• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pemerintah Kabupaten Karawang Untuk Mensinergikan Program Raksa Desa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pemerintah Kabupaten Karawang Untuk Mensinergikan Program Raksa Desa"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PEMERINTAH KABUPATEN

KARAWANG UNTUK MENSINERGIKAN PROGRAM

RAKSA DESA

ABAS SUDRAJAT

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir Strategi Pemerintah Kabupaten

Karawang untuk Mensinergikan Program Raksa Desa adalah karya saya sendiri

dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.

Semua informasi yang berasal atau disebutkan dalam teks dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.

Bogor, Juni 2007

(3)

ABSTRAK

ABAS SUDRAJAT, Strategi Pemerintah Kabupaten Karawang untuk

Mensinergikan Program Raksa Desa. Komisi Pembimbing: LALA M KOLOPAKING dan SUTARA HENDRAKUSUMAATMADJA

Program Raksa Desa adalah bentuk artikulasi perhatian Pemerintah Propinsi Jawa Barat dalam bentuk tugas pembantuan kepada pemerintah desa di seluruh Propinsi Jawa Barat. Untuk pencapaian tujuan Program Raksa Desa diperlukan pemerintah kabupaten yang kapabel dalam melakukan fasilitasi dan pembinaan serta pengawasan. Permasalahannya tidak semua pemerintah kabupaten mempunyai komitmen dan kurangnya melakukan koordinasi antar sektor. Khususnya dalam pengelolaan Program Raksa Desa pada tiap tingkatan pemerintahan telah dibentuk Satuan Pelaksana yang melibatkan berbagai dinas atau instansi terkait namun dirasa belum berjalan oftimal, hal ini karena (1) masih lemahnya koordinasi antar sektor (2) masih kurang oftimalnya peran dan fungsi Satlak (3) perlu mengungkapkan pelaksanaan Program Raksa Desa di tingkat kecamatan dan desa disamping manfaat yang dirasakan oleh kelompok masyarakat penerima bantuan (4) perlu mengkaji kembali strategi kedepan guna upaya perbaikan sehingga terjadi sinergi yang diharapkan.

Tujuan Kajian secara umum adalah untuk mengkaji dan merumuskan strategi alternatif yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Karawang untuk mensinergikan Program Raksa Desa. Secara khusus tujuan kajian ini adalah (1) mengungkapkan pelaksanaan program Rakdes yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Karawang (2) mengungkapkan peran dan fungsi serta dukungan Dinas atau Instansi terkait dalam menunjang Program Raksa Desa (3) mengungkapkan pelaksanaan Program Rakdes di tingkat desa yang dirasakan oleh kelompok masyarakat penerima bantuan (4) Merumuskan alternatif strategi yang layak untuk diterapkan oleh Pemerintah Kabupaten Karawang dalam mensinergikan Program Raksa Desa.

Objek kajian ini adalah pelaksanaan strategi yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Karawang dalam formulasi Satlak Raksa Desa. Lokasi kajian di Kabupaten Karawang Propinsi Jawa Barat. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari 111 responden menggunakan rumus Slovin. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Bapeda, BPMS, Bagian Pemerintahan, Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang. Analisis yang digunakan dalam kajian ini mengukur persepsi/pendapat responden menggunakan angket atau kuisioner berdasarkan Skala Likert yang diinterprestasikan dalam interval Sugiyono. Selanjutnya menentukan alternatif strategi yang layak menggunakan analisis SWOT, Matrik IE, SPACE Matrik dan QSPM.

(4)

prosentase sebesar 66,67 persen berarti setuju disamping itu melakukan pembinaan dan monitoring program Rakdes dengan mendapat 74,67 persen yang berarti setuju. Selanjutnya pelaksanaan Rakdes di tingkat Satlak kecamatan memperoleh 82,29 persen yang berarti sangat setuju, sedangkan pelaksanaan di tingkat satlak desa mendapat 81,67 persen berarti sangat setuju, untuk pelaksanaan di tingkat kelompok masyarakat penerima bantuan memperoleh prosentase sebesar77,39 persen yang berarti setuju atas pernyataan tersebut.

(5)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2007 Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun,

(6)

STRATEGI PEMERINTAH KABUPATEN

KARAWANG UNTUK MENSINERGIKAN PROGRAM

RAKSA DESA

ABAS SUDRAJAT

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

Judul Tugas Akhir : Strategi Pemerintah Kabupaten Karawang Untuk Mensinergikan Program Raksa Desa

Nama : Abas Sudrajat

N R P : A 153044085

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Lala. M. Kolopaking, MS Ir.Sutara Hendrakusumaatmadja, M.Sc

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Manajemen Pembangunan Daerah

Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro M.S

(8)

PRAKATA

Bismillahirrahmanirrohim,

Tiada kata yang patut penulis ucapkan kecuali Puji dan Syukur kehadirat

Allah SWT atas rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

tugas akhir Kajian Pembangunan Daerah yang berjudul “Strategi Pemerintah

Kabupaten Karawang untuk Mensinergikan Program Raksa Desa”

Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis sampaikan terima kasih

yang setulus-tulusnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua

pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penulisan kajian ini

terutama kepada Bapak Dr. Ir. Lala M Kolopaking, MS selaku pembimbing

pertama dan Bapak Ir. Sutara Hendrakusumaatmadja, MSc selaku pembimbing

kedua, serta seluruh dosen Sekolah Pascasarjana Magister Profesional Manajemen

Pembangunan Daerah Institut Pertanian Bogor. Tak lupa penulis sampaikan

terima kasih kepada Ketua Program Studi Magister Manajemen Pembangunan

Daerah serta ucapan serupa disampaikan kepada rekan-rekan seluruh mahasiswa/i

Magister Manajemen Pembangunan Daerah Institut Pertanian Bogor yang telah

membantu dalam penulisan kajian ini. Penulis serahkan amal kebaikan yang telah

membantu kepada Allah SWT semoga Yang Maha Kuasa dapat membalasnya

dengan berlipat ganda, amin.

Penulis berharap semoga hasil kajian ini dapat bermanfaat khususnya bagi

Pemerintah Kabupaten Karawang sebagai bahan rekomendasi strategi alternatif

untuk mensinergikan Program Raksa Desa maupun Pemerintah kabupaten lain

yang memerlukan serta pihak pihak yang membutuhkan kajian studi ini.

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Sumedang Propinsi Jawa Barat,

tanggal 13 Agustus 1972 dari ayah Dana Salya dan Ibu E. Sumini. Penulis

merupakan anak keempat dari enam bersaudara.

Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan di SDN Cilengkrang

Sumedang pada tahun 1985. Sekolah Menengah Umum Tingkat Pertama (SMP)

Cimalaka Sumedang tahun 1988 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2

Sumedang tahun 1991. Selanjutnya penulis menyelesaikan pendidikan D III di

Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) Jatinangor Sumedang

tahun 1994, dan menyelesaikan pendidikan sarjana (S1) pada Sekolah Tinggi Ilmu

Administrasi – Lembaga Administrasi Negara (STIA-LAN) di Bandung, jurusan

Manajemen Pembangunan Daerah pada tahun 2000. Pada Tahun 2005, penulis

melanjutkan pendidikan S2 pada Program Studi Magister Profesional Manajemen

Pembangunan Daerah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) di Bogor.

Penulis diangkat menjadi pegawai negeri sipil pada tahun 1992 pada

waktu masih kuliah di STPDN dengan status ikatan dinas. Pada saat ini penulis

bertugas di Badan Pemberdayaan Masyaraka t dan Sosial Kabupaten Karawang.

Penulis menikah pada tahun 2002 dengan Ambar Wulan, SE dan dikaruniai satu

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN 2.1. Pengertian dan Konsep Strategi dalam Pemerintahan Daerah ... 8

2.2. Strategi Pemberdayaan Masyarakat dan Kelembagaan ... 12

2.3. Kronologis dan Dasar Hukum Kebijakan Program Raksa Desa... 18

2.4. Arah dan Mekanisme Program Raksa Desa... 24

2.4.1. Maksud dan Tujuan program Raksa Desa ... 24

2.4.2. Strategi dan Pendekatan ... 25

2.4.3. Komponen Kegiatan Program Raksa Desa ... 27

2.4.4. Kriteria Desa Lokasi Program Raksa Desa ... 28

2.4.5. Prinsip Pengelolaan dan Pengorganisasian ... 29

2.5. Konsep Pembangunan Manusia dalam IPM ... 31

III.METODOLOGI KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran... 35

3.2. Metode Kajian ... 37

3.3. Lokasi Kajian ... 39

3.4. Sasaran Kajian... 39

3.5. Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data ... 40

3.6. Metode Perangcangan Program ... 41

IV.GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis ... 43

4.2. Kondisi Pemerintahan Daerah ... 45

(11)

V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN MASALAH

5.1. Alokasi Program Raksa Desa di Kabupaten Karawang ... 57

5.2. Satuan Pelaksana Program Raksa Desa Kabupaten Karawang... 58

5.3. Dukungan Dinas atau Instansi dlm Menunjang Program Raksa Desa 62 5.4. Pelaksanaan Program Raksa Desa... 65

5.4.1. Pelaksanaan Program Rakdes di Kabupaten Karawang... 65

5.4.2. Pelaksanaan Program Rakdes di tingkat Satlak Kecamatan ... 80

5.4.3. Pelaksanaan Program Rakdes di tingkat Satlak Desa ... 85

5.4.4. Pelaksanaan Program Raksa Desa Menurut Persepsi Kelompok Masyarakat Penerima Bantuan ... 89

5.4.5. Exit Strategy Program Raksa Desa... 92

VI.ANALISIS PERANCANGAN PROGRAM 6.1. Lingkungan Internal (Kekuatan-Kelemahan)... 96

6.2. Lingkungan Eksternal (Peluang-Ancaman) ... 100

6.3. Formulasi Strategi ... 105

6.3.1. Analisis Evaluasi Faktor Internal Satlak Raksa Desa ... 105

6.3.2. Analisis Evaluasi Faktor Eksternal satlak Program Raksa Desa ... 106

6.3.3. Analisis SWOT Satlak Program Raksa Desa ... 107

6.3.4. Matriks Internal-Eksternal Satlak Raksa Desa ... 112

6.3.5. Penentuan Strategi ... 114

6.3.6. QSPM Satlak Raksa Desa... 118

6.3.7. Alternatif Strategi dan Program... 120

VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 7.1. Kesimpulan ... 123

7.2. Rekomendasi Kebijakan... 126

DAFTAR PUSTAKA ... 128

(12)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Distribusi Sampel Pengukuran dari Satlak Kecamatan, Desa

dan Masyarakat ... 41

2. Pembagian Wilayah Administratif Kabupaten Karawang ... 46

3. Perkembangan Ketenagakerjaan di Kab. Karawang Tahun 2001-2005 ... 50

4. Rencana Pencapaian IPM Kabupaten Karawang Tahun 2006-2010 ... 53

5. Perkembangan Indek Pembangunan Manusia Tahun 2001-2005 ... 53

6. PDRB, Jumlah penduduk dan PDRB per kapita ... 54

7. APBD Kabupaten Karawang Tahun 2006 ... 55

8. Daftar Alokasi Program Raksa Desa Tiap Kecamatan ... 56

9. Jawaban Angket tentang Pelaksanan Sinergitas Program Raksa Desa Dari Dinas atau Instansi yang Tergabung Dalam Satlak - Kabupaten Karawang ... 60

10.Kegiatan Rapat Satlak Program Raksa Desa Tingkat Kabupaten Karawang . 61 11.Jawaban Angket tentang Dukungan Dinas atau Instansi dalam Menunjang Rakdes ... 62

12.Dukungan Program dan Anggaran Dinas atau Instansi dalam (Satlak Raksa Desa) Tahun 2006 ... 63

13.Kegiatan Pembinaan dan Monitoring dari Satlak Kabupaten Karawang... 65

14.Realisasi Raksa Desa Bidang Kesehatan ... 72

15.Kasus Yang Ditangani Dana Program Raksa Desa Tahun 2005 ... 73

16.Jumlah Kematian Ibu dan Bayi di Kab Karawang Tahun 2000-2004 ... 74

17.Daftar Rekapitulasi Usulan Infrastruktur Fisik Desa Lokasi Raksa Desa Tahun 2006... 79

18.Jawaban Angket Tentang Pelaksanaan Program Rakdes di Tingkat satlak Kecamatan ... 81

19.Jawaban Angket Tentang Pelaksanaan Rakdes di Tingkat Satlak Desa ... 95

20.Jawaban Angket tentang Pelaksanaan Rakdes Menurut Persepsi Kelompok Masyarakat Penerima Bantuan ... 90

21.Kekuatan dan Kelemahan Satlak Program Raksa Desa di Kabupaten - Karawang ...96

22.Peluang dan Ancaman pada Satlak Raksa Desa di Kabupaten Karawang...101

23.Nilai Rata-rata Evaluasi Faktor Internal Satlak Raksa Desa ... .. 106

(13)

25.Matriks SWOT Satlak Raksa Desa di Kabupaten Karawang ... 111

26.Variabel Penyusun SPACE Matriks Satlak Raksa Desa ... 115

27.Nilai Rata-rata Empat faktor SPACE Matriks Satlak Raksa Desa... 115

(14)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Proses Pemberdayaan Masyarakat ... 16

2. Dimensi, Indikator dan Indeks Dimensi IPM... 33

3. Kerangka Pemikiran ... 37

4. Peta Karawang ... 43

5. Jumlah Penduduk Dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Karawang Tahun 2001-2004 ... 48

6. Piramida Penduduk Kabupaten Karawang Tahun 2004 ... 49

7. Peta Kluster Keluarga Miskin di Kabupaten Karawang ... 51

8.Grafik Perkembangan IPM Tahun 2001-2004 ... 54

9.Komposisi Angka Buta Huruf di Kabupaten Karawang ... 66

10.APK dan APM SD/MI, SLTP/MTs, dan SMA/MA/SMK di Kaupaten Karawang ... 68

11. Angka Partisipasi Sekolah Kabupaten Karawang Tahun 2004 ... 69

12. Perkembangan Jumlah Prasarana Pendidikan Sudah Tahun 2004 ... 69

13. Kasus Penaganan Bayi Baru Lahir di Kabupaten Karawang Tahun 2004... 72

14. Perkembangan Indeks Daya Beli ... 79

15. Hierarki Exit Strategy Program Raksa Desa ... 93

16. Matrik IE Satlak Program Raksa Desa ...114

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Data Responden ... 130

2. Tabulasi Data Tentang Pelaksanaan Sinegritas Program Rakdes Satlak Kabupaten Karawang ... 135

3. Tabulasi Data Tentang Pelaksanaan Raksa Desa Tingkat Satlak Kecamatan ... 135

4. Tabulasi Data Tentang Pelaksanaan Raksa Desa Tingkat Satlak Desa ... 136

5. Tabulasi Data Tentang Manfaat Program Raksa Desa Bagi Masyarakat Penerima Bantuan ... 137

6. Faktor Internal Satlak Program Raksa Desa ... 138

7. Faktor Eksternal Satlak Program Raksa Desa ... 138

8.Rekapitulasi Nilai Evaluasi Faktor Internal (EFI)... 139

(16)

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan Kabupaten Karawang hakekatnya adalah ingin mewujudkan

Kabupaten Karawang yang sejahtera, tertib, aman dan bersih yang menjadi

landasan dalam proses pencapaian tujuan pembangunan. Orientasi pembangunan

pengentasan kemiskinan oleh Pemerintah Kabupaten Karawang harus dapat

meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat miskin dengan

mengutamakan penyediaan kebutuhan dasar dan pelayanan umum, penyedian

sumber daya produksi, dan peningkatan kegiatan usaha serta penguatan organisasi

sosial dan ekonomi masyarakat. Hal tersebut perlu ditunjang dengan penyusunan

kebijakan penaggulangan kemiskinan termasuk pengembangan model dan

instrumen pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan kondisi masyarakat

Karawang.

Berkaitan dengan hal tersebut, rumusan Rencana strategis dan Kebijakan

Umum Kabupaten Karawang yang disusun melalui mekanisme penelaahan dan

pengkajian, dan sebagai tujuan jangka panjang yang ingin dicapai, dirumuskan

formulasi Visi Kabupaten Karawang, yaitu : “Terwujudnya Masyarakat

Karawang yang Sejahtera Melalui Pembangunan di Bidang Pertanian Dan

Industri yang Selaras dan Seimbang BerdasarkanIman dan Taqwa

Dari rumusan visi tersebut maka pernyataan visi dijabarkan pada 9

(sembilan) rumusan Misi Kabupaten Karawang, sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan.

(17)

3. Mengembangkan ekonomi kerakyatan pada sektor pertanian dengan pola

agribisnis dan agroindustri yang didukung oleh sektor industri lainnya.

4. Meningkatkan pembangunan infrastruktur wilayah.

5. Meningkatkan kualitas angkatan kerja dan peluang kerja.

6. Meningkatkan pelayanan, pembinaan dan kesadaran hukum serta hak asasi

manusia.

7. Menciptakan tata pemerintahan Kabupaten Karawang yang bersih dan

berwibawa.

8. Mengutamakan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan

lingkungan pada seluruh kegiatan pembangunan.

9. Pemberdayaan perempuan dan pengarusatamaan gender

Rumusan Visi dan Misi yang merupakan target jangka panjang masih

bersifat abstrak, maka perlu dijabarkan menjadi suatu yang konkrit dan dapat

diukur keberhasilan dan kegagalannya. Oleh karena itu perlu adanya suatu

indikator yang merupakan acuan pencapaian visi secara makro dalam kurun waktu

jangka menengah dan jangka pendek.

Selanjutnya untuk menjamin Pemerintah Kabupaten Karawang dapat

menjalankan tugas pokok dan fungsinya secara efektif dalam koridor

perkembangan lingkungan strategis yang dihadapi saat ini serta persfektif kedepan

bidang pengelolaan keuangan daerah maka perlu dibuatkan landasan berpijak

yang komprehensif. Undang-undang 32 Tahun 2004 mengamanatkan bahwa

Pemerintah Propinsi memiliki kewajiban untuk mensejahterakan masyarakat,

(18)

juga merupakan tugas Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Kabupaten/Kota

serta Pemerintah Desa, dunia usaha dan masyarakat.

Program Raksa Desa adalah bentuk artikulasi perhatian Pemerintah

Propinsi Jawa Barat dalam bentuk tugas pembantuan kepada pemerintah desa di

seluruh Propinsi Jawa Barat. Prioritas program tersebut terkait dengan pencapaian

Indek Pembangunan Manusia (IPM) Propinsi Jawa Barat.

Untuk pencapaian tujuan pelaksanaan Program Raksa Desa diperlukan

pemerintah kabupaten yang kapabel dalam melakukan fasilitasi dan pembinaan

serta pengawasan. Permasalahannya tidak semua pemerintah kabupaten

mempunyai komitmen dan kurangnya melakukan koordinasi antar sektor dalam

perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan program.

Menyikapi kondisi tersebut, Pemerintah Kabupaten Karawang berupaya

mensinergikan Program Raksa Desa dengan strategi program untuk

dikembangkan. Adapun Pertanyaan pokok kajian ini adalah Bagaimanakah

Strategi Pemerintah Kabupaten Karawang untuk Mensinergikan Program Raksa

Desa ?

Perumusan Masala h

Dalam implementasinya, perencanaan pembangunan yang dirumuskan

dalam Rencana Strategis (Renstra) Kabupaten Karawang Tahun 2001-2005,

bahwa pencapain target IPM secara kuantitatif mengalami peningkatan pada

seluruh indikator-indikator IPM, walaupun peningkatan pada masing-masing

indikator IPM belum memperlihatkan perkembangan yang cukup tinggi. Hal

(19)

ini berkaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten

Karawang dapat dinilai belum terlaksana secara oftimal.

Dengan dasar uraian tersebut, dapat dipahami bahwa pola dari kebijakan

pembangunan yang selama ini berjalan belum memberikan dampak yang

signifikan terhadap optimalisasi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah

satu program yang berkaitan langsung dengan upaya peningkatan kesejahteraan

masyarakat atau IPM yaitu Program Raksa Desa yang telah berjalan di Kabupaten

Karawang sejak tahun 2003, selain program lain yang berbasis pemberdayaan

masyarakat baik dari pemerintah pusat maupun dari sektor lainnya. Namun pada

perjalanannya dirasa masih kurang sinergi, dimana program-program sejenis yang

begitu banyak kelihatan masih bersifat sektoral atau kurang terpadu.

Khususnya dalam pengelolaan Program Raksa Desa pada tiap tingkatan

pemerintahan telah dibentuk Satuan Pelaksana yang melibatkan berbagai dinas

atau instansi terkait namun dirasa belum berjalan oftimal, hal ini dimungkinkan

karena masih lemahnya koordinasi antar sektor mulai dari tahap perencanaan,

pelaksanaan dan pengendalian. Dengan pemahaman tersebut, maka pertanyaan

spesifik pertama yang diajukan dalam kajian ini adalah Bagaimanakah Strategi

Pemerintah Kabupaten Karawang dalam formulasi Satlak Program Raksa Desa

untuk Mensinergikan pelaksanaan Program Raksa Desa ?

Langkah selanjutnya adalah mengungkapkan peran dan dukungan dari

dinas atau instansi terkait yang tergabung dalam Satuan Pelaksana (SATLAK)

Program Raksa Desa dalam menunjang keberhasilan pelaksanaan Program Raksa

Desa baik ditinjau dari peran dan fungsinya maupun komitmen kebijakan

(20)

Kabupaten yang diindikasikan dengan masih kurangnya koordinasi dan jarangnya

menyelenggarakan rapat khusus menyangkut Program Raksa Desa. Dengan

demikian maka pertanyaan spesifik kedua yang diajukan dalam kajian ini adalah

Bagaimanakah peran dan dukungan Dinas atau instansi terkait dalam menunjang

Program Raksa Desa ?

Dilain pihak kita perlu mengkaji pelaksanaan dari Program Raksa Desa di

tingkat kecamatan dan desa disamping manfaat yang dirasakan oleh kelompok

masyarakat penerima bantuan. Hal ini tentunya akan memberikan gambaran

terhadap evaluasi pelaksanaan Program Raksa Desa ditinjau dari aspek muatan

atau hasilnya yang selama ini masih berjalan, baik dari aspek ketersediaan modal

usaha masyarakat dan penambahan infrastruktur desa yang menunjang

peningkatan daya beli, maupun peningkatan pelayanan pendidikan dan kesehatan

yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat

sehingga kita dapat mengetahui persepsi dari kelompok masyarakat penerima

bantuan. Hal ini didasari pemikiran mengingat luasnya cakupan kajian dan

keterbatasan waktu penulis. Dengan demikian pertanyaan spesifik ketiga yang

diajukan adalah Bagaimanakah persepsi yang dirasakan oleh kelompok

masyarakat penerima bantuan terhadap pelaksanaan Program Raksa Desa di

tingkat desa?

Selanjutnya setelah mengungkapkan kelemahan atau kendala dalam

pelaksanaan Program Raksa Desa oleh Pemerintah Kabupaten Karawang, perlu

mengkaji kembali strategi atau kebijakan kedepan guna upaya perbaikan sehingga

terjadi sinergi yang yang diharapkan khususnya dalam pelaksanaan Program

(21)

Bagaimanakah alternatif strategi yang perlu diterapkan oleh Pemerintah

Kabupaten Karawang untuk mensinergikan Program Raksa Desa?

Tujuan Kajian

Tujuan penulisan Kajian ini secara umum adalah untuk mengkaji dan

merumuskan strategi alternatif yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Kabupate n

Karawang untuk mensinergikan Program Raksa Desa, yang bertujuan untuk

peningkatan pembangunan Kabupaten Karawang. untuk itu, selain

mengungkapkan strategi alternatif juga dukungan dinas atau instansi terkait dalam

menunjang keberhasilan program ditinjau dari aspek peran dan fungsi serta

dukungan program.

Adapun secara khusus tujuan kajian ini adalah :

a. Mengungkapkan pelaksanaan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten

Karawang untuk mensinergikan Program Raksa Desa.

b. Mengetahui dan mengungkapkan peran dan fungsi serta dukungan Dinas

atau Instansi terkait dalam menunjang Program Raksa Desa.

c. Mengungkapkan persepsi kelompok masyarakat penerima bantuan

terhadap pelaksanaan Program Raksa Desa di tingkat desa.

d. Merumuskan alternatif strategi yang layak untuk diterapkan oleh

Pemerintah Kabupaten Karawang (Satlak Raksa Desa) dalam

(22)

Manfaat Kajian

Adapun manfaat dari kajian ini adalah :

a. Secara teoritis, kajian ini diharapkan menjadi bahan referensi untuk

memahami tentang strategi yang dilakukan untuk mensinergikan Program

Raksa Desa di Kabupaten Karawang dan memberikan wawasan atau

pengetahuan bagi pembaca yang berminat dalam bidang studi ini.

b. Secara praktis, kajian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan atau

informasi yang dapat dipertimbangkan khususnya oleh Pemerintah

Kabupaten Karawang dan Kabupaten lain umumnya dalam merumuskan

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian dan Konsep Strategi dalam Pemerintahan Daerah

Strategi merupakan aspek penting dalam organisasi, karena dengan strategi

akan dapat menentukan sejauhmana suatu tujuan organisasi mengalami

keberhasilan ataupun kegagalan. Strategi merupakan sejumlah sarana atau jalur

tindakan (means) yang perlu ditemukan oleh suatu organisasi secara aktif, guna

mewujudkan sasaran organisasi. Strategi bersifat umum dan mendukung

eksistensi organisasi. Selain itu strategi juga diperlukan untuk menga ntisipasi

perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi. Dalam hal ini Kotten

( Salusu,1996;104) menyatakan bahwa tipe-tipe strategi adalah :

a. Corporate strategi (strategi organisasi), strategi ini berkaitan dengan

perumusan misi, tujuan, nilai-nilai dan inisiatif strategi baru. Pembatasan

diperlukan yaitu apa yang dilakukan dan untuk siapa.

b. Program strategy (strategi program), strategi ini lebih memberikan

perhatian pada implikasi strategik dari suatu program tertentu.Apa kiranya

dampaknya apabila suatu program tertentu dilancarkan atau diperkenalkan,

apa dampaknya bagi sasaran organisasi.

c. Resource support strategy (strategi pendukung sumberdaya), strategi

sumberdaya ini memusatkan perhatian pada memaksimalkan pemanfaatan

sumberdaya esensial yang tersedia guna meningkatkan kreativitas kinerja

(24)

d. Institusi strategy (strategi kelembagaan), fokus strategi institusional

adalah menggambarkan kemampuan organisasi untuk me laksanakan

inisiatif-inisiatif strategik.

Dilain pihak Stoner (1986;118) menyatakan bahwa ”Strategi adalah

program yang luas untuk mencapai tujuan organisasi, berarti bagaimana cara

melaksanakan misinya”.

Ada tiga hal penting yang secara khusus perlu diperhatikan dalam lingkup

manajemen strategis, yaitu :

1. Strateginya sendiri, yang meliputi rumusan arah organisasi, sarana untuk

mencapai hal tersebut, dan dukungan dari daya saing yang kuat.

2. Keberhasilan aplikasi strategi yang mencakup pembahasan tentang

penerapan strategi untuk memperoleh hasil paling efektif.

3. Inovasi (upaya pembaharuan) atas strategi yang ada, agar organisasi tetap

mampu memberi tanggapan pada berbagai perubahan yang ada, sehingga

strategi dapat diubah atau diperbaharui dalam aplikasinya.

Dalam pengelolaan perubahan strategi, dapat ditemukan beberapa model

strategi (Chaffee, 1985) yang digolongkan menjadi tiga pilihan pendekatan, yaitu :

a. Pendekatan strategi linier, dimana pendekatan ini terpusat pada perencanaan

dengan sasaran dan uraian tentang sarana pencapaiannya sebagai hasil

pengambilan keputusn strategis. Adapun rumusannya adalah ”strategi

sebagai suatu penentu sasaran dasar jangka panjang bagi satu organisasi, dan

adopsi merupakan jalur tindakan serta alokasi sumber daya yang diperlukan

(25)

b. Pendekatan strategi adaptif, berhubungan dengan pemikiran konsep

pertambahan (incrementalism). Adapun rumusannya adalah ”strategi

berkaitan dengan pengembangan satu kecocokan aktif antara peluang dan

resiko, telah ditemukan dalam lingkungan usaha, dilengkapi dengan

kemampuan organisasi dan sumberdaya yang diperlukan untuk

mengeksploitasi peluang tersebut”. (Hofer,1973).

c. Pendekatan strategi interpretif, berkaitan dengan hubungan antara organisasi

dengan lingkungannya, dimana kendalinya berada di tangan manajer yang

memegang peta kognitif tentang gambaran dunia yang diharapkan mampu

untuk menjelaskan apa organisasi dimaksud dengan melalui wajah

organisasi serta menyediakan tanggapan yang sesuai (Weick, 1983). Dalam

hal itu kultur dan nilai organisasi memegang peranan penting sebagai

motivasi manajemen. Dan keberhasilan masa lalu perlu dikembangkan lebih

lanjut sebagai jawaban atas terjadinya perubahan lingkungannya.

Untuk itulah diperlukan aspek kepemimpinan strategis, harus ikut

bertanggungjawab secara langsung dalam mengarahkan organisasi. Dia harus

paham tentang sasaran jangka panjang dan strategi yang ditetapkan, selanjutnya

perlu diaplikasikan melalui struktur organisasi yang juga dipilih oleh

kepemimpina n strategis. Selanjutnya tanggungjawab utama lainnya adalah

melakukan komunikasi kepada semua pihak.

Sebagai organisasi yang besar, Pemerintah Kabupaten Karawang yang

merupakan bagian dari pemerintahan daerah menjalankan fungsinya sebagaimana

diatur dalam pasal 2 ayat 3 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

(26)

Pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjalankan

otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan

Pemerintah, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan

umum, dan daya saing daerah.

Dilain pihak berdasarkan penjelasan atas Undang-undang Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dinyatakan pula bahwa urusan yang

menjadi kewenangan daerah, meliputi urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan

pemerintahan wajib adalah suatu urusan pemerintahan yang berkaitan dengan

pelayanan dasar seperti pendidikan dasar, kesehatan, pemenuhan kebutuhan hidup

minimal, prasarana lingkungan dasar, sedangkan urusan pemerinta han yang

bersifat pilihan terkait erat dengan potensi unggulan dan kekhasan daerah.

Ini berarti bahwa pemerintah daerah diantaranya mengemban amanah

untuk melakukan dan meningkatkan pelayanan dan pemberdayaan serta peran

serta masyarakat. Pemerintah daerah dituntut meningkatkan layanannya terhadap

masyarakat sehingga IPM daerah meningkat dan dapat memenuhi standar yang

ditetapkan.

Pentingnya strategi dirasakan dalam penyusunan rencana pembangunan

jangka menengah daerah yang merupakan penjabaran dari visi, misi dan program

kepala daerah untuk 5 tahun yang penyusunannya berpedoman pada RPJP daerah

dengan memperhatikan RPJM nasional. RPJM daerah itu sendiri memuat arah

kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, dan

program satuan kerja perangkat daerah, lintas satuan kerja perangkat daerah,

program kewilayahan disertai rencana kerja dalam kerangka regulasi dan

(27)

tersirat dalam pasal 151 Bab VII Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah sebagai berikut :

1. Satuan kerja perangkat daerah menyusun rencana strategis yang selanjutnya

disebut Renstra-SKPD memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan,

program dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsinya,

berpedoman pada RPJM daerah dan bersifat indikatif.

2. Renstra-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dirumuskan dalam

bentuk rencana kerja satuan kerja perangkat daerah yang memuat kebijakan,

program, dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh

pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi

masyarakat.

Dengan demikian strategi mempunyai peranan yang sangat penting dalam

penentuan keberhasilan pencapaian sasaran dan tujuan organisasi Pemerintah

Kabupaten Karawang khususnya Satuan Pelaksana Program Raksa Desa dalam

mensinergikan Program Raksa Desa.

Strategi Pemberdayaan Masyarakat dan Kelembagaan

Banyak pelajaran yang dapat diambil dari kondisi hasil pembangunan

selama ini, antara lain harus disadari bahwa Bangsa Indonesia masih memiliki

kesempatan untuk keluar dari keterpurukan akibat krisis moneter dan diperlukan

visi dan misi serta komitmen yang jelas dari seluruh elemen bangsa untuk

diimplementasikan melalui strategi-strategi yang tepat. Hal tersebut perlu diawali

dengan menelusuri struktur sosial yang berkembang dalam kehidupan masyarakat

(28)

pendekatan pembangunan, dimana pendekatan tersebut mendekati pada proses

demokratisasi dan penegakan HAM serta terfokus pada pembangunan berbasis

masyarakat (community based develompent).

Menurut Rothman dan Tropman dalam Isbandi (2003), secara konseptual,

sedikitnya ada lima prinsip dasar dan konsep pembangunan berbasis masyarakat

(community based development-CBD), yaitu :

1. Untuk mempertahankan eksistensinya, CBD memerlukan break-event dalam

setiap kegiatan yang dikelola.

2. Konsep CBD selalu melibatkan partisipasi masyarakat baik dalam

perencanan maupun pelaksanaan program termasuk pengawasan.

3. Dalam melaksanakan CBD, antara kegiatan pelatihan dan pembangunan

fisik merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

4. Dalam mengimplementasikan CBD harus dapat memaksimalkan

sumberdaya (resources), khususnya dalam hal dana, baik yang berasal dari

pemerintah, swasta, maupun sumber-sumber lainnya, seperti dana dari

sponsor pembangunan sosial.

5. Organisasi CBD harus lebih memfungsikan diri sebagai ”katalis” yang

menghubungkan antara kepentingan pemerintah yang bersifat makro dan

kepentingan masyarakat yang lebih bersifat mikro.

Dalam mencapai visi pengembangan masyarakat, perlu dikembangkan

model-model yang diarahkan pada pembangunan masyarakat, dimana menurut

Jack Rothman dalam Isbandi (2003) menyusun dan merumuskan tiga model

(29)

a. Model Pengembangan Lokal (Locality Development Model), model

pembangunan lokal mensyaratkan bahwa perubahan dalam masyarakat dapat

dilakukan secara oftimal bila melibatkan partisipasi aktif yang luas dari

spektrum masyarakat tingkat lokal, baik dalam penentuan tujuan maupun

pelaksanaan tindakan perubahan. Tujuan yang ingin dicapai adalah

mengembangkan kemampuan masyarakat agar dapat berfungsi secara

integratif. Strategi yang digunakan ialah mencari cara untuk dapat

memotivasi warga masyarakat agar terlibat aktif dalam proses perubahan.

Partisipasi aktif seluruh warga masyarakat dalam pembangunan itulah yang

menjadi tujuan utama proses perubahan.

b. Model Perencanaan Sosial (Social Planning Model), model ini menganggap

betapa penting mengguna kan cara perencanaan yang matang dan perubahan

yang terkendali untuk mencapai tujuan akhir secara rasional. Perencanaan

dilakukan dengan sadar dan rasional, dalam pelaksanaannya dilakukan

pengawasan yang ketat untuk melihat perubahan yang terjadi. Sasaran atau

tujuan utama model in adalah menciptakan, menyusun, dan memberikan

bantuan baik yang bersifat materi maupun pelayanan yang berbentuk jasa

kepada masyarakat. Oleh karenanya yang ingin dikembangkan yaitu

kemampuan dan kecakapan masyarakat dalam memecahkan

permasalahannya melalui usaha yang terencana, terarah dan terkendali.

Strategi yang digunakan adalah mengumpulkan atau mengungkapkan

fakta-fakta dan data mengenai permasalahan kemudian mengambil tindakan yang

(30)

c. Model Aksi Sosial (Sosial Action Model), model ini menekankan betapa

pentingnya penanganan kelompok penduduk yang tidak beruntung secara

terorganisasi, terarah dan sistematis. Model ini bertujuan mengadakan

perubahan yang mendasar didalam lembaga utama atau kebiasaan

masyarakat. Adapun langkah yang ditempuh dengan menggerakkan

golongan masyarakat tertentu guna terlibat aktif dalam mengadakan

perubahan. Tujuannya yaitu mengubah sistem atau kebijakan pemerintah

secara langsung dalam rangka menanggulangi masalah yang mereka hadapi.

Strateginya adalah mengadakan usaha-usaha yang lebih terorganisir untuk

mencapai tujuan atau target tertentu, melalui tindakan yang lebih terorganisir

dan terarah, golongan-golongan tersebut mampu memperoleh kekuatan dan

tujuan yang diinginkan.

Selanjutnya prinsip kesetaraan bagi para stakeholder merupakan sebuah

kunci keberhasilan dalam membangun kemitraan. Akan tetapi menurut kenyataan

di lapangan, masyarakat lokal sebagai stakeholder berada pada posisi paling

lemah sehingga diperlukan pemberdayaan. Pemberdayaan mengandung makna

”membantu” komunitas dengan sumberdaya, kesempatan, keahlian dan

pengetahuan agar kapasitas komunitas meningkat sehingga dapat berpartisipasi

untuk menentukan masa depan warga komunitas. Oleh karenanya pemberdayaan

menjadi tujuan pengembangan masyarakat. Dengan kata lain pemberdayaan

mengandung tiga komponen penting yaitu power sharing, partisipasi dan

(31)

Langkah awal dari pemberdayaan masyarakat adalah pencerahan.

Pencerahan masyarakat merupakan buah dari upaya-upaya pelayanan publik yang

difasilitasi oleh pemerintah sebagaimana gambaran berikut :

Gambar 1. Proses Pemberdayaan Masyarakat

Merujuk uraian di atas, posisi masyarakat sebagai subjek bukan objek dari

program pembangunan sehingga diharapkan dengan pemberdayaan tercipta

kedirian dan peran serta atau partisipasi masyarakat menjadi meningkat.

Melalui proses pendampingan diharapkan akan dapat meningkatkan

kemampuan masyarakat lokal, sehingga pada saatnya nanti mereka akan dapat

memiliki peran yang sebanding dengan stakeholder lainnya. Menurut Bina Desa

(1998) ciri-ciri masyarakat kuat adalah : (1) Kedirian, tidak mudah dipengaruhi.

(2) Kritis dalam menghadapi persoalan. (3) Teguh dan konsisten dalam

menjalankan cita-cita komunitas. (4) Solidaritas dan kesetiakawanan. (5)

Kemadirian. (6) Gender persfektif. (7) Kemampuan dalam mengelola sumberdaya

alam. (8) Kooperatif (9) Replikatif (10) Non eksklusif.

Untuk menuju masyarakat lokal yang kuat ada beberapa upaya atau

langkah-langkah strategis dalam pemberdayaan masyarakat yang dilakukan

melalui kegiatan pendampingan, diantaranya adalah :

a. Pembentukan dan pengorganisasian sistem kelembagaan, kegiatan ini

diawali dengan pembentukan kelompok-kelompok dampingan, melalui

(32)

bersama untuk menyelesaikan persoalan komunitas. Antar kelompok juga

akan membentuk jaringan kerjasama baik dibidang kegiatan usaha produktif,

sharing pengetahuan dan pengalaman, informasi dan yang lebih penting

adalah dalam rangka me nghimpun kekuatan bersama sehingga mereka

memiliki daya tawar (bargaining position) yang lebih kuat.

b. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia, hal ini dilakukan melalui

kegiatan pelatihan, belajar bersama, diskusi kelompok, diklat, magang, study

banding, seminar dll.

c. Menciptakan dan mengembangkan usaha produktif, kegiatan usaha

produktif diarahkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang

berarti penguatan masyarakat dibidang ekonomi. Jenis kegiatannya bisa

mengembangkan usaha produktif yang sudah ada atau membuka bidang

usaha yang baru.

d. Mengembangkan sistem informasi kampung, nilai-nilai strategis yang

sesungguhnya dari mengembangkan sistem informasi kampung adalah

penguatan masyarakat lokal dibidang informasi. Sistem informasi ini sangat

membantu masyarakat lokal dalam pembentukan jaringan antar lembaga

atau kelompok yang telah terorganisir melalui kegiatan pendampingan

masyarakat. Sistem informasi yang dikembangkan juga akan menjadikan

masyarakat lokal mampu mengakses informasi ke dunia luar. Kekuatan

masyarakat lokal dalam mengakses informasi dapat mempengaruhi seluruh

aktifitas mereka yang pada akhirnya akan bermuara pada sustainable

(33)

Selanjutnya Desa menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, pasal

1, butir 12 adalah :

”Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang

berwenang untuk mengatur dan mengurusi kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diatur dan dihormati

dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.”

Sedangkan dalam pasal 206, desa mempunyai kewenangan antara lain

mencakup :

1. Urusan pemerintahan yang sudah ada dan berdasarkan hak asal usul desa.

2. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten/Kota yang

diserahkan pengaturannya kepada desa.

3. Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerinta h propinsi dan atau

pemerintah Kabupaten/Kota.

4. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh perundang-undangan diserahkan

kepada desa.

2.3. Kronologis dan Dasar Hukum Kebijakan Program Raksa Desa

Perubahan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, disamping karena adanya

perubahan Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 juga

memperhatikan beberapa Ketetapan MPR dan Keputusan MPR, seperti Ketetapan

MPR Nomor: IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan Dalam

(34)

tentang Rekomendasi Atas Laporan Pelaksanaan Putusan Majelis

Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia oleh Presiden, DPA, DPR, BPK dan

Mahkamah Agung dan pada Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat

Republik Indonesia Nomor: 5/MPR/2003 tentang Penugasan kepada MPR-RI

untuk menyampaikan Saran Atas Laporan Pelaksanaan Keputusan MPR-RI oleh

Presiden, DPR, BPK, dan MA pada Sidang Tahunan MPR-RI Tahun 2003.

Sejalan dengan amanat Tap MPR tersebut serta adanya perkembangan

dalam peraturan perundang-undangan dibidang Keuangan Negara yaitu

Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tantang Keuangan Negara, Undang-Undang-undang Nomor

1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-undang nomor 15

Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan

Negara serta Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional, menyebabkan terjadinya perubahan dalam sistem

pengelolaan keuangan negara.

Di dalam Undang-undang mengenai Keuangan negara, terdapat penegasan

dibidang pengelolaan keuangan yaitu bahwa kekuasaan pengelolaan keuangan

negara adalah sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan, dan kekuasaan

pengelolaan keuangan negara dari Presiden sebagian diserahkan kepada

Gubernur/Bupati/Walikota selaku Kepala Pemerintahan Daerah untuk mengelola

keuangan daerah dan mewakili Pemerintah Daerah dalam kepemilikan kekayaan

daerah yang dipisahkan. Ketentuan tersebut berimplikasi pada pengaturan

pengelolaan keuangan daerah, yaitu bahwa Gubernur/Bupati/Walikota

bertanggungjawab atas pengelolaan keuangan daerah sebagai bagian dari

(35)

pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah ataupun penyusunan,

pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pengawasan dan pertanggungjawaban

keuangan daerah melekat dengan pengaturan pemerintahan daerah sebagaimana

diamanatkan pada pasal 194 Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah.

Sejalan dengan dinamika perubahan pengelolaan keuangan daerah baik

mekanisme dan prosedurnya sebagaimana diuraikan di atas, maka prinsip utama

yang perlu ditekankan dalam perbaikan konsepsi pengelolaan keuangan daerah ke

depan adalah mendudukan kembali makna dari prinsip pengelolaan keuangan atau

anggaran publik yaitu ”apa yang menjadi kewajiban dari masyarakat (pajak atau

retribusi dan aspek pembebanan lainnya) akan menjadi hak bagi pemerintah, dan

apa yang menjadi kewajiban pemerintah (pelayanan umum dan kesejahteraan

masyarakat) akan menjadi hak bagi masyarakat”. Jadi dengan prinsip ”dari rakyat

untuk rakyat” akan menjadi spirit hidup atau jiwa dari semua kebijakan

pengelolaan keuangan publik yang ditopang oleh akuntabilitas, transparansi, dan

profesionalisme yang menjadi dasar bagi keberhasilan pengelolaan keuangan atau

anggaran daerah yang tentunya hal tersebut akan mendukung citra dan

kredibilitas pemerintahan daerah dimata masyarakatnya.

Pada hakekatnya pemberian kekuasaan di bidang pengelolaan keuangan

daerah merupakan salah satu unsur penting dalam mewujudkan cita-cita

pelaksanaan otonomi daerah. Untuk menjamin pemerintahan daerah dapat

menjalankan tugas pokok dan fungsinya secara efektif dalam koridor

perkembangan lingkungan strategis yang dihadapi saat ini serta perspektif ke

(36)

berpijak yang komprehensif dengan memperhatikan permasalahan keuangan

secara umum serta praktek-praktek permasalahan pengelolaan keuangan daerah

yang terjadi. Pemahaman dan implementasi atas permasalahan lingkup

pengelolaan keuangan daerah akan menjadi dasar dalam menetapkan arah

kebijakan dan strategi pelaksanaan selanjutnya.

Prioritas kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan yang

menjadi prioritas adalah peningkatan peran pemerintah dalam penghormatan dan

perlindungan hak-hak dasar masyarakat miskin, pemantapan dan penajaman

berbagai upaya pemenuhan hak-hak dasar khususnya melalui program penciptaan

lapangan kerja dan usaha, peningkatan layanan pendidikan dan kesehatan serta

pemenuhan kebutuhan pangan, pengembangan sistem informasi manajemen,

memperkuat sistem monitoring dan evaluasi serta asistensi kepada pemerintah

daerah dalam penanggulangan kemiskinan melalui pendekatan hak dasar rakyat

merupakan keharusan untuk dilaksanakan.

Secara nasional arah kebijakan penanggulangan kemiskinan tahun 2006

diarahkan pada berbagai regulasi dan pengembangan program yang memiliki

dampak luas terhadap penghormatan, perlindungan dan pemenuhan kebutuhan

pangan, kesehatan, pendidikan, perumahan, air bersih, sumberdaya alam dan

lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan tindak kekerasan serta partisipasi

dalam kehidupan sosial politik. Selain itu untuk mendukung pemenuhan hak-hak

dasar rakyat miskin secara bertahap, kebijakan penanggulangan kemiskinan

diarahkan pada perwujudan keadilan dan kesetaraan gender, dan pengembangan

wilayah melalui percepatan pembangunan perdesaan, pembangunan perkotaan,

(37)

Sejalan dengan arah kebijakan penanggulangan kemiskinan, maka perlu

menciptakan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Oleh karenanya

pemerintah berupaya untuk mempercepat pelaksanaan reformasi birokrasi dengan

agenda utamanya mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang profesional,

partisipatif, berkepastian hukum, transparan, akuntabel, memiliki kredibilitas,

bersih dan bebas KKN, peka dan tanggap terhadap segenap kepentingan dan

aspirasi masyarakat. Dalam upaya mencapai sasaran tersebut, kebijakan

penyelenggaraan negara diantaranya diarahkan untuk meningkatkan keberdayaan

masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan melalui (1) Peningkatan

kualitas pelayana n publik terutama pelayanan dasar, pelayanan umum dan

pelayanan unggulan. (2) Peningkatan kapasitas masyarakat untuk dapat

mencukupi kebutuhan dirinya, berpartisipasi dalam proses pembangunan dan

mengawasi jalannya pemerintahan. (3). Peningkatan transparansi, partisipasi dan

mutu pelayanan melalui peningkatan akses dan sebaran informasi.

Sebagaimana kita ketahui bahwa Pembangunan adalah usaha yang

dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan guna meningkatkan kondisi

yang lebih baik, terwujudnya kehidupan masyarakat yang berdaulat, mandiri,

memiliki daya saing, berkeadilan, sejahtera, maju serta memiliki kekuatan moral

dan etika yang baik. Pembangunan Daerah Propinsi Jawa Barat di masa yang akan

datang tidak terlepas dari tuntutan dan tantangan yang diartikulasikan kedalam

visi dan misi serta strategi Jawa Barat yang akseleratif tahun 2003-2008.

Dalam rangka mewujudkan visi ”Akselerasi Peningkatan Kesejahteraan

Masyarakat Guna Mendukung Pencapaian Visi Jawa Barat 2010”, perlu dilakukan

(38)

daerah yang efektif dan efisien. Pendekatan pembangunan daerah yang bertumpu

pada pembangunan manusia merupakan suatu landasan untuk mewujudkan visi

yang sudah ditetapkan. Pembangunan manusia adalah pemb angunan yang

berpusat pada manusia yang menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari

pembangunan bukan sebagai alat pembangunan.

Dalam Rencana Strategis Propinsi Jawa Barat 2003-2010 dinyatakan

bahwa indikator pencapaian visi Jawa Barat adalah Indeks Pembangunan Manusia

yang pada tahun 2010 diharapkan mencapai nilai 80. Pengertiannya adalah Jawa

Barat pada tahun 2010 dapat mensejajarkan kualitas pembangunan manusianya

pada kelompok daerah kategori sejahtera.

Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 mengamanatkan bahwa Pemerintah

Propinsi memiliki kewajiban untuk mensejahterakan masyarakat. Pada dasarnya

kewajiban untuk mensejahterakan masyarakat bukan hanya merupakan tugas

Pemerintah Propinsi, namun juga merupakan tugas Pemerintah Pusat maupun

Pemerintah Kabupaten/Kota serta Pemerintah Desa, dunia usaha dan masyarakat.

Dengan kata lain semua stakeholder pembangunan harus bersama -sama dan

bersinergis memikul tanggung jawab untuk mensejahterakan masyarakat.

Mewujudkan kesejahteraan masyarakat bukan tugas yang ringa n, apalagi

bilamana terjadi kendala atau hambatan dalam teknis pelaksanaannya seperti

belum stabilnya faktor keamanan, belum pulihnya kondisi perekonomian nasional,

dan faktor lainnya. Dengan mencermati hal-hal tersebut maka perlu dilakukan

upaya terobosan yang tepat untuk mempercepat pencapaian sasaran melalui

aktifitas pembangunan yang efektif dan efisien yang terintegrasi dan

(39)

Jawa Barat tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah Nomor 52 tahun 2001,

Pemerintah Propinsi dapat memberikan tugas pembantuan kepada Desa dan

menetapkan kebijakan untuk mengarahkan pembangunan berbasis IPM ke desa

melalui program yang disebut Program Raksa Desa. Dengan asumsi jika IPM desa

meningkat maka akan meningkatkan IPM Kecamatan, dan jika IPM Kecamatan

meningkat maka akan meningkatkan IPM Kabupaten . Selanjutnya dengan

meningkatnya IPM Kabupaten maka akan meningkatkan IPM Propinsi Jawa

Barat.

2.4. Arah dan Mekanisme Program Raksa Desa

2.4.1. Maksud dan Tujuan Program Raksa Desa

Pemerintah Propinsi Jawa Barat meluncurkan Program Raksa Desa dengan

maksud untuk mempercepat pencapaian peningkatan kesejahteraan masyarakat

desa dengan memberdayakan pemerintah dan masyarakat desa melalui

pendayagunaan sumberdaya lokal secara mandiri dan sumberdaya pembangunan

secara oftimal. Sedangkan tujuan Program Raksa Desa itu sendiri yaitu :

a. Meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur desa.

b. Meningkatkan perekonomian masyarakat perdesaan, melalui penyediaan

permodalan bagi kelompok usaha ekonomi masyarakat.

c. Meningkatkan kinerja aparat kecamatan, desa atau kelurahan.

d. Meningkatkan upaya pemerataan pembangunan antar wilayah di Jawa

Barat.

e. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dasar.

(40)

g. Memformulasikan kegiatan guna meningkatkan senergitas

program-program Pemerintah Propinsi maupun kabupaten/Kota yang terkoordinasi

di lokasi Program Raksa Desa.

2.4.2. Strategi dan Pendekatan

Sebagaimana kita ketahui bahwa desa memiliki posisi terdepan dalam

struktur pemerintahan di Indonesia. Dalam hal ini desa mempunyai basis yang

kuat dan mendasar baik dalam rangka otonomi maupun pembangunan. Desa

juga dapat dikatakan sebagai agen pembangunan dan agen demokrasi dalam

pembangunan sistem demokrasi di Indonesia.

Dengan posisi tersebut, upaya memerankan desa melalui implementasi

tugas pembantuan merupakan bentuk artikulasi paradigma perencanaan

pembangunan yang mengedepankan pendekatan partisifatif. Dengan

perencanaan partisipatif ini diharapkan terlaksana pembangunan yang sinergis,

efisien dan efektif serta meningkatnya iklim demokrasi kepemerintahan dan

pembangunan.

Adapun strategi yang digunakan dalam Program Raksa Desa adalah :

a. Mendorong tumbuh dan berkembangnya prakarsa dan swadaya gotong

royong masyarakat, partisipasi masyarakat serta transparansi.

b. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan organisasi yang berakar pada

masyarakat desa.

c. Membangun sinergi berbagai kegiatan pembangunan yang dilaksanakan di

(41)

d. Mendorong tumbuhnya kesalehan sosial dengan wujud kesetiakawanan

sosial dalam konteks pembangunan desa.

e. Meningkatkan peran dan fungsi lembaga masyarakat (BPD dan LPM)

terutama dalam menjalankan fungsi kontrol sosial terhadap pelaksanaan

program-program pembangunan desa.

Sedangkan pendekatan yang dilgunakan dalam pelaksanaan program

Raksa Desa adalah :

a. Pembangunan yang bertumpu pada masyarakat (Comunity Based

Development).

b. Bottom up planning yaitu perencanaan dari bawah artinya perencanaan

untuk menentukan prioritas kegiatan yang dilakukan melalui mekanisme

musyawarah perencanaan pembangunan.

c. Pemberiaan kredit permodalan lebih diarahkan kepada masyarakat atau

kelompok masyarakat yang memiliki usaha dalam sektor informal, mikro

dan usaha kecil.

d. Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan diarahkan pada pembangunan

infrastruktur yang dapat mengungkit secara signifikan pada tingkat

ekonomi masyarakat serta meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap

pelayanan dasar kesehatan, pendidikan serta sumberdaya ekonomi.

Dalam hal ini strategi ke depan (exit strategy). Program Raksa Desa

perlu dipersiapkan guna keberlanjutan program. Sedangkan kalau kita kaji maka

sasaran Program Raksa Desa antara lain adalah :

a. Meningkatnya kuantitas dan kualitas infrastruktur perdesaan.

(42)

c. Meningkatnya angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah masyarakat

perdesaan.

d. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan dasar khususnya bagi ibu

hamil dan menyusui.

2.4.3. Komponen Kegiatan Program Raksa Desa

Program Raksa Desa merupakan bentuk artikulasi perhatian Pemerintah

Propinsi Jawa Barat, yang diformulasikan dalam bentuk tugas pembantuan dari

Pemerintah Propinsi kepada Pemerintah Desa. Menurut pasal 206 huruf C dan

pasal 207 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 : tugas pembantuan dari

pemerintah, Pemerintah propinsi dan atau Pemerintah Kabupaten/Kota disertai

dengan pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumberdaya manusia.

Tugas pembantuan pada dasarnya meliputi aspek sebagai berikut :

a. Merupakan kewenangan pemberi tugas, dalam hal ni Pemerintah Propinsi

Jawa Barat.

b. Penerima tugas dapat menolak sebagian atau seluruhnya, bila pemberian

tugas pembantuan tersebut tidak disertai pembiayaan, sarana atau

prasarana serta sumberdaya manusia.

c. Penerima tugas (Desa) harus memperta nggungjawabkan pekerjaannya

kepada pemberi tugas (Pemerintah Propinsi Jawa Barat).

Tugas pembantuan kepada desa ini diharapkan dapat membantu

pemerintah dan masyarakat desa dalam mengatasi permasalahan yang ada di

(43)

1. Prasarana fisik atau infrastruktur perdesaan (jalan, jembatan, irigasi dll,

yang menunjang perekonomian pedesaan).

2. Perekonomian desa (permodalan, teknologi dan pemasaran).

3. Pendidikan (penurunan angka drop out dan pemberantasan buta aksara).

4. Kesehatan (penanggulangan ibu hamil atau ibu bersalin beresiko tnggi dan

komplikasi kebidanan serta bayi baru lahir).

Program Raksa Desa ini diarahkan pada sasaran dan kegiatan yang

sesuai dengan karakteristik dan masalah yang dihadapi oleh masing-masing

desa. Prioritasnya adalah segala kegiatan yang terkait dengan pencapaian IPM

Jawa Barat yang meliputi aspek pendidikan, kesehatan dan daya beli.

Adapun besarnya dana bantuan Program Raksa Desa yang berkaitan

dengan bidang peningkatan daya beli masyarakat sebesar Rp. 100.000.000,- tiap

desa, dengan proporsi 60 persen untuk kegiatan usaha ekonomi masyarakat dan

40 persen untuk kegiatan pembangunan dan pengembangan sarana prasarana

dasar pedesaan.

2.4.4. Kriteria Desa Lokasi Program Raksa Desa

Desa-desa di Jawa Barat memiliki karakteristik yang berbeda-beda,

secara garis besar desa-desa di Jawa Barat dapat diklasifikasikan menjadi desa

di daerah perkotaan dan desa di daerah pedesaan. Secara umum daerah pedesaan

bercirikan struktur kegiatan penduduk berbasis agraris, kepadatan penduduk

rendah, dan cara hidup maupun pola budaya yang dekat dengan pemanfaatan

(44)

tenaga kerja dengan tingkat pendidikan baik agak langka serta mempunyai

sistem organisasi sederhana dengan kegiatan subsiste m atau primer.

Bantuan Program Raksa Desa pada dasarnya diarahkan untuk semua

desa di Jawa Barat, namun dalam pelaksanaannya dilakukan secara bertahap

setiap tahun sampai semua desa menerima. Desa-desa yang diprioritaskan

menerima bantuan Program Raksa Desa adalah desa-desa dengan kriteria

sebagai berikut :

a. Desa-desa terpilih dalam satu wilayah kecamatan dan atau antar kecamatan

yang diupayakan satu hamparan.

b. Desa yang memiliki banyak jumlah rumah tangga berstatus Pra sejahtera

dan sejahtera 1.

c. Desa rawan air bersih dan sanitasi dasar.

d. Desa rawan infrastruktur jalan.

e. Desa rawan listrik, yang ditentukan oleh proporsi rumah tangga yang

berlangganan listrik kurang dari 50 persen.

2.4.5. Prinsip Pengelolaan dan Pengorganisasian

Tugas pembantuan kepada desa berupa Program Raksa Desa

dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. Kebijakan dan Program Raksa Desa ditetapkan oleh Pemerintah Propinsi

b. Dana Program Raksa Desa bersifat specifik grant dari Pemerintah Propinsi

(45)

c. Tenaga pendamping yaitu berperan sebagai fasilitator kecamatan

ditetapkan dan didanai oleh Pemerintah propinsi melalui SATLAK

Kabupaten/Kota.

d. Penentuan jenis kegiatan serta pelaksanaannya diselenggarakan oleh Desa

dengan membentuk kelompok kerja sesuai dengan garis kebijakan

Propinsi Jawa Barat serta memperhatikan aspirasi masyarakat desa. Secara

teknis diusulkan bertahap oleh desa kepada SATLAK Kecamataan

selanjutnya ke Bupati atau Walikota melalui SATLAK Kabupaten/Kota

untuk memperoleh pengesahan.

e. Pelaporan dan pertanggungjawaban dilakukan oleh desa dan disampaikan

secara berjenjang dan atau langsung kepada SATLAK Propinsi Jawa

Barat.

f. Pemantauan kegiatan dilakukan oleh SATLAK Propinsi bekerjasama

dengan SATLAK Kabupaten/Kota yang secara operasional dikendalikan

dan dikordinasikan oleh Camat sebagai perangkat daerah Kabupaten/Kota.

g. Seluruh kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan baik secara teknis

maupun administratif, transparan dan partisipatif.

h. Hasil kegiatan harus dapat dilestarikan dan dikembangkan baik oleh

Pemerintah Desa maupun masyarakat.

Untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan pengelolaan Program Raksa

Desa dibentuk Satuan Pelaksana (SATLAK) pada setiap tingkatan

pemerintahan, yaitu :

1. SATLAK Propinsi, ditetapkan oleh Gubernur Jawa Barat dimana Wakil

(46)

Propinsi diketuai oleh Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Daerah

Propinsi Jawa Barat dengan beranggotakan unsur dinas terkait.

2. SATLAK Kabupaten/Kota dibentuk dan ditetapkan oleh Bupati atau

Walikota, terdiri dari Ketua SATLAK Kabupaten/Kota dengan

beranggotakan unsur dinas terkait. Tugas dan tanggung jawab SATLAK

Kabupaten/Kota adalah melakukan pembinaan dan perencanaan,

pelaksanaan, pengendalian dan pelaporan perkembangan kegiatan.

3. SATLAK kecamatan dibentuk dan ditetapkan dengan Keputusan

Bupati/Walikota atas usulan Camat. SATLAK Kecamatan terdiri dari Camat

selaku Ketua SATLAK Kecamatan dengan beranggotakan unsur teknis

terkait dengan kegiatan program yang dilaksanakan di desa dan dalam

pelaksanaannya di bantu oleh seorang Tenaga Pendamping Program Raksa

Desa.

4. SATLAK Desa, dibentuk oleh Camat berdasarkan usulan Kepala Desa.

SATLAK Desa terdiri dari Kepala Desa selaku Ketua SATLAK Desa,

Pemegang Kas atau pengelola administrasi keuangan serta sekretaris.

Dilengkapi dengan Bidang Ekonomi, Bidang Fisik/infrastruktur Desa,

Bidang Pendidikan dan Bidang kesehatan.

2.5. Konsep Pembangunan Manusia dalam IPM

Dewasa ini untuk mengukur tingkat pencapaian upaya pembangunan

manusia, UNDP atau The United Nations Development Program mengembangkan

(47)

ekonomi dan keberhasilan sosial yang selanjutnya disebut Indeks Pembangunan

Manusia.

UNDP mendefinisikan pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk

memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk. Dalam konsep tersebut penduduk

ditempatkan sebagai tujuan terakhir (the ultimed end), sedangkan upaya

pembangunan dipandang sebagai sarana ( principal means) untuk mencapai tujuan

itu. Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, empat hal pokok

yang perlu diperhatikan adalah produktivitas, pemerataan, kesinambungan dan

pemberdayaan. (UNDP, 1995 : 12). Dalam hal ini menurut UNDP, hubungan

antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi bersifat timbal balik

sedangkan hubungan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia terbukti

tidak bersifat otomatis.

Indeks Pembangunan Manusia merupakan salah satu alat ukur sederhana

untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembangunan sumberdaya manusia. IPM

merupakan angka rata-rata dari indeks pendidikan, indeks kesehatan, dan indeks

kemampuan daya beli masyarakat. IPM merupakan indeks komposit yang paling

banyak digunakan sebagai salah satu alat untuk mengukur taraf kualitas fisik

penduduk.

Dalam hal ini, IPM akan berkaitan dengan dimensi-dimensi yang memiliki

ukuran, yaitu :

a. Dimensi ekonomi, perwujudannya adalah ”kehidupan yang layak” yang

diukur dengan indikator pengeluaran perkapita riil, secara ringkas dapat

dirumuskan sebagai tingkat daya beli masyarakat berkaitan dengan tingkat

(48)

b. Dimensi Sosial, meliputi aspek-aspek kualitas sumber daya manusia

berkaitan dengan tingkat pengetahuan dengan indikator Angka Melek Huruf

(AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) serta tingkat kesehatan dengan

indikator adalah Angka Harapan Hidup (AHH). Dimensi, indikator dan

indeks dimensi untuk IPM dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2. Dimensi, Indikator dan Indeks Dimensi IPM

Dengan menggunakan IPM, UNDP membagi tingkatan status

pembangunan manusia suatu wilayah kabupaten menjadi 4 golongan yaitu rendah

kurang dari 50, menengah bawah antara 50-66, menengah atas antara 66-80, dan

tinggi mulai 80 ke atas

Dalam merumuskan kebijakan pembangunan, perlu diperhatikan tingkat

pencapaian setiap tahun. Karena itu kajian tentang pencapaian upaya

pembangunan manusia perlu dilakukan dalam suatu periode tertentu, yang Umur Panjang

dan sehat Pengetahuan

(49)

memberi kesempatan untuk mengkaji dampak dari program bagi peningkatan

kapasitas dasar penduduk. Tingkat pencapaian setiap tahun menuju status

pembangunan manusia yang ideal (reduction in shortfall) yang telah dihasilkan

pada suatu periode merupakan validasi bagi kebijakan pembangunan yang telah

(50)

III. METODOLOGI KAJIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Pembangunan merupakan suatu proses untuk melakukan perubahan yang

dilakukan secara terencana dan berkesinambungan. Pembangunan juga bermakna

pembebasan dari kebodohan dan kemiskinan, dengan demikian diperluka n suatu

strategi yaitu mulai dari visi, misi, tujuan, kebijakan, program dan kegiatan yang

bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Mewujudkan kesejahteraan

masyarakat bukan tugas yang ringan apalagi jika terdapat kendala dan hambatan

dalam teknis pelaksanaan pembangunan itu sendiri seperti faktor keamanan belum

kondusif dan perekonomian nasional yang belum stabil.

Pembangunan harus terintegrasi dan dikonsentrasikan di desa. Dalam

mewujudkan visi ”Akselerasi peningkatan kesejahteraan masyarakat guna

mendukung pencapaian Visi Jawa Barat 2010”, yaitu IPM 80 perlu dilakukan

upaya berkesinambungan dan berkelanjutan untuk melaksanakan pembangunan

daerah yang efektif dan efisien. Pemerintah Propinsi Jawa Barat menyadari bahwa

pendekatan pembangunan daerah yang bertumpu pada pembangunan manusia

merupakan suatu landasan untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan.

Program Raksa Desa merupakan bentuk artikulasi perhatian Pemerintah

Propinsi Jawa Barat, yang diformulasikan dalam bentuk tugas pembantuan dari

Pemerintah Propinsi Jawa Barat kepada pemerintah desa. Prioritasnya adalah

segala kegiatan yang terkait langsung dengan pencapaian IPM Jawa Barat yang

meliputi aspek pendidikan, kesehatan dan daya beli. Untuk pencapaian tujuan dari

(51)

mempunyai komitmen yang kuat untuk mendukung keberhasilan program dan

disamping itu melakukan fasilitasi, pembinaaan dan pengawasan mulai dari tahap

perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian.

Hal lain diperlukannya strategi yang tepat dalam pengelolaan program

oleh Satuan Pelaksana Program Raksa Desa dengan mensinergikan berbagai

program terkait dengan pemberdayaan masyarakat dari berbagai sektor sehingga

terjadi keterpaduan yang pada akhirnya menunjang keberhasilan Program Raksa

Desa.

Untuk mewujudkan hal tersebut tentunya diperlukan langkah-langkah

perbaikan baik menyangkut koordinasi antar Satlak, antar sektor maupun kegiatan

pembinaan yang berkesinambungan.

Dalam kajian ini akan mengkaji pelaksanaan strategi untuk mensinergikan

Program Raksa Desa oleh Pemerintah Kabupaten Karawang (Satlak Raksa Desa)

untuk diadakan penelaahan terhadap faktor-faktor yang menjadi kendala atau

kelemahan dalam pelaksanaannya. Penulis tidak menguraikan secara

komprehensif tentang pelaksanaan dan dampak Program Raksa Desa terhadap

masyarakat sekitar, mengingat keterbatasan waktu dan pembatasan permasalahan.

Dari uraian tersebut diatas maka kerangka pemikiran kajian ini dapat

(52)

Gambar 3. Kerangka Pemikiran

3.2. Metode Kajian

Metode penelitian yang digunakan dalam kajian ini menggunakan metode

campuran antara kualitatif dengan kuantitatif. Dalam hal ini analisis data yang

digunakan adalah analisis deskriptif untuk mengkaji strategi Pemerintah

Kabupaten Karawang dalam formulasi Satlak Raksa Desa untuk mensinergikan

Program Raksa Desa.

Untuk mengukur pendapat atau persepsi responden dalam hal pelaksanaan

Program Raksa Desa maka dipergunakan angket atau kuisioner. Dalam kuisioner, Strategi Pemda

( program & anggaran)

(53)

setiap pertanyaan/pernyataan diberi lima alternatif penilaian. Penggunaan lima

alternatif penilaian ini sesuai dengan skala Likert.

Menurut Sugiyono (1994 : 74-75) menyatakan bahwa ”Skala Likert

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial, ini telah ditetapkan secara specifik

oleh peneliti, yang selanjutnya disebut dengan variabel penelitian”. Penelitian

dengan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai denga n sangat

negatif dengan penilaian atau penskoran sebagai berikut :

Keterangan Simbol Bobot

Sangat Setuju

Untuk menginterprestasikan data yang diperoleh melalui angket,

digunakan interprestasi data kuantitatif ke dalam data kualitatif dari

masing-masing indikator yang dikembangkan dalam butir-butir pernyataan yang telah

disusun sesuai dengan interprestasi yang dikemukakan oleh Sugiyono (1994 : 74)

sebagai berikut :

a. Jumlah prosentase 0-20 persen masuk kategori jawaban sangat tidak

setuju.

b. Jumlah prosentase 21-40 persen masuk kategori jawaban tidak setuju.

c. Jumlah prosentase 41-60 persen masuk kategori jawaban netral atau ragu.

d. Jumlah prosentase 61-80 persen masuk kategori jawaban setuju.

(54)

Selanjutnya menggunakan analisis SWOT, SPACE matrik dan QSPM

guna menentukan alternatif-alternatif strategi yang layak dari paduan faktor-faktor

penting dari lingkungan internal dan eksternal Satlak Program Raksa Desa,

kemudian dilakukan analisis strategi guna memilih strategi yang layak untuk

diterapkan.

3.3. Lokasi dan Waktu Kajian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Karawang Propinsi Jawa Barat,

pengumpulan dan pengolaha n data dilakukan selama 4 bulan, dimulai dari

Bulan September 2006 sampai dengan Bulan Desember 2006.

3.4. Sasaran Kajian

Sasaran kajian adalah pelaksanaan strategi yang dilakukan oleh

Pemerintah Kabupaten Karawang dalam formulasi Satlak Raksa Desa untuk

mensinergikan Program Raksa Desa, berupa pelaksanaan Satlak kabupaten,

kecamatan, desa dan kelompok masyarakat penerima bantuan. Adapun aspek yang

dikaji mencakup komitmen dan koordinasi yang dilakukan oleh Dinas atau

Instansi yang tergabung dalam Satlak Program Raksa Desa dalam menunjang

keberhasilan program. Selanjutnya mengkaji dan menguraikan peran dan fungsi

serta dukungan dari dinas atau instansi terkait dalam menunjang pelaksanaan

Program Raksa Desa. Dilain pihak mengungkapkan pelaksanaan Program Raksa

Desa yang dirasakan oleh kelompok masyarakat penerima bantuan di desa, dan

mengungkapkan faktor internal dan eksternal Satlak Rakdes guna merumuskan

Gambar

Gambar 1.  Proses Pemberdayaan Masyarakat
Gambar 2.  Dimensi, Indikator dan Indeks Dimensi IPM
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
Tabel 1. Distribusi Sampel Pengukuran dari Satlak Kecamatan, Desa dan Masyarakat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengamatan yang dilakukan pada ekosistem terumbu karang di kedalaman perairan dangkal dan dalam pada Pulau Putri, Macan Kecil dan Kayu Angin Genteng, diketahui bahwa tutupan

Peneliti menemukan banyak situs bersejarah di Batu Bara yang sangat erat kaitannya dengan kepercayaan/ keberagamaan masyarakat, di antaranya adalah Kubah Datok

Hadi Priyanto mengatakan bahwa MA Ngasirah bukan dari golongan bangsawan dan hanya bisa menjadi selir, karena Sosroningrat seorang laki-laki jawa yang berketurunan

Hubungan antara sisi graving dock gate dan struktur graving dock yang dijadikan kondisi batas dalam pemodelan software analisa elemem hingga terdapat pada Tabel 3.23. Oleh

Sedangkan analisis hasil skor total efektivitas hasil belajar kelas eksperimen adalah 17 dari skor maksimal 20 termasuk di kriteria sangat efektif dibanding

Tujuan dari penelitian ini adalah merancang suatu sistem informasi perpustakaan berbasis client server pada Universitas Pejuang Republik Indonesia (UPRI) Makassar, hasil

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orangtua dengan gangguan emosi dan perilaku pada siswa SMP pasca erupsi Merapi

Pada akhir siklus diadakan tes untuk mengukur pencapaian prestasi mahasiswa. Nilai atau hasil tes yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :.. Hal ini