• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.3 Analisa Data

4.3.1 Analisa Penjadwalan

Setelah melakukan perhitungan dengan lima metode yang telah diilustrasikan seperti diatas maka dapat dilakukan analisa untuk kelima metode yang telah dipakai sebagai berikut :

a. Mesin HT

1. M etode Slack

Dengan menggunakan metode ini maka didapatkan sequencing : A-B-C, berdasarkan sequencing yang telah didapatkan maka diperoleh mean lateness 1.47 jam dan mean completion time 9.8 jam. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel perbandingan antara metode usulan dan perusahaan.

2. M etode LPT

Dengan menggunakan metode ini maka didapatkan sequencing : A-C-B, berdasarkan sequencing yang telah didapatkan maka diperoleh mean lateness 1.52 jam dan mean completion time 9.9 jam. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel perbandingan antara metode usulan dan perusahaan.

3. M etode SPT

Dengan menggunakan metode ini maka didapatkan sequencing : B-C-A, berdasarkan sequencing yang telah didapatkan maka diperoleh mean

lateness -0.86 jam dan mean completion time 7.5 jam. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel perbandingan antara metode usulan dan perusahaan.

4. M etode EDD

Dengan menggunakan metode ini maka didapatkan sequencing : B-C-A, berdasarkan sequencing yang telah didapatkan maka diperoleh mean lateness -0.86 jam dan mean completion time 7.5 jam. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel perbandingan antara metode usulan dan perusahaan.

5. M etode Wilkerson-Irwin

Dengan menggunakan metode ini maka didapatkan sequencing : B-C-A, berdasarkan sequencing yang telah didapatkan maka diperoleh mean lateness -0.86 jam dan mean completion time 7.5 jam. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel perbandingan antara metode usulan dan perusahaan.

b. Mesin Magnum

1. M etode Slack

Dengan menggunakan metode ini maka didapatkan sequencing : E-D-F-H-G, berdasarkan sequencing yang telah didapatkan maka diperoleh mean lateness 0.65 jam dan mean completion time 8.1 jam. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel perbandingan antara metode usulan dan perusahaan.

Dengan menggunakan metode ini maka didapatkan sequencing : E-H-D-F-G, berdasarkan sequencing yang telah didapatkan maka diperoleh mean lateness 0.94 jam dan mean completion time 8.4 jam. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel perbandingan antara metode usulan dan perusahaan.

3. M etode SPT

Dengan menggunakan metode ini maka didapatkan sequencing : G-F-D-H-E, berdasarkan sequencing yang telah didapatkan maka diperoleh mean lateness -0.77 jam dan mean completion time 6.7 jam. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel perbandingan antara metode usulan dan perusahaan.

4. M etode EDD

Dengan menggunakan metode ini maka didapatkan sequencing : E-F-D-G-H, berdasarkan sequencing yang telah didapatkan maka diperoleh mean lateness 0.4 jam dan mean completion time 7.8 jam. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel perbandingan antara metode usulan dan perusahaan.

5. M etode Wilkerson-Irwin

Dengan menggunakan metode ini maka didapatkan sequencing : E-F-G-D-H, berdasarkan sequencing yang telah didapatkan maka diperoleh mean lateness 0.31 jam dan mean completion time 5 jam. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel perbandingan antara metode usulan dan perusahaan.

c. Mesin S olna

1. M etode Slack

Dengan menggunakan metode ini maka didapatkan sequencing : I-O-N-M -J-K-L, berdasarkan sequencing yang telah didapatkan maka diperoleh mean lateness 1.83 jam dan mean completion time 9.7 jam. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel perbandingan antara metode usulan dan perusahaan. 2. M etode LPT

Dengan menggunakan metode ini maka didapatkan sequencing : IM -O-N-J-L-K, berdasarkan sequencing yang telah didapatkan maka diperoleh mean lateness 2 jam dan mean completion time 9.9 jam. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel perbandingan antara metode usulan dan perusahaan.

3. M etode SPT

Dengan menggunakan metode ini maka didapatkan sequencing : K-L-J-N-O-M -I, berdasarkan sequencing yang telah didapatkan maka diperoleh mean lateness -1.13 jam dan mean completion time 6.8 jam. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel perbandingan antara metode usulan dan perusahaan. 4. M etode EDD

Dengan menggunakan metode ini maka didapatkan sequencing : I-N-K-O-J-L-M , berdasarkan sequencing yang telah didapatkan maka diperoleh

mean lateness 0.58 jam dan mean completion time 8.5 jam. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel perbandingan antara metode usulan dan perusahaan. 5. M etode Wilkerson-Irwin

Dengan menggunakan metode ini maka didapatkan sequencing : I-N-K-J-L-O-M , berdasarkan sequencing yang telah didapatkan maka diperoleh mean lateness 0.19 jam dan mean completion time 8.1 jam. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel perbandingan antara metode usulan dan perusahaan.

4.3.1.1 Analisa Perbandingan Antara 5 Metode Usulan

Dalam menganalisa perbandingan dari kelima metode yang digunakan maka dapat menggunakan besarnya mean lateness dan mean completion time sebagai indikator, karena salah satu tujuan yang akan dicapai dalam penjadwalan adalah minimasi mean lateness dimana jika semakin kecil mean lateness yang diperoleh maka penjadwalan yang dilakukan akan semakin baik dan untuk mean completion time dimana jika semakin kecil maka penyelesaian waktu produk semakin cepat maka artinya waktu penjadwalan yang digunakan perusahaan kurang optimal. Perbandingan antara kelima metode usulan tersebut dapat dilampirkan pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.27 Perbadingan Kelima M etode Usulan

Mesin Metode Mean Lateness Mean Completion Time Mean Tardiness Maximum Tardy Jobs Number of Tardy Jobs

Slack 1.47 9.8 2.25 4.5 2 A-B-C LPT 1.52 9.9 2.30 5.5 2 A-C-B SPT -0.86 7.5 1.33 4.0 1 B-C-A EDD -0.86 7.5 1.33 4.0 1 B-C-A Wilkerson-Irwin -0.86 7.5 1.33 4.0 1 B-C-A Slack 0.65 8.1 1.56 5.03 3 E-D-F-H-G LPT 0.94 8.4 1.95 5.03 3 E-H-D-F-G SPT -0.77 6.7 1.30 6.02 2 G-F-D-H-E EDD 0.40 7.8 1.33 4.03 3 E-F-D-G-H Wilkerson-Irwin 0.31 5.0 1.26 4.03 2 E-F-G-D-H Slack 1.83 9.7 2.68 6.11 5 I-O-N-M-J-K-L LPT 2.00 9.9 2.98 7.09 5 I-M-O-N-J-L-K SPT -1.13 6.8 1.61 7.59 3 K -L-J-N-O-M-I EDD 0.58 8.5 1.72 5.74 4 I-N-K-O-J-L-M Wilkerson-Irwin 0.19 8.1 1.38 5.74 3 I-N-K-J-L-O-M Urutan Pekerjaan HT MAGNUM SOLNA

Setelah melihat tabel yang diatas maka dapat diketahui bahwa untuk mesin HT, mean lateness dan mean completion time terbaik terletak pada metode Wilkerson Irwin karena didalam perhitungan Wilkerson Irwin melihat waktu proses dan due date walaupun SPT dan EDD memiliki nilai mean lateness dan mean completion time yang sama dengan metode Wilkerson Irwin. Besarnya mean lateness dan mean completion time adalah –0.86 jam dan 7.5 jam. Untuk mesin M agnum, mean lateness dan mean completion time terbaik terletak pada metode SPT dengan nilai mean lateness dan mean completion time sebesar -0.77 jam dan 6.7 jam. Sedangkan Untuk mesin Solna, mean lateness dan mean completion time terbaik terletak pada metode SPT dengan nilai mean lateness dan mean completion time sebesar -1.13 jam dan 6.8 jam.

4.3.2.2 Analisa Perbandingan Antara Metode Perusahaan Dengan Metode Usulan

M etode yang dipakai oleh perusahaan untuk mesin HT adalah metode FCFS dimana memberikan mean lateness dan mean completion time sebesar 1.47 jam dan 9.8 jam. Untuk mesin M agnum, metode FCFS memberikan mean lateness dan mean completion time sebesar 0.2 jam dan 7.6 jam. Untuk mesin Solna, metode FCFS memberikan mean lateness dan mean completion time sebesar 0.2 jam dan 8.1 jam Dengan mean lateness dan mean completion time yang diperoleh tersebut masih terdapat beberapa keterlambatan pengiriman dan tidak terpenuhinya due date yang telah dijanjikan kepada konsumen, hal tersebut merupakan masalah penting bagi perusahaan yang mana perlu dilakukan pemecahannya, dimana jika dibiarkan terus menerus maka kepercayaan konsumen kepada perusahaan akan semakin berkurang yang mana kelamaan akan menyebabkan para konsumen akan beralih ke produsen lain yang mana dapat memberikan kepuasan kepada konsumen dalam arti pemenuhan due date yang telah disepakati sebelumnya. Dengan demikian maka diajukan lima metode penjadwalan usulan untuk mengurangi keterlambatan yang terjadi di perusahaan, tetapi setelah dilakukan perhitungan maka dapat diketahui untuk mesin HT metode Wilkerson Irwin, untuk mesin M agnum metode SPT sedangkan untuk mesin Solna metode SPT dapat mengurangi keterlambatan yang terjadi di perusahaan saat ini.

Dengan menggunakan metode Wilkerson Irwin pada mesin HT dapat mengurangi mean lateness sebesar 1.47 jam – (-0.86) jam = 2.33 jam. Untuk mesin M agnum Dengan menggunakan metode Wilkerson Irwin dapat mengurangi mean lateness sebesar 0.2 jam – (-0.77) jam = 0.97 jam. Untuk mesin Solna Dengan menggunakan metode SPT dapat mengurangi mean lateness sebesar 0.2 jam – (-1.13) jam = 1.33 jam. Setelah melakukan berbagai analisa tersebut maka perusahaan lebih dianjurkan untuk memilih M etode Wilkerson Irwin pada M esin HT, M etode SPT pada M esin M agnum dan M etode SPT pada M esin Solna.

Tabel 4.28 Perbadingan M etode Wilkerson Irwin Dengan M etode FCFS Untuk M esin HT

Mean Lateness Mean Completion Time

FCFS 1.47 9.8

Wilkerson Irwin -0.86 7.5

Selisih Waktu 2.33 2.3

Tabel 4.29 Perbadingan M etode Wilkerson Irwin Dengan M etode FCFS Untuk M esin M agnum

Mean Lateness Mean Completion Time

FCFS 0.20 7.6

SPT -0.77 6.7

Tabel 4.30 Perbadingan M etode Wilkerson Irwin Dengan M etode FCFS Untuk M esin Solna

Mean Lateness Mean Completion Time

FCFS 0.20 8.1

SPT -1.13 6.8

Selisih Waktu 1.33 1.3

Dokumen terkait