• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Pemenuhan Keseimbangan antara PT. Sentana Adidata Pratama dengan PT BGR Persero dalam Perjanjian Kerjasama Bongkat Muat di

Pelabuhan Belawan

Konsep keseimbangan begitu penting dalam penyusunan suatu kontrak, khususnya kontrak kerjasama bongkar muat antara PT. SAP dan PT BGR Persero karena tahapan inilah yang menjadi dasar dalam pemenuhan prestasi. Makna keseimbangan adalah sebagaimana yang dimaknai dalam bahasa sehari-hari, kata

“seimbang” (even-wicht) menunjuk pada pengertian suatu “keadaan pembagian beban di kedua sisi berada dalam keadaan seimbang.” Di dalam konteks studi “keseimbangan” dimengerti sebagai “keadaan hening atau keselarasan karena dari pelbagai gaya yang bekerja tidak satu pun mendominasi yang lainnya, atau karena tidak satu elemen menguasai lainnya.93

Konsep keseimbangan dituangkan menjadi suatu asas hukum dalam hukum kontrak yakni asas keseimbangan. Asas hukum berfungsi sebagai pondasi yang memberikan arah, tujuan serta penilaian fundamental, mengandung nilai-nilai dan tuntutan-tuntutan etis.94 Posisi para pihak dalam perjanjian kerjasama bongkar muat antara PT SAP dan PT BGR Persero atau biasa dikenal dengan istilah Kontrak

Handling harus diupayakan seimbang dalam menentukan hak dan kewajiban dari

para pihak. Keseimbangan yang diharapkan oleh para pihak adalah berasal dari kesepakatan yang telah ditentukan sebelumnya dengan memenuhi unsur-unsur keadilan dan undang-undang antara lain Pasal 1320 dan Pasal 1338 KUH Perdata.

Oleh karena itu, apabila terdapat posisi yang tidak seimbang di antara para pihak, maka hal ini harus ditolak karena akan berpengaruh terhadap substansi maupun maksud dan tujuan dibuatnya kontrak itu ialah:

a) lebih mengarah pada keseimbangan posisi para pihak, artinya dalam hubungan kontraktual tersebut posisi para pihak diberi muatan keseimbangan.

93ibid, hal 304.

b) kesamaan pembagian hak dan kewajiban dalam hubungan kontraktual seolah-olah tanpa memperhatikan proses yang berlangsung dalam penentuan hasil akhir akhir pembagian tersebut.

c) keseimbangan seolah sekadar merupakan hasil akhir dari sebuah proses. d) intervensi negara merupakan instrumen memaksa dan mengikat agar terwujud

keseimbangan posisi para pihak.

e) pada dasarnya keseimbangan posisi para pihak hanya dapat dicapai pada syarat dan kondisi yang sama (ceteris paribus).

Konsep keseimbangan awal yang diharapkan dalam kontrak kerjasama bongkar muat (handling) antara PT. SAP dan PT BGR Persero dapat dilihat pada bagian awal dari kontrak tersebut dimana disebutkan bahwa PIHAK PERTAMA (dalam hal ini PT SAP) dan PIHAK KEDUA (dalam hal ini PT BGR Persero) telah sepakat dengan defenisi, jumlah dan jenis pekerjaan (Pasal 1), pelaksanaan pekerjaan (Pasal 3), waktu pelaksanaan dan kapasitas bagging (Pasal 4) dan toleransi susut (Pasal 5) serta biaya atau jasa yang dikenakan atas pekerjaan tersebut (Pasal 6).

Penjelasan pasal demi pasal dan dikaitkan dengan pelaksanaan Kontrak Kerjasama tersebut pada kenyataannya masih belum mencerminkan konsep keseimbangan seperti yang telah disepakati oleh para pihak. Hal ini tercermin pada saat dilakukan eksekusi berupa pemenuhan hak dan kewajiban yaitu pelaksanaan pekerjaan masih terdapat kendala-kendala yang belum mencerminkan keseimbangan dan keadilan bagi kedua belah pihak. Ketidakseimbangan yang dimaksud dapat dilihat dalam analisis pasal demi pasal dan dibandingkan dengan pelaksanaannya:

Kewajiban PT BGR:

Terdapat beberapa pasal yang mengatur mengenai kewajiban dari PT BGR Persero yaitu:

1. Pasal 1.1: Jumlah Dan Jenis Pekerjaan

a. Melaksanakan penyelesaian dokumen pembongkaran pupuk.

b. Melakukan pembongkaran pupuk dari lambung kapal keatas truck yang disaksikan oleh PIHAK PERTAMA dan Surveyor yang ditunjuk oleh PIHAK PERTAMA.

c. Melakukan pembongkaran dari atas truck ke gudang penyimpanan yang telah ditentukan.

d. Memasukan pupuk ke dalam karung atau bagging dan menimbang dengan berat @50 kg per karung (limapuluh kilogram/karung) netto lengkap dengan inner plastik dan dijahit dengan benang 3 warna yang disusun dalam bentuk stapelan di dalam gudang penyimpanan.

Analisis:

Menurut Pasal 1313 KUH Perdata bahwa perjanjian yang dimaksud adalah suatu perbuatan dimana satu pihak mengikatkan diri dengan pihak lain terhadap suatu pekerjaan. Dalam hal ini pekerjaan yang dimaksud haruslah dilakukan sesuai dengan apa yang diperjanjian oleh para pihak. Berdasarkan hasil wawancara dengan Managemen PT SAP bahwa pada kenyataannya terhadap Pasal 1.1 huruf d diatas, masih ditemukan pekerjaan yang tidak sesuai dengan yang diperjanjian dimana berat karung yang belum standar @50kg hal ini terlihat dari banyaknya claim customer yang merujuk kepada kurangnya berat dari pupuk yang dikarungkan tersebut. Hal ini sudah barang tentu merugikan pemilik barang karena biasanya customer yang menerima barang yang kurang dari yang seharusnya akan mengclaim langsung dari pembayarannya. Disamping itu prinsip FIFO (first in first out) belum

terlaksana dengan baik sehingga ada kalanya ditemukan pupuk yang sudah mengeras pada saat delivery ke customer.95 Untuk itu konsep keseimbangan yang bertujuan untuk menghindari kerugian pada prosesnya tidak dapat terlaksana dengan baik sehingga tujuan yang diharapkan tidak dapat tercapai karena asas keseimbangan yang seharusnya sangat berperan dalam menentukan posisi dari para pihak agar dianggap adil dan tidak berat sebelah tidak dapat tercapai.96 Dengan demikian tidak dapat terpenuhi struktur keseimbangan hak dan kewajiban untuk mencegah terjadinya kerugian yang besar dalam masyarakat sosial.97

2. Pasal 2: Penyerahan Dokumen

2.3 PIHAK KEDUA berkewajiban untuk menyerahkan kepada PIHAK PERTAMA laporan harian (daily report) hasil pembongkaran dan penyerahan pupuk ke gudang.

2.4 Apabila pekerjaan handling pupuk sebagaimana yang ditetapkan dalam surat perjanjian ini telah selesai dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA wajib menyerahkan kepada PIHAK PERTAMA selambat lambatnya dalam jangka waktu 5 (lima) hari dokumen-dokumen sebagai berikut:

a) Dokumen pembongkaran kapal (Statement of FactdanTime Sheet). b) Berita Acara Pemakaian Karung/Goni.

c) Berita Acara Rampung (BAR) penyerahan pupuk ke gudang penyimpanan yang ditanda tangani oleh kepala gudang PIHAK KEDUA dan PIHAK PERTAMA

Analisis:

Menurut hasil wawancara dengan pihak PT SAP bahwa pada pelaksanaanya dalam hal penyerahan dokumen Berita Acara Rampung (BAR)

95Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Lai Lai, Manager Operasional PT Sentana Adidaya Pratama, pada hari Jumat, tanggal 22 Agustus 2014, jam 14.00 WIB

96Agus Yudha Hernoko,Hukum Perjanjian Azas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hal 25.

97H.L.A Hart, Konsep Hukum, Diterjemahkan oleh M. Khozim, (Bandung: Nusa Media, 2011), hal 255.

dari Pihak Kedua kepada pihak pertama membutuhkan waktu lebih dari 5 hari karena proses pengarungan yang memakan waktu cukup lama di gudang hal ini disebabkan oleh karena adanya hambatan-hambatan yang berkaitan dengan proses pengarungan misalnya karena buruh yang tidak tersedia, peralatan di gudang atau karena karungnya belum tersedia.98

3. Pasal 3: Pelaksanaan Pekerjaan

3.1 PIHAK KEDUA setuju untuk mengupayakan pembongkaran dengan kapasitas bongkar rata rata minimum 2.000 metrik ton (dua ribu metrik ton) perhari dengan ketentuan 1 (satu) hari adalah 24 jam (duapuluh empat jam) dengan memakai 4 (empat) unit crane kapal dan pupuk yang akan dibongkar terbagi rata di empat palka atau kapasitas pembongkaran rata-rata minimum 500 (lima ratus) metrik ton perhari / 1 (satu) unit crane kapal dalam keadaan crane berfungsi dengan baik dengan kondisi WWDSHEXUU (Wheater Working Days Sunday and Holidays Excepted Unless Used) kecuali pada saat gangguan cuaca atau sebab sebab lain diluar jangkauan pihak kedua atau force majure

3.3 Biaya yang timbul sehubungan dengan penggunaan alat alat mekanik di dalam palka kapal sebagaimana yang dimaksud ayat 2 (dua) pasal ini adalah menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA

3.4 Pelaksanaan handling pupuk dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA selambat-lambatnya 6 (enam) jam setelah kapal sandar dikade dan apabila dalam jangka waktu tersebut diatas PIHAK KEDUA belum melaksanakan pembongkaran maka segala biaya-biaya yang timbul akibat keterlambatan tersebut adalah menjadi beban PIHAK KEDUA

4. Pasal 4: Waktu Pelaksanaan Pekerjaan Dan KapasitasBagging

4.1 PIHAK KEDUA diwajibkan untuk melaksanakan proses pemasukan Pupuk kedalam karung (bagging) dengan hati-hati dengan tidak boleh menggunakan peralatan yang dapat menimbulkan kebocoran pada karung Pupuk.

4.2 PIHAK KEDUA berkewajiban untuk melaksanakan pekerjaan pemasukan pupuk dalam karung (bagging) dengan kapasitas rata rata bagging minimum 400 mt/hari (empat ratus metrik ton perhari) tidak termasuk hari Sabtu dan Minggu serta hari besar /libur umum yang ditetapkan oleh pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

4.3 PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA setuju dan sepakat bahwa proses pemasukan pupuk kedalam karung/bagging di gudang dimulai 1 (satu) hari setelah pembongkaran berlangsung.

98Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Sabar Simarmata, Supervisor Operasional PT. Sentana Adidaya Pratama, pada hari Jumat tanggal 22 Agustus 2014, jam 16.00 WIB

Analisis:

Pada prinsipnya Pasal 3 dan Pasal 4 sudah berjalan sesuai dengan kesepakatan para pihak tetapi meskipun demikian ada kalanya ditemukan permasalahan pembongkaran dari kapal yang belum tercapai secara maksimal karena faktor-faktor ketidak tersediaan alat berat yang memadai dan buruh yang kurang profesional dalam menangani pekerjaan bongkaran tersebut.99 Tidak tercapainya target yang telah ditentukan pada pasal-pasal diatas apabila dapat dibuktikan karena kelalaian dari PT BGR selaku pelaksana pekerjaan maka akan dianggap sebagai wanprestasi dan apabila timbul kerugian karenanya akan menjadi beban dari PT BGR, sebaliknya apabila kerugian tidak disebabkan oleh karena kelalaian PT BGR melainkan karena kelalaian PT SAP maka kerugian yang timbul tidak dapat dibebankan kepada PT BGR. Pasal ini sejalan dengan aturan dalam KUH Perdata Pasal 1243 yang menyatakan bahwa apabila salah satu pihak dalam perikatan telah dinyatakan lalai atau tidak dapat memenuhi apa yang diwajibkan dalam suatu waktu tertentu yang telah disepakati maka diwajibkan untuk memberikan ganti rugi berikut bunganya. Perihal wanprestasi akan dijelaskan lebih lanjut pada Bab berikutnya.

5. Pasal 5: Toleransi Susut

5.1 PIHAK PERTAMA bersedia untuk memberikan toleransi susut di dalam pelaksanaan Handling Pupuk kepada PIHAK KEDUA maksimum 0,1% (nol koma satu persen) yang dihitung dari Timbangan di Gudang BGR Belawan

99 Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Frans Sitohang, Manager Operasional PT Bhanda Ghara Reksa Persero, tanggal 21 Agustus 2014, jam 14.00 WIB

5.2 Apabila susut yang melebihi batas toleransi sebagaimana yang dimaksud dalam ayat 1 (satu) pasal ini maka sepenuhnya akan menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA dan langsung dipotong dari pembayaran biaya

handlingpupuk yang diterima PIHAK KEDUA dari PIHAK PERTAMA.

Analisis:

Pada ayat 5.1 pengaturan toleransi susut hanya berdasarkan 1 acuran timbangan saja yaitu timbangan di gudang BGR Belawan, sehingga para pihak menginterpretasikan/menafsirkan angka penerimaan tersebut adalah angka yang benar. Padahal untuk mendapatkan data yang lebih akurat seharusnya dilakukan proses penimbangan di dua tempat yang berbeda sehingga diperoleh data pembanding yang mewakili angka tempat pengiriman awal menuju ke tempat pengiriman akhir sehingga dapat diketahui kehilangan atau kekurangan barang pada saat pengiriman. Disamping itu akan sangat sulit untuk membuktikan kehilangan barang oleh pihak PT BGR karena data yang dimiliki hanya sepihak saja. Akibatnya ini juga akan merugikan pemilik barang sehingga apa yang diharapkan dari konsep keseimbangan juga tidak dapat terpenuhi dengan baik. Dalam hal ini menurut Herlien Budiono sebagai tujuan dari kontrak itu yakni yang diturunkan dari asas laras (harmoni) di dalam hukum adat, dimana tujuan kontrak ialah mencapai keseimbangan antara kepentingan sendiri dan kepentingan terkait dari pihak lawan belum tercapai dengan baik.100

6. Pasal 9:Force Majeure

9.2 Atas pemberitahuan PIHAK KEDUA baik secara lisan maupun tulisan tentang keadaan force majure tersebut, maka PIHAK PERTAMA harus

100Herlien Budiono,Asas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian Indonesia-Hukum Perjanjian Berlandaskan Asas-Asas Wigati Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006), hal 309.

segera memberikan jawaban secara tertulis mengenai keadaan yang dianggap force majeure tersebut dalam jangka waktu 1 X 24 jam terhitung sejak surat pemberitahuan tersebut diterima oleh PIHAK PERTAMA.

9.3 Bila keadaanforce majeure dimaksud ditolak PIHAK PERTAMA maka PIHAK KEDUA berkewajiban menunjukkan bukti-bukti otentik ataupun surat keterangan dari pihak instansi terkait atau juga pemberitaan di mediamasa berlaku juga sebagai bukti bahwa benar-benar terjadi peristiwaforce majeure.

Analisis:

Istilah force majeure tidak ada ditemukan di dalam KUH Perdata, tetapi dalam Pasal 1245 KUH Perdata mengatur bahwa para pihak tidak harus membayar biaya kerugian dan bunga apabila salah satu pihak berhalangan berprestasi akibat dari kejadian memaksa atau kejadian yang tidak terduga atau akibat hal-hal yang sama telah melakukan perbuatan yang terlarang. KUH Perdata tidak menjelaskan lebih lanjut apa yang disebut sebagai keadaan memaksa, hal tidak terduga dan perbuatan yang terlarang tersebut. Berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian kerjasama ini perihal force majeure ini belum pernah terjadi sepanjang kerjasama ini dilakukan, pembahasan mengenai lebih lanjut mengenai pentingnya dicantumkan force majeure ini akan dijelaskan pada Bab selanjutnya.

Hak PT BGR:

1. Pasal 6.1: Pembayaran

Menerima sejumlah pembayaran senilai tertentu sesuai dengan yang disepakati bersama ke nomor rekening yang telah diinformasikan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah menerima Nota Tagihan dengan memberikan catatan Nomor Debet Nota pada kolom keterangan Nota Transfer untuk mempermudah pemeriksaan.

Analisis:

Dalam prakteknya bahwa pada umumnya pembayaran belum dapat dilaksanakan sesuai dengan apa yang disebutkan pada Pasal 6 ayat (1) ini karena Nota Tagihan terlambat diterima karena adanya kesalahan-kesalahan pada Nota Tagihan tersebut. Sementara itu pihak SAP dalam melakukan pembayaran tidak dapat dilakukan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari setelah nota tagihan diterima dengan benar. Hal ini disebabkan karena adanya kendala-kendala antara lain misalnya kesalahan sistem atau tidak ada pimpinan yang berhak untuk menandatangani giro pembayaran tersebut sehingga menimbulkan keterlambatan bayar kepada pihak PT BGR Persero.

Menurut Pasal 1250 KUH Perdata, terhadap keterlambatan pembayaran ini pihak PT BGR Persero dapat menuntut atau memintakan sejumlah pembayaran berupa bunga sebagai ganti kerugian akibat adanya keterlambatan tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Meskipun demikian terhadap kondisi seperti ini masih dapat diterima dengan baik oleh kedua belah pihak tanpa perlu dikenakan denda dengan pertimbangan hubungan kerjasama yang baik.101Hal ini sejalan dengan dengan pejelasan dari pendapat ahli bahwa dalam dunia kontrak bisnis para pengusaha saling tergantung dan membutuhkan jaringan yang berkesinambungan sehingga dapat meretakkan hubungan, norma, etika dan

101 Berdasarkan hasil wawancara dengan Lai Lai, Manager Operasional PT Sentana Adidaya Pratama, pada hari Jumat, tanggal 22 Agustus 2014, jam 14.00 WIB

konsepsi rasa hormat yang dianut oleh para pengusaha sehingga hal yang sifatnya masih bisa ditolerir tidak akan dituntut lebih jauh.102

2. Pasal 7.2: Cara pembayaran

Cara pembayaran terdiri dari 3 tahap yaitu:

a. Pembayaran Tahap I (pertama) sebesar 50% (lima puluh persen) dihitung berdasarkan jumlah pupuk yang tercantum dalam B/L (Bill of Lading) dilakukan setelah kapal tiba di Belawan dan PIHAK KEDUA menyerahkan kwitansi tagihan, faktur pajak dan fotokopi surat perjanjian handling sebagai bukti yang sah untuk penagihan kepada PIHAK PERTAMA.

b. Pembayaran Tahap II (kedua) sebesar 30% (tigapuluh persen) dihitung berdasarkan volume/kwantitas pupuk yang tercantum dalam B/L setelah pembongkaran pupuk dari lambung/atas kapal selesai dilaksanakan (kapal meninggalkan kade) dan PIHAK KEDUA menyerahkan kwitansi tagihan dan faktur pajak sebagai bukti yang syah untuk penagihan kepada PIHAK PERTAMA.

c. Pembayaran Tahap III sebesar seluruh sisa dari yang seharusnya ditagih yang dihitung berdasarkan total kwantitas yang tercantum dalam BAR yang ditandatangani oleh PIHAK PERTAMA atau wakilnya dengan PIHAK KEDUA setelah dipotong dengan :

i. Klaim pemakaian karung/goni yang tidak dapat dipertanggung jawabkan sebesar Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah) pergoni

ii. Kelebihan pembayaran biaya handling pupuk sehubungan atas perhitungan kuantitas Pupuk yang tercantum dalam BAR (Berita Acara Rampung) dengan B/L (Bill Of Lading)

Analisis:

Sejauh ini perihal pembayaran sebagai kompensasi atas pelaksanaan prestasi sudah terlaksana dengan baik, meskipun kadangkala ada terjadi keterlambatan pembayaran hal ini disebabkan oleh karena adanya system atau internal prosedur yang membutuhkan waktu lebih lama. Dan dalam hal ini kedua belah pihak dapat menerimanya dengan baik. Berkaitan dengan klaim, apabila ada, telah disepakati

102Salim HS,Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hal 181.

akan dipotong langsung dari nilai pembayaran yang dilakukan oleh PT SAP sesuai dengan ketetapan kontrak.

3. Pasal 8: Pemutusan Perjanjian

8.1 PIHAK PERTAMA berhak secara sepihak dan seketika memutuskan perjanjian ini setelah memberitahukan tertulis kepada PIHAK KEDUA, dalam hal PIHAK KEDUA:

a. Tidak mampu atau lalai untuk melaksanakan pekerjaan handling

sebagaimana yang telah ditetapkan dalam perjanjian ini

b. Melanggar ketentuan yang telah disepakati bersama dalam perjanjian ini sehingga menimbulkan kerugian bagi PIHAK PERTAMA

c. Menyerahkan pelaksanaan pekerjaan handling pupuk ini kepada pihak lain tanpa persetujuan dari PIHAK PERTAMA

Analisis:

Sampai saat ini belum pernah ada terjadi pemutusan kontrak dengan alasan-alasan apapun meskipun demikian ketentuan pasal ini tetap harus dicantumkan di dalam kontrak sebab uatu kontrak yang baik selalu terdapat klausul mengenai cara dan akibat-akibat pemutusan kontrak. Disamping itu KUH Perdata pada Pasal 1266 menentukan bahwa ada 3 syarat untuk berhasilnya pemutusan kontrak yaitu: (1) harus ada persetujuan timbal balik, (2) harus ada wanprestasi dan pernyataan lalai, (3) harus dimintakan putusan hakim dimana tiap-tiap pihak yang akan mengakhiri kontrak berada pada yuridikasi atas kontrak tersebut. Maksud dari ketentuan ini adalah untuk melindungi yang lemah.103 Kesepakatan kedua belah pihak untuk mencantumkan pasal ini juga adalah merupakan wujud dari keseimbangan di didalam kontrak kerjasama ini.

103Salim HS,Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hal 107.

Kewajiban PT SAP: 1. Pasal 1:

1.1 (d) Menyediakan karung untuk pengantongan sebelum kapal tiba atau paling lambat sebelum proses pengarungan dimulai.

1.2 Jumlah pupuk yang diserahkan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA untuk dilakukanhandlingadalah sebagai berikut:

a. Jenis Pupuk b. Jumlah Pupuk c. Nama Kapal

d. No/TglBill Of Lading(BL) e. Lokasi Penumpukan

f. Pelabuhan Bongkar

g. ETA (estimate time arrival) di Pelabuhan Belawan 2. Pasal 2: Penyerahan Dokumen

2.1 PIHAK PERTAMA berkewajiban untuk menyerahkan kepada PIHAK KEDUA: a. Surat Kuasa b. Invoice. c. Packing List d. Bill Of Lading(B/L) e. PIB dan SSP. f. Certificate Of Insurance g. Certificate Of Origin

h. API yang telah dilegaliser i. Importir Terdaftar Pupuk (IT)

j. Standard Nasional Indonesia (SNI), setelah diuji dan diproses di Jakarta

k. Surat Pendaftaran Barang (SPB), setelah diuji dan diproses di Jakarta 2.2 Selambat lambatnya 3 hari sebelum kapal sandar di Pelabuhan Belawan

dokumen-dokumen tersebut pada ayat 1 (satu) pasal ini harus sudah diterima PIHAK KEDUA kecuali point j dan k.

Analisis:

Pada Pasal 1 dan Pasal 2, secara luas telah disebutkan hal-hal yang menjadi kewajiban dari PT. SAP, meskipun tidak secara spesifik disebutkan tetapi adalah merupakan kewajiban dari PT SAP selaku pemberi pekerjaan untuk mempersiapkan dokumentasi, informasi, data dan segala sesuatu yang dibutuhkan

oleh PT BGR Persero dalam pelaksanaan pekerjaan kontrak handling tersebut, termasuk Surat Kuasa, data-data perusahaan dan lain-lain. Disisi lain, PT BGR Persero selaku penerima pekerjaan meskipun tidak dicantumkan secera tegas didalam Kontrak wajib memberikan data-data perusahaan untuk kelengkapan admistrasi seperti pembayaran dan lain-lain. Ini merupakan salah satu bentuk dari interpretasi isi kontrak yang dapat diterima oleh kedua belah pihak. Mengenai sejauh mana interpretasi yang diperbolehkan oleh peraturan undang-undang akan dibahas lebih lanjut dibawah ini. Pemenuhan hak dan kewajiban dari PT BGR Persero dan PT SAP harus sejalan dengan ketentuan Pasal 1338 KUH Perdata dimana perjanjian yang dibuat secara sah adalah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.

3. Pasal 3: Pelaksanaan Pekerjaan

3.3 Apabila crane kapal rusak dan harus menggunakan crane darat maka biaya yang timbul menjadi tanggung jawab PIHAK PERTAMA

3.4. Segala biaya-biaya yang timbul akibat keterlambatan armada tersebut adalah menjadi beban PIHAK PERTAMA apabila armada/ alat angkut PIHAK PERTAMA belum tersedia di kade dimana kapal sandar

4. Pasal 4: Waktu Pelaksanaan Pekerjaan Dan KapasitasBagging

4.4 Apabila pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan melebihi batas waktu atau tertunda yang diakibatkan adanya kesalahan oleh PIHAK PERTAMA, maka segala akibat yang timbul menjadi tanggung-jawab PIHAK PERTAMA, penyebab keterlambatan pekerjaan dimaksud antara lain:

a. Gudang disegel oleh Bea & Cukai akibat dokumen pendukung (impor) tidak lengkap.

b. Penyediaan sparebags tidak mencukupi kebutuhan dan tidak tepat waktu.

c. Pupuk tidak bisa dibagging karena menggumpal, mengeras atau terkontaminasi dengan material yang lain.

Analisis:

Pasal ini ditafsirkan bahwa apabila terjadi keterlambatan akibat adanya ayat a, b, c, d diatas adalah merupakan beban resiko dari pemilik barang sedangkan pada kenyataannya khusus untuk ayat c bahwa kondisi pupuk yang mengeras atau menggumpal biasanya terjadi karena kesalahan proses pengarungan karena tercampur bahan lain seperti tanah, air atau bahan lainnya yang mengakibatkan perubahan mutu barang. Disisi lain memang kadangkala ketersediaan sparebags juga mengalami kekurangan karena adanya keterlambatan pengiriman dari supplier karung.104

Menurut KUH Perdata pada Pasal 1366 dinyatakan bahwa setiap orang bertanggung jawab, bukan hanya atas kerugian yang disebabkan perbuatan-perbuatan, melainkan juga atas kerugian yang disebabkan kelalaian atau kesembronoannya, artinya bahwa terhadap kerugian yang terjadi akibat kesembronoan atau kelalaian salah satu pihak dapat dimintakan pertanggungjawabannya. Sejauh mana pertanggungjawaban yang diharapkan oleh pihak yang dirugikan adalah berdasarkan nilai kerugian yang diakibatkan oleh kelalaian atau kesembronoan tersebut.

5. Pasal 5: Toleransi Susut

5.1 PIHAK PERTAMA bersedia untuk memberikan toleransi susut di dalam pelaksanaan handling pupuk kepada PIHAK KEDUA maksimum 0.1% (nol koma satu persen) yang dihitung dari Timbangan Gudang BGR Belawan

104Berdasarkan hasil wawancara dengan Frans Sitohang, Manager Operasional PT Bhanda Ghara Reksa Persero, tanggal 21 Agustus 2014, jam 14.00 WIB

5.2 Apabila susut yang melebihi batas toleransi sebagaimana yang dimaksud

Dokumen terkait