KEBUTUHAN AREA PARKIR KENDARAAN
3.2. Analisa Pendekatan Sistem Bangunan 1. Studi Sistem Struktur dan Enclosure
Dalam projek Pusato WorkshopKreasi Bambu, sistem struktur yang direncanakan tidak hanya berdasarkan kebutuhan ruang tetapi juga terkait dengan penggunaan material bambu sebagai material utama penyusun bangunan sehingga bangunan yang sesuai dengan kebutuhan ruang tetap kuat dan memiliki nilai estetika dengan menggunakan material bambu.
a. Studi Sistem Struktur
a.1. Kriteria Struktur Bangunan
Strenght, struktur bambu harus memiliki kekuatan dalam memikul beban bangunan.
150 Stability, struktur bambu saling mendukung agar
bangunan dapat berdiri stabil.
Serviceability, struktur bambu harus dapat melayani kegiatan didalamnya.
Safety, kriteria struktur yang aman terhadap beban yang direncanakan.
Durability, kriteria keawetan bambu sebagai bahan struktur yang tahan lama.
a.2. Pemilihan Struktur
Pemilihan struktur pada Pusat Workshop Kreasi Bambu dengan menggunakan struktur rangka bambu yang efisien dengan penurunan tanah, tahan gempa dan tekanan horisontal terhadap angin.
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 8020:2014 Kegunaan Bambu, jenis bambu yang akan digunakan untuk bangunan adalah :
Bambu Petung / Betung (Dendrocalamus asper)
Bambu Hitam / Wulung (Gigantochloa atroviolacea)
Bambu Apus / Tali (Gigantochloa apus)
Bambu Gombong / Andong (Gigantochloa pseudoarundinacea)
151 Bambu Ater (Gigantochloa atter)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait pemilihan bambu sebagai material penyusun struktur bangunan1 :
Bambu tanpa pengawetan mudah membusuk dan diserang oleh serangga dan cendawan, terutama jika berhubungan dengan kelembaban tanah.
Sesudah bambu ditebang, batang dalam waktu singkat dapat diserang seranga jika tidak diawetkan langsung.
Dalam keadaan kering bambu sangat rentan terhadap kebakaran dan membutuhkan perawatan khusus.
Kekuatan dan daya tahan bambu memudar seturut umurnya.
Jangan menggunakan paku baja sebagai alat sambungan bambu, tetapi gunakan pasak kayu/bambu serta pengikatan.
Jangan menggunakan bambu yang sudah retak atau sudah terserang oleh serangga.
Jangan menggunakan bambu yang dipotong di luar musim yang tepat.
1
152 b. Studi Sistem Enclosure
a. Sistem Struktur Pondasi
Pemilihan sistem struktur pondasi untuk Pusat Workshop Kreasi Bambu didasarkan pada fungsi bangunan dan daya dukung tanah. Beberapa pilihan struktur pondasi yang dapat digunakan :
Pondasi setempat
Pondasi setempat biasanya digunakan pada bangunan dengan kolom, tiang atau sejenisnya. Contoh penerapannya digunakan pada umpak pendopo bangunan tradisional jawa dan pada bangunan yang memiliki struktur panggung. 2
Gambar 3.5 Pondasi Setempat Sumber :Heinz Frick. 2001 hal 58 Pondasi tiang
Pondasi tiang mengangkat bangunan diatas bidang permukaan tanah pada tapak
2
153 dengan kemiringan curam dan pada area banjir secara periodik.
Gambar 3.6Pondasi Tiang
Sumber :Francis D. K. Ching. 2008 hal 87
b. Sistem Struktur Plat Lantai dan Penutup Lantai
Sistem konstruksi plat lantai dan penutup lantai menggunakan material bambu, namun pada ruang yang basah seperti kamar mandi menggunakan penutup lantai keramik.
Laminasi bambu
Penutup lantai laminasi bambu merupakan lantai papan dari bambu yang sudah di press dan diawetkan menjadi papan. Warna dan motifnya sudah cukup beragam dan menarik bila diterapkan dalam ruangan.
154 Gambar 3.7Papan Laminasi Bambu
Sumber :Dokumen Company Profile ABN
Anyaman bambu
Penutup lantai anyaman bambu pada lantai dasar harus menggunakan batang bambu dengan diamter 4-6cm dengan sistem penataan yang rapat dengan penutup lantai anyaman bambu.
Gambar 3.8Plat Lantai Penutup Lantai Anyaman Bambu
Sumber :Heinz Frick. 2004 hal 45 Kombinasi beton tidak bertulang
Plat lantai bambu dapat dikombinasikan dengan menggunakan beton tidak bertulang.
Konstruksi pelat lantai bambu-beton komposit dengan balok batang bambu yang menerima gaya tarik.3
3
155 a) Balok batang bambu yang menerima
gaya tarik
b) Pelupuh sebagai begisting beton
c) Pipa baja berdiameter kecil yang menerima gaya geser
d) Pelat beton tidak bertulang yang menerima gaya tekan
Gambar 3.9Plat Lantai Bambu Kombinasi Beton Tidak Bertulang
Sumber :Heinz Frick. 2004 hal 48 Keramik
Penutup lantai dengan bahan keramik diaplikasikan pada ruang kamar mandi karena bambu tidak bisa terus menerus menahan sifat basah ruangan. Material keramik juga memiliki berbagai variasi motif dan warna.
156 Gambar 3.10Motif Lantai Keramik
Sumber : http://pintuaby.com/inilah-2-contoh-motif-keramik-lantai-terunik/#page/
c. Sistem Struktur Dinding sebagai Pelingkup Bangunan
Pada bangunan konstruksi bambu
menggunakan dinding pelingkup bangunan bermaterial bambu yang dibuat dengan cara disusun dan dianyam sehingga menciptakan dinding pelingkup bangunan yang memberikan estetika atau menggunakan bukaan tanpa dinding untuk mengekspose struktur konstuksi bambu itu sendiri. Dinding anyaman bambu
Dinding anyaman bambu memiliki banyak model anyaman, namun keseluruhan model anyaman tidak kedap terhadap percikan air hujan.4
4
157 Gambar 3.11Dinding Anyaman Bambu
Sumber :Heinz Frick. 2004 hal 83 Dinding bilah bambu
Dinding bilah bambu merupakan konstruksi dinding sederhana yang tersusun atas bambu yang dibelah kemudian disusun rapat.5
Gambar 3.12 Dinding Bilah Bambu Sumber :Heinz Frick. 2004 hal 81
Terdapat juga dinding yang disusun dari potongan bambu yang di tata sebagai dinding dan memberikan kesan estetika yang menarik.
5
158 Gambar 3.13Dinding Potongan Bambu
Sumber : http://lppm.unpar.ac.id/wp-content/uploads/2014/12/Bambu1.jpg
Dinding pelupuh
Dinding pelupuh adalah dinding yang terbuat dari susunan batang bambu yang dibelah kemudian dipipihkan sehingga menjadi pelupuh.
Gambar 3.14Dinding Pelupuh Bambu Sumber :Heinz Frick. 2004 hal 85 Dinding bambu plester komposit
Dinding bambu plester komposit menggunakan bilah bambu yang tersusun
159 secara horizontal, kemudian dipaku pada tiang/kolom bangunan dan di aci menggunakan semen atau tanah liat. 6
Gambar 3.15 Dinding Bambu Komposit Sumber :Heinz Frick. 2004 hal 85 d. Sistem Struktur Atap
Pada bangunan Pusat Workshop Kreasi Bambu menggunakan konstruksi atap berbahan material bambu yang penerapannya dapat menggunakan konstruksi atap tradisional maupun dikombinasikan dengan konstruksi atap lain seperti space frame, kubah atau membran.
Konstruksi atap tradisional
Penggunaan konstruksi atap tradisional mengikuti bentuk rumah adat kebudayaan masing-masing daerah.
6
160 Gambar 3.16Konstruksi Atap Sederhana
Sumber :data:image/jpeg;base64,/9j/
Konstruksi atap space frame
Penerapan konstruksi space frame menunjukkan perkembangan teknologi konstruksi sudah lebih tinggi, sehingga kebutuhan alat sambungan tambahan (baja) meningkat untuk mengantisipasi gaya tarik maupun gaya tekan yang ditimbulkan.
Gambar 3.17 Space Frame Bambu Dasar Prisma Segitiga
161 Konstruksi atap kubah
Bambu juga dapat digunakan untuk membuat konstruksi kubah dengan model sederhana.
Gambar 3.18Kubah Penyangga Jaringan Bilah Bambu
Sumber :Heinz Frick. 2004 hal 76 Konstruksi atap membran
Konstruksi atap bambu juga dapat sebagai pendukung struktur membran dengan membentuk bidang lengkung menggunakan bilah bambu.
Gambar 3.19Membran Bidang Pelana pada Kafe Sumber :Heinz Frick. 2004 hal 76
162 e. Material Penutup Atap
Penutup atap yang digunakan pada Pusat Workshop Kreasi Bambu tidak hanya digunakan sebagai pelindung dan penutup atap tertapi juga membutuhkan nilai estetika sehingga sesuai dengan material konstruksi bambu yang digunakan.
Beberapa pilihan penutup atap : Atap rumbia
Atap rumbia terbuat dari rambut rumbia yang dirangkai membentuk sisir dan digunakan sebagai penutup atap dengan daya tahan 3-4 tahun.
Gambar 3.20Penutup Atap Rumbia
Sumber :Heinz Frick & Pujo L. Setiawan. 2002. Hal 16 Atap alang-alang
Atap alang-alang mirip dengan rumbia yang tiap ikat memiliki panjang >70cm dan dilipat pada sebuah bambu kemudian dijahit lalu ditata menyisir pada reng.
163 Gambar 3.21 Penutup Atap Alang-alang
Sumber :Heinz Frick & Pujo L. Setiawan. 2002. Hal 17 Atap ijuk
Atap ijuk menggunakan serabut pohon palem aren. Ijuk dibuat dengan bentuk serabut memanjang sehelai ±120cm dan Ø6cm. Helaian ijuk diikat dengan penjepit bilah bambu. Atap ijuk minimal terdiri dari dua lapisan dan semakin terjal ijuk akan semakin tahan lama sekitar 30-80 tahun.
Gambar 3.22 Penutup Atap Ijuk
Sumber :Heinz Frick & Pujo L. Setiawan. 2002. Hal 16 Atap sirap bambu
Atap sirap bambu terbuat dari bambu tua yang berdiameter besar dan masih berwarna hijau.
164 Bagian bawah bambu dipotong lidah sehingga sirap dapat diikatkan pada reng bambu.
Gambar 3.23Penutup Atap Sirap Bambu Sumber :Heinz Frick & Pujo L. Setiawan. 2002. Hal 18 3.2.2. Studi Sistem Utilitas
a. Sistem Pencahayaan
a.1. Alami
Pencahayaan alami menggunakan terang langit yang masuk kedalam bangunan melalui bukaan pada bangunan. Pemanfaatan terang langit dapat masuk pukul 07.00-16.00 WIB.
Gambar 3.24Posisi Lubang Pencahayaan Alami
Sumber :Heinz Frick &FX. Bambang Soeskiyatno. 2007. Hal 31 a.2. Buatan
Pencahayaan buatan akan menggunakan direct lighting yang langsung menerangi satu objek atau area
165 tertentu dan indirectlighting yang arah pencahayaan tidak langsung atau memanfaatkan refleksi dan difusi.
f. Direct lighting
Direct lighting berguna untuk memberikan cahaya yang langsung menyorot pada satu objek atau area yang memiliki aktifitas dengan ketelitian tinggi. Direct lighting digunakan pada ruang pameran karya, laboratorium penelitian, dll
g. Indirect lighting
Indirect lighting memberikan cahaya yang merata ke seluruh ruangan. Indirect lighting digunakan pada ruang pengelola, kantor pengelola, studio desain, kamar mandi dan ruang istirahat, dll.
Gambar 3.25 Lampu Sorot LED Indoor
Sumber
:http://www.butiklampu.com/product .php?category=50&page_number=2
Gambar 3.26 Lampu Sorot LED Spot Sumber :
166
b. Sistem Penghawaan
b.1. Alami
Penghawaan alami memanfaatkan bukaan pada bangunan sehingga terjadi pergerakan angin di dalam ruang. Salah satu penggunaan penghawaan alami adalah dengan menggunakan cross ventilation.
Gambar 3.29Cross Ventilation
Sumber
:http://sustainabilityworkshop.autodesk.com/buildings/win d-ventilation/
Gambar 3.27 Lampu Sorot LED Bulb
Sumber : http://www.philips.co.id/c-p/871829118902200/led-bulb/
Gambar 3.28 Lampu Sorot LED Bulb
Sumber
:http://www.butiklampu.com/product .php?category=42&product_id=651
167 b.2. Buatan
a. Kipas angin listrik
Kipas angin digunakan untuk menggerakkan udara di dalam ruang agar udara di dalam ruang dapat lebih sejuk.
Gambar 3.30Kipas Angin Listrik
Sumber :http://www.rakuten.co.id/shop/maspion/ product/200000001157890/
b. Exhaust fan
Exhaust fan digunakan untuk menjada udara dalam ruangan yang rapat tidak lembab. Udara di dalam didorong keluar menggunakan exhaust fan. Exhaust fan digunakan pada kamar mandi dan gudang.
Gambar 3.31 Exhaust Fan
Sumber : http://www.mdfyw.com/wall-mounted-kitchen-exhaust-fan/19/wall-mounted-exhaust-fans/
168 c. Jaringan Air Bersih
Sumber air bersih berasal dari PDAM kota yang di distribusikan melalui pipa jaringan air bersih kota dengan menggunakan sistem Down-Feed.
Sistem down-feed memanfaatkan gaya gravitas dengan mengalirkan air bersih yang ditampung pada tandon atas menuju ke ruangan yang membutuhkan air bersih.
Skema 3.16 Pola Distribusi Air Bersih Sumber : Analisis pribadi, 2016
Tabel 3.28Kebutuhan Air Bersih berdasarkan Satuan Fungsi Bangunan
Sumber : Jimmy S., Juwana, 2005 Sumber Air Bersih Tandon Bawah Tandon Atas Pompa Listrik Water Supply Pemipaan
Ruangan yang butuh air bersih
169 Berdasarkan tabel kebutuhan air di atas, maka kebutuhan air pameran/seminar adalah 15 liter/kursi, kebutuhan air bersih kantor adalah 70 liter/orang, kebutuhan air bersih homestay adalah 185 liter/orang, kebutuhan air bersih kantin adalah 70 liter/kursi dan kebutuhan air bersih workshop adalah 70 liter/orang. Dari rata-rata kebutuhan air bersih yang terkait, maka dilakukan perhitungan kebutuhan air bersih :
Tabel 3.29Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Sumber : Analisis pribadi, 2017
Perhitungan Tandon
Tandon Atas= 6.849 liter = 6,8 m3 Tandon Bawah = 15.981 liter = 15,9 m3 Total Kebutuhan Air Bersih = 22.830 liter
170 Kebutuhan Air Tiap Jam
Jam operasional Pusat Workshop Kreasi Arsitektur selama 7 jam sehingga 15,9 m3 : 7 = 2,3 m3/jam.
d. Jaringan Air Kotor
a. Jaringan limbah cair (Grey Water)
Limbah cair dialirkan ke dalam bak pengumpul yang nantinya akan diolah pada filter organik dan digunakan kembali untuk penyiraman tanaman dan sedangkan untuk air yang mengendap pada filter organik langsung dibuang menuju daluran kota melalui bak kontrol.
Skema 3.17 Pola Distribusi Limbah Cair Sumber : Analisis pribadi, 2016
b. Jaringan limbah padat (Black Water)
Limbah padat adalah limbah yang berasal dari kotoran manusia. Limbah pada akan terurai pada bio septictank, namun limbah padat ini masih dapat Limbah Cair Bak Pengumpul Filter Organik Bak Penampung an Unit Distribusi Saluran Kota
171 digunakan untuk penyuburan media tanam dengan filtrasi organik.
Skema 3.18 Pola Distribusi Limbah Padat Sumber : Analisis pribadi, 2016 c. Jaringan air hujan
Air hujan yang jatuh di atap bangunan akan mengalir melalui talang dan terkumpul pada ground tank pengumpul air hujan. Tanpa filtrasi khusus air hujan ini dapat langsung digunakan untuk flush toilet.
Skema 3.19 Pola Distribusi Air Hujan Sumber : Analisis pribadi, 2016
e. Sistem Listrik
Suplai sumber listrik berasal dari pembangkit listrik yang dimiliki pemerintah yaitu PLN sedangkan untuk sumber listrik sekunder berasal dari generator set / genset sebagai alternatif sumber listrik bila terjadi kerusakan pada pembangkit listrik utama / pemadaman listrik. Limbah Padat Bak Kontrol Bio Septictank Filter Organik Resapan Tanah / Humus Air Hujan Talang Ground Tank Toilet
172 Skema 3.20 Pola Jaringan Listrik
Sumber : Analisis pribadi, 2016 f. Sistem Penanggulangan Bahaya Kebakaran
Penanggulangan kebakaran tahap awal menggunakan material yang tahan api serta cara pengawetan bambu yang benar sebelum digunakan dapat menjadi langkah penanggulangan. Selanjutnya dibantu dengan Fire Exthingusers.
Gambar 3.32Fire Exthingusers
Sumber : http://www.wikipedia.org/Fire Exthingusers/
PLN Trafo kWH Meter Automatic Transfer Switch Genset Main Panel Sub Panel Stop Kontak/Saklar
173
g. Sistem Pembuangan Sampah
Sistem pembuangan sampah dibagi dalam 3 jenis : Sampah anorganik (kertas, kaleng, plastik,dll)
ditampung dahulu pada bak sampah kemudian dikumpulkan dalam TPS terdekat lalu diangkut oleh angkutan sampah ke TPA.
Sampah organik ditampung dahulu kemudian dibuat menjadi pupuk kompos dan dapat digunakan pada kebun budidaya.
Sampah yang tidak bermanfaat atau berbahaya ditampung secara terpisah kemudian langsung dibuang ke TPA.
Skema 3.21 Pola Pembuangan Sampah Sumber : Analisis pribadi, 2016 h. Sistem Transportasi Vertical
Pusat Workshop Kreasi Bambu menggunakan tamp sebagai sarana transportasi vertikal.
Sampah Penampungan Bak
Pembuatan kompos
TPS
174 Gambar 3.33Ramp
Sumber : Data Arsitek Jilid 1, hal 178
i. Sistem Keamanan
Sistem keamanan yang digunakan pada bangunan dibedakan menjadi 2 :
Sistem keamanan aktif
Sistem kemanan aktif dilakukan dengan menggunakan jasa staff keamanan yang bertanggung jawab atas keamanan dan ketertiban seluruh kawasan Pusat Workshop Kreasi Bambu secara langsung.
Sistem keamanan pasif
Sistem keamanan pasif menggunakan teknologi kamera CCTV yang terpasang pada tempat yang strategis baik indoor maupun outdoor. Kamera CCTV ini terhubung dengan layar pada pos jaga dan terus menyala selama 24 jam.
175 3.2.3. Studi Pemanfaatan Teknologi
a. Biofilter Anaerob & Aerob Water Treatment
Pemanfaatan teknologi pengolahan air dengan sistem biofilter anaerob-aerob akan mengolah air limbah menjadi bersih.7 Hasil pengolahan air limbah yang bersih dapat dimanfaatkan sebagai cadangan air bersih dan sisanya dibuang.
Gambar 3.34Biofilter Water Treatment Sumber :
http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Limbahrt/limbahrt .html
176
b. CCTV
Pemanfaatan teknologi CCTV dapat diterapkan untuk staff keamanan melalui layar dan dapat juga melalui gadget yang dapat diakses direktur melalui internet.
Gambar 3.35Sistem Keamanan CCTV
Sumber : http://www.surveilzone.com/8ch-network-dvr-indoor-ir-cctv-camera-system-cloud-p2p-ss1151/