Retail Apartemen
Alternatif 2: Sistem pengudaraan buatan
IV.3.11. Analisa Sistem Utilitas
Sistem utilitas yang akan dibahas menyangkut masalah penyediaan air bersih dan air minum, listrik, ataupun gas pada bangunan, pembuangan limbah, pendaur ulangan limbah cair, penangkal petir, serta sistem penanggulangan kebakaran.
1. Penyediaan Air Bersih
Sumber: Ir. Jimmy S. Juwana, 2005
Untuk masalah penyediaan air bersih untuk kebutuhan tapak nantinya diasumsikan mengambil dari PDAM . M ekanisme pemasokan kebutuhan air besrih pada bangunan tinggi biasanya yaitu menggunakan pompa agar air dapat disalurkan ke tempat yang letaknya jauh dari permukaan tanah dan jika bangunannya sangat tinggi, maka jaringan pemipaan dibagi menjadi beberapa zona. Diagram pendistribusian air bersih (air dingin dan air panas), pasokan untuk hidran, dan menara pendingin, serta jaringan air buangan dibagi atas beberapa zona (zona utilitas umunya melayani sekitar 15 lantai) (Juwana, 2005).
Singkatnya distribusi air bersih dari PDAM ditampung pada reservoir bawah dan kemudian dipompa ke reservoir atas untuk didistribusikan ke ruang-ruang yang membutuhkan.
Instalasi jaringan air bersih maupun jaringan lainnya, membutuhkan jalur instalasi pemipaan sebagai sarana distribusi jaringan air tesebut. Jaringan pipa diatur menurut arah vertikal yang disembunyikan didalam tembok (shaft).
Sedangkan untuk arah horizontal, diletakkan pada langit-langit (Juwana, 2005).
Untuk membedakan pipa satu dengan yang lainnya maka digunakan sistem pewarnaan pipa dan arahnya.
Dan berikut adalah gambaran skematik secara umum dari jaringan air bersih:
Gambar 4.14: Skematik jaringan air bersih
Sumber: Ir. Jimmy S. Juwana, 2005
Pada umumnya terdapat dua sistem pasokan air bersih yaitu sistem pasokan ke atas (up feed), (baik dengtan atau tanpa tangki penampung air), dan pasokan ke bawah (down feed).
• Pada sistem pasokan ke atas (up feed) air bersih dialirkan dengan tekanan pompa.
• Sedangkan pada pasokan ke bawah (down feed), pompa digunakan untuk mengisi tangki air diatas uap. Dengan menggunakan sakelar pelampung, pompa akan berhenti bekerja, jika air didalam tangki sudah penuh maka selanjutnya air dialirkan dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Jenis pompa yang biasanya digunakan untuk bangunan tinggi adalah pompa sentrifugal.
2. Jaringan Air Kotor dan Pengolahan Air Limbah
Secara umum mekanisme jaringan air kotor/limbah baik cair maupun padat terutama pada bangunan tinggi dialirkan melalui saluran pipa-pipa pembuangan yang kemudian disalurkan menuju sebuah sistem pengolahan limbah. Yang perlu diingat bahwa berdasarkan peraturan bangunan setempat pembuangan air limbah (baik cair maupun padat) harus melalui proses pengolahan terlebih dahulu.
Gambar 4.15: Diagram jaringan air kotor/limbah
Untuk limbah padat, diolah menggunakan sistem STP (Sewage Treatment Plan), dan untuk limbah cair diproses menggunakan sistem WWT (Waste Water Treatment), dengan proses pengolahan yang kurang lebih sama, yaitu proses mekanik (berupa penyaringan, pemisahan, dan pengendapan) dan proses
udara untuk proses aerasi, pengolahan endapan aktif, dan pemusnahan kuman dengan kaporit).
3. Sistem Penangkal Petir
Petir merupakan kejadian alam dimana terjadi loncatan muatan listrik ke bumi yang tidak dapat dikendalikan dan menyebabkan kerugian harta benda dan kematian pada makhluk hidup. Ada beberapa jenis sistem penangkal petir yang umum digunakan, yaitu:
Tabel 4.31: Jenis penangkal petir
Jenis Penangkal Petir Karakteristik Penggunaan 1. Sistem Sangkar Faraday • biasa diaplikasikan
pada bangunan beratap datar
• penghantar penyalur utama dipasang di bagian teratas bangunan sehingga membentuk area perlindungan seperti sangkar
• perlu penambahan komponen lain
• umumnya pada bangunan
bertingkat tinggi
2. Sistem Thomas • mempunyai • rumah tinggal,
jangkauan
perlindungan yang lebih luas berbentuk kerucut
bangunan
bertingkat rendah
3. Sistem Prevectron • mirip dengan
penangkal petir sistem Thomas namun dengan area perlindungan
berbentuk parabolik
• bangunan
bertingkat rendah
4. Sistem Penanggulangan Kebakaran
Sistem penanggulangan kebakaran merupakan salah satu aspek terpenting dalam memeninimalisasi dampak bahaya kebakaran. Terdapat dua macam sistem penanggulangan kebakaran yang utama, yaitu sistem penanggulangan kebakaran pasif dan penanggulangan kebakaran aktif.
• Sistem Penanggulangan Kebakaran Pasif
Yaitu sistem penanggulangan yang bertumpu pada rancangan bangunan yang memungkinkan orang keluar dari bangunan dengan selamat pada saat terjadi kebakaran atau keadaan darurat lainnya. Beberapa aspek yang terkait didalamnya adalah:
Sumber: Ir. Jimmy S. Juwana, 2005
1. Konstruksi tahan api
Konsep konstruksi tahan api terkait kepada kemampuan dinding luar, lantai dan atap untuk dapat menahan api didalam bangunan atau kompartemen. Dengan demikian setiap komponen bangunan seperti, dinding, lantai, kolom, dan balok harus dapat bertahan dan dapat menyelamatkan isi bangunan, meskipun bangunan dalam keadaan terbakar. Paling tidak, konstruksi tahan api harus mampu melindungi penghuni gedung dalam waktu minimal 2 jam.
2. Tangga Kebakaran/darurat
Fungsi tangga kebakaran adalah untuk memberikan akses bagi pengguna bangunan pada saat darurat untuk dapat menuju tempat yang aman dengan selamat.
Gambar 4.16: Ketentuan tangga kebakaran
Dibawah ini beberapa ketentuan lain yang disyaratkan untuk tangga kebakaran, yaitu sebagai berikut:
• Pintu tangga kebakaran hanya terbuka ke arah dalam tangga, kecuali pintu pada lantai dasar, yang hanya terbuka ke arah luar.
• Tangga turun dari lantai 1 dan tangga naik dari basemen harus disekat, agar orang yang ingin menuju lantai dasar tidak tersesat.
• Jarak pintu antar tangga kebakaran dalam satu area adalah maksimum 30 meter (untuk bangunan tanpa sprinkler) dan 45 meter (untuk bangunan dengan sprinkler).
3. Pengendalian Asap
Asap menjalar akibat perbedaan tekanan yang disebabkan oleh adanya perbedaan suhu ruangan. Pada ruang yang luas seperti pusat perbelanjaan, mal, bioskop, dan ruang pertemuan, berpeluang menghasilkan timbunan asap dan panas pada waktu terjadi
Sumber: Ir. Jimmy S. Juwana, 2005
kebakaran. Beberapa media yang dapat digunakan untuk mengendalikan asap sangat tergantung dari fungsi dan luas bangunan, diantaranya:
• Saluran ventilasi udara yang merupakan sistem pengendalian asap otomatis. Sistem ini dapat berupa bagian dari sistem tata udara atau ventilasi dengan peralatan mekanis (exhaust fan/blower).
• Sistem penyedotan asap melalui saluran kipas udara diatas bangunan.
• Pintu keluar yang berada pada sekeliling atrium harus menggunakan pintu tahan api
• Sistem Penanggulangan Kebakaran Aktif
Tinggi bangunan merupakan faktor utama dalam penanggulangan bahaya kebakaran. bangunan yang tingginya lebih dari 25 meter, pemadamannya perlu dilakukan dari dalam gedung. Oleh karena itu bangunan dengan ketinggian lebih dari 25 meter perlu dilengkapi dengan sprinkler otomatis dan komponen pendukung lainnya, beberapa diantaranya adalah:
1. Alat penginderaan dini/detektor
Deteksi musibah kebakaran dilakukan dengan 3 alat, yaitu heat detector, flame detector, dan smoke detector. Ketiga alat ini
mendeteksi asap, panas, maupun lidah api. Alat-alat tersebut akan mengaktifkan early warning system dan mengaktifkan sprinkler terdekat dari titik yang terdeteksi.
Foto 4.7: Jenis-jenis detektor dini api
2. Sistem panggil manual
Pada musibah kebakaran kemungkinan besar sistem komunikasi konvensional terputus. Karenanya diperlukan sebuah sistem komunikasi cadangan yang tahan terhadap kebakaran. Biasanya tombol alat panggil manual ini berada dekat dengan tangga kebakaran.
3. Sistem lampu darurat
Sistem lampu darurat berguna disaat listrik didalam gedung terputus. Lampu darurat akan mengarahkan penghuni ke jalur-jalur
bahan dasar fosfor yang mampu menyala tanpa aliran listrik dalam jangka waktu tertentu.
4. Sistem Sprinkler
Sprinkler mengalirkan air pada titik-titik terdekat dimana detektor asap, panas atau api mendeteksi bahaya kebakaran. radius masing-masing sprinkler adalah 25 m².
Gambar 4.17: Jenis-jenis sprinkler
5. Sistem Hidran
Hidran adalah sumber air yang digunakan pada saat-saat terjadi kebakaran. Hidran akan mengalirkan air yang berasal dari menara air/water torrent atau dari sistem hidran kota. Ada 2 jenis hidran, yaitu hidran dalam dan hidran luar/halaman. Hidran dalam berbentuk kotak merah dengan selang dan tabung pemadam
Sumber: Ir. Jimmy S. Juwana, 2005
air yang berasal dari menara air yang berasal dari sitem hidran kota.
Gambar 4.18: Hidran dalam
Hidran luar/halaman ditempatkan diluar bangunan pada tempat yang aman dari jangkauan api dan penyaluran pasokan air kedalam bangunan dilakukan melalui katup ”siamese”.
Gambar 4.19: Hidran halaman
Sumber: Ir. Jimmy S. Juwana, 2005
6. Sistem Instalasi Listrik
Penyediaan listrik pada bangunan diperoleh dari PLN, yang akan dialirkan ke gardu/ trafo yang kemudian dialirkan ke ruang panel utama yang akan dibagi ke panel cabang dan ruang. Untuk antisipasi aliran listrik terputus dari PLN, maka aliran listrik yang digunakan berasal dari genset. Secara skematik sistem instalasi listrik pada apartemen dan mall sama, namun perlu ada pemisahan antara panel utama serta backup genset yang dipakai.
Gambar 4.20: mekanisme instalasi listrik