• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN ANALISIS

4.1. Gsmbsrsn Umum Propinsi Sumatera Utara

4.1.1. Kondisi Geografis

Propinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis 1o-4o LU dan 980 BT dengan luas 71.160,68 km2 atau dengan luas area ≥ 3.103.493,49 Ha atau sekitar 14,95% dari seluruh sumatera dan 3,69% dari luas wilayah Indonesia. Letak propinsi ini sangat strategis karena berada pada jalur perdagangan internasional dan berdekatan dengan Malaysia dan Singapura serta diapit oleh tiga propinsi dengan batas-batas sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Propinsi Daerah Istimewa Aceh - Sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Sumatera Barat dan Riau - Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia

- Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka

Berdasarkan letak dan kondisi alamnya, Sumatera Utara dibagi atas tiga kelompok wilayah, yaitu:

a. Pantai Barat (Tapanuli Selatan, tapanuli tengah, Sibolga dan Nias)

Corel Asion : Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Penanaman Modal Asing Dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009.

USU Repository © 2009

c. Pantai Timur (Medan, Binjai, Langkat, Tebing Tinggi, Asahan, Tanjung Balai Dan Labuhan Batu).

Tabel 4.1

Kondisi Geografis Sumatera Utara Menurut Kabupaten dan Kota

Kabupaten / Kota Luas Tanah/Area (Ha)

Kabupaten: 1. Nias 2. Mandailing Natal 3. Tapanuli Selatan 4. Tapanuli Tengah 5. Tapanuli Utara 6. Toba Samosir 7. Labuhan Batu 8. Asahan 9. Simalungun 10. Dairi 11. Karo 12. Deli Serdang 13. Langkat 14. Nias Selatan 15. Humbang Hasundutan 16. Pakpak Bharat 17. Samosir 18. Serdang Bedagai 19. Batu Bara

20. Padang Lawas Utara 21. Padang Lawas Kota: 22. Sibolga 23. Tanjung Balai 24. Pematang Siantar 25. Tebing Tinggi 26. Medan Binjai 27. Padang Sidempuan Jumlah/Total: 18. 402,60 259.251,94 452.934,82 86.324,45 94.879,47 26.254,76 475.992,88 168.454,39 266.048,92 47.400,05 40.631,25 141.576,69 663.129,00 11.814,88 62.865,52 5.791,05 26.037,95 141.097,84 x x x 273,23 3.381,28 42.959,01 3.036,15 26.334,00 27.663,36 3.103.493,49

Corel Asion : Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Penanaman Modal Asing Dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009.

USU Repository © 2009

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2007

4.1.2. Kondisi Iklim dan Topografis

Karena terletak dekat garis Khatulistiwa, Propinsi Sumatera Utara mempunyai iklim tropis yang dipengaruhi oleh angin passai dan angin muson. Kelembaban udara rata-rata 78% - 91% per tahun, curah hujan kurang lebih 1800-4000 mm per tahun dan penyinaran matahari 43%. Sebagaimana propinsi lain, musim hujan biasanya pada bulan November sampai dengan bulan Maret dan musim kemarau biasanya terjadi pada bulan April sampai dengan bulan Oktober, diantara kedua musim ini diselingi oleh musim pancaroba. Ketinggian permukaan dataran Propinsi Sumatera Utara sangat bervariasi, sebagian daerahnya datar, hanya beberapa meter diatas permukaan laut, beriklim cukup panas bisa mencapai 350C. Sebagian daerahnya berbukit dengan kemiringan yang landai, beriklim sedang dan sebagian lagi berada pada ketinggian yang suhu minimalnya bisa mencapai 140C.

4.1.3. Kondisi Demografis

Sumatera Utara merupakan propinsi keempat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia, setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Yang dihuni oleh penduduk dari berbagai suku seperti Melayu, Batak, Nias, Aceh, Minang Kabau, Jawa, dan menganut berbagai agama seperti Islam, Kristen Budha, Hindu, dan berbagai aliran kepercayaan lainnya. Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus penduduk (SP) 1990, penduduk Sumatera Utara berjumlah sebesar 10.256 juta jiwa, dan pada tahun, 2000 jumlah penduduk Sumatera Utara sebesar 11.514 juta jiwa dan pada tahun 2007 meningkat menjadi 12.834 juta jiwa. Dapat dilihat laju pertumbuhan

Corel Asion : Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Penanaman Modal Asing Dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009.

USU Repository © 2009

penduduk di sumatera utara meningkat cukup pesat dalam kurun tahun 2000 ke tahun 2007 sebesar 1.320 juta jiwa..atau sebesar 11,46%.

4.1.4. Potensi Wilayah

Wilayah Sumatera Utara memiliki potensi alam yang cukup luas dan subur untuk dikembangkan menjadi areal pertanian untuk menunjang pertumbuhan industri. Laut, danau, dan sungai merupakan potensi perikanan dan perhubungan. Sedangkan keindahan alam daerah merupakan potensi energik untuk pengembangan industri, perdagangan, dan lain-lain.

Dalam wilayah Sumatera Utara terkandung bahan galian dan tambang, seperti kapur, belerang, pasir kuarsa, diatome, emas, batu bara, minyak dan gas bumi. Kegiatan perekonomian terpenting Sumatera Utara adalah pada sektor pertanian yang menghasilkan bahan pangan dan budi daya ekspor dari perkebunan, tanaman pangan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Sedangkan industri yang berkembang di Sumatera Utara adalah industri pengolahan yang menunjang sektor pertanian. Industri yang memproduksi barang-barang kebutuhan dalam negeri dan ekspor, meliputi industri logam dasar, aneka industri kecil dan kerajinan.

Posisi strategis wilayah Sumatera Utara dalam jalur perdagangan internasional, ditunjang oleh adanya pelabuhan udara dan laut yaitu pelabuhan udara Polonia, Pinangsori, Binaka, Aek Godang, Silangit, Pelabuhan Laut Belawan, Sibolga, Gunung Sitoli, Tanjung Balai Teluk Nibung, kuala Tanjung, dan Labuhan Bilik. Disamping fasilitas pelabuhan ini, sektor jasa berkaitan dengan fasilitas perbankan dan jasa-jasa perdagangan lainnya serta komunikasi seperti perhubungan darat, telepon, teleks,

Corel Asion : Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Penanaman Modal Asing Dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009.

USU Repository © 2009

faximile, pos dan giro, telah cukup berkembang dan mampu mencapai sebagian besar kecamatan.

Kota Medan sebagai ibukota Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara, disamping merupakan salah satu pusat pengembangan, wilayah Sumatera Utara sekaligus juga merupakan pusat pengembangan wilayah pembangunan kelompok Sumatera memiliki fasiitas komunikasi, perbankan, dan jasa-jasa perdagangan lainnya yang mampu mendorong pertumbuhan wilayah belakangnya.

DI Sumatera Utara juga terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan penelitian seperti perguruan tinggi termasuk politeknik, balai penelitian, balai pelatihan kerja yang mampu membentuk tenaga pembangunan yang terdidik dan terampil serta hal hasil penelitian yang bermanfaat bagi pembangunan daerah.

Perkembangan Ekonomi Sumatera Utara

4.2.1. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan tersebut merupakan rangkuman laju pertumbuhan dari berbagai sektor yang menggambarkan tingkat perubahan ekonomi yang terjadi.

Untuk melihat fluktuasi pertumbuhan ekonomi tersebut secara riil dari tahun ke tahun disajikan melalui PDRB atas harga konstan menurut lapangan usaha secara berkala. Pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian, sebaliknya apabila negatif menunjukkan penurunan.

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara Tahun 2007 yang ditunjukkan oleh PDRB atas dasar harga konstan 2000 sekitar 6,90%, menunjukkan adanya akselerasi pertumbuhan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 6,20%.

Corel Asion : Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Penanaman Modal Asing Dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009.

USU Repository © 2009

Pertumbuhan tersebut didukung oleh hampir semua sektor perekonomian di Sumatera Utara.

Tabel 4.2

Laju Pertumbuhan Riil Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-5007 (persen)

NO Lapangan Usaha 2005 2006 2007

1. Pertanian 3,38 2,40 4,98

2. Pertambangan & Penggalian 6,42 4,17 9,78

3. Industri Pengolahan 4,76 5,47 5,09

4. Listrik, Gas & Air Minum 5,15 3,08 0,22

5. Bangunan 12,96 10,33 7,76

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 4,95 6,95 7,55 7. Pengangkutan & Komunikasi 10,11 11,91 9,90 8. Keuangan, Persewaan & Jasa

perusahaan

7,15 9,87 12,43

9. Jasa-Jasa 4,36 7,09 8,25

PDRB 5,48 6,20 6,90

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2007

Pertumbuhan terbesar berasal dari sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang tumbuh sebesar 12,43% dan selanjutnya diikuti oleh sektor pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh sebesar 9,90%, sektor pertambangan dan penggalian sebesar 9,78%, sektor jasa-jasa sebesar 8,25%, sektor konstruksi sebesar 7,76%, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 7,55%, sektor industri pengolahan sebesar 5,09%, sektor pertanian sebesar 4,98%. Sementara pertumbuhan terendah berasal dari sektor listrik, gas dan air minum sebesar 0,22%.

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada tahun 2007 lebih tinggi bila di bandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tumbuh sebesar 6,90% sedangkan Indonesia tumbuh sebesar 6,32%.

Tabel 4.3

Corel Asion : Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Penanaman Modal Asing Dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009.

USU Repository © 2009

Tahun 2003-2007 (milyar Rp)

Sumatera Utara Indonesia

Tahun PDRB Pertumbuhan PDB Pertumbuhan

ADHB1) ADHK2) Ekonomi ADHB1) ADHK2) Ekonomi 2003 103401.4 78805.6 4.81 2013674.6 1577171.3 4.78 2004 118100.5 83328.9 5.74 2295826.2 1656516.7 5.05 2005 139618.3 87897.8 5.48 2774281.1 1750815.2 5.69 2006 160376.8 93347.4 6.2 3339479.6 1847292.9 5.51 2007x) 181819.7 99792.3 6.9 3957403.9 1963974.3 6.32 Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2007

x

) : Angka Sementara

4.2.2.Perkembangan PDRB Sumatera Utara

Struktur perekonomian Sumatera Utara sejak tahun 2005 tidak mengalami perubahan yang mendasar dengan di dominasi dari sektor pertanian, diikuti sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor jasa-jasa, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor konstruksi, sektor keuangan, sektor pertambangan dan penggalian dan sektor listrik gas dan air bersih.

Pada tahun 2005 peranan sektor pertanian sebesar 25,25% yang dari tahun ke tahun cenderung menurun dimana peranan pada tahun 2006 sebesar 24,34% pada tahun 2007 kembali menurun menjadi 23,91%. Kontribusi terbesar sektor pertanian diberikan oleh sub sektor tanaman perkebunan, utamanya tanaman kelapa sawit dan karet yang menjadi komoditi unggu lan Sumatera Utara.

Secara keseluruhan struktur ekonomi Sumatera Utara pada tahun 2005-2007 ditunjukkan pada tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4

Struktur Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005-2007 (persen)

No Sektor Ekonomi 2005 2006 2007

Corel Asion : Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Penanaman Modal Asing Dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009.

USU Repository © 2009

2. Pertambangan & Penggalian 1,22 1,20 1,23

3. Industri 24,24 24,07 23,66

4. Listrik, Gas & Air Minum 0,81 0,79 0,74

5. Bangunan 6,28 6,52 6,57

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 18,19 18,32 18,42 7. Pengangkutan & Komunikasi 8,40 8,85 9,10 8. Keuangan, Asuransi, Usaha

Persewaan bangunan & Jasa perusahaan

6,19 6,40 6,73

9. Jasa-Jasa 9,43 9,51 9,63

PDRB 100 100 100

PDRB Tanpa Migas 99,25 99,31 99,29

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2007

Tabel 4.5

PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2005-2007 (Milyar Rp)

Lapangan Usaha 2005 2006 2007

1. Pertanian 22.191,30 22.724,49 23.856,15

2. Pertambangan & Penggalian 1.074,75 1.119,58 1.229,05

3. Industri 21.305,37 22.470,57 23.615,20

4. Listrik, Gas & Air Minum 716,25 738,31 739,92 5. Bangunan/Konstruksi 5.515,98 6.085,61 6.559,30 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 15.984,93 17.095,26 18.386,28 7. Pengangkutan & Komunikasi 7.379,92 8.259,20 9.076,56 8. Bank & lembaga keuangan 5.440,50 5.977,57 6.720,62

9. Jasa-Jasa 8.288,79 8.876,81 9.609,20

PDRB Sumatera Utara 87.897,79 93.347,40 99.792,27

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2007

Berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan kita dapat lihat bahwa ekonomi Sumatera Utara mengalami peningkatan. Dari tahun 2005-2007 PDRB Sumatera Utara mengalami peningkatan tahun 2005 sebesar 87.897,79 milyar, tahun 2006 sebesar 93.347,40 milyar dan tahun 2007 sebesar 99.792,27 milyar.

Corel Asion : Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Penanaman Modal Asing Dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009.

USU Repository © 2009

4.2.3. PDRB Menurut Penggunaan

Untuk menggambarkan bagaimana penggunaan barang dan jasa oleh berbagai konsumen, maka digunakan PDRB menurut penggunaan.

Tabel 4.6

PDRB Sumatera Utara Menurut Sudut Penggunaan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2005-2007 (Milyar Rp)

No. Jenis Penggunaan 2005 2006 2007

1. Penge. Konsumsi RT 74.438,58 87.050,48 105.449,56 2. Penge. Konsumsi Lemb. Swasta

yang tidak mencari Keuntungan

652,10 718,00 835,28 3. Penge. Konsumsi Pemerintah 11.811,49 14.902,81 16.595,80 4. Pembentukan Modal Tetap 22.594,22 24.606,40 29.127,33

5. Perubahan Stok 5.857,76 4.127,41 1.741,71

6. Ekspor 59.921,61 68.332,56 77.279,69

7. Dikurangi Impor 35.657,45 39.360,87 49.209,63

PDRB Sumatera Utara 139.618,31 160.376,80 181.819,74

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2007

Berdasarkan tabel diatas dari 181.819,74 milyar rupiah nilai barang dan jasa di Sumatera Utara pada tahun 2007 sebagian besar berasal dari konsumsi oleh rumah tangga, yakni sebesar 105.449,56 milyar rupiah meningkat dari 87.050,48 milyar rupiah pada tahun 2006. Selanjutnya untuk ekspor netto sebesar 77.279,69 milyar rupiah juga meningkat dibandingkan tahun 2006. Pembentukan modal tetap bruto sebesar 29.127,33 milyar rupiah, pengeluaran pemerintah sebesar 16.595,80 milyar rupiah dan untuk pengeluaran lembaga swasta yang tidak mencari keuntungan sebesar 835,28 milyar rupiah.

Besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga karena masyarakat lebih mendahulukan kebutuhan primernya dari pada kebutuhan lainnya. Kondisi ini sebenarnya kurang baik bagi perekonomian suatu daerah. Memang konsumsi dapat

Corel Asion : Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Penanaman Modal Asing Dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009.

USU Repository © 2009

meningkatkan perekonomian suatu daerah, namun jika hal ini terus berlanjut dikhawatirkan dapat menyebabkan pertumbuhan semu.

Walaupun persentase pengeluaran rumah tangga terhadap total PDRB sangat besar, namun masyarakat Sumatera Utara juga cukup memperhatikan sarana dan prasarana. Pada tahun 2007 pengeluaran pembentukan barang modal sebesar 29.127,33 milyar rupiah atau meningkat sebesar 18,4% dibanding tahun sebelumnya.

kenyataannya diatas menunjukkan bahwa Sumatera Utara tetap sama dengan propinsi-propinsi lain di Indonesia yang sebagian besar nilai tambah yang ada digunakan untuk konsumsi masyarakat. Akan tetapi, Masyarakat Sumatera Utara sedikit lebih baik dimana ada sejumlah dana yang digunakan untuk pembentukan modal atau paling tidak perbaikan barang modal.

4.2.4. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Sumatera Utara

Pengeluaran daerah terdiri dari dua jenis yaitu pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Pengeluaran rutin terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, belanja pemeliharaan, belanja perjalanan dinas, belanja lain-lain, angsuran pinjaman hutang dan bunga, subsidi/sumbangan kepada daerah. Sementara pengelompokan pengeluaran pembangunan di alokasikan keberbagai sektoral tergantung dari kebijaksanaan pemerintah daerah, baik sektor industri, pertanian dan kehutanan, sumber daya air dan irigasi dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan pambangunan daerah pada saat itu.

Besar kecilnya pengeluaran ini sangat dipengaruhi atau sangat tergantung pada besarnya penerimaan. Makin besar penerimaan maka pengeluaran makin besar pula.

Corel Asion : Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Penanaman Modal Asing Dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009.

USU Repository © 2009

Selama kurun waktu tahun 1997-2002 peningkatan pengeluaran pemerintah berfluktuasi. Pada tahun 1997 pengeluaran rutin sebesar 576 milyar (74,7% dari total pengeluaran tahun 1997). Tetapi pada kurun waktu tahun 1998-1999 pengeluaran rutin mengalami penurunan, dimana pada tahun 1998 terjadi penurunan pengeluaran rutin sebesar 65,2% di banding tahun sebelumnya. Dari seluruh jenis pengeluaran rutin, belanja pegawai merupakan pengeluaran yang terbesar selama kurun waktu tersebut.

Selama kurun waktu 2003-2007 pengeluaran rutin tidak lagi merupakan prioritas utama dalam struktur pengeluaran pengeluran pemerintah. Pada tahun 2003 kontribusi pengeluaran pembangunan terhadap total pengeluaran pada tahun 2003 mengalami peningkatan sebesar 58,38% dari sebelumnya hanya sebesar 31,12%. Proporsi yang terbesar untuk pengeluaran pembangunan ini digunakan untuk sektor pembangunan daerah transmigrasi yakni sebesar 467,2 milyar (59,2% dari total pengeluaran pembangunan tahun 2003).

Pada tahun anggaran 2005 pengeluaran total pemerintah Sumatera Utara mengalami peningkatan yakni sebesar 1501,5 milyar pada anggaran tahun 2004 meningkat pada tahun 2005 menjadi 1830,6 milyar atau meningkat sebesar 21,92%. Pada tahun 2006 dan 2007 pengeluaran pemerintah juga mengalami peningkatan sebesar 2184,7 milyar yakni 19,34% dari anggaran tahun 2005, dan pada tahun 2007 meningkat menjadi 2717,9 milyar yakni 24,41% meningkat dari anggaran tahun 2006.

Tabel 4.7

Realisasi Pengeluaran Pemerintah Propinsi Sumatera Utara Tahun 1997-2007 (Milyar Rp)

Tqhun Pengeluaran Rutin Pengeluaran Pembangunan Jumlah

1997 576,0 195,0 771,0

Corel Asion : Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Penanaman Modal Asing Dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009.

USU Repository © 2009 1999 202,2 246,8 449,0 2000 219,6 197,2 416,8 2001 628,3 287,9 916,2 2002 703,4 317,9 1.021,3 2003 562,7 789,3 1.352,0 2004 551,7 949,8 1.501,5 2005 540,5 1.290,1 1.830,6 2006 613,7 1.570,9 2.184,7 2007 1.371,1 1.346,8 2.717,9

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2007

4.2.5. Perkembangan Investasi PMA di Sumatera Utara

Keadaan makro ekonomi regional Sumatera Utara masih belum terlihat adanya perbaikan yang signifikan, meskipun sudah ada beberapa negara investor yang sudah mulai merealisasikan investasinya di Sumatera Utara

Indikasi yang jelas terlihat dari realisasi investasi total yang sangat rendah, surplus perdagangan internasional yang semakin menurun dan rencana APBD Sumut masih rendah di bandingkan tahun anggaran sebelum krisis dan inflasi yang mulai bergerak naik. Selain itu kondisi politik dan keamanan serta kepastian hukum baik regional dan nasional belum stabil dan masih sering adanya ketidak sepahaman pendapat antara eksekutif dan legislatif yang cenderung tidak kondusif sehingga pembangunan yang dilaksanakan berjalan lamban. Penggerak ekonomi hanya didorong dari meningkatnya konsumsi masyarakat. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara akan naik apabila ada stimulus baru dari investasi swasta dan naiknya konsumsi masyarakat. Konsumsi merupakan komponen utama dalam PDRB Sumut.

Dari tahun 1999 nilai Investasi PMA mengalami peningkatan baik itu rencana dan realisasi proyek maupun nilai investasi. Titik tertinggi rencana nilai investasi PMA adalah pada Tahun 2006 dimana rencana PMA sebesar 1.559.072,88 US$. Akan

Corel Asion : Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Penanaman Modal Asing Dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009.

USU Repository © 2009

tetapi PMA yang akhirnya direalisasikan sebesar 15,1%. Pada tahun 2007 nilai investasi PMA yang direncanakan hanya sebesar 392.487,9 US$ (mengalami penurunan sebesar 74,82% dari tahun 2006) tetapi direalisasikan sebesar 330.250,53 US$ atau sebesar 84,14%.

Selama kurun waktu 1999-2007 banyaknya proyek investasi PMA yang direalisasikan rata-rata sebesar 46,56% dari keseluruhan proyek yang direncanakan, sedangkan nilai investasi yang direalisasikan rata-rata sebesar 47,56% dari nilai investasi yang direncanakan. Banyaknya proyek dan investasi PMA yang selengkapnya dapat di lihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.8

Banyaknya Proyek dan Investasi Proyek Modal Asing (PMA) Menurut Rencana dan Realisasi (1999-2007)

Tahun Banyaknya/Investasi Nilai Investasi (000 US $)

Rencana Realisasi Rencana Realisasi

1999 27 17 112.970,01 58.805,03

2000 38 21 170.411,89 78.826,60

Corel Asion : Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Penanaman Modal Asing Dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009.

USU Repository © 2009 2002 27 7 37.950,88 13.822,57 2003 29 12 142.572,14 97.757,97 2004 32 14 169.400,50 77.672,04 2005 25 11 184.280,76 85.834,58 2006 34 17 1.559.072,88 235.363,38 2007 40 26 392.487,90 330.250,53

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2007

Perkembangan PMA Sumatera Utara mengalami fluktuasi yang sangat tajam 20 tahun belakangan ini. Pada tahun 1987 nilai PMA di Sumatera Utara sebesar 109,1 juta US$ dimana terjadi penurunan pada tahun 1988 sebesar 50,4% jika dibandingkan dengan nilai PMA Sumatera Utara pada tahun 1988 sebesar 55,0 juta US$. Pada tahun 1997 nilai PMA sebesar 3514,6 juta US$. Dimana pada tahun 1997 ini merupakan investasi PMA yang paling besar jika dibandingkan dengan tahun-tahun yang lain.

Sedangkan di tahun-tahun berikutnya nilai PMA mengalami penurunan hal ini disebabkan karena kurangnya dorongan pemerintah untuk menarik investor asing untuk menawarkan investasinya di Sumatera Utara. Pada tahun 2007 nilai investasi PMA mencapai 423,7 juta US$ dimana terjadi penurunan sebesar 358% jika di bandingkan dengan nilai Investasi PMA tahun 2006 sebesar 1516,6 juta US$. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.9

Penanaman Modal Asing (PMA) Sumatera Utara Tahun 1987-2007 (Juta US $)

Tahun Jumlah

1987 109,1

1988 55,0

Corel Asion : Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Penanaman Modal Asing Dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009.

USU Repository © 2009 1990 360,0 1991 35,9 1992 657,8 1993 72,3 1994 225,3 1995 658,1 1996 614,7 1997 3514,6 1998 229,6 1999 102,7 2000 193,4 2001 106,5 2002 44,5 2003 57,6 2004 151,5 2005 235,8 2006 1516,6 2007 423,7

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2007

4.2.6. Perkembangan Tenaga kerja Sumatera Utara

Tenaga kerja merupakan unsur utama didalam proses produksi barang dan jasa serta mengatur sarana produksi untuk menghasilkan barang dan jasa tersebut. Tenaga kerja merupakan bagian penting dari penduduk dimana pertumbuhan tenaga kerja sejalan dengan pertumbuhan penduduk.

Masalah ketenaga kerjaan di Indonesia umumnya, dan di Propinsi Sumatera Utara pada khususnya, dalam masa sekarang ini diperkirakan akan semakin kompleks. Indikasi ini terlihat dari penambahan penduduk usia kerja setiap tahunnya yang terus bertambah, makin banyak pengangguran terbuka maupun terselubung (disguised unemployed) atau bekerja kurang (under employed) sebagai akibat dari budaya bercorak agraris, lapangan pekerjaan yang sangat terbatas karena situasi perekonomian yang belum membaik serta semakin menumpuknya pengangguran

Corel Asion : Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Penanaman Modal Asing Dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009.

USU Repository © 2009

terdidik sebagai konsekuensi dari peningkatan taraf pendidikan masyarakat dan pemutusan hubungan kerja sebagai akibat banyaknya perusahaan yang di tutup.

Pada tahun 1987 jumlah tenaga kerja sebesar 3.950.504 jiwa. Jumlah tenaga kerja terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1999 jumlah tenaga kerja yang diserap meningkat pesat yaitu sebesar 5.037.500 jiwa dengan demikian tenaga kerja yang dapat diserap sebesar 27,52% jika di bandingkan dengan jumlah tenaga kerja pada tahun 1987 sebesar 3.950.504 jiwa.

Krisis ekonomi menyebabkan banyaknya pengangguran dan pemutusan hubungan kerja dari perusahaan sehingga jumlah tenaga kerja yang diserap tahun 2000 hanya sebesar 4.947.539 jiwa dimana terjadi penurunan sebesar 1,78% jika dibandingkan dengan penyerapan tenaga kerja di tahun 1999 sebesar 5.037.500 jiwa. Dari tahun 2000 hingga tahun 2005 jumlah tenaga kerja mengalami penurunan akan tetapi pada tahun 2005 ke 2006 jumlah tenaga kerja mulai meningkat hal ini dikarenakan upaya dari pemerintah daerah yang memberikan kemudahan kepada para investor dalam menanamkan investasinya di Propinsi Sumatera Utara sehingga dapat menyebabkan penyerapan tenaga kerja.

Tabel 4.10

Jumlah Tenaga Kerja di Sumatera Utara Tahun 1987-2007 (Juta Jiwa)

Corel Asion : Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Penanaman Modal Asing Dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009.

USU Repository © 2009

Tahun Jumlah Tenaga Kerja

1987 3.950.504 1988 4.002.435 1989 4.138.792 1990 3.820.329 1991 4.726.201 1992 4.099.809 1993 4.193.152 1994 4.318.993 1995 4.493.198 1996 4.575.651 1997 4.642.766 1998 4.855.296 1999 5.037.500 2000 4.947.539 2001 4.977.323 2002 4.928.353 2003 4.835.793 2004 4.756.078 2005 4.691.780 2006 4.769.267 2007 4.738.256

Sumber : Badan Pusat statistik Sumatera Utara, 2007

4.3. Analisis Hasil Penelitian

4.3.1. Regresi Linear Pengeluaran Pemerintah, PMA dan Tenaga Kerja

Terhadap Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara.

Untuk mendapatkan hasil regresi antara variabel independent (Pengeluaran Pemerintah, PMA dan Tenaga Kerja) dan variabel dependent (Produk Domestik Regional Bruto) maka di gunakan data sekunder yang berasal dari BPS yang di catat mulai tahun 1987-2007 dan diolah dengan menggunakan bantuan program computer. Berikut ini hasil pengolahan data dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square).

Tabel 4.11 Hasil Regresi

Corel Asion : Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Penanaman Modal Asing Dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009.

USU Repository © 2009

Variabel Koefisien Standard Error t-statistik

C -77389394 16551894 -4,675561 Penge. Pem (X1) 2,184856 2,095124 1,042829 PMA (X2) 0,337056 0,309738 1,088193 Tenaga Kerja (X3) 20,26591 3,612543 5,609873 R-Squared 0,734425 0,681310 13,82706 1,835951 Adjusted R-squared F-statistic D-W stat

*menunjukkan tingkat kelayakan 5%

Dari hasil regresi diatas, dapat dibentuk model hasil estimasi sebagai berikut : Y (t-2) = -77389394 + 2,184856 X1 + 0,337056 X2 + 20,26591 X3

4.3.2. Interpretasi Model

Berdasarkan model estimasi diatas dapat dijelaskan pengaruh variabel independent yaitu nilai pengeluaran pemerintah (X1), PMA (X2), Tenaga Kerja (X3) terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara sebagai berikut :

1. Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi X1, yaitu sebesar 2,185. Artinya, setiap kenaikan 1% jumlah pengeluaran pemerintah, maka tingkat pertumbuhan ekonomi dua tahun kemudian akan naik sebesar 2,185 juta rupiah (ceteris paribus).

2.PMA

PMA berpengaruh positif terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi X2, yaitu sebesar 0,337. Artinya,

Corel Asion : Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Penanaman Modal Asing Dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara, 2009.

USU Repository © 2009

setiap kenaikan 1% jumlah PMA, maka tingkat pertumbuhan ekonomi dua tahun kemudian akan naik sebesar 0,337 juta rupiah (ceteris paribus).

3.Tenaga Kerja

Tenaga Kerja berpengaruh positif terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara. Hal ini ditunjukka n oleh koefisien regresi X3, yaitu sebesar 20,266. Artinya, setiap kenaikan 1% jumlah tenaga kerja, maka tingkat pertumbuhan ekonomi dua tahun kemudian akan naik sebesar 20,266 juta rupiah (ceteris paribus).

4.3.3. Koefisien Determinasi (R2)

Berdasarkan hasil output program eviews, dapat dilihat nilai R-square adalah sebesar 0,734 yang berarti bahwa variabel X1 (pengeluran pemerintah), X2 (PMA), X3 (tenaga kerja) secara bersama-sama mampu memberikan penjelasan terhadap variabel pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara untuk dua tahun berikutnya sebesar

Dokumen terkait