• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada bab ini menjelaskan mengenai analisa terhadap keadaan pabrik, pengendalian kualitas dan analisa terjadinya defect.

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini menyatakan kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian, yaitu berupa jawaban dari permasalahan dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya, serta saran-saran yang berkaitan dengan penerapan manajemen pengendalian mutu.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengendalian Kualitas

Menurut kata dasarnya, kendali berarti kontrol atau pengawasan, sedangkan kualitas merupakan terjemahan langsung dari bahasa asing Quality, yang berarti mutu. Dalam bahasa sederhananya bisa diartikan tingkat kesesuaian dengan standar yang berlaku atau dipakai. Dalam TQC, pengendalian / kontrol adalah keseluruhan upaya untuk menjamin dipenuhinya kualitas / mutu.

Ada beberapa pendapat menurut para pemikir-pemikir dunia tentang kualitas, diantaranya :

JM. Juran (1962) : “Kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan dan manfaatnya”.

Philips B. Crosby (1979) : “kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan yang meliputi availability, delivery, reliability, maintainability, dan cost effectiveness”.

Edward Deming (1982) : “Kualitas harus bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan sekarang dan di masa datang”

Feigenbaum (1991) : “Kualitas merupakan keseluruhan karakteristik produk dan jasa yang meliputi marketing, engineering, manufacture, dan maintenance, dalam mana produk dan jasa tersebut dalam pemakaiannya akan sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan”.

Scherkenbach (1991): “Kualitas ditentukan oleh pelanggan, pelanggan menginginkan produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan harapannya pada suatu tingkat harga tertentu yang menunjukkan nilai produk tersebut”.

Elliot (1993) : “Kualitas adalah sesuatu yang berbeda untuk orang yang berbeda dan tergantung pada waktu dan tempat, atau dikatakan sesuai dengan tujuan”.

Goetch dan Davis (1995) : “ Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berkaitan dengan produk, pelayanan, orang, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan”’

Sedangkan menurut ISO 8402 dan Standar Nasional Indonesia (SNI 19-8402-1991), kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik produk dan jasa yang kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan, baik yang dinyatakan secara tegas maupun tersamar. Istilah kebutuhan diartikan sebagai spesifikasi yang tercantum dalam kontrak maupun kriteria-kriteria yang harus didefinisikan terlebih dahulu.

Suatu produk baik itu berupa barang atau jasa dikatakan memiliki kualitas yang baik bila telah sesuai dengan kriteria-kriteria atau standar-standar yang berlaku, baik secara resmi tercatat atau berdasarkan kesepakatan umum semata.

Pengendalian kualitas atau disebut juga pengendalian mutu, merupakan suatu sistem kontrol / pengawasan akan kualitas / mutu akan suatu produk. Dalam sistem ini terdiri dari langkah-langkah pengawasan seperti pencatatan / recording, analisa data, masalah yang didapati beserta sumber permasalahan, analisa pemecahan yang mungkin, serta aplikasi pemecahan masalah sekaligus evaluasi hasil aplikasi pemecahan

Dalam pengendalian kualitas terdapat tiga bentuk pengendalian (kontrol) : • Pencegahan cacat

Melakukan tindakan-tindakan guna mencegah terjadinya defect maupun defect yang berkepanjangan. Karena pada dasarnya defect tidak dapat dihindarkan, tetapi bagaimana caranya mengurangi dan mencegah defect tersebut berkepanjangan.

• Mencari kerusakan/sumber permasalahan yang mengakibatkan cacat

Suatu proses analisa untuk mencari sumber-sumber penyimpangan terhadap tolak ukur / standar yang digunakan.

• Analisa dan Tindakan Koreksi

Melakukan analisa tindakan / proses yang menjadi penyebab terjadinya ketidaksesuaian, serta melakukan tindakan perbaikan / koreksi supaya tidak terjadi hal yang serupa di kemudian hari.

2.2. Sejarah Perkembangan Mutu

Mutu telah dikenal sejak empat ribu tahun yang lalu, ketika bangsa mesir kuno mengukur dimensi batu-batu yang digunakan untuk membangun piramida. Pada zaman modern fungsi mutu berkembang melalui beberapa tahap, yaitu :

Inspeksi

Konsep mutu modern dimulai pada tahun 1920-an. Kelompok mutu yang utama adalah bagian inspeksi. Selama produksi, para inspector mengukur hasil produksi berdasarkan spesifikasi. Bagian inspeksi tidak independen, biasanya mereka melapor ke pabrik. Hal ini menyebabkan perbedaan kepentingan. Seandainya inpeksi menolak hasil satu alur produksi yang tidak sesuai maka bagian pabrik berusaha meloloskannya tanpa memperdulikan mutu.

Pada masa ini ada beberapa orang ahli di bidang statistik antara lain : Walter A. Sewhart (1924), yang menemukan konsep statistik untuk pengendalian variabel-variabel produk, seperti panjang, lebar, berat, tinggi, dan sebagainya. Sedangkan H.F. Romig (akhir 1920) merupakan pelopor dalam pengambilan sample untuk menguji penerimaan produk (Acceptance Sampling).

Pengendalian Mutu (Quality Control)

Pada tahun 1940-an, kelompok inspeksi berkembang menjadi pengendalian mutu. Adanya Perang dunia II mengharuskan produk militer yang bebas cacat. Mutu produk militer menjadi salah satu faktor yang menentukan kemenangan dalam peperangan. Hal ini harus dapat diantisipasi melalui pengendalian yang dilakukan selama proses produksi. Tanggung jawab mutu dialihkan ke bagian quality control yang independen. Bagian ini memiliki otonomi penuh dan terpisah dari bagian

pabrik. Para pemeriksa mutu dibekali dengan perangkat statistika seperti diagram kendali dan penarikan sample.

Pada tahap ini dikenal seorang tokoh yaitu : Feigenbaum (1983) yang merupakan pelopor Total Quality Control (1960). Sedangkan pada tahun 1970 Feigenbaum memperkenalkan konsep Total Quality Control Organizationwide. Namun pada tahun 1983 Feigenbaum mengenalkan konsep Total Quality System. Pemastian Mutu (Quality Assurance)

Rekomendasi yang dihasilkan dari teknik-teknik statistik sering kali tidak dilayani oleh struktur pengembilan keputusan yang ada. Pengendalian mutu (quality control) berkembang menjadi pemastian mutu (quality assurance). Bagian pemastian mutu difokuskan untuk memastikan proses dan mutu produk melalui pelaksanaan audit operasi, pelatihan, analisis kinerja teknis, dan petunjuk operasi untuk peningkatan mutu. Pemastian mutu bekerja sama dengan bagian-bagian lain yang betanggung jawab penuh terhadap mutu kinerja masing-masing bagian.

Manajemen Mutu (Quality Management)

Pemastian mutu bekerja berdasarkan status quo, sehingga upaya yang dilakukan hanyalah memastikan pelaksanaan pengendalian mutu, tapi sangat sedikit pengaruh untuk meningkatkannya. Karena itu untuk mengantisipasi persaingan, aspek mutu perlu selalu dievaluasi dan direncanakan perbaikannya melalui penerapan fungsi-fungsi manajemen mutu

Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management)

Dalam perkembangan manajemen mutu, ternyata bukan hanya fungsi produksi yang mempengaruhi kepuasan pelanggan terhadap mutu. Dalam hal ini

tanggung jawab terhadap mutu tidak cukup hanya dibebankan kepada suatu bagian tertentu. Tetapi sudah menjadi tanggung jawab seluruh individu di perusahaan. Pola inilah yang disebut Total Quality Management

2.3. TQC (Total Quality Control)

TQC atau dalam istilah Indonesia dikenal dengan Pengendalian Mutu Terpadu merupakan konsep pendekatan manager ala Jepang (berasal dari Amerika) dikembangkan dan disesuaikan dengan kultur Jepang. Secara definisi pengertian Pengendalian Mutu Terpadu adalah sebagai berikut :

“Berbagai kegiatan di dalam penyelidikan dan pengembangan (R&D), produksi, penjualan, dan pelayanan purna jual dengan cara rasional untuk mencapai kepuasan tingkat yang paling ekonomis”.

Ada beberapa definisi untuk TQC : Definisi TQC di Jepang

“Sistem yang efektif untuk mengintergrasikan kegiatan pengembangan kualitas, perawatan, kualitas dan peningkatan kualitas dari kelompok-kelompok dalam sebuah organisasi, sehingga tercapai kepuasan pelanggan yang sepenuhnya tersedianya barang dan jasa pada tingkat yang paling ekonomis”.

Definisi TQC di Amerika

“Sistem manajemen dengan mengikutsertakan seluruh karyawan dari semua tingkatan didalam organisasi, dengan penerapan konsep pengendalian kualitas dan metode statistika untuk mendapatkan kepuasan pelanggan dan karyawan yang mengerjakannya”.

Definisi TQC di Indonesia

Latar belakang konsep TQC pada dasarnya bermula dari tiga pendekatan yaitu : • Pendekatan metodologi

• Pendekatan bisnis atau tujuan perusahaan • Pendekatan kultur budaya

Pendekatan metodologi yang dimaksudkan disini adalah pendekatan pada sistem pengawasan mutu produksi, evaluasi personal, zero defect, spesifikasi tanggung jawab dan pengawasan anggaran, dan lain-lain yang kesemuanya berasal dari sistem yang diterapkan di Amerika.

Pendekatan perusahaan (objective) adalah penerapan sistem manajemen partisipatif, keterpaduan aspek organisasi dan aspek manajemen sumber daya manusia, sistem pengendalian keuntungan, pengetahuan motivasi serta pola pengembangan kemampuan bawahan. Dari dua pendekatan di atas, kemudian dilengkapi dengan pendekatan yang ketiga yakni pendekatan kultur budaya (Jepang), dikembangan menjadi suatu sistem yang kemudian disebut dengan Gugus Kendali Mutu (GKM).

TQC berorientasi pada kepuasan pelanggan (sasaran utama). kepuasan pelanggan dapat dicapai apabila kualitas produk/jasa, pelayanan, dan penyerahan barang sesuai dengan keinginan pelanggan (konsumen). Dengan kata lain pelanggan akan menilai kualitas perusahaan-perusahaan lain dari setiap produk barang/jasa yang dihasilkan perusahaan itu dan bagaimana mutu pelayanan yang diberikan.

Arti kualitas menurut manajemen TQC : Kualitas mencakup:

Kualitas produk / jasa itu sendiri (product / service Quality)Kualitas kegiatan atau proses kerja (Process Quality)

Kualitas penjualan yang mencakup harga (cost price) dan kualitas purna jual (after sales) yang akan menyangkut kegiatan maintenance serta pengadaan peralatan suku cadang.

• Kualitas ketepatan waktu dan cara penyampaian / penyerahan barang ke tangan konsumen yang membutuhkannya.

Kualitas keselamatan (safety) serta moral / semanngat kerja setiap individu yang terlibat dalam proses produksi.

• Kualitas pengumpulan dan pengolahan data, pembukuan data, dan lain-lain. Dalam sistem pengendaliannya, dikenal apa yang disebut dengan “Lingkaran Deming” karena yang pertama kali memperkenalkan adalah W. Edward Deming. Dalam sistem ini dikenal dengan sistem PDCA (Plan-Do-Check-Action)

Gambar 2.1

Diagram PDCA /Diagram Deming Plan (Rencana) Check (Teliti) Action (Tindakan Do (Kerjakan

Pengertian Dasar Lingkaran “PDCA”

PLAN : Membuat rencana sebelum melakukan kegiatan

DO : Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan

sebelumnya.

CHECK : Meneliti apakah pekerjaan telah sesuai dengan rencana yang telah dibuat,

mengukur performa output dan membandingkan dengan standar kualitas yang ditetapkan / standar yang digunakan.

ACTION : Bilamana diperlukan tindakan perbaikan dari penyimpangan standar

yang ditemukan, hal ini akan dijadikan dasar rencana selanjutnya.

2.4. Profit / Keuntungan dari pengendalian Kualitas

Keuntungan yang diperoleh dari adanya pengendalian kualitas bagi perusahaan, yaitu :

• Meningkatkan reputasi perusahaan

Perusahaan yang telah menghasilkan suatu produk atau jasa yang bermutu atau berkualitas akan mendapat predikat sebagai organisasi yang mengutamakan mutu. Oleh karena itu, perusahaan tersebut dikenal oleh masyarakat luas dan mendapatkan nilai “lebih” di mata masyarakat. Kerana nilai “lebih” itulah maka perusahaan tersebut dipercaya masyarakat

• Menurunkan biaya

Dalam paradigma lama, untuk menghasilkan produk bermutu selalu membawa dampak pada peningkatan biaya. Suatu produk yang bermutu selalu identik dengan harga mahal. Hal ini jelas terjadi karena penghasil

produk tersebut masih menganut paradigma lama, dan membuat produk dengan tidak melihat konsumen. Produk yang dihasilkan tersebut dibuat sesuai dengan kemampuan perusahaan, sehingga standar mutu yang digunakan juga hanya ditetapkan pihak perusahaan. Kondisi demikian membuat produk yang dihasilkan tidak akan laku dijual karena konsumen tidak menginginkannya.

Sementara paradigma baru mengatakan bahwa untuk menghasilkan produk yang bermutu, perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya tinggi. Hal ini disebabkan perusahaan atau organisasi tersebut berorientasi pada customer satisfaction, yaitu dengan berdasarkan jenis, tipe, waktu, dan jumlah produk yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan. Dengan demikian tidak ada pemborosan yang terjadi yang harus dibayar mahal oleh perusahaan tersebut. Sehingga pendapat bahwa “quality has no cost” dapat dicapai dengan tidak menghasilkan produk yang tidak dibutuhkan pelanggan. • Meningkatkan pangsa pasar

Pangsa pasar akan meningkat bila minimasi biaya tercapai, sehingga harga dapat ditekan walau mutu tetap menjadi yang utama. Hal-hal inilah yang mendorong konsumen untuk membeli lagi produk tersebut sehingga pangsa pasar meningkat

• Produk yang dihasilkan dapat dipertanggung jawabkan

Dengan semakin menigkatnya mutu produk yang dihasilkan, maka perusahaan akan nampak semakin bertanggung jawab terhadap desain, proses, dan pendistribusian produk tersebut untuk memenuhi kebutuhan dan

harapan pelanggan. Selain itu, pihak perusahaan tidak perlu lagi mengeluarkan biaya yang begitu besar hanya untuk memberikan jaminan terhadap produk yang ditawarkan tersebut.

• Dampak internasional

Bila kita mampu menawarkan produk yang bermutu, maka selain dikenal di pasar local, produk yang kita tawarkan juga akan dikenal dan diterima di pasar internasional. Hal ini akan menimbulkan kesan yang baik terhadap perusahaan yang menghasilkan produk yang bermutu tersebut.

• Penampilan produk atau jasa

Mutu akan membuat produk dikenal, dan hal ini akan membuat perusahaan yang menghasilkan produk dikenal dan dipercaya masyarakat luas. Dengan demikian tingkat kepercayaan pelanggan dan masyarakat umumnya akan bertambah dan perusahaan tersebut akan lebih dihargai. Hal ini akan menimbulkan fanatisme tertentu dari para konsumen terhadap produk apapun yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut.

• Mutu yang dirasakan

Persaingan yang saat ini bukan lagi masalah harga melainkan mutu produk. Hal inilah yang mendorong konsumen untuk mau membeli produk atau barang dengan harga tinggi namun bermutu tinggi pula. Tetapi, mutu mempunyai banyak dimensi ayng bersifat subjektif. Sebagai produsen, kita dituntut untuk mampu memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan dan mampu menterjemahkan apa yang menjadi kebutuhan dan harapan mereka. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan mutu bukan hanya mutu produk itu

sendiri, melainkan mutu secara menyeluruh (total quality). Total quality merupakan pendekatan untuk melaksanakan bisnis yang berusaha memaksimumkan persaingan organisasi melalui perbaikan secara menyeluruh dalam mutu produk, pelayanan, orang, proses, dan lingkungan.

2.5. Alat – alat kontrol

Pengendalian kualitas mempergunakan alat–alat controlling berupa diagram-diagram statistical atau berupa grafik-grafik. Hal ini dibutuhkan dan dirasakan sangat membantu sekali dalam analisa data, yaitu :

a. Diagram tulang Ikan / Fishbone Diagram

Diagram tulang ikan / fishbone merupakan diagram yang dipakai untuk analisa penyebab terjadinya suatu penyimpangan kualitas dari suatu produk. Karena fungsinya tersebut, diagram tulang ikan juga sering disebut sebagai diagramn sebab akibat.

Diagram ini pertama kali diperkenalkan oleh prof. Kouru Ishikawa (Tokyo University) pada tahun 1943, oleh karena itu di beberapa buku diagram ini disebut juga dengan diagram Ishikawa sesuai dengan nama penemunya. Dalam penelusuran masalah penyebab ketidak sesuaian selalu berarah pada 5 faktor penyebab utama, yaitu :

Manusia (Man)

Metode kerja (Work Method)

Bahan-bahan baku (Raw Material) • Lingkungan kerja (Environment)

Gambar 2.2

Diagram Tulang Ikan / Fishbone diagram

Untuk mencari berbagai penyebab dapat digunakan teknik brainstorming dari seluruh personil yang terlibat dalam proses untuk dianalisis.

Langkah-langkah pembuatan diagram sebab akibat : Tentukan masalah yang akan diperbaiki. Cari faktor utama yang berpengaruh.

Cari faktor yang lebih spesifik yang mempengaruhi faktor utama. Adapun manfaat diagram sebab akibat tersebut adalah :

Dapat menggunakan kondisi sesungguhnya utnuk tujuan perbaikan kualitas produk.

Dapat mengurangi dan menghilangkan kondisi yang menyebabkan ketidaksesuaian produk dan keluhan pelanggan.

Measurment Material Man

Machines Methods

Environment

Masalah Utama

Dapat membuat suatu standarisasi operasi yang ada maupun yang direncanakan.

Dapat memberikan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan dalam kegiatan pembuatan keputusan dan melakukan tindakan perbaikan.

b. Diagram Pareto

Diagram ini diperkenalkan oleh seorang ahli ekonomi dari Itali bernama Vilfredo Pareto (1848 – 1923). Diagram ini dibuat untuk menemukan masalah atau penyebab yang merupakan kunci masalah dan perbandingan secara keseluruhan. Ada satu prinsip Pareto yang cukup terkenal “sedikit tetapi penting banyak tetapi remeh”. Prinsip ini sangat mempengaruhi dari pola pikir Pareto, sehingga diagram ini pun pada dasarnya memiliki nilai yang sama. Pada diagram ini hanya diberi perbaikan / tindakan koreksi terhadap penyebab yang paling dominan, sehingga perbaikan yang diberikan memberikan hasil yang cukup nyata terasa.

Proses penyusunan diagram pareto meliputi enam langkah, yaitu :

Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data berdasarkan masalah, penyebab, jenis ketidaksesuaian dan sebagainya.

Menentukan satuan yang digunakan untuk satuan karakteristik misalnya frekuensi, unit, dan sebagainya.

Mengumpulkan data.

Merangkum data dan membuat rangking dari kategori data. Menghintung frekuensi kumulatif atau persentasi kumulatif.

Adapun kegunaan diagram pareto sebenarnya adalah :

• Menunjukkan persoalan utama yang dominan dan perlu segera diatasi.

• Menyatakan perbandingan masing-masing persoalan yang ada dan kumulatif secara keseluruhan.

• Menunjukkan tingkat perbaikan setelah dilakukan tindakan perbaikan/ koreksi terhadap ketidaksesuaian yang terjadi, pada daerah yang terbatas. • Menunjukkan perbandingan persoalan sebelum dan sesudah perbaikan

Gambar 2.3 Diagram Pareto

c. Peta kendali / Peta Kontrol

Peta kendali menggambarkan perbaikan kualitas, peta ini terdiri dari peta kendali untuk data variabel (peta X dan peta R) dan peta kendali untuk data atribut (peta C dan peta P). Peta kontrol digunakan untuk menentukan apakah suatu proses berada dalam pengendalian, memantau proses terus menerus sepanjang waktu agar proses tetap stabil. Menentukan kemampuan proses (process capability) setelah proses berada dalam pengendalian.

Manfaat pengendalian kualitas proses untuk data variabel adalah memberikan informasi mengenai :

Perbaikan kualitas

Menentukan kemampuan proses setelah perbaikan kualitas tercapai Membuat keputusan yang berkaitan dengan spesifikasi

Membuat keputusan yang berkaitan dengan proses produksi. Jika proses berada dalam kondisi dalam range yang ditentukan maka pengendalian dapat digunakan untuk mempertahankan pengendalian

Membuat keputusan terbaru yang berkaitan dengan produk yang dihasilkan Langkah-langkah pembuatan peta kontrol

Pengumpulan data, didasarkan pada banyaknya sub kelompok dan ukuran-ukuran masing-masing sub group kelompok nantinya akan dipetakan.

Hitung rata-rata ( x-bar ). X-bar = (x1+ x2+ x3+ …..+ xn) = x

n n

data ini juga berfungsi sebagai garis pusat (center line /CL) Hitung harga range (R) = (data terbesar – data terkecil)

Hitung rata-rata total x-bar. x-double bar = (x1+ x2+ x3+ …. + xk) = x-bar

k k

Hitung rata-rata dari range (R-bar) (R1+ R2+ R3+ …. + Rk) = R-bar

k k

Tentukan batas bawah (lower control limit) dan batas atas (upper control limit) dengan cara :

a. Peta X bar menurut konsep 3 adalah : CL = x-double bar

LCL = x-double bar – A2 R-bar b. Peta R CL = R-bar UCL = D4 R-bar LCL = D3 R-bar 2.6. Pulp

Berdasarkan proses pembuatan pulp kimia kraft atau sulfat, dikenal dua macam pulp yang berdasarkan jenis tumbuhan kayu, yaitu :

LBKB dan LUKP (Leaf Bleached Kraft Pulp) dan (Leaf Unbleached Kraft Pulp).

NBKP dan NUKP (Neddle Bleached Kraft Pulp) dan (Neddle Unbleached Kraft Pulp)

LBKP adalah pulp yang menggunakan tumbuhan kayu berjenis kayu daun lebar yang memiliki serat pendek (panjang seratnya kurang dari 1,6 mm) dengan melalui proses pemutihan, sehingga pulpnya berwarna putih.

LUKP adalah pulp yang menggunakan tumbuhan kayu berjenis kayu daun lebar yang memiliki serat pendek (panjang kurang dari 1,6 mm) tanpan melalui proses pemutihan, sehingga pulpnya berwarna coklat.

NBKP adalah pulp yang menggunakan tumbuhan kayu berjenis kayu daun jarum yang memiliki serat panjang (panjang seratnya lebih dari 1,6 mm) dengan melalui proses pemutihan, sehingga pulpnya berwarna putih.

LUKP adalah pulp yang menggunakan tumbuhan kayu berjenis kayu daun jarum yang memiliki serat panjang (panjang lebih dari 1,6 mm) tanpa melalui proses pemutihan, sehingga pulpnya berwarna coklat.

Perbedaan antara penggunaan jenis tanaman tersebut akan berpengauh pada kekuatan, formasi dan drainase. Pada tumbuhan berserat panjang mempunyai kekuatan sobek yang tinggi dan dalam batas tertentu akan memeberikan kekuatan tarik dan kekuatan jebol yang tinggi. Hal ini disebabkan karena tumbuhan serat panjang mempunyai titik tangkap yang luas kepada gaya-gaya yang mengenainya sehingga dapat menahan gaya-gaya yang lebih besar, selain itu laju drainase tinggi sehingga pada saat operasi kerja vaccum pada wire dapat menurun. Namun pada sisi lain tumbuhan serat panjang mempunyai kelemahan yaitu formasinya kurang baik jika dibandingkan dengan tumbuhan serat pendek.

BCTMP (Bleach Chemical Thermo Mechanical Pulp)

BCTMP merupakan salah satu jenis pulp berwarna putih kekuningan, karena pada prosesnya menggunakan sedikit bahan kimia pemutih dan prosesnya secara mekanikal dan pada suhu tertentu. BCTMP ini befungsi untuk meningkatkan bulky dalam proses pembuatan kertas.

2.7. Pengendalian Kualitas Pulp

Agar pulp yang digunakan sebagai bahan baku dalam proses pembuatan kertas, maka pulp tersebut perlu dijaga kualitasnya. Adapun parameter-parameter yang diuji untuk bahan baku pulp adalah sebagai berikut :

Brightness • Konsistensi • Freeness

Physical Properties yang terdiri dari : Gramatur

Thickness Density Bulky

Bursting Strength & Bursting Strength Indeks Tensile Strength & Tensile Strength Indeks Breaking Length

Tearing & Tearing Indeks Fiber Bonding

Opacity

Roughness 0.5 Mpa dan 1.0 Mpa

Moisture Content

Moisture content adalah banyaknya air yang terkandung dalam sample pulp yang dinyatakan dengan persen ( % ). Moisture content ini merupakan kritikal parameter karena bila moisture content terlalu tinggi maka akan menyebabkan pulp tersebut rusak (berjamur). Standar yang diperbolehkan yaitu : maksimum 12 %.

Brightness (Kecerahan)

Brightness adalah perbandingan antara nilai intensitas cahaya biru pada panjang gelombang 457 nm yang telah didifusikan secara sempurna dalam sustu diffuser berbentuk bola (hemispherical) yang dipantulkan oleh permukaan contoh uji (sample) pada sudut pembacaan 0o, terhadap nilai intensitas cahaya yang dipantulkan oleh permukaan lapisan Magnesium Oksida (MgO) pada kondisi yang sama. Brigtness ini memiliki satuan persen ISO (% ISO).

Consistency

Consistency adalah berat serat kering (oven dry) yang terdapat dalam suspensi pulp yang dinyatakan dalam persen (%).

Freeness (Derajat Giling)

Freeness adalah derajat atau tingkat penggilingan pulp yang dihitung berdasarkan besar kecilnya daya tapis air (drainage) yang dapat dibebaskan dari suspensi pulp melalui penyaringan pada kondisi standard yang dinyatakan dalam csf (Canadian Standard Freeness)

Physical Properties yang terdiri dari :

Grammature (Basis Weight)

Grammature adalah massa lembaran kertas dalam gram dibagi luasannya dalam satuan meter persegi (m2), grammature ini memiliki satuan gram/meter2(g/m2).

Thickness

Thickness adalah jarak tegak lurus antara dua permukaan kertas, thickness ini digunakan untuk mengetahui ketebalam kertas, selain itu juga untuk mengetahui density dari suatu kertas. Satuan dari tickness adalah µm (micro meter)

Density

Density adalah hasil bagi antara grammature (g/m2) dengan thickness (µm). satuan dari density adalah g/cm3.

Bulky

Bulky adalah hasil bagi antara thickness (µm) dengan grammature (g/m2

). Atau dapat dikatakan bulky adalah kebalikan dari density. Satuan dari bulky adalah cm3/g.

Bursting Strength

Bursting Strength adalah gaya yang diperlukan untuk meretakan selembar kertas

Dokumen terkait