• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab IV WUJUD GARAPAN

4.2 Analisa Struktur

Garapan tabuh dua lelambatan kreasi Geni Semara wujud atau struktur komposisinya disusun berdasarkan konsep Tri Angga ( kepala, badan dan kaki ) yaitu pola struktur komposisi tradisi yang terdiri dari

gegineman, kawitan, periring, pengawak, pengisep, pengecet. Adapun

uraian dari masing-masing bagian struktur garapan Geni Semara yaitu sebagai berikut.

-Gigineman

Di dalam struktur bentuk garapan kreasi baru, ada bagian struktur komposisi yang dinamakan gegineman yaitu bagian komposisi tabuh yang dalam tradisinya disajikan sebelum bagian kawitan.Gegineman

gangsa yaitu motif permainan gangsa serta didukung oleh beberapa

instrumen dalam gamelan gong kebyar yang dimainkan secara bersama-sama dengan berbagai variasi teknik gegebug sehingga menghasilkan

jalinan-jalinan melodi yang dinamis. Ada dua bentuk gineman yaitu gineman gangsa dan gineman terompong.

a) Gineman gangsa yaitu motif permainan gangsa serta didukung oleh beberapa instrumen dalam gamelan gong kebyar yang dimainkan secara bersama-sama dengan berbagai variasi teknik gegebug sehingga menghasilkan jalinan-jalinan melodi yang dinamis.

b) Gineman Trompong yaitu variasi teknik gegebug terompong yang dimainkan secara solo atau tunggal.

Dalam garapan Geni Smara gegineman gangsa merupakan bagian sajian yang paling awal untuk memulai garapan. Di dalam sajiannya gegineman gangsa dibarengi dengan sajian ginem terompong. Diawali denngan sajian instrument suling, dilanjutkan gegineman gangsa sampai masuk bagian pengrangrang terompong. Dan masuk bagian sajian gegenderan dengan tempo semakin cepat dan volume semakin keras dan perubahan tempo semakin pelan untuk bertanda masuk bagian selanjutnya yaitu bagian kawitan.

Notasi Gegineman; Suling

3 45345 71571 713 4557543 75457 Penyacah

3 4 5 7 1 7 3 4 5 4 3 1 7

Ugal, Gangsa dan Kantil

7.3457

.3317

.33171 571. 3 .4 31 .31

17 .175 . 754 .5 41. 31134

71.3 .34. . . .71.3 .341.4 .1 .4 .1 .4 31 345 Melodi Pokok Penyacah

3453413(7) 3 3 7 7 3 1 3 4 5 4 5 7 5 1 7 5 4 3 7 1 7 5 1 (7) Perangrang Trompong 7 .. . . 7. . .7. .7.7.757.75.1.7.51775757.75 7 .. . . 7. . .7. .7.7.1571..31313.134.575.434.3 3 .. . . 3. . .3. .3.3.17.. . . 7. . .7. .7.7 .3.7.3.1737.7517545.54.7453 41.74534 134 34575 434.3 .3.45345.575713.1...1.3.45431.345 5 .. . . 5. . .5..5.5

.75757.571.31 313.134.457.5.434.43

Gegenderan

Melodi Pokok Penyacah

3 453 457 17. 4. 34 .1.34.1.54 3 1 4 3 4 5 1 7 5 (4) 1715 71 .5.3. 5 434 1715 71 .5.3. 5 434 4134 31.7.5 .3 454 53 .54 53 .543 1 37134575 7157435(4)

14141431

3 5 4 3 5 7 1(7)

3 1 3 7 3 1 7 5

1 3 4 5 1 7 5 4

3135437(1)

Bagian gegineman disajikan hanya satukali dan terus dilanjutkan sajian bagian kawitan terompong.

-Kawitan

Kawitan berasal dari kata dasar yaitu ngawit/kawit yang

mempunyai pengertian mulai (Anandakusuma, 1978:84). Di dalam sebuah struktur komposisi tabuh dua lelambatan kreasi Geni Smara,

kawitan menjadi bagian struktur komposisi tabuh yang disajikan setelah

instrument terompong secara solo, pada bagian-bagian akhir kalimat

nada tertentu dibarengi dengan nada yang sama pada instrument jegogan. Kemudian disambut dengan bagian komposisi lagu masih pada bagian

kawitan yang dimainkan oleh seluruh instrument. Teknik tabuhan

instrumen gangsa dengan motif tabuhan oncang-oncangan, geguletan kendang, jalinan melodi riyong, dan melodi penyacah. Pada bagian akhir lagu sebelum jatuhnya pukulan gong ada salah satu motif irama pukulan instrument kendang yang menjadi ciri khas bagian pengawit yang selanjutnya masuk sajian bagian periring . Adapun notasi bagian

kawitan sebagai berikut.

Kawitan

.1 14 13 4 45 41 43 1

. 14 13 4 34 13 4134 5

.134 5 . 5 55 5 .345 7 55 5 4 3 1 7

. 54 571 .11 1.5 7133 3 44 4

43 457 .77 7 31 3 4 (5)

Bagian kawitan ini disajian hanya satu kali dan dilanjutkan bagian sajian

-Periring

Dalam komposisi tabuh dua lelambatan kreasi Geni Semara yang penata garap pada bagian periring ini modelnya hampir mirip dengan

periring tabuh pat lelambatan kreasi Kalingga karya Bapak Ketut Gede

Asnawa, MA tahun 2001. Meski demikian garapan ini sudah pasti tidak sama dengan garapan Kalingga. Misalnya seperti melodi jelas berbeda, kemudian untuk mencari sajian bagian periring diawali dengan instrument kendang, sedangkan dalam garapan Geni Smara sajian bagian periring diawali dengan instrument terompong, dan ornamentasinya berbeda. Setelah sajian bagian melodi pada motif kotekan gangsa dan irama berubah menjadi pelan kemudian masuk bagian struktur komposisi

pengawak.

Adapun bentuk periring tabuh Geni Smara, melodinya mengacu pada melodi bagian pengawak, namun demikian ada perbedaan tempo lebih cepat dibanding tempo pada bagian pengawak. Ornamentasi

periring lebih kaya dengan berbagai garap ornamentasi pada kotekan gangsa, kantil, dan jalinan melodi riyong. Kemudian berhenti pada

akhir lagu bagian periring dan dilanjutkan masuk sajian bagian

-Pengawak

Pada bagian pengawak tabuh dua Geni Smara ini disajikan setelah akhir lagu sajian bagian periring. Sajian ini diawali dengan instrument kendang, kemudian masuk instrument terompong, dan instrument riyong. Selanjutnya secara bersamaan masuk tabuhan semua instrument dengan tempo agak pelan dan volume tabuhan keras.

Dalam bagian pengawak, ada bagian melodi yang ditabuh secara bersama antara jublag, jegog dan penyacah untuk menuju jatuhnya pukulan instrument kempul pertama pada struktur komposisi tabuh dua

Geni Smara. Selanjutnya diikuti teknik tabuhan nyilih asih pada

instrument kantil dan dibarengi tabuhan instrument gangsa. Adapun notasi bagian Pengawak (melodi pokok penyacah) sebagai berikut.

-Pengawak

. . . . . .345 7 5 4 3 7 1 3 4 5 4 3 4 1 4 3 1 4 3 1 7 5 4 1 3 4 3 5 4 7 5 1 7 5 4 7 5 4 3 5 4

5 4 3 1 4 3 5 4 5 4 1 7 1 3 7 1 3 1 7 1 4 3 4 5 4 3 5 4 7 5 1 7 3 1 5 7 4 5 3 4 3 1 3 4 1 3 7 1 3 1 7 1 3 4 5 3 1 7 4 5 7 1 5 7 1 7 3 1 4 3 5 4 5 4 3 1 3 4 1 (3) -Pangisep

Di dalam struktur komposisi tabuh lelambatan, pangisep merupakan bagian ke tiga dari struktur gending lelambatan. Garapan pada bagian pengisep lelambatan kreasi tabuh dua Geni Smara, susunan sajiannya didahului oleh pupuh kekendang, kemudian masuk melodi lagu terompong, permainan bersama dengan sajian teknik tabuhan motif

oncang-oncangan sampai jatuh pukulan kempur pertama. Pada bagian

sajian ini gangsa dan kantil disajikan dengan teknik tabuhan motif

ngoret- ngerot sampai jatuh pukulan kempli pertama. Setelah itu teknik

pukulan sajian gangsa dan kantil berikutnya yaitu norot becat. Setelah sajian bagian pengisep selesai, langsung disambung dengan sajian bagian

pengecet berbentuk gegilakan..

Notasi pada bagian pengisep tabuh dua lelambatan Kreasi Geni

Smara juga sama dengan bagian pengawak . Berikut notasi melodi

Pengisep . . . . . .713 4 3 1 7 3 1 3 4 5 4 5 7 1 7 5 7 1 7 4 5 7 1 5 7 1 7 5 7 5 4 7 5 7 1 5 7 4 5 3 4 5 4 7 5 3 4 1 3 4 3 5 7 1 3 4 5 7 5 4 5 3 4 1 3 7 1 3 4 1 3 7 1 3 1 7 1 3 4 1 3 7 1 5 7 1 3 7 1 3 1 7 1 3 7 1 3 1 7 1 3 7 1 5 7 1 7 3 1 4 3 5 4 5 4 3 1 3 7 1 (3)nyalit -Pangecet

Pangecet adalah salah satu bagian dari struktrur komposisi dalam

karawitan Bali. Di dalam wujud atau struktur komposisi lelambatan kreasi tabuh dua Geni Semara, penata sajikan dengan garap bagian

Pengecet menggunakan struktur gilak. Kemudian pada bagian terakhir

sebelum gendingnya selesai/suwud/menuju bagian Penyuwud

sebelumnya ada gending gilak yang temponya naik cepat dan melodinya pokoknya diulang - ulang yang biasa disebut dengan Ngulah. Setelah disajikan bagian Ngulah baru kemudian masuk bagian suwud/bagian

Notasi pada bagian pengecet strukturnya berbertuk gilak yang

ditulis dengan melodi pokok penyahcah sebagai berikut.

Penyalit 4 5 4 7 5 4 1 3 4 5 3 4 3 1 3 7 1 7 1 4 1 7 5 4 1 3 4 5 3 1 5 (3) Pengecet (Gilak) 4 3 5 (7) 1 3 1 (7) 3 1 5 (4) 7 5 4 (3) 4 1 4 (3) 4 1 4 (3) 4 1 4 (3) 4 1 4 (3) 4 1 4 (3) 1 3 4 (5) 3 4 5 (7) 1 5 7(1) 3 1 7 (1) 7 5 4 (7) 5 4 3 (4) 7 5 7 (1) 5 1 5 (3) 5 3 5 (1) 4 5 4 (1) 5 4 3 (1) 3 1 3 (1) 4 1 3 (4)

7 5 7 (4) 7 5 7 (1) 5 4 3 (1) 3 5 3 (4) 1 3 4 (5) 4 3 1 (7) 3 1 3 (4) 7 5 4(3) 4 3 1 (7) 1 7 5 (4) 5 4 7 (5) 7 5 4 (3) 7 4 5 (7) 3 1 7 (5) 1 7 5 (4) 3 7 1 (3) 7 1 3 (4) 3 1 5 (7) 3 1 3 (4) 7 5 4 (3) 3 3 3 (5) 5 5 5 (7) 7 7 7 (3) 3 3 3 (3) 3 7 7 (5) 5 7 7 (3) 3 3 3 (7) 7 7 7 (4) 4 4 4 (1) 1 1 1 (5) 7 5 7 (5) 1 7 5 (4) 7 5 7 (4) 7 5 7 (1) 4 3 4 (1) 4 3 4 (5) 4 3 5 4 7 5 . (5) 4 3 5 4 7 5 1 (7) . 7 . 7 . 7 . (3) Ngulah . 1 . 7 3 1 7 (5) 7 1 3 4 7 5 4 (3)

Penyuud

. 7 . 1 . 3 . 4 . 7 . 5 . 4 . (3)

Dokumen terkait