SKRIP KARYA SENI
GENI SMARA
OLEH :
I WAYAN PRIMAWAN 201002012
PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN SENI KARAWITAN
FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN
INSTITUT SENI INDONESIA
DENPASAR
2014
Motto
Kekasih yang setia adalah kekasih yang selalu
menutup pintu hati buat cinta orang lain
SKRIP KARYA SENI
GENI SMARA
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana (S1) MENYETUJUI PEMBIMBING 1 PEMBIMBING 2 I Nyoman Kariasa, S.Sn.,M.Sn Saptono,S.Sen.,M.Si NIP : 09730272006041001 NIP : 196406111992031010
Karya Seni ini telah dipergelarkan dan diuji oleh Dewan Penguji, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Denpasar pada:
Hari, tanggal : Jumat, 9 Mei 2014
Ketua : I Wayan Suharta,S.SKar.,M.Si
Sekretaris : I Dewa Ketut Wicaksana,SSP.,M.Hum Anggota : I Ketut Garwa,S.Sn.,M.Sn
Kadek Suartaya,S.SKar.,M.Si I Nyoman Kariasa,S.Sn.,M.Sn Saptono,S.Sen.,M.Si
Karya Seni ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Denpasar, pada:
Hari, tanggal : 12 Mei 2014
Ketua : I Wayan Suharta,S.SKar.,M.Si
NIP.19630730 199002 1001 (………….……) Anggota : I Ketut Garwa,S.Sn.,M.Sn
NIP.19681231 199603 1007 (………….……) Anggota : Kadek Suartaya,S.SKar.,M.Si
NIP.19601231 199103 1104 (………….……) Anggota : I Nyoman Kariasa, S.Sn.,M.Sn
NIP : 09730272006041001 (………….……) Anggota : Saptono,S.Sen.,M.Si
NIP : 196406111992031010 (………….……)
Disahkan pada tanggal : 12 Mei 2014
Mengesahkan: Mengetahui:
Fakultas Seni Pertunjukan Jurusan Seni Karawitan Institut Seni Indonesia Denpasar Ketua,
Dekan,
I Wayan Suharta, S.SKar., M.Si Wardizal, S.Sen., M.Si NIP. 19630730 199002 1 001 NIP. 19660624 199303 1 002
Kata Pengantar
Om Swastyastu
Perkenankan saya untuk memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat – Nya yang diberikan dapat menyelesaikan skrip karya seni yang berdujul Geni Smara
Sebagaimana skrip karya ini, di dalam skrip karya ini terdapat hal – hal yang melatarbelakangi penata untuk membuat sebuah karya lelambatan kreasi tabuh dua bertema percintaan, ide garapan, tujuan garapan, manfaat garapan, ruang lingkup garapan, kajian sumber, proses kreativitas, wujud garapan, deskripsi garapan, analisa struktur, sistem notasi, analisa materi, analisa penyajian, tata kostum, tata lampu, kesimpulan, saran dan lampiran.
Tentunya saya sebagai penata atau peserta ujian mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menyelesaikan karya tabuh dua lelambatan kreasi Geni Smara karya saya ini sampai saat ujian pagelaran dan ujian komphrehensif yaitu kepada :
1. Bapak I Gede Arya Arya Sugiarta, S.SKar., M.Hum, selaku Rektor ISI Denpasar beserta seluruh staf pegawai yang telah memfasilitasi kebutuhan demi terlaksananya ujian ini.
2. Bapak I Wayan Suharta, S.S.Kar., M.Si selaku, Dekan Fakultas Seni Pertunjukan yang telah membantu kelancaran persiapan terselenggaranya Ujian Tugas Akhir.
3. Bapak Wardizal, S.Sen., M.Si, selaku Ketua Jurusan Seni Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Denpasar, yang telah membantu persiapan Ujian Tugas Akhir. 4. Bapak I Nyoman Kariasa,S.Sn.,M.Sn sebagai Pembimbing 1 dan
Bapak Saptono,S.Sen.,M.Si sebagai pembimbing 2 yang telah banyak meluangkan waktunya di dalam proses bimbingan baik dalam karya seni maupun karya tulis.
5. Ayah, Ibu, dan anggota keluarga lainnya yang telah memberikan doa dan dukungan baik moril maupun materiil dalam melaksanakan ujian TA ini.
6. Teman – teman penabuh pendukung garapan Geni Smara dari Banjar Abian Kapas Kaja Keluraehan Sumerta Kecamatan Denpasar Timur.
7. Teman - teman penabuh pendukung dari Banjar Abian Kapas Tengah Kelurahan Sumerta Kecamatan Denpasar Timur.
8. Teman - teman penabuh pendukung dari Universitas Hindu Indonesia Denpasar.
9. Teman - teman penabuh pendukung dari SMKN 5 Denpasar. 10. Teman - teman penabuh pendukung dari SMPN 8 Denpasar. 11. Teman - teman penabuh pendukung yang lainnya yang yang
tidak bisa penata sebutkan satu - persatu yang telah membantu dengan tulus dalam proses berkarya.
Penata menyadari tentunya dalam skrip karya seni ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu penata mengharapkan kritik dan saran positif dari pembaca guna lebih menyempurnakan skrip karya seni ini.
Bila ada perkataan saya yang kurang berkenan di hati anda, saya mohon maaf. Saya akhiri denagan Parama Santih.
“Om Santih, Santih, Santih Om”
Denpasar, 30 April 2014
Penyusun.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……….i
HALAMAN MOTTO………...ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………..iii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI………iv
KATA PENGANTAR……….vii
DAFTAR ISI……….x
DAFTAR TABEL………...xii
TABEL PROSES FORMING………. TABEL PENGANGGENING AKSARA BALI………. Bab I PENDAHULUAN………...1
1.1 Latar Belakang……….1
1.2 Ide Garapan……….5
1.3 Tujuan Garapan………...6
1.5 Ruang Lingkup………....7
Bab II KAJIAN SUMBER………...10
2.1 Sumber Pustaka……….10
2.1.1 Buku/Jurnal Ilmiah……….10
Bab III PROSES KREATIVITAS………15
3.1 Exploration (Pencarian)……….16
3.2 Improvisation (Percobaan)………17
3.3 Forming (Pembentukan)………18
Bab IV WUJUD GARAPAN………....34
4.1 Deskripsi Garapan……….34 4.2 Analisa Struktur………....35 4.3 Analisa Simbol………..48 4.4 Analisa Materi………...49 4.5 Analisa Penyajian………..57 4.6 Tata Kostum………..61 4.7 Tata Lampu………61 Bab V PENUTUP………..63 5.1 Simpulan………...63 5.2 Saran……….63 DAFTAR PUSTAKA………65 LAMPIRAN………...66
LAMPIRAN 1 NOTASI LELAMBATAN KREASI TABUH DUA GENI SMARA………...66
LAMPIRAN 2 DAFTAR SUSUNAN PENABUH PENDUKUNG LELAMBATAN KREASI TABUH DUA GENI SMARA………….75
LAMPIRAN 3 SINOPSIS LELAMBATAN KREASI TABUH DUA GENI SMARA………...77 LAMPIRAN 4 FOTO PEMENTASAN………....78
DAFTAR TABEL
TABEL PROSES FORMING………25 Tabel PENGANGGENING AKSARA BALI………49
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tabuh lelambatan merupakan komposisi musik tradisonal Bali .Secara harfiah lelambatan berasal dari kata lambat yang berarti pelan yang mendapat awalan Le dan akhiran an kemudian menjadi kata
lambat yang berarti pelan atau perlahan. Sedangkan istilah lelambatan
digunakan untuk memberi nama satu jenis tabuh gending dengan irama yang lambat (KBI, 1978:327 dalam Bandem,1993). Sementara Yudarta (2009 : 34) menjelaskan Lelambatan yang berarti komposisi lagu yang dimainkan dengan tempo dan irama yang lambat/pelan.
Namun demikian, sesungguhnya irama lambat bukanlah hal yang mutlak dalam tabuh lelambatan, karena istilah lelambatan digunakan untuk memberi nama kepada jenis-jenis lagu komposisi yang panjang. Di Bali tabuh lelambatan dapat disajikan dalam berbagai bentuk yang mana penyajian tersebut secara kontekstual disesuaikan konsep desa, kala dan patra diantaranya klasik kekenyongan, klasik
sesimbaran dan kreasi. Adapun jenis dan fungsi tabuh lelambatan dapat
digolongkan menjadi 6 (enam), yaitu tabuh Pisan, tabuh Dua, tabuh
Bagi kalangan masyarakat seniman tabuh di Bali, tentunya sangat mengenal bahwa tabuh dua tergolong kejenis komposisi tabuh
lelambatan. Tabuh dua dapat didefinisikan sebagai bentuk komposisi
tabuh lelambatan pagongan yang memiliki uger-uger dua angsel atau
pepada dalam satu pukulan gong. Ukuran tabuh dua lelambatan apabila
diukur dengan ketukan peniti penyacah akan memiliki ukuran 16 x 8 ketukan dalam satu gong. Struktur tabuh dua yang berkembang pada saat ini hampir menyerupai struktur tabuh pat, tabuh nem atau yang sejenisnya dimana bagian-bagiannya terdiri dari pengawit, pengawak,
pengisep, pengecet dan pekaad baik yang berbentuk tabuh telu maupun gilak.
Dengan demikian, lelambatan tabuh dua dapat dipahami sebagai tabuh yang uger - uger dalam komposisinya satu gongan terdiri dari 8 baris. Dalam setiap barisnya terdiri dari 16 hitungan/ketukan dimana setiap ketukan ke 16 selalu jatuh pukulan instrumen kempur, jegog, dan
kempli secara bergantian serta pukulan instrumen gong sebagai akhir
tanda lagu khususnya pada bagian pengawak dan pengisep.
Hal senada Ardana ( 2011 : 114 ) menjelaskan bahwa identifikasi jenis tabuh lelambatan tersebut dapat dilihat dari pola panjang – pendeknya lagu yang dimainkan oleh jumlah pukulan
instrument kempur dan kempli serta ditentukan oleh pupuh kekendangan (pola pukulan kendang). Tabuh lelambatan selain berfungsi sebagai pengiring pelaksanaan upacara Dewa Yadnya, tabuh lelambatan juga berfungsi sebagai hiburan dan presentasi estetis.
Di dalam fungsinya dimasyarakat, tabuh dua bisa difungsikan untuk iringan tari Topeng Dalem Arsa Wijaya, dan juga untuk tabuh
petegak. Menurut Aryasa (1984:81), yang dimaksud tabuh petegak
adalah repertoar gending yang disajikan secara instrumental. Hal senada Supanggah (2003 : 106), juga menjelaskan bahwa karawitan mandiri yang artinya sajian karawitan dalam posisi tidak terikat dengan jenis kesenian lain seperti tari, teater/wayang, atau untuk keperluan lain. Sementara Lelambatan berarti komposisi lagu yang dimainkan dengan tempo dan irama yang lambat dan atau pelan.
Dari uraian di atas akhirnya saya sebagai penata berkeinginan membuat garapan lelambatan kreasi tabuh dua dengan judul garapan
Geni Smara. Geni Smara merupakan dua kata berbahasa Jawa Kuna
yaitu Geni yang artinya api dan Smara yang artinya cinta. Jadi, secara keseluruhan kata Geni Smara dapat diartikan sebagai perasaan cinta yang mendalam. Sebab penata yang sebagai pria lajang telah terbiasa dan selalu mencari seorang gadis pada setiap diri penata pentas kesenian. Artinya cara untuk memikat seorang gadis yang nantinya untuk dijadikan
kekasih inilah yang menginspirasikan penata membuat sebuah karya
lelambatan kreasi tabuh dua. Suasana hati dan perasaan diri penata yang
sangat menggebu-gebu ingin memikat seorang gadis inilah yang melatari
tabuh dua lelambatan kreasi Geni Smara.
Garapan ini diangkat dari kisah nyata yang merupakan pengalaman pribadi penata, dimana sebagai penabuh yang memiliki pengalaman dari anak-anak hingga dewasa dalam memainkan instrument
trompong. Awal pengalaman dan kemampuan memainkan trompong
saat diri penata membawakan tabuh lelambatan kreasi pada saat Festival Gong Kebyar dalam rangka Pesta Kesenian Bali sebagai duta Kota Denpasar tahun 2003
Lelambatan Kreasi Tabuh Dua Geni Smara ini akan penata
ungkapkan dengan media gamelan Gong Kebyar. Alasan kenapa menggunakan Gong Kebyar, sudah penata singgung sebelumnya bahwa dari kecil saya sudah berkecimpung dengan gong kebyar khususnya berperan pada instrumen trompong.
1.2 Ide Garapan
Ide garapan lelambatan kreasi tabuh dua Geni Semara ini diangkat dari kisah nyata yang merupakan pengalaman pribadi penata.
Gagasan ini berawal dari perjalanan berkesenian penata sebagai penabuh yang memiliki pengalaman panjang, dari anak-anak hingga dewasa memainkan instrumen trompong. Lewat keahliannya memainkan instrumen terompong hingga panata dipercaya mewakili kota Denpasar, dalam menunjukkan kemampuannya membawakan tabuh lelambatan kreasi pada saat Festival Gong Kebyar dalam rangka Pesta Kesenian Bali. Yaitu tahun 2003 dan 2004 Duta Kota Denpasar mewakili anak-anak, dan tahun 2008 dan 2009 untuk mewakili dewasa.
Selain dari pengalaman tersebut di atas, Ide ini juga didukung dari penata selama mengikuti kuliah di Jurusan Karawitan ISI Denpasar. Jika di kampus ada pergelaran yang menampilkan tabuh lelambatan penata tidak jarang didaulat untuk bermain di instrumen trompong. Sungguh pun pengalaman dan kemampuan penata cukup handal dalam bermain trompong, namun demikian sebagai pria lajang penata juga telah terbiasa mencari seorang gadis di setiap acara-acara pentas kesenian. Gadis yang akan dijadikan seorang kekasih agar hati saya selalu senang dan berbunga-bunga kalau ada dia. Dimana setiap tidur malam menggambarkan bermimpi indah tentang dia hingga muncul suatu keinginan yang tulus untuk memiliki dirinya.
Ide di atas ingin ditransformasikan ke dalam garapan lelambatan kreasi tabuh dua Geni Smara. dengan media ungkap gamelan Gong
Kebyar lengkap, dan ditambah instrumen suling ,dan ceng-ceng kopyak. Tabuh ini akan didukung oleh 32 orang penabuh termasuk penata sendiri, dengan durasi sajian maksimal selama 13 menit.
1.3 Tujuan Garapan
Adapun tujuan garapan tabuh dua lelambatan kreasi Geni Semara karya saya adalah sebagai berikut :
1) Untuk memperoleh pengetahuan tentang tabuh lelambatan pagongan dalam karawitan Bali
2) Untuk melestarikan seni budaya Bali dengan menggali dan menumbuhkembangkan potensi budaya yang ada khususnya dalam berkarya seni karawitan
3) Untuk memperkaya khasanah budaya di bidang seni karawitan dengan menghasilkan suatu garapan berdasarkan pola-pola tradisi dan unsur - unsur musikal yang diolah sedemikian rupa sehingga menjadi suatu karya seni karawitan yang baru dengan tetap mempertahankan bentuk komposisi
tabuh lelambatan tersebut.
Selain tujuan, garapan tabuh dua lelambatan kreasi Geni Semara ini juga memiliki manfaat. Manfaat garapan tabuh dua lelambatan kreasi Geni Semara ini adalah sebagai berikut.
a) Dapat menjadi pengalaman dan pembelajaran bagi penata sendiri dalam menciptakan tabuh.
b) Tabuh ini dapat menjadi terapi bagi pendengar.
c) Tabuh ini dapat dipentaskan saat ngayah di Pura atau mabarung. d) Tabuh ini dapat dijadikan sebagai bahan oleh penata sendiri
untuk menggarap tabuh yang lain di waktu yang akan datang.
1.5 Ruang Lingkup
Komposisi Karawitan Lelambatan Kreasi Tabuh Dua Geni
Smara ini disajikan dengan menggunakan media gamelan Gong Kebyar.
Garapan ini akan didukung oleh 32 orang penabuh termasuk penata dengan durasi waktu maksimal 13 menit. Struktur tabuh ini berdasarkan konsep Tri Angga ( kepala, badan, kaki ) yang terdiri dari kawitan,
periring, pengawak langsung nyalit, pengisep, pengecet berbentuk gilak.
batasan-batasan karya dalam garapan ini, untuk tujuan tersebut dalam tulisan ini akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Garapan ini berbentuk tabuh dua lelambatan kreasi yang masih tetap mempertahankan pola – pola tradisi sesuai dengan uger - uger tabuh lelambatan dengan mengolah unsur – unsur musikal seperti melodi, ritme, tempo, dan dinamika yang dihiasi dengan motif – motif pepayasan yang berkembang dewasa ini.
2. Garapan ini terdiri dari 5 bagian yaitu kawitan, periring,
pengawak, pengisep, dan pengecet berbentuk gilak.
3. Garapan ini disajikan dalam bentuk komposisi karawitan yang mandiri (konser) dengan menggunakan media barungan gamelan Gamelan Gong Kebyar. Dalam sajian garapan ini tidak menggunakan instrumen kemong/klentong. Adapun instrumen yang digunakan dapat dirinci sebagai berikut.
a) Trompong 1 tungguh
b) Kendang Cedugan 1 pasang (lanang dan wadon) c) Ugal 1 tungguh
d) Gangsa 4 tungguh e) Kantil 4 tungguh f) Riyong 1 tungguh g) Penyacah 2 tungguh
h) Jublag 2 tungguh i) Jegog 2 tungguh j) Kajar 1 tungguh
k) Ceng – ceng ricik 1 pangkon l) Ceng – ceng kopyak 5 pasang m) Gong 2 tungguh n) Kempur 1 tungguh o) Kempli 1 tungguh p) Bende 1 tungguh q) Suling 4 buah r) Rebab 1 tungguh
BAB II
KAJIAN SUMBER 2.1. Sumber Pustaka
Dalam proses berkarya seni, khususnya dalam menyusun skrip karya Geni Smara, sangat dibutuhkan berbagai sumber yang bisa mendukung terbentuknya karya tersebut. Dalam penulisan karya ini, penulis mempunyai beberapa sumber refrensi, baik yang berupa buku, jurnal ilmiah, maupun rekaman/discography.
2.1.1. Buku/ Jurnal Ilmiah
I Made Bandem (1986) Prakempa Sebuah Lontar Gamelan Bali. Di dalam buku ini banyak menjelaskan seluk-beluk gamelan Bali seperti filsafat, etika, estetika, dan gegebug. Dari lontar ini penata mendapatkan penjelasan bahwa ini asal mulanya tabuh (lagu) dan nyanyian-nyanyian. Karena nyanyian dan lagu sebenarnya sama beda, karena ada nyanyian seperti Tabuh Pisan, Tabuh Telu, Tabuh Pat, Tabuh Nem dan Tabuh
Kutus. Ini bukan tabuh namanya, sebenarnya angsel dan pepada karena
segala alat-alat nyanyian harus memakai kempli dan kempur. Bila nyanyian memakai kempli delapan kali dan juga kempur delapan kali itu yang bernama Asta Pada. Ada juga yang bernama Eka Pada, Tri Pada,
ceng-ceng. Ketiga instrumen itulah sebenarnya guru, kendang guru dari tabuh, kajar guru dari peniti, dan ceng-ceng guru dari ombak-ombakan
karena nyanyian diikuti oleh kendang, kajar dan ceng-ceng.
Ardana (2011) Gending Gesuri Karya I Wayan Beratha Sebuah
Lelambatan Kreasi Tradisional (dalam Mudra Jurnal Seni Budaya
Volume 26 Nomor 2). Dari jurnal ini saya mendapatkan penjelasan bahwa bentuk lelambatan klasik yang dikreasikan dengan sentuhan inovasi baik secara musikal maupun non musikal (media gamelan). Secara musikal pengembangannya terletak pada garap yang lebih kompleks. Model-model kekebyaran yang penuh dengan suasana meriah menjadi pilihan setiap tafsir garapnya.
I Nyoman Rembang (1984/1985), Hasil Pendokumentasian
Notasi Gending – Gending Tabuh Lelambatan Klasik Pagongan Daerah Bali. Di dalam buku ini lebih banyak berisi notasi tabuh lelambatan klasik pagongan. Dari buku ini penata mendapatkan penjelasan bahwa
istilah tabuh juga dipakai untuk kerangka gending-gending tradisional yaitu kerangka dasar tabuh pisan, tabuh telu, tabuh nem dan tabuh kutus disebabkan oleh adanya anggapan bahwa nama-nama tabuh tersebut dibuat demikian karena banyaknya jumlah jatuhnya pukulan kempur dan
I Wayan Suweca dan I Nyoman Kariasa (2011) Esetika Tabuh
Lelambatan Gaya Tegaltamu (dalam Bheri Jurnal Ilmiah Musik
Nusantara). Di dalam jurnal ini terdapat banyak topik tentang seni karawitan. Baik menyangkut konsepsi, gagasan, fenomena maupun kajian tentang seni karawitan. Dari jurnal ini saya mendapatkan penjelasan tentang lelambatan bahwa tidak ada wilayah kabupaten/kota di Bali yang memiliki komposisi tabuh lelambatan ini dan keberadaannya pun sangat beragam dengan ciri-ciri yang berbeda.
Yudarta (2009) Tabuh Lelambatan Pagongan Gaya Badung (Laporan Penelitian). Dari hasil penelitian ini saya mendapatkan penjelasan bshwa tabuh dua dapat didefinisikan sebagai bentuk komposisi tabuh lelambatan pagongan yang memiliki uger - uger dua angsel atau pepada dalam satu pukulan gong. Ukuran tabuh dua lelambatan apabila diukur dengan ketukan peniti penyacah akan memiliki ukuran 16 x 8 ketukan dalam satu gong. Struktur tabuh dua yang berkembang pada saat ini hampir menyerupai struktur tabuh pat, nem atau yang sejenisnya dimana bagian - bagiannya terdiri dari
pengawit, pengawak, pengisep, pengecet dan pekaad baik yang
2.1.2. Discography
Pita kaset yang berisi rekaman Festival Gong Kebyar Duta Kota Denpasar Tahun 2007 No. Seri B.1215 produksi Bali Record. Dalam rekaman kaset ini pada Side A terdapat Lelambatan Kreasi Tabuh Dua
Nila Chandra karya I Ketut Suandita,S.Sn. Setelah mendengarkan dari
rekaman kaset ini penata mendapatkan inspirasi dari segi struktur kerangka lagu (bantang gending) sebuah komposisi gending.
Pita kaset yang berisi rekaman Festival Gong Kebyar Duta Kotamadya Denpasar Tahun 2001 Volume 1 No. Seri B.1059 Produksi Bali Record. Dalam rekaman kaset ini pada Side B terdapat Lelambatan
Kreasi Tabuh Pat Kalingga karya I Ketut Gede Asnawa, MA. Setelah
mendengarkan dari rekaman kaset ini penata mendapatkan inspirasi dari segi pola permainan tabuhan kendangan pada bagian periring.
Pita kaset yang berisi rekaman Pilihan Khusus Tabuh Lelambatan Volume 15 No. Seri B.1201 Produksi Bali Record. Dalam kaset ini pada Side A terdapat Lelambatan Kreasi Tabuh Pat Damar Qiran karya I Ketut Suandita, S.Sn. Setelah mendengarkan dari rekaman kaset ini penata mendapatkan inspirasi dari pola permainan tabuhan kendangan pada bagian pengisep.
Pita kaset berisi rekaman Festival Gong Kebyar Duta Kota Denpasar Tahun 2003 No. Seri B.1107 Produksi Bali Record. Dalam kaset ini pada Side A terdapat Tabuh Kreasi Pepanggulan Sura Ing
Sirang karya I Ketut Suandita, S.Sn. Setelah mendengarkan dari rekaman
kaset ini penata mendapatkan inspirasi dari segi struktur kerangka lagu (bantang gending) sebuah komposisi gending pada bagian pengecet yang berbentuk gilak.
Pita kaset berisi rekaman Pilihan Khusus Tabuh Lelambatan Volume 8 No. Seri B.957 Produksi Bali Record. Dalam kaset ini pada Side B terdapat Lelambatan Kreasi Tabuh Pat Wira Drawa karya I Nyoman Astita, MA. Setelah mendengarkan dari rekaman kaset ini penata mendapat inspirasi dari teknik permainan trompong.
BAB III
PROSES KREATIVITAS
Proses kreativitas dalam mewujudkan sebuah karya seni merupakan hal yang tidak mudah, oleh karenanya perlu persiapan yang panjang dan matang. Demikian juga proses yang dilakukan penata dalam mewujudkan Geni Smara, selain membutuhkan waktu yang panjang dengan pertimbangan yang matang dalam mengungkapkan ide gagasannya, faktor sarana dan pendukung juga sangat menentukan di dalam proses kreatif. Oleh karena itu kesiapan pendukung khususnya para penabuh karya seni Geni Smara juga sangat dibutuhkan kesanggupannya secara maksimal utuk mewujudkannya.
Selain faktor pendukung di atas, proses kreatif dalam mewujudkan karya ini juga sangat tergantung pada sistematika prosedural dan metode penciptaan. Di dalam proses penciptaan karya seni Geni Smara, penata sependapat dengan apa yang dijelaskan I Ketut Garwa (2008 : 31) dalam Bahan Ajar Metode Penciptaan Seni Karawitan. Di dalam penjelasannya, bahwa metode penciptaan setidaknya berintikan tahap penjelajahan (exploration), tahap percobaan
3.1 Penjelajahan (Exploration)
Eskplorasi merupakan langkah awal dalam berproses. Penata dalam hal ini melakukan proses pencarian ide untuk mencari dan menentukan judul garapan. Langkah awal yang dilakukan penata adalah pencarian judul lewat membaca kamus bahasa Bali dan membaca kamus bahasa Jawa Kuna. Selain hal tersebut, penata juga mencari-cari model garapan lewat mendengarkan kaset tabuh pat dan tabuh kreasi
pepanggulan. Selain itu, penata mencari-cari ide lewat melihat dan
mendengar rekaman audio visual tabuh dua lewat youtube.
Dalam tahap ini, selanjutnya penata merenungkan apa yang telah dibaca, dilihat dan didengar sehingga muncul daya tarik yang dapat diungkapkan melalui perasaan pribadi penata. Akhirnya penata mendapatkan model tabuh seperti garapan Nila Candra (karya Suandita) duta kota Denpasar tahun 2007 sebagai sumber inspirasi. Namun demikian garapan Geni Smara tidak sama, perbedaan menyolok terletak pada melodi, pepayasan-pepayasan, pola pukulan pupuh kendangan, dan bentuk pengecet. Bagian pengecet kodya menggunakan tabuh telu, sementara dalam garapan Geni Smara menggunakan tabuh gilak.
Kemudian tema yang diangkat sesuai sesuai dengan judulgarapan yang diangkat, yaitu bertemakan percintaan. Tema percintaan ini
kemudian penata transformasikan melalui sebuah garapan tabuh dua lelambatan kreasi Geni Smara. Oleh karena itu perlu tahap pencarian cara mengembangkan teknik - teknik permainan instrumen yang terdapat pada barungan gamelan Gong Kebyar, sehingga dapat menimbulkan nuansa baru pada karya tabuh dua lelambatan kreasi ini. Kemudian dilanjutkan tahap berikutnya yaitu tahap percobaan (improvisasi).
3.2 Percobaan (Improvisation)
Dalam tahap ini penata berproses mencoba-coba menuangkan ide gagasannya melalui media gamelan gong kebyar. Dengan berbagai cara yang dilakukan penata mulai dari proses pencarian ide hingga proses percobaan menuangkan gagasannya melalui instrumen gamelan. Di dalam proses percobaan, penata mencoba menuangkan motif-motif melodi pokok lewat instrumen penyacah. Kemudian mencoba menuangkan teknik permainan instrumen kendang, instrumen
terompong, instrumen gangsa, dan terakhir baru mencoba menuangkan
pola dan teknik tabuhan pada instrumen riyong.
Proses percobaan yang dilakukan penata untuk menuangkan melodi pokok diawali dari mencoba menuangkan melodi pada bagian pengawak. Proses awal mencoba menuangkan lagu yang dimulai dari
melodi jatuh pukulan kempur pertama sampai bagian melodi jatuh pukulan gong. Setelah berulang-ulang dicoba, kemudian penata pastikan melodi ini untuk dicatat notasinya.
Selanjutnya mencoba menuangkan motif kendangan bagian
pengawak, dan kemudian penata mencoba menuangkan motif dan teknik
permainan tabuhan terompong bagian kawitan. Setelah proses percobaan tahap ini dilakukan, kemudian penata berusaha mencatatnya kembali. Kemudian dilanjutkan tahap berikutnya yaitu tahap pembentukan.
3.3 Pembentukan ( Forming )
Proses kerja terakhir dalam karya adalah menginginkan sebuah wujud yang jelas. Tahap ini merupakan tahap terakhir dari proses tahap eksplorasi dan tahap improviasi. Selanjutnya dalam proses pembentukan, penata mengawalinya dengan mengajak teman-teman sekaa gong remaja banjar Abian Kapas Kaja untuk mendukung garapan tugas akhir. Setelah teman-teman pendukung dapat berkumpul di wantilan Printing Mas, kemudian penata menyampaikan maksud dan tujuan membuat garapan. Ide dan gagasan penata bicarakan bersama pendukung. Untuk mentrasfer ide garapan kepada pendukung penabuh, maka penata melakukan kerja studio/ latihan di Wantilan Sanggar Printing Mas Denpasar.
Pertama melakukan Nuasen yang dilakukan pada tanggal 27 Febuari 2014, sekaligus proses menuangkan materi gending bagian
kawitan yang diikuti oleh tujuh orang pendukung. Adapun proses
pembentukan materi bagian kawitan dengan notasi tabuhan instrument
terompong yang dimaksud sebagai berikut.
Kawitan
.1 14 13 4 45 41 43 1
. 14 13 4 34 13 4134 5
.134 5 . 5 55 5 .345 7 55 5 4 3 1 7
. 54 571 .11 1.5 7133 3 44 4
43 457 .77 7 31 3 4 (5)
Kedua, Pada latihan berikutnya masih mencari bagian kawitan namun sayangnya penabuh pendukung yang datang hanya 2 orang dan hanya dapat melatih 1 orang pendukung penabuh (kantil). Di dalam kerja studio ini penata mengadakan kerjasama dengan pendukung penabuh dengan berbagai macam kendala berupa kehadiran pendukung yang selalu kurang lengkap karena masalah jam latihan dan kesibukan masing-masing pendukung penabuh sibuk kegiatan adat di pura.
Ketiga, untuk latihan selanjutnya masih megulang materi pada pembentukan bagian lagu kawitan yang diikuti oleh 12 orang pendukung penabuh.
Keempat, untuk selanjutnya latihan pembentukan pada bagian lagu pengawak. Diawali dari proses menuangkan lagu bagian pengawak yang dimulai dari melodi jatuh pukulan kempur pertama sampai bagian melodi jatuh pukulan gong. Proses pembentukan pada latihan bagian keempat diikuti oleh sembilan orang pendukung penabuh. Adapun bentuk materi pada bagian pengawak yang dimaksud adalah sebagai berikut. Pengawak
. . . . . .345 7 5 4 3 7 1 3 4
5 4 3 4 1 4 3 1 4 3 1 7 5 4 1 3
4 3 5 4 7 5 1 7 5 4 7 5 4 3 5 4
5 4 3 1 4 3 5 4 5 4 1 7 1 3 7 1
3 1 7 1 4 3 4 5 4 3 5 4 7 5 1 7
3 1 5 7 4 5 3 4 3 1 3 4 1 3 7 1
3 1 7 1 3 4 5 3 1 7 4 5 7 1 5 7
1 7 3 1 4 3 5 4 5 4 3 1 3 4 1 (3)
Kelima,, untuk latihan selanjutnya masih mengulang materi di dalam pembentukan pada bagian lagu pengawak. Kembali proses menuangkan lagu bagian pengawak yang dimulai dari melodi jatuh pukulan kempur pertama sampai bagian melodi jatuh pukulan gong. Pada proses pembentukan bagian ini diikuti oleh 13 orang pendukung penabuh.
Keenam, untuk selanjutnya latihan pembentukan materi pada bagian lagu pengisep dan gilak melodi 1 . Proses pembentukan bagian materi ini diikuti oleh 15 orang pendukung penabuh. Penekanan pada proses materi bagian melodi pada teknik tabuhan instrument gangsa,
kantil, dan riyong. Adapun materi lagu yang dimaksud seperti pada
notasi berikut ini. Notasi Pengisep
. . . . . .713 4 3 1 7 3 1 3 4
5 4 5 7 1 7 5 7 1 7 4 5 7 1 5 7
1 7 5 7 5 4 7 5 7 1 5 7 4 5 3 4
5 4 7 5 3 4 1 3 4 3 5 7 1 3 4 5
7 5 4 5 3 4 1 3 7 1 3 4 1 3 7 1
3 1 7 1 3 4 1 3 7 1 5 7 1 3 7 1
3 1 7 1 3 7 1 3 1 7 1 3 7 1 5 7
1 7 3 1 4 3 5 4 5 4 3 1 3 7 1 (3)
nyalit Penyalit4 5 4 7 5 4 1 3 4 5 3 4 3 1 3 7
1 7 1 4 1 7 5 4 1 3 4 5 3 1 5 (3)
Pengecet (Gilak)4 3 5 (7) 1 3 1 (7) 3 1 5 (4) 7 5 4 (3)
Ketujuh, proses berikutnya pembentukan materi pada bagian lagu gilak melodi 2, 3, 4, 5, dan melodi 6. Proses bagian ini diikuti oleh 17 orang pendukung penabuh. Fokus proses pembentukan bagian ini lebih ditekankan pada teknik tabuhan kotekan instrument gangsa, teknik tabuhan pada pola geguletan kendang, dan teknik tabuhan imbal ceng
ceng kopyak. Adapun notasi pada bagian lagu gilak 2, 3,4,5,dan 6
Notasi
4 1 4 (3) 4 1 4 (3) 4 1 4 (3) 4 1 4 (3)
4 1 4(3) 1 3 4(5) 3 4 5(7) 1 5 7(1)
3 1 7 (1) 7 5 4 (7) 5 4 3 (4) 7 5 7 (1)
5 1 5 (3) 5 3 5 (1) 4 5 4 (1) 5 4 3 (1)
3 1 3 (1) 4 3 5 (4)
7 5 7 (4) 7 5 7 (1) 5 4 3 (1) 3 5 3 (4)
1 3 4 (5) 4 3 1 (7) 3 1 3 (4) 7 5 4(3)
4 3 1 (7) 1 7 5 (4) 5 4 7 (5) 7 5 4 (3)
7 4 5 (7) 3 1 7 (5) 1 7 5 (4) 3 7 1 (3)
7 1 3 (4) 3 1 5 (7) 3 1 3 (4) 7 5 4 (3)
Dan proses pembentukan berikutnya mengolah materi lagu gilak bagian terakhir. Proses yang dilakukan mengolah tempo, dinamika, dan ornamentasi. Para pendukung penabuh yang hadir sebanyak 20 orang. Adapun notasi materi yang dimaksud adalah sebagai berikut.
Notasi.
3 3 3 (5) 5 5 5 (7) 7 7 7 (3) 3 3 3 (3)
3 7 7 (5) 5 7 7 (3) 3 3 3 (7) 7 7 7 (4)
4 4 4 (1) 1 1 1 (5) 7 5 7 (5) 1 7 5 (4)
7 5 7 (4) 7 5 7 (1) 4 3 4 (1) 4 3 4 (5)
4 3 5 (4) 7 5 . (5) 4 3 5 (4) 7 5 1 (7)
. 7 . 7 . 7 . (3)
Ngulah. 1 . 7 3 1 7 (5) 7 1 3 4 7 5 4 (3)
Penyuud
. 7 . 1 . 3 . 4 . 7 . 5 . 4 . (3)
Tabel Proses Kreativitas
No Hari/Tanggal Kegiatan Hasil Keterangan 1 Minggu, 23 Februari 2014 Saat mengumpulkan penabuh pendukung penata memanfaatkan acara latihan menabuh baleganjur untuk mengiringi prosesi upacara Pitra Yadnya Mendapatkan beberapa penabuh 2 Kamis, 27 Februari 2014
Nuasen Penata sudah memberikan materi kepada penabuh pendukung yang hadir terutama pemain suling penabuh pendukung yang datang hanya 6 orang dari 31 orang penabuh yang dibutuhkan oleh penata 3 Minggu, 2 Maret 2014 Latihan 1 orang penabuh kantil sudah penabuh pendukung yang datang
mengetahui gending setelah latihan mencari materi bersama penata. hanya 2 orang. 4 Senin, 7 Maret 2014 Mendata ulang penabuh pendukung dengan mampir ke masing - masing rumah teman – teman penabuh pendukung. Mendapat penabuh pendukung lebih banyak. Namun masih kurang lagi 9 orang. 5 10 Maret
2014 mencari struktur Latihan untuk inti tabuh lelambatan ( kawitan, periring, pengawak, pengisep, pekaad ). Sudah terwujudnya bagian Kawitan Trompong dengan Periring secara kasar. penabuh pendukung yang datang hanya 12 orang penabuh karena alasan jam latihan, ada yang sakit, ada yang masih bekerja. Tidak datang 19 orang 6 11 Maret 2014 Latihan mencari bagian Pengawak. Tabuh sudah bertambah ke bagian Pengawak secara kasar. Tukang Kecek tidak datang. Tukang Gong dan Kempur belum dapat. Untuk sementara salah satu tukang suling memainkan instrument Gong,
Kempur dan Kempli 7 12 Maret 2014 Latihan mencari bagian Pengisep dan Gilak Tabuh sudah bertambah ke bagian Pengisep dan Gilak melodi 1 secara kasar. Kemudian terjadi perubahan jumlah instrumen yaitu berisi instrument Penyahcah dan Ugal belakang tidak dipakai. Tukang Kecek tidak datang. Tukang Gong dan Kempur belum dapat. Untuk sementara salah satu tukang suling memainkan instrument Gong, Kempur dan Kempli. Terjadi perubahan jumlah instrumen yaitu berisi instrument Penyahcah dan Ugal belakang tidak dipakai. 8 16 Maret
2014 sisa melodi Gilak Latihan mencari lagi 5 sampai akhir gending Secara kasar sisa melodi Gilak lagi 5 tersebut sudah dapat ditangkap oleh penabuh pendukung. Namun penata merasa kesulitan untuk menaikkan Lagi setengah penabuh pendukung tidak hadir karena ada acara lain.
tempo di akhir gending 9 19 Maret 2014 Latihan mencari bagian Gegineman Secara kasar Gegineman sudah terwujud Kehadiran penabuh pendukung sama dengan sebelumnya lagi setengah tidak datang 10 21 Maret
2014 Latihan Mencari Penyalit karena diminta oleh dosen pembimbing pengawaknya diulang lagi sekali Secara kasar Penyalit sudah terwujud dan semua bagian sudah bisa disambung. Hanya saja pukulannya belum pasti Kehadiran penabuh pendukung sama dengan sebelumnya lagi setengah tidak datang 11 23 Maret 2014 menggabungkan Latihan semua bagian dan
mencari pukulan yang pasti Seluruh bagian gending sudah bisa digabung dan sudah mencari pukulan yang pasti Kehadiran penabuh pendukung sama dengan sebelumnya lagi setengah tidak datang 12 2 April 2014 Latihan memotong gending dan mencari bagian pekaad yang berbentuk gilak dengan mengundang dosen pembimbing Gending sudah dapat dipotong dan pekaad berbentuk gilak baru bisa mencari melodi gilak pertama Kehadiran Penabuh 20 orang
13 3 April 2014 Latiahn untuk menyelesaikan bagian Pekaad yang berbentuk Secara kasar bagian Pekaad yang berbentuk Kehadiran Penabuh 25 orang
gilak gilak sudah terwujud 14 4 April 2014 Latihan mencari
pukulan yang pasti Sebagian besar penabuh sudah mengetahui pukulan yang pasti Penabuh pendukung yang datang sekitar 18 orang 15 5 April 2014 Latihan Sektoral Tukang
Riyong, Tukang Gangsa dan Tukang Jublag sudah dapat menangkap pukulan yang pasti yang terdapat pada tabuh dua lelambatan kreasi Geni Smara Tukan Riyong 1 orang, tukang Jublag 1 orang dan tukang Gangsa 1 orang.
16 7 April 2014 Latihan Bersama Latihan dibatalkan karena saat itu penata masih berada di Pujungan – Tabanan tepatnya di rumah Bapak Rektor ISI Denpasar, baru saja usai ngayah megamel Semar Pegulingan bersama ISI Denpasar dan akan pulang Penabuh Pendukung yang datang sekitar 4 orang
17 8 April 2014 Latihan Bersama Hanya dapat latihan sektoral yaitu melatih tukang Gangsa dan Tukang Kantil Tukang Gangsa 2 orang, tukang Kantil 2 orang, tukang Kajar, tukang suling 2 orang karena banyak yang madelokan dan kundangan 18 10 April 2014 Latihan Bersama
untuk mencari pukulan pasti dan
nafas gending kembali 19 17 April 2014 Latihan bersama
untuk mencari pukulan pasti, nafas gending, menambahkan motif pukulan kendang bagian Pengawak, memperbaiki pepayasan pada bagian Penyalit Gilak dan bagian
Ngulah Gilak Pepayasan Penyalit Gilak dan bagian Ngulah sudah diperbaiki, pukulan pasti, nafas gending sudah teringat kembali Penabuh yang tidak hadir yaitu tukang ceng – ceng ricik sakit, tukang riyong nomor 3 ada UTS di UNHI,2 tukang gangsa sangsih ada acara pentas menabuh, dan latihan rindik. Tukang suling ada latihan PSR, Tukang jublag ada rapat sekaa teruna 20 20 April 2014 Latihan Semua
penabuh sudah hafal dengan gendingnya Penabuh yang tidak hadir yaitu tukang suling 1 orang karena latihan
dan nafas gending sudah dicari rindik PSR dan tukang riyong 1 orang karena nuasen wayang kulit 21 25 April 2014 Latihan Tukang
Kendang, Tukang Kantil dan Tukang Gangsa sudah mengetahui pukulan yang pasti Penabuh Pendukung yang tidak hadir yaitu Tukang Riyong ada acara, 1 tukang kantil ke Pura Besakih, 1 tukang suling tidak diketahui alasan ketidak hadirannya 22 27 April 2014 Latihan mencari
tempo tabuh yang diinginkan Tempo tabuh yang diinginkan sudah dapat ditangkap oleh penabuh pendukung Penabuh pendukung yang tidak hadir yaitu tukang ugal Tukang riyong 1 orang karena menyelesaikan karya tabuh bleganjur di SMPN 1 Denpasar dan tukang kempur karena rapat di Kampus Universitas Udayana 23 28 April 2014 Latihan untuk
menyempurnakan pepayasan nyalit gilak Pepayasan nyalit gilak sudah sempurna Penabuh yang tidak hadir tukang Penyacah, Tukang kantil
1 dan tukang Gong
Jadwal Pelaksanaan
Kegiatan Bulan
Januari Februari Maret April Mei Mengumpulkan Penabuh
Pendukung Latihan
Bimbingan Tugas Akhir Gladi Kotor dan Gladi Bersih
Persembahyangan Ujian Pagelaran Ujian Komprehensif
: Mengumpulkan penabuh pendukung dengan cara memanfaatkan acara yang penata ikuti.
: Latihan di Wantilan Sanggar Printing Mas Denpasar sesuai dengan kesepakatan antara penata dengan penabuh pendukung. Namun di setiap latihan selalu ada kendala kehadiran penabuh pendukung yang kurang lengkap yang disebabkan oleh kesibukan masing – masing penabuh pendukung.
: Bimbingan Tugas Akhir dilakukan sesuai dengan kesepakatan antara peserta ujian dengan dosen pembimbing dan batas waktu bimbingan yang diberikan.
: Gladi dapat pada hari Jumat, 2 Mei 2014 dengan jam yang sudah ditukar dengan teman.
: Persembahyangan bersama dilaksanakan sesuai kesepakatan bersama.
: Ujian Pagelaran dapat pada hari Jumat, 9 Mei 2014 : Ujian Komprehensif dapat pada hari Senin, 12 Mei 2014
BAB IV
WUJUD GARAPAN
Struktur atau susunan dari suatu karya seni adalah aspek yang menyangkut keseluruhan dari karya dan meliputi juga peranan dari masing – masing bagian dari keseluruhan itu. Kata struktur mengandung arti bahwa di dalam karya seni itu terdapat suatu pengorganisasian, pengaturan, ada hubungan yang tertentu antara bagian-bagian dari keseluruhan itu (Djelantik, 1990:32). Dengan adanya suatu susunan atau hubungan yang teratur antara bagian-bagian satu dengan yang lainnya, belumlah terjamin bahwa apa yang terwujud sebagai keseluruhan itu merupakan sesuatu yang indah, jika belum memberikan keutuhan, penonjolan dan keseimbangan dalam sebuah garapan.
4.1.Deskripsi Garapan
Garap Lelambatan Kreasi Tabuh Dua Geni Smara merupakan komposisi tabuh yang masih tetap mempertahankan kaidah-kaidah tradisi karawitan Bali. Kaidah-kaidah yang dimaksud sesuai dengan jajar
pageh tabuh lelambatan. Wujud garapan seperti struktur melodi pokok,
pola kendang lelambatan, motif pepayasan yang ditata dan sengaja diolah dengan unsur – unsur musikal seperti melodi, ritme, dinamika,
tempo, dan ditambah ornamentasi sesuai kebutuhan garapan. Selain itu, juga nilai estetik seperti unity (keutuhan, kekompakan, kebersihan),
dominance (penonjolan), dan balance (keseimbangan) juga harus hadir
dalam sebuah karya untuk memberikan bobot garapan Geni Smara.
4.2.Analisa Struktur
Garapan tabuh dua lelambatan kreasi Geni Semara wujud atau struktur komposisinya disusun berdasarkan konsep Tri Angga ( kepala, badan dan kaki ) yaitu pola struktur komposisi tradisi yang terdiri dari
gegineman, kawitan, periring, pengawak, pengisep, pengecet. Adapun
uraian dari masing-masing bagian struktur garapan Geni Semara yaitu sebagai berikut.
-Gigineman
Di dalam struktur bentuk garapan kreasi baru, ada bagian struktur komposisi yang dinamakan gegineman yaitu bagian komposisi tabuh yang dalam tradisinya disajikan sebelum bagian kawitan.Gegineman
gangsa yaitu motif permainan gangsa serta didukung oleh beberapa
instrumen dalam gamelan gong kebyar yang dimainkan secara bersama-sama dengan berbagai variasi teknik gegebug sehingga menghasilkan
jalinan-jalinan melodi yang dinamis. Ada dua bentuk gineman yaitu gineman gangsa dan gineman terompong.
a) Gineman gangsa yaitu motif permainan gangsa serta didukung oleh beberapa instrumen dalam gamelan gong kebyar yang dimainkan secara bersama-sama dengan berbagai variasi teknik gegebug sehingga menghasilkan jalinan-jalinan melodi yang dinamis.
b) Gineman Trompong yaitu variasi teknik gegebug terompong yang dimainkan secara solo atau tunggal.
Dalam garapan Geni Smara gegineman gangsa merupakan bagian sajian yang paling awal untuk memulai garapan. Di dalam sajiannya gegineman gangsa dibarengi dengan sajian ginem terompong. Diawali denngan sajian instrument suling, dilanjutkan gegineman gangsa sampai masuk bagian pengrangrang terompong. Dan masuk bagian sajian gegenderan dengan tempo semakin cepat dan volume semakin keras dan perubahan tempo semakin pelan untuk bertanda masuk bagian selanjutnya yaitu bagian kawitan.
Notasi Gegineman; Suling
3 45345 71571 713 4557543 75457 Penyacah
3 4 5 7 1 7 3 4 5 4 3 1 7
Ugal, Gangsa dan Kantil
7.3457
.3317
.33171 571. 3 .4 31 .31
17 .175 . 754 .5 41. 31134
71.3 .34. . . .71.3 .341.4 .1 .4 .1 .4 31 345 Melodi Pokok Penyacah
3453413(7) 3 3 7 7 3 1 3 4 5 4 5 7 5 1 7 5 4 3 7 1 7 5 1 (7) Perangrang Trompong 7 .. . . 7. . .7. .7.7.757.75.1.7.51775757.75 7 .. . . 7. . .7. .7.7.1571..31313.134.575.434.3 3 .. . . 3. . .3. .3.3.17.. . . 7. . .7. .7.7 .3.7.3.1737.7517545.54.7453 41.74534 134 34575 434.3 .3.45345.575713.1...1.3.45431.345 5 .. . . 5. . .5..5.5
.75757.571.31 313.134.457.5.434.43
Gegenderan
Melodi Pokok Penyacah
3 453 457 17. 4. 34 .1.34.1.54 3 1 4 3 4 5 1 7 5 (4) 1715 71 .5.3. 5 434 1715 71 .5.3. 5 434 4134 31.7.5 .3 454 53 .54 53 .543 1 37134575 7157435(4)
14141431
3 5 4 3 5 7 1(7)
3 1 3 7 3 1 7 5
1 3 4 5 1 7 5 4
3135437(1)
Bagian gegineman disajikan hanya satukali dan terus dilanjutkan sajian bagian kawitan terompong.
-Kawitan
Kawitan berasal dari kata dasar yaitu ngawit/kawit yang
mempunyai pengertian mulai (Anandakusuma, 1978:84). Di dalam sebuah struktur komposisi tabuh dua lelambatan kreasi Geni Smara,
kawitan menjadi bagian struktur komposisi tabuh yang disajikan setelah
instrument terompong secara solo, pada bagian-bagian akhir kalimat
nada tertentu dibarengi dengan nada yang sama pada instrument jegogan. Kemudian disambut dengan bagian komposisi lagu masih pada bagian
kawitan yang dimainkan oleh seluruh instrument. Teknik tabuhan
instrumen gangsa dengan motif tabuhan oncang-oncangan, geguletan kendang, jalinan melodi riyong, dan melodi penyacah. Pada bagian akhir lagu sebelum jatuhnya pukulan gong ada salah satu motif irama pukulan instrument kendang yang menjadi ciri khas bagian pengawit yang selanjutnya masuk sajian bagian periring . Adapun notasi bagian
kawitan sebagai berikut.
Kawitan
.1 14 13 4 45 41 43 1
. 14 13 4 34 13 4134 5
.134 5 . 5 55 5 .345 7 55 5 4 3 1 7
. 54 571 .11 1.5 7133 3 44 4
43 457 .77 7 31 3 4 (5)
Bagian kawitan ini disajian hanya satu kali dan dilanjutkan bagian sajian
-Periring
Dalam komposisi tabuh dua lelambatan kreasi Geni Semara yang penata garap pada bagian periring ini modelnya hampir mirip dengan
periring tabuh pat lelambatan kreasi Kalingga karya Bapak Ketut Gede
Asnawa, MA tahun 2001. Meski demikian garapan ini sudah pasti tidak sama dengan garapan Kalingga. Misalnya seperti melodi jelas berbeda, kemudian untuk mencari sajian bagian periring diawali dengan instrument kendang, sedangkan dalam garapan Geni Smara sajian bagian periring diawali dengan instrument terompong, dan ornamentasinya berbeda. Setelah sajian bagian melodi pada motif kotekan gangsa dan irama berubah menjadi pelan kemudian masuk bagian struktur komposisi
pengawak.
Adapun bentuk periring tabuh Geni Smara, melodinya mengacu pada melodi bagian pengawak, namun demikian ada perbedaan tempo lebih cepat dibanding tempo pada bagian pengawak. Ornamentasi
periring lebih kaya dengan berbagai garap ornamentasi pada kotekan gangsa, kantil, dan jalinan melodi riyong. Kemudian berhenti pada
akhir lagu bagian periring dan dilanjutkan masuk sajian bagian
-Pengawak
Pada bagian pengawak tabuh dua Geni Smara ini disajikan setelah akhir lagu sajian bagian periring. Sajian ini diawali dengan instrument kendang, kemudian masuk instrument terompong, dan instrument riyong. Selanjutnya secara bersamaan masuk tabuhan semua instrument dengan tempo agak pelan dan volume tabuhan keras.
Dalam bagian pengawak, ada bagian melodi yang ditabuh secara bersama antara jublag, jegog dan penyacah untuk menuju jatuhnya pukulan instrument kempul pertama pada struktur komposisi tabuh dua
Geni Smara. Selanjutnya diikuti teknik tabuhan nyilih asih pada
instrument kantil dan dibarengi tabuhan instrument gangsa. Adapun notasi bagian Pengawak (melodi pokok penyacah) sebagai berikut.
-Pengawak
. . . . . .345 7 5 4 3 7 1 3 4 5 4 3 4 1 4 3 1 4 3 1 7 5 4 1 3 4 3 5 4 7 5 1 7 5 4 7 5 4 3 5 4
5 4 3 1 4 3 5 4 5 4 1 7 1 3 7 1 3 1 7 1 4 3 4 5 4 3 5 4 7 5 1 7 3 1 5 7 4 5 3 4 3 1 3 4 1 3 7 1 3 1 7 1 3 4 5 3 1 7 4 5 7 1 5 7 1 7 3 1 4 3 5 4 5 4 3 1 3 4 1 (3) -Pangisep
Di dalam struktur komposisi tabuh lelambatan, pangisep merupakan bagian ke tiga dari struktur gending lelambatan. Garapan pada bagian pengisep lelambatan kreasi tabuh dua Geni Smara, susunan sajiannya didahului oleh pupuh kekendang, kemudian masuk melodi lagu terompong, permainan bersama dengan sajian teknik tabuhan motif
oncang-oncangan sampai jatuh pukulan kempur pertama. Pada bagian
sajian ini gangsa dan kantil disajikan dengan teknik tabuhan motif
ngoret- ngerot sampai jatuh pukulan kempli pertama. Setelah itu teknik
pukulan sajian gangsa dan kantil berikutnya yaitu norot becat. Setelah sajian bagian pengisep selesai, langsung disambung dengan sajian bagian
pengecet berbentuk gegilakan..
Notasi pada bagian pengisep tabuh dua lelambatan Kreasi Geni
Smara juga sama dengan bagian pengawak . Berikut notasi melodi
Pengisep . . . . . .713 4 3 1 7 3 1 3 4 5 4 5 7 1 7 5 7 1 7 4 5 7 1 5 7 1 7 5 7 5 4 7 5 7 1 5 7 4 5 3 4 5 4 7 5 3 4 1 3 4 3 5 7 1 3 4 5 7 5 4 5 3 4 1 3 7 1 3 4 1 3 7 1 3 1 7 1 3 4 1 3 7 1 5 7 1 3 7 1 3 1 7 1 3 7 1 3 1 7 1 3 7 1 5 7 1 7 3 1 4 3 5 4 5 4 3 1 3 7 1 (3)nyalit -Pangecet
Pangecet adalah salah satu bagian dari struktrur komposisi dalam
karawitan Bali. Di dalam wujud atau struktur komposisi lelambatan kreasi tabuh dua Geni Semara, penata sajikan dengan garap bagian
Pengecet menggunakan struktur gilak. Kemudian pada bagian terakhir
sebelum gendingnya selesai/suwud/menuju bagian Penyuwud
sebelumnya ada gending gilak yang temponya naik cepat dan melodinya pokoknya diulang - ulang yang biasa disebut dengan Ngulah. Setelah disajikan bagian Ngulah baru kemudian masuk bagian suwud/bagian
Notasi pada bagian pengecet strukturnya berbertuk gilak yang
ditulis dengan melodi pokok penyahcah sebagai berikut.
Penyalit 4 5 4 7 5 4 1 3 4 5 3 4 3 1 3 7 1 7 1 4 1 7 5 4 1 3 4 5 3 1 5 (3) Pengecet (Gilak) 4 3 5 (7) 1 3 1 (7) 3 1 5 (4) 7 5 4 (3) 4 1 4 (3) 4 1 4 (3) 4 1 4 (3) 4 1 4 (3) 4 1 4 (3) 1 3 4 (5) 3 4 5 (7) 1 5 7(1) 3 1 7 (1) 7 5 4 (7) 5 4 3 (4) 7 5 7 (1) 5 1 5 (3) 5 3 5 (1) 4 5 4 (1) 5 4 3 (1) 3 1 3 (1) 4 1 3 (4)
7 5 7 (4) 7 5 7 (1) 5 4 3 (1) 3 5 3 (4) 1 3 4 (5) 4 3 1 (7) 3 1 3 (4) 7 5 4(3) 4 3 1 (7) 1 7 5 (4) 5 4 7 (5) 7 5 4 (3) 7 4 5 (7) 3 1 7 (5) 1 7 5 (4) 3 7 1 (3) 7 1 3 (4) 3 1 5 (7) 3 1 3 (4) 7 5 4 (3) 3 3 3 (5) 5 5 5 (7) 7 7 7 (3) 3 3 3 (3) 3 7 7 (5) 5 7 7 (3) 3 3 3 (7) 7 7 7 (4) 4 4 4 (1) 1 1 1 (5) 7 5 7 (5) 1 7 5 (4) 7 5 7 (4) 7 5 7 (1) 4 3 4 (1) 4 3 4 (5) 4 3 5 4 7 5 . (5) 4 3 5 4 7 5 1 (7) . 7 . 7 . 7 . (3) Ngulah . 1 . 7 3 1 7 (5) 7 1 3 4 7 5 4 (3)
Penyuud
. 7 . 1 . 3 . 4 . 7 . 5 . 4 . (3)
4.3. Analisa Simbol
Notasi merupakan system pencatatan lagu yang mengandung unsur bunyi dalam bentuk simbol-simbol atau tanda-tanda. Dalam membuat catatan-catatan penulisan melodi komposisi tabuh dua lelambatan kreasi Geni Semara ini dipergunakan sistem notasi ding
dong. Notasi ini merupakan simbol sebagai pencatatan karawitan Bali
yang sudah biasa dipergunakan dalam proses belajar mengajar di ISI Denpasar, yaitu ulu, taleng, tedong, suku, cecek, suku ilut dan pepet. Oleh karena karawitan instrumental ini menggunakan gamelan Gong Kebyar, maka suku ilut dan pepet tidak dipakai meskipun ada sedikit nada pemero pada suling saat bagian gegineman Untuk lebih jelasnya notasi ding dong yang mengambil simbol penganggen aksara Bali akan dijabarkan dalam table di bawah ini
Tabel
Penganggening Aksara Bali Dibaca Dalam Laras Pelog Lima Nada
No Simbol Nama Aksara Dibaca
1 3 Ulu Ding
2 5 Taleng Deng
3 4 Tedong Dong
4 7 Suku Dung
5 1 Cecek Dang
Simbol yang lainnya
1. “
.
“ : Ketukan 2. “. .
“ : Garis nilai 3. “ “ : Jegogan 4. “ “ : Kempli 5. “ “ : Kempur 6. “ ( . ) “ : Gong 7. “ “ : Pengulangan 8. 1 : Nada Mati 4.4. Analisa MateriMedia ungkap yang digunakan dalam garapan lelambatan kreasi tabuh dua Geni Smara ini adalah gamelan Gong Kebyar. Peranan
instrument gamelan Gong Kebyar yang digunakan dalam garapan ini tidak jauh berbeda dengan peranan instrumen Gong Kebyar pada umumnya. Beberapa instrumen gamelan yang dipakai adalah sebagai berikut.
a. Instrumen Trompong
Instrumen trompong tergolong instrumen berpencon idiophone yaitu suatu alat musik yang sumber bunyinya gsbersumber dari alat itu sendiri. Cara membunyikannya adalah dengan cara dipukul dengan alat ( Bali : panggul ). Jumlah pencon yang ada paa instrument trompong adalah 10 buah dengan urutan nada – nadanya sebagai berikut : ( dang, ding, dong, deng, dung, dang, ding, dong, deng, dung ). Tugas intrumen trompong dalam garapan ini adalah memangku lagu, memainkan melodi pokok gending, memainkan salah satu teknik pukulan instrumen trompong yaitu nitil pada bagian gegineman dan berimprovisasi pada bagian tertentu.
b. Instrumen Ugal (Giying)
Instrumen ini juga tergolong idiophone. Cara membunyikannya pun sama yaitu dipukul dengan alat (Bali : panggul). Jumlah bilahnya 10 buah dengan susunan nada-nadanya sebagai berikut; dong, deng, dung,
dang, ding, dong, deng, dung, dang, ding. Dalam garapan ini instrument Ugal/Giying bertugas untuk memainkan melodi pokok gending dan
memimpin dalam mengendalikan jalannya lagu (gending) serta memberi aksen-aksen atau penekanan pada ruas-ruas gending.
c. Instrumen Kendang
Instrumen kendang tergolong membranophone yaitu alat musik yang sumber bunyinya dari selaput kulit yang cara memukulnya adalah dipukul baik tanpa alat (telapak tangan) maupun memakai alat panggul. Dalam garapan ini menggunakan sepasang kendang cedugan lanang –
wadon yang bertugas sebagai pemurba irama atau mengatur dan
mengendalikan jalannya lagu atau (gending), serta memberi aksen-aksen atau penekanan pada ruas-ruas gending.
d. Instrumen Pemade/Gangsa
Instrumen ini termasuk kategori idiophone. Susunan nada-nadanya sama dengan Giying/Ugal hanya saja sedikit lebih tinggi daripada nada-nada yang terdapat pada instrument Ugal/Giying yaitu sebagai berikut; dong, deng, dung, dang, ding, dong, deng,dung, dang,
ding. Cara memainkan instrument ini sama yaitu dipukul dengan alat panggul. Dalam garapan ini instrument pemade/gangsa bertugas untuk
memainkan kotekan atau ubit-ubitan pada bagian-bagian gending tertentu.
e. Instrumen Kantil
Instrumen ini termasuk kategori idiophone. Susunan nada – nadanya sama dengan Ugal dan Gangsa dan merupakan instrument yang oktafnya paling tinggi dari semua instrument berbilaih yang terdapat pada barungan gamelan Gong Kebyar yaitu sebagai berikut; dong, deng,
dung, dang, ding, dong, deng,dung, dang, ding. Cara memainkan
instrument ini sama yaitu dipukul dengan alat panggul. Dalam garapan ini instrument pemade/gangsa bertugas untuk memainkan kotekan atau ubit-ubitan pada bagian-bagian gending tertentu.
f. Instrumen Riyong
Instrumen riyong termasuk kategori idiophone. Jumlah pencon yang terdapat pada instrument riyong Gong Kebyar ada 12 buah dengan susunan nada-nadanya sebagai berikut; deng, dung, dang, ding, dong,
deng, dung, dang,ding, dong, deng, dung. Dalam garapan ini instrumen riyong bertugas untuk memainkan jalinan melodi dan memberikan
aksen-aksen atau penekanan pada ruas-ruas tertentu
Instrumen Penyacah termasuk kategori idiophone. Jumlah bilah yang terdapat pada instrument Penyacah ada 7 buah dengan susunan nada-nadanya sebagai berikut; dung, dang, ding dong, deng, dung, dang. Sistem suara yang dipakai pada instrument penyacah ini adalah ngumbang nisep yaitu bunyi yang berombak yang disebabkan oleh perbedaan frekuensi dalam jumlah tertentu. Tugas instrument penyahcah dalam garapan ini adalah memainkan melodi pokok gending dan dalam garapan tabuh lelambatan kreasi pada umumnya instrument penyahcah berperan sebagai pemanis gending.
h. instrumen Jublag
Instrumen Jublag termasuk kategori idiophone. Jumlah bilah yang terdapat pada instrument Jublag ada 5 buah dengan susunan nada-nadanya sebagai berikut; ding dong, deng, dung, dang. Sistem suara yang dipakai pada instrument jublag ini adalah ngumbang ngisep yaitu bunyi yang berombak yang disebabkan oleh perbedaan frekuensi dalam jumlah tertentu. Tugas instrumen jublag dalam garapan ini adalah memukul melodi pokok dimana jatuh pukulannya 2 kali pukulan instrument penyacah.
Instrumen jegog termasuk kategori idiophone. Jumlah bilah yang terdapat pada instrumen jegog yaitu 5 buah dengan susunan nada yang sama dengan instrumen Jublag yaitu ding, dong, deng, dung, dang hanya saja oktafnya lebih rendah daripada instrumen jublag. Sistem suara yang dipakai pada instrumen jegog ini adalah ngumbang ngisep yaitu bunyi yang berombak yang disebabkan oleh perbedaan frekuensi dalam jumlah tertentu. Tugas instrumen Jegog dalam garapan ini adalah sebagai instrumen penentu tabuh lelambatan yaitu jumlah jatuhnya pukulan instrument jegog yang selalu jatuh di ketukan ke 16 setiap barisnya khususnya pada bagian Periring, Pengawak, Penyalit dan Pengisep. Instrumen Jegog juga bertugas memukul nada pada hitungan ke 8 dan ke 16 pada bagian Pengecet yang berbentuk gegilakan karena jatuh pukulannya lebih jarang daripada instrumen jublag namun terkadang juga pukulan instrumen Jegog juga sama dengan penyacah seperti yang terdapat pada bagian gegineman.
j. Instrumen Kajar
Kajar merupakan instrumen bermoncol yang ukuran moncolnya
lebih besar daripada moncol-moncol instrumen trompong dan riyong yang termasuk juga dalam kategori idiophone. Dalam garapan ini
instrumen kajar bertugas untuk memegang tempo gending, mengatur cepat lambatnya gending.
k. Instrumen Kempli
Instrumen kempli merupakan instrumen bermoncol yang ukuran moncolnya sama dengan instrument kajar dan termasuk katergori
idiophone. Dalam garapan tabuh dua lelambatan kreasi ini instrumen kempli bertugas untuk memberikan tekanan final pada akhir kalimat
lagu, membentuk pola colotomic yang kemudian menjdi dasar dari bentuk sebuah lagu sekaligus dijadikan pertimbangan dalam penamaan dalam lagu itu sendiri
l. Instrumen Kempur
Instrumen kempur adalah instrumen bermoncol yang ukuran moncolnya lebih kecil daripada Gong. Dalam garapan tabuh dua ini instrumen Kempur juga bertugas sebagai untuk memberikan tekanan final pada akhir kalimat lagu, membentuk pola colotomic yang kemudian menjdi dasar dari bentuk sebuah lagu sekaligus dijadikan pertimbangan dalam penamaan dalam lagu itu sendiri
Instrumen Gong adalah instrumen bermoncol yang ukuran moncolnya paling besar diantara semua instrument bermoncol yang ada dalam barungan gamelan Bali pada umumnya. Tugas instrumen Gong juga tidak jauh beda dari garapan – garapan secara umum yaitu sebagai finalis gending.
n. Instrumen Bende
Instrumen Bende adalah instrumen yang moncolnya pipih atau ceper. Dalam garapan ini instrumen Bende bertugas sebagai pembentuk pola colotomic dengan irama tertentu, mengisi celah – celah kosong diantara instrument colotomic lainnya.
o. Instrumen Ceng - ceng ricik/Kecek
Ceng - ceng ricik atau Kecek adalah instrumen yang berbentuk cymbal dimana ukurannya lebih kecil dari Ceng - ceng Kopyak. Dalam garapan ini Ceng - ceng ricik bertugas untuk memberikan nuansa ritmis dan memberikan aksen - aksen yang sama dengan Riyong dan Kendang.
p. Instrumen Ceng - ceng kopyak
Ceng - ceng Kopyak adalah instrument yang berbentuk cymbal dimana ukurannya lebih besar dari Ceng - ceng ricik. Dalam garapan ini
Ceng - ceng Kopyak bertugas untuk memberikan nuansa ritmis dan memberikan aksen – aksen yang sama dengan Kendang.
q. Instrumen Suling
Suling merupakan instrumen yang termasuk kategori aerophone yaitu alat musik yang sumber bunyinya dari udara. Suling dalam gamelan Bali bahannya terbuat dari banbu. Cara membunyikannya adalah dengan cara ditiup. Dalam garapan ini suling bertugas untuk memainkan melodi pokok dan mempermanis gending.
r. Instrumen Rebab
Rebab merupakan instrumen yang termasuk kategori chordophone yang sumber bunyinya dari senar atau kawat yang dimainkan dengan cara digesek. Dalam garapan ini rebab bertugas untuk lebih mempermanis gending dengan menggunakan berbagai variasi wiletnya.
4.5. Analisa Penyajian
Karya komposisi lelambatan kreasi tabuh dua Geni Smara ini dipentaskan di Gedung Natya Mandala Institut Seni Indonesia Denpasar.
Karena panggungnya berbentuk Procenium maka seluruh penonton cara menyaksikannya dari arah depan saja. Wujud dari bentuk karya tabuh dua lelambatan kreasi ini adalah karawitan instrumental, maka setting gamelan yang dibutuhkan diatur sedemikian rupa sehingga sajian musik karawitan yang dihasilkan tidak hanya enak didengar tetapi juga akan enak dipandang.
Adapun setting gamelan dari karya komposisi karawitan lelambatan kreasi tabuh dua Geni Smara ini adalah sebagai berikut.
Arah Belakang Arah depan 8 9 9 9 7 9 14 14 2 1 11 10 10 10 10 4 4 4 13 13 12 12 3 6 4 5
Keterangan : 1. Trompong 2. Kendang Wadon 3. Kendang Lanang 4. Suling 5. Rebab
6. Ceng – ceng ricik 7. Kajar 8. Ugal 9. Gangsa 10. Kantil 11. Riyong 12. Penyacah 13. Jublag 14. Jegog 15. Gong Lanang 16. Gong Wadon 17. Kempur 18. Bende 19. Kempli
20. Ceng – Ceng Kopyak
4.6. Tata Kostum
Keutuhan dan keharmonisan dalam suatu garapan perlu diperhatikan. Dalam penyajian komposisi tabuh dua lelambatan kreasi
Geni Semara ini menggunakan kostum tradisi adat Bali. Antara penata
dengan penabuh pendukung tentu ada perbedaan pakaiannya yaitu sebagai berikut :
a) Penata : udeng prada janggar (jambul) dua dengan warna dasar kain coklat, baju krem, saput prada di dada, kamen (kain) ungu, ambed (selendang) kuning, bunga perak, bros perak, cerawis (bungan kwangen).
b) Penabuh Pendukung : udeng prada janggar (jambul) dua dengan warna dasar kain hitam – merah, baju putih, saput prada di pinggang, kamen (kain) merah tua, ambed (selendang) kuning.
Alasan penata memakai pakaian tersebut karena penata memanfaatkan apa yang ada di Sanggar Printing Mas Denpasar.
Dalam garapan tabuh dua lelambatan kreasi Geni Semara ini tidak ada kebutuhan lampu yang mengkhusus di dalam mendukung garapan. Dalam hal ini, cukup dibutuhkan penyinaran lampu standar general utuk membantu penerangan pertunjukan.
Sementara untuk kebutuhan Sound System dalam garapan ini tidak mengikat. Artinya jika garapan ini disiapkan sound oleh panitia maka akan penata gunakan secukupnya.
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan
Dalam komposisi karawitan lelambatan kreasi tabuh dua Geni Smara ini sesuai dengan hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa lelambatan tabuh dua Geni Smara merupakan komposisi tabuh yang masih tetap mempertahankan kaidah-kaidah tradisi karawitan Bali. Kaidah-kaidah yang dimaksud sesuai dengan jajar pageh tabuh
lelambatan.
Disisi lain, lelambatan kreasi tabuh dua ini juga merupakan hasil dari ilham penata yang terinspirasi dari pengalaman pribadi penata sebagai penabuh yang memiliki pengalaman panjang, dari anak-anak hingga dewasa memainkan instrument trompong
5.2 Saran
Dari pengalaman yang penata alami dalam proses terwujudnya karya seni yang bertemakan percintaan ini, dirasakan berbagai hambatan, suka cita dan pengalaman yang sangat berharga yang belum pernah dialami sebelumnya.
Adapun beberapa saran yang bermanfaat bagi adik - adik mahasiswa yang bergeliat dalam berkarya seni khususnya seni karawitan antara lain:
1) Penentuan konsep dan ide yang matang, disiplin waktu dan kesungguhan hati untuk melakukannya merupakan kunci utama untuk meraih kesuksesan dalam berkarya.
2) Mewujudkan sebuah karya seni merupakan pekerjaan yang sangat sulit karena dalam proses penggarapannya akan banyak muncul dalam berbagai permasalahan. Oleh karena itu diperlukan kesiapan mental yang matang agar ide dapat terwujud sesuai harapan..
3) Diharapkan agar para seniman muda akan semakin tergugah untuk menciptakan karya seni yang berkualitas dan lebih kreatif yang nantinya dapat diterima di masyarakat akdemis maupun non akademis.