipersiapkan individu antara lain mengatur gizi makanan, mengatur jadwal istirahat, menjaga kesehatan dan menyiapkan mental pribadi untuk menghadapi persaingan lawan dalam pertandingan – pertandingan yang akan diikutinya.
Menurut Drs. Monty P. Satiadarma, MS/AT, MCP/MFCC, atlet sudah mulai belajar dan mengenal kehidupan olahraga sejak dini. Seorang atlet memulai pelatihannya sejak usia yang masih muda, dan usia 18-25 tahun adalah usia yang paling produktif bagi seorang atlet, karena pada usia ini lah biasanya seorang atlet mencapai puncak kariernya. Di usia ini, pertumbuhan badan dan ototnya sudah sempurna dan kekuatan fisiknya sedang berada di puncaknya, selain itu didukung juga dengan pengalaman dan kematangan dalam berpikir baik dalam hal teknis maupun non-teknis.
Universitas Kristen Maranatha
4
kota Bandung, olahraga basket sangat digemari dan dijadikan ajang untuk berprestasi oleh para remaja dengan bergabung dalam berbagai tim, sehingga mereka dapat mengikuti berbagai pertandingan. (Kompas, 3 Juli 2009) Dalam olahraga basket seperti olahraga lainnya mengandung nilai-nilai kebersamaan, menghargai perbedaan, kekompakan, kejujuran, menerima kelebihan lawan atau tim lain yang dapat melahirkan pribadi-pribadi unggul yang bermartabat. (Muhammad Muhyi Faruq, 2009)
Olahraga basket merupakan salah satu jenis olahraga yang menggunakan bola besar yang membutuhkan keterampilan gerak yang terkadang memukau. Gerakan yang dimaksud yakni memasukkan bola ke ring basket (shoot), menggiring bola (dribble), melakukan lompatan yang tinggi sambil memasukkan bola ke dalam ring basket (slam dunk). Dalam olahraga basket dibutuhkan strategi yang baik, critical
thinking untuk memahami strategi yang akan diterapkan pemain ataupun membaca
strategi lawan, dan dukungan dari kemampuan individual (skills), misalkan dengan berusaha mencegah pihak lawan merebut bola atau memasukkan bola ke ring basket, kemampuan melewati atau melakukan perlawanan dari berbagai pola pertahanan atau strategi yang diterapkan oleh lawan. (Muhammad Muhyi Faruq, 2009)
Universitas Kristen Maranatha
5
profesional. Awalnya atlet basket akan bergabung dalam tim tingkat daerah dengan bimbingan pelatih yang profesional, agar dapat mencapai prestasi untuk dapat memasuki tim tingkat nasional.
Prestasi didapatkan melalui proses yang panjang mulai dari latihan yang teratur, kedisiplinan, semangat pantang menyerah, mengikuti berbagai pertandingan dan juga melalui berbagai latihan yang menyeluruh serta kesiapan mental. Proses pencapaian prestasi dalam olahraga basket terbuka lebar, asalkan mereka memiliki ketekunan dan keseriusan dalam berlatih serta banyak mengikuti berbagai pertandingan. Meskipun olahraga basket merupakan olahraga beregu namun keterampilan individu dalam menampilkan keahliannya sangat dibutuhkan karena memiliki kontribusi yang besar untuk kekuatan tim mereka. Untuk menjadi pemain yang berprestasi dan berkualitas tinggi diperlukan kemauan dan tekad yang kuat, pantang menyerah dan semangat yang tinggi untuk dapat mengoptimalkan potensi dirinya di usia dini maupun usia emas (golden age) sehingga akan menuai prestasi-prestasi yang gemilang. (Muhammad Muhyi Faruq, 2009)
Universitas Kristen Maranatha
6
(Libama), daerah, liga kompetisi antar Club seperti liga Divisi I, Kobanita (Kompetisi Bola Basket Wanita), Kobatama (Kompetisi Bola Basket Utama) atau IBL (Indonesian Basketball League), sampai pada tingkat PON atau SEA GAMES (South
East Asia Games). Menurut salah satu pelatih tim basket putri di Bandung, Lasijan,
selain penguasaan teknis, mental atlet mempunyai peranan penting dalam pertandingan. Selain dibekali teknik, kesiapan fisik, serta pematangan strategi, atlet juga dimotivasi untuk bertanding sebaik mungkin agar dapat mengukir prestasi setinggi-tingginya. Latihan yang dijalani dapat dijadikan sarana perbaikan untuk peningkatan prestasi. Olahraga basket tidak hanya mengandalkan fisik tetapi juga rasio, untuk dapat menetapkan sasaran yang ingin dicapai. Atlet basket putri diharapkan dapat memiliki kekuatan fisik yang sesuai dan kemampuan bertanding yang setara dengan atlet pria pada umumnya.
Universitas Kristen Maranatha
7
beberapa daerah dengan tingkatan-tingkatan yang ada di dalam peraturan tim basket itu sendiri. (www.rri.co.id) Persatuan Bola basket Seluruh Indonesia (Perbasi) merupakan lembaga pemerintah yang menaungi cabang olahraga bola basket. Setahun sekali Perbasi mengadakan pertandingan yang diikuti oleh seluruh tim basket di Indonesia. Pertandingan tersebut dinamakan Kompetisi Bola basket Utama (Kobatama) yang ditujukan untuk atlet basket pria dan Kompetisi Basket Wanita (Kobanita). Tim-tim yang tergabung di dalam Kobanita mencakup tim-tim Divisi I dari berbagai daerah, termasuk tingkatan Divisi I Bandung, yang memiliki 6 tim yang disiapkan untuk masuk dalam Kobanita sesuai dengan persyaratan yang ada. Atlet basket putri Divisi I dipersiapkan secara fisik dan mental oleh para pelatihnya guna menampilkan performa yang terbaik sehingga dapat menjadi tim handal yang mengikuti pertandingan Kobanita. Dapat dikatakan bahwa Divisi I merupakan jalan bagi para atlet basket putri menuju pertandingan Kobanita.
Menurut Wakil Ketua Bidang Kobanita PB Perbasi, Julisa Rastafari, sejak pelaksanaan Kobanita dipisah dengan Kobatama dua tahun lalu, jumlah penonton Kobanita sangat minim, meskipun mereka tidak dikenakan tiket masuk. Menurutnya, dibanding Kobatama, Kobanita memang ”kalah jual” sehingga selain sepi penonton,
Universitas Kristen Maranatha
8
Dalam dunia pertandingan, kehidupan seorang atlet selalu diwarnai dengan persaingan dan ketegangan apakah atlet tersebut dapat memenangkan pertandingan atau mengalami kekalahan. Hal ini membuat sebagian atlet merasa kurang yakin diri dalam memasuki pertandingan–pertandingan besar seperti halnya Kobanita. Ketidakyakinan para atlet tersebut dikarenakan mereka merasa lawan mainnya lebih unggul yakni telah menjuarai beberapa pertandingan besar. Keadaan tersebut berdampak negatif pada mental mereka.
Seorang atlet yang dianggap unggul adalah atlet yang bisa meraih prestasi setinggi-tingginya. Dalam olahraga beregu, seperti basket, diperlukan juga kerjasama tim yang baik untuk mencapai prestasi yang diinginkan. Atlet basket yang baik adalah seseorang yang bisa bekerjasama secara kompak dengan timnya dan membawa timnya meraih prestasi dan bangga jika dapat masuk dalam pertandingan besar Kobanita. Untuk itu, setiap atlet basket membutuhkan kemampuan menyesuaikan diri yang cukup baik untuk dapat bekerjasama dengan atlet basket lainnya di dalam satu tim. Hal-hal tersebut menjadi tuntutan atlet yang harus dipenuhi. Tuntutan ini seringkali menjadi beban bagi atlet basket dalam suatu pertandingan untuk dapat memberikan penampilan terbaik kepada timnya sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan sebelumnya.
Universitas Kristen Maranatha
9
dalam tim Kobanita belum mampu memenangkan pertandingan melawan salah satu tim yang unggul di Jakarta. Sehubungan dengan itu dibutuhkan pemain-pemain baru lainnya yang berbakat.
Untuk masuk dalam Kobanita dibutuhkan stamina fisik dan mental yang kuat. Karena kekurangyakinkan diri banyak pemain yang lebih memilih untuk bertahan di tim Divisi I dibandingkan melanjutkan hingga masuk dalam tim nasional yakni Kobanita. Setiap tahunnya pelatih basket akan mengambil pemain baru dari tim-tim Divisi I di Bandung untuk masuk dalam tim Kobanita, kemudian mengikutsertakan mereka dalam pertandingan antar tim yang ada di Bandung. Pertandingan tersebut dinamakan pertandingan Divisi I Daerah. Apabila tim yang bersangkutan mampu memenangkan pertandingan tersebut sebanyak tiga kali maka tim tersebut dapat mengikuti pertandingan Divisi I Kejurnas (Kejuaraan Nasional). Pertandingan Divisi I Kejurnas merupakan pertandingan antar propinsi yang diikuti oleh tim-tim yang menang dalam pertandingan Divisi I Daerah dari setiap Propinsi. Setelah memenangkan pertandingan Divisi I Kejurnas, atlet basket berpeluang untuk masuk dalam tim Kobanita sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
Universitas Kristen Maranatha
10
memiliki kemampuan dasar permainan Basket berdasarkan penilaian pelatih. Kemampuan dasar yang dimiliki yakni seperti melempar dan menangkap bola (passing ball), memantul-mantulkan bola (dribbling ball) dan menembakkan bola ke dalam ring bola basket (shooting). Kemampuan fisik yang harus dimiliki oleh pemain basket mencakup keseimbangan (balance), kelincahan (agility), kekuatan (strength), kecepatan-gerak-reaksi (speed), daya tahan-otot-kardiovaskuler (endurance), kelenturan (flexibility), dan koordinasi (coordination).
Selain itu kemampuan mental pemain basket juga sangat dibutuhkan, terutama motivasi dan semangat yang tinggi, kemauan dan tekad yang kuat, serta pantang menyerah. Di samping usia, konsistensi latihan, serta kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan, kebutuhan tim juga menjadi perhatian pelatih untuk menentukan apakah seorang atlet dapat masuk dalam tim Kobanita. Kebutuhan tim yang dimaksud yakni komposisi pemain atau posisi pemain dalam suatu tim yang saat itu sedang dibutuhkan. Setiap pemain harus mampu mengisi setiap posisi yang dibutuhkan dalam tim. Pemain-pemain yang telah disiapkan pelatih untuk masuk dalam tim Kobanita melakukan latihan sparring partner. Para pemain tersebut akan bertanding melawan tim-tim yang ada di Divisi I yang tidak masuk dalam tim Kobanita. Pemain yang memenangkan pertandingan diwajibkan memperbanyak latihan atau sparring
partner serta mengikuti pertandingan-pertandingan yang diadakan. Pengalaman
Universitas Kristen Maranatha
11
prestasinya. Pelatih akan memilih atlet-atlet yang berkompeten atau berprestasi untuk bergabung dalam tim yang sudah ada di Kobanita.
Berdasarkan hasil wawancara dengan 12 atlet basket putri Divisi I, enam orang di antaranya memiliki keyakinan bahwa ia dapat masuk dalam tim Kobanita. Empat orang di antara enam orang tersebut merasa yakin mampu menghayati perasaannya ketika merasa cemas menghadapi tim lawan yang lebih unggul dalam pertandingan. Sedangkan dua orang diantaranya, memiliki keyakinan terhadap kemampuannya untuk dapat masuk tim Kobanita sehingga mampu untuk menjadi atlet basket profesional. Orang tersebut pernah mengalami kendala seperti mengalami cedera terkilir pada tangan ataupun kaki, cemas saat dihadapkan pada lawan yang lebih unggul atau kesulitan dalam menebak strategi permainan lawan, tetapi mereka menganggap kendala tersebut sebagai hal yang wajar mungkin disebabkan latihan atau pemanasan yang kurang maksimal dan mereka merasa tertantang untuk lebih giat berlatih untuk menghadapi pertandingan-pertandingan berikutnya. Mereka pun memiliki keyakinan untuk dapat masuk dalam tim Kobanita.
Universitas Kristen Maranatha
12
terganggu dalam melakukan gerakan atau merasa sakit saat berlari. Mereka sudah mencoba berusaha dengan melihat strategi yang digunakan rekan timnya yang lebih ahli dan meminta saran untuk memperbaikinya dari pelatih dan teman, tetapi terkadang tetap saja mereka merasa takut dan tidak yakin untuk dapat masuk dalam tim Kobanita. Mereka juga merasa pesimis bila melihat tim lawan yang sangat handal sehingga kurang merasa yakin untuk menghadapinya. Dua orang di antara 6 orang tersebut mengatakan berlatih basket untuk dapat masuk dalam tim Kobanita itu melelahkan dan memiliki risiko untuk cedera sehingga membuat mereka merasa kurang yakin untuk datang pada saat latihan basket atau sparring partner. Hal ini mengakibatkan mereka kurang menguasai strategi, hubungan dengan tim menjadi renggang dan membutuhkan waktu berlatih yang lebih lama dibandingkan teman-temannya agar dapat mencapai keahlian tertentu dalam bermain basket.
Universitas Kristen Maranatha
13
tentang kemampuannya dalam mengatur dan melaksanakan sumber-sumber dari tindakan yang dibutuhkan untuk mengatur situasi-situasi yang berhubungan dengan masa yang akan datang (Bandura, 2002). Sedangkan yang dimaksud dengan belief adalah keyakinan individu yang ditampilkan pada apa yang akan dilakukan (International Encyclopedia of The Sosial Science, 1998). Self-efficacy menentukan bagaimana seseorang merasa, berpikir, memotivasi diri dan bertingkah laku (Bandura, 2002). Keyakinan akan kemampuan diri yang dimiliki atlet basket putri Divisi I akan mempengaruhi bagaimana mereka bertingkah laku, mereka akan menentukan seberapa baik performance yang mereka tampilkan. Seorang atlet yang memiliki rasa percaya diri menilai dirinya akan mampu menampilkan kinerja olahraga seperti yang diharapkan. Hal ini sangat dipengaruhi oleh adanya harapan yang mempengaruhi keyakinan diri seseorang bahwa dirinya mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik (Weinberg & Gould, 1995)
Universitas Kristen Maranatha
14
lawan yang lebih unggul merupakan tantangan yang harus dihadapi, bukan dianggap sebagai ancaman yang harus dihindari.
Pada kenyataannya, sekitar 50% atlet basket tidak yakin akan kemampuannya untuk bertahan di Divisi I dan merasa pesimistik saat menghadapi tim lawan yang lebih unggul walaupun mereka telah meningkatkan usaha mereka dalam berlatih untuk masuk dalam tim Kobanita sejak menghadapi kegagalan dalam pertandingan sebelumnya.
Berdasarkan data-data diatas yang diperoleh dari survei awal pada atlet basket putri Divisi I, peneliti melihat adanya variasi derajat keyakinan diri akan kemampuan dirinya untuk masuk dalam tim Kobanita. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti derajat self-efficacy pada atlet basket putri divisi I di kota Bandung.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, masalah yang ingin diteliti adalah bagaimana derajat self-efficacy pada atlet basket putri Divisi I di kota Bandung.
1.3 Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai
Universitas Kristen Maranatha
15
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh pemahaman mengenai derajat
self-efficacy pada atlet basket putri Divisi I di kota Bandung.
1.5 Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoretis
- Sebagai masukan bagi ilmu Psikologi, khususnya Psikologi Olahraga mengenai self-efficacy pada atlet basket putri Divisi I yang akan masuk dalam tim Kobanita di kota Bandung.
- Sebagai bahan masukan dan wawasan bagi yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai self-efficacy pada atlet basket putri Divisi I
2. Kegunaan Praktis
Universitas Kristen Maranatha
16
- Memberi pemahaman kepada atlet basket putri Divisi I tentang pengembangan diri akan keyakinan tentang kemampuannya terhadap pilihan yang dibuat, usaha yang dikeluarkannya, daya tahan saat dihadapkan pada rintangan atau kegagalan, serta keyakinan akan kemampuannya dalam mengatasi perasaan-perasaan yang negatif
1.6 Kerangka Pikir
Universitas Kristen Maranatha
17
atlet basket divisi I, untuk masuk dalam tim basket nasional yakni Kobanita dianggap sebagai keberhasilan yang membanggakan dari usaha mereka dalam berlatih.
Dalam olahraga beregu, seperti basket, diperlukan kerjasama tim yang baik untuk mencapai prestasi yang diinginkan. Atlet basket yang baik adalah seseorang yang bisa bekerjasama dengan baik bersama timnya dan membawa timnya meraih prestasi. Kewajiban atlet tersebut menjadi tuntutan yang harus dipenuhi. Tuntutan ini akan menjadi beban bagi setiap atlet basket dalam suatu pertandingan, agar dapat memberikan yang terbaik kepada timnya sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan sebelumnya. Tuntutan yang dirasakan seorang atlet dalam setiap tim akan berbeda. Jika atlet basket bergabung dalam tim yang lebih unggul dari tim lawannya, maka dia akan menjadi lebih percaya diri untuk menang. Sebaliknya, jika atlet basket berada dalam tim yang memiliki prestasi biasa-biasa saja, maka jika dalam pertandingan timnya bertemu dengan tim yang seimbang atau lebih kuat, atlet tersebut akan merasa kurang yakin untuk dapat memenangkan pertandingan.
Universitas Kristen Maranatha
18
Menurut Bandura (2002), individu diharapkan dapat mengintegrasikan kemampuan-kemampuan yang dimiliki dengan setiap tuntutan yang harus dipenuhi.
Self-efficacy tidak berfokus pada jumlah kemampuan yang dimiliki individu, tetapi
pada keyakinan mengenai apa yang mampu dilakukan dengan apa yang dimiliki pada berbagai variasi situasi dan keadaan.
Self-efficacy secara kognitif dikembangkan melalui empat sumber utama,
yaitu mastery experiences, vicarious experiences, social / verbal persuasions, dan
physiological and affective states. Mastery experiences merupakan sumber
self-efficacy yang berasal dari pengalaman berhasil atau tidaknya individu menguasai
suatu keterampilan tertentu. Atlet basket putri yang memiliki pengalaman berhasil menguasai teknik-teknik dasar olahraga basket, mampu menampilkan keahlian mereka secara maksimal, mampu bertahan dan dapat tetap berlatih meskipun mengalami cedera atau terkilir pada tangan ataupun kaki, serta berhasil melakukan gerakan-gerakan secara lincah dalam permainan basket akan membangun
self-efficacy atlet basket putri. Akan tetapi atlet basket putri yang kurang memiliki
Universitas Kristen Maranatha
19
yakin mampu bertahan dalam menghadapi rintangan atau kesulitan yang ada dan yakin akan cepat pulih ketika mengalami kegagalan, sehingga dapat meningkatkan
self-efficacy pada atlet tersebut.
Sumber yang kedua adalah vicarious experiences, merupakan sumber
self-efficacy yang berasal dari pengamatan individu terhadap individu lain yang memiliki
kesamaan dengan dirinya, mereka cenderung untuk meniru model tersebut. Melalui
vicarious experiences, atlet basket putri membangun self-efficacy melalui
pengamatan terhadap individu lain yang dianggap sebagai model oleh atlet basket tersebut. Atlet basket putri yang melihat rekannya atau seniornya yang memiliki kesamaan dalam hal tertentu dengan dirinya, misal memiliki keahlian ataupun strategi yang sama untuk menghadapi lawan, atau keberhasilan mereka saat mengatasi hambatan yang mirip dengan yang pernah dialaminya, seperti ketika mengalami cedera dan harus tetap bertanding melawan tim yang lebih unggul, dan para atlet basket tersebut berhasil, hal ini akan menambah keyakinan bahwa mereka juga dapat mencapai keberhasilan yang sama. Jika model yang memiliki kesamaan dengan mereka melakukan suatu kegiatan dan ternyata berhasil, maka atlet basket putri yang bersangkutan akan memiliki self-efficacy yang tinggi dalam kegiatan yang sama. Demikian sebaliknya, jika model melakukan suatu kegiatan dan ternyata gagal, maka
self-efficacy atlet tersebut rendah.
Social or verbal persuasions adalah sumber ketiga merupakan penghayatan
Universitas Kristen Maranatha
20
dapat berhasil melalui persuasi secara verbal. Melalui social or verbal persuasions, atlet basket putri membangun self-efficacy. Atlet basket putri yang dipersuasi secara verbal, seperti ”kamu pasti mampu”, atau ”kamu lebih baik dari mereka”, oleh orang-orang yang merupakan significant person seperti pelatih, orang-orang tua, rekan satu tim, atau orang-orang yang dikagumi, secara efektif membuat self-efficacy mereka tinggi. Sedangkan atlet basket putri yang jarang atau sama sekali tidak pernah mendapatkan persuasi verbal dari significant person, maka akan merasa kurang yakin akan kemampuan mereka dalam menghadapi kegiatan-kegiatan menantang yang dapat mengembangkan potensinya dan mereka mudah menyerah bila menghadapi hambatan atau kesulitan, sehingga self-efficacy mereka rendah.
Sumber terakhir yang mengembangkan self-efficacy adalah physiological and
affective states. Physiological & affective states merupakan penghayatan akan
Universitas Kristen Maranatha
21
memuaskan. Suasana hati (mood) para atlet juga dapat mempengaruhi penilaian atlet terhadap personal efficacy-nya. Misalnya, suasana hati para atlet saat berlatih basket, jika mereka tetap bersemangat dan mampu mengatasi kecemasan mereka, maka mood
positive tersebut dapat membangun self-efficacy yang tinggi. Sedangkan atlet yang
memandang setiap masalah yang timbul akan menumbuhkan kecemasan yang membuatnya menjadi stres dan menimbulkan mood negative akan membentuk
self-efficacy yang rendah.
Keempat sumber utama tersebut merupakan sumber informasi bagi atlet basket putri divisi I yang akan masuk dalam tim Kobanita yang kemudian akan diolah melalui proses kognitif, maka self-efficacy setiap atlet akan berbeda-beda tergantung dari bagaimana seorang atlet basket menginterpretasikan sumber-sumber informasi yang ia peroleh. Pengalaman yang telah diproses tersebut akan menentukan derajat tinggi rendahnya self-efficacy atlet basket.
Universitas Kristen Maranatha
22
untuk menghadapi lawan saat bertanding pada teman satu tim atau pelatih, yakin mampu berusaha memperbaiki kesalahan, serta merasa lebih bersemangat apabila mampu mengatasi hambatan pada saat berlatih basket. Atlet basket yang memiliki derajat self-efficacy tinggi juga yakin mampu untuk menghadapi hambatan-hambatan atau kegagalan dalam berlatih basket. Mereka akan tetap berusaha untuk tetap berlatih meskipun mengalami cedera atau terkilir pada tangan ataupun kaki. Mereka yakin mampu mengatasi perasaannya. Atlet basket merasa cemas saat menghadapi lawan yang lebih unggul ketika bertanding.
Universitas Kristen Maranatha
23
Berdasarkan paparan di atas maka dapat dilihat bahwa empat macam sumber
self-efficacy akan menjadi sumber informasi bagi atlet basket yang akan masuk dalam
tim Kobanita yang kemudian akan diolah secara kognitif. Oleh karena itu,
self-efficacy belief yang terbentuk pada atlet basket akan berbeda-beda, tergantung
bagaimana seorang atlet basket menginterpretasikan sumber-sumber informasi yang ia peroleh. Self-efficacy yang akan timbul berupa keyakinan akan kemampuannya dalam membuat pilihan yaitu masuk dalam tim Kobanita di kota Bandung, keyakinan bahwa ia mampu melakukan usaha yang dikeluarkannya, keyakinan terhadap berapa lama atlet basket putri divisi I bertahan saat dihadapkan pada rintangan-rintangan (dan saat dihadapkan dengan kegagalan), dan keyakinan terhadap bagaimana penghayatan perasaannya terhadap hal-hal yang berhubungan dengan tuntutan-tuntutan yang diberikan kepadanya. Untuk lebih jelasnya mengenai bagaimana
self-efficacy pada atlet basket putri divisi I di kota Bandung, dapat digambarkan pada
Universitas Kristen Maranatha
24
Bagan 1.1 Skema Kerangka Pikir
1.7 Asumsi
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, peneliti mempunyai asumsi bahwa : 1. Pembentukan self-efficacy pada atlet basket putri Divisi I dipengaruhi oleh
mastery experiences, vicarious experiences, verbal persuasions, physiological
and affective states.
Atlet basket putri divisi I di kota Bandung
Proses Kognitif
Self-Efficacy
● Pilihan yang dibuat ● Usaha yang dikeluarkan ● Daya tahan dalam menghadapi
kesulitan dan kegagalan
● Penghayatan perasaan
Tinggi
Rendah Sumber-sumber Self-Efficacy :
- Mastery Experiences
- Vicarious Experiences
- Social / Verbal Persuasions
Universitas Kristen Maranatha
25
2. Sumber-sumber tersebut akan diproses melalui proses kognitif oleh individu 3. Self-efficacy pada atlet basket putri Divisi I tercermin dalam aspek-aspeknya
yakni keyakinan akan kemampuannya dalam membuat pilihan, keyakinan akan kemampuannya terhadap usaha yang dikeluarkannya, keyakinan akan kemampuannya terhadap daya tahan saat dihadapkan pada rintangan atau kegagalan, dan keyakinan akan kemampuannya terhadap penghayatan perasaannya dalam mengatasi perasaan-perasaan yang negatif.
4. Derajat Self-efficacy tinggi apabila atlet basket putri Divisi I memiliki keyakinan yang tinggi akan kemampuannya dalam membuat pilihan, memiliki keyakinan yang tinggi akan kemampuannya untuk berusaha seoptimal mungkin, yakin untuk mampu bertahan ketika menghadapi hambatan-hambatan atau rintangan, serta memiliki keyakinan yang tinggi akan kemampuannya menghayati perasaan untuk mengatasi perasaan negatif.
91 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Atlet basket putri divisi I mayoritas (66,7%) memiliki self-efficacy yang tinggi. Mereka merasa yakin bahwa mereka mampu untuk masuk dalam tim Kobanita. 33,3% memiliki self-efficacy yang rendah. Mereka merasa kurang yakin bahwa mereka mampu untuk masuk dalam tim Kobanita. 2. Atlet basket putri divisi I dengan derajat Self-efficacy tinggi, mereka juga
92
Universitas Kristen Maranatha
kegagalan yang dialami dalam berlatih basket agar masuk dalam tim Kobanita.
3. Atlet basket putri divisi I dengan derajat Self-efficacy rendah, mereka merasa kurang yakin akan kemampuannya dalam menentukan pilihan untuk mencapai keberhasilan dalam berlatih basket seperti kurang menggunakan strategi yang diajarkan pelatih untuk menghadapi tim lawan, kurang yakin akan kemampuannya dapat mengeluarkan usaha yang optimal seperti malas datang ke tempat latihan ketika ada latihan sparring partner untuk masuk dalam tim Kobanita, kurang yakin akan kemampuannya untuk dapat bertahan saat dihadapkan pada rintangan seperti tidak datang berlatih saat sedang mengalami cidera pada kaki sehingga kurang dapat memperbaiki kekurangan yang dimiliki untuk masuk dalam tim Kobanita, serta kurang yakin terhadap kemampuannya mengatasi perasaan-perasaan negatif seperti merasa putus asa jika tidak dapat mencetak skor tinggi saat menghadapi pertandingan untuk masuk dalam tim Kobanita.
4. Bagi atlet basket putri divisi I dengan derajat self-efficacy tinggi, sumber informasi yang mendukung self-efficacy adalah Social / verbal persuasion. Hal ini terlihat dari atlet basket putri divisi I yang memiliki self-efficacy tinggi maupun rendah bahwa atlet basket putri divisi I yang mendapat
93
Universitas Kristen Maranatha
dalam berlatih basket untuk masuk dalam tim Kobanita sehingga dapat meyakinkan mereka untuk berhasil.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian ini dapat diajukan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
5.21 Saran Untuk Penelitian Lanjutan
Bila studi yang serupa dilakukan baik di kota Bandung maupun di kota lain sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih mendalam tentang
self-efficacy yang dapat menghambat para atlet basket untuk masuk dalam tim
Kobanita.
Bagi peneliti lain yang hendak melanjutkan penelitian ini dapat disarankan untuk meneliti pengaruh sumber-sumber self-efficacy yang paling berpengaruh terhadap derajat self-efficacy atlet basket untuk masuk dalam tim Kobanita.
5.22 Saran Guna Laksana
94
Universitas Kristen Maranatha
performa yang meliputi persiapan fisik, teknik (teori dan praktek), taktik/strategi, serta mental sehingga dapat masuk dalam team Kobanita. Bagi atlet basket putri Divisi I, diharapkan dapat memberi pemahaman
tentang pengembangan diri akan keyakinan tentang kemampuannya terhadap pilihan yang dibuat, usaha yang dikeluarkannya, daya tahan saat dihadapkan pada rintangan atau kegagalan, serta keyakinan akan kemampuannya dalam mengatasi perasaan-perasaan yang negatif.
Bagi atlet basket putri divisi I yang memiliki self-efficacy tinggi diharapkan tetap mempertahankan keyakinan dirinya untuk masuk dalam tim Kobanita dan disarankan agar dapat terus menghayati keberhasilan yang telah dapat diraih serta menetapkan target-target untuk meraih prestasi yang lebih baik.
95 Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Anshel, M. H. 1997. Sport Psychology: From Theory to Practice (3rd ed.). Scottsdale, AZ: Gorsuch Scarisbrick.
Bandura, Albert. 1999. Self-Efficacy in Changing Societies. USA: Cambriedge University Press.
____________. 2002. Self-Efficacy: The Exercise of Control. 5th . ed. Stanford University. New York: W. H. Freeman and Company.
Faruq, Muhammad Muhyi. 2009. Meningkatkan Kebugaran Jasmani Melalui
Permainan dan Olahraga Bola Basket. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian, Jakarta : PT Grasindo.
Gunarsa, Singgih D. 1996. Psikologi Olahraga : Teori dan Praktek. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia.
Nazir, Moh, Ph.D. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Santrock, John W. 2002. Life Span Development – Perkembangan Masa Hidup Jilid 2, terjemahan Juda Damanik., Ahmad Chusairi. Jakarta: Erlangga.
Satiadarma, Monty P. 2000. Dasar-Dasar Psikologi Olahraga. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
96 Universitas Kristen Maranatha
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
97 Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR RUJUKAN
ADIL, edisi 09/67/1998
http://www.des.emory.edu/mfp/self efficacy.html
http://priyosport07.wordpress.com/2010/04/04/peranan-psikologi-olahraga-dalam-meningkatkan-prestasi-atlet/
http://id.wordpress.com/tag/psikologi-olahraga/
Karlina Nathalia, 2008. Studi Deskriptif mengenai Self-Efficacy pada Murid Ballet
berusia 14-20 tahun yang sedang Berlatih Menari En Pointe di Studio “X” di kota Bandung.
Maria Fransisca Adriani, 2007. Survey mengenai Derajat Kecemasan pada Atlet
Basket usia 17 – 25 tahun di kota Bandung.
Pikiran Rakyat, 25/11/2006
Vickie Januar, 2007. Survey mengenai Self-Efficacy pada Mahasiswa Jurusan Teknik
Informatika yang sedang Mengambil Mata Kuliah Kerja Praktek di Universitas
“X” Bandung.
Wikipedia Indonesia, 2001
www.google.com