• Tidak ada hasil yang ditemukan

LILA HREDAYA SKRIP KARYA SENI OLEH I WAYAN JUNIANTO NIM : PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN SENI KARAWITAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LILA HREDAYA SKRIP KARYA SENI OLEH I WAYAN JUNIANTO NIM : PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN SENI KARAWITAN"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

LILA HREDAYA

SKRIP KARYA SENI

OLEH

I WAYAN JUNIANTO NIM : 2007 02 012

PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN SENI KARAWITAN

FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN

INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR

2011

(2)

LILA HREDAYA

SKRIP KARYA SENI

Diajukan untuk melengkapi tugas – tugas dan me menuhi syarat – syarat untuk me ncapai gelar Sarjana Seni (S1)

OLEH :

I WAYAN JUNIANTO NIM : 200702012

JURUSAN SENI KARAWITAN

FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN

INSTITUT SENI INDONESIA

DENPASAR

(3)

LILA HREDAYA

SKRIP KARYA SENI

Diajukan untuk melengkapi tugas – tugas dan memenuhi syarat – syarat untuk mencapai gelar Sarjana Seni (S1)

MENYETUJUI : PEMBIMBING I Drs. I Nengah Sarwa M.Pd NIP. 1950 1231 197503 1 005 PEMBIMBING II I Nyoman Astita, MA NIP. 1952 0924 197703 1 001

(4)

Skrip Karya Seni ini telah diuji dan dinyatakan sah oleh Panitia Ujian Akhir Sarjana ( S1 ) Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Denpasar.

Pada :

Hari/Tanggal : Selasa, 31 Mei 2011 Ketua

Sekretaris

: I Ketut Garwa, S.Sn.,M.Sn NIP. 1968 1231 199603 1 007

: I Dewa Ketut Wicaksana, S.SP.,M.Hum

(………) (………) NIP. 1964 1231 199002 1 040 Dosen Penguji : 1. Drs. I Wayan Mardana, M.Pd NIP. 1954 1231 198303 1 016 2. Drs. I Nengah Sarwa, M.Pd NIP. 1950 1231 197503 1 005 3. I Wayan Sutirtha, S.Sn., M.Sn NIP. 1973 0619 200312 1 008

Disahkan pada tanggal :

Mengetahui :

Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar Dekan, I Ketut Garwa, S.Sn., M.Sn NIP.1968 1231 199603 1 007 (………) (………) (………)

Jurusan Seni Karawitan Ketua,

I Wayan Suharta, S.Skar.,M.Si NIP.1963 0730 199002 1 001

(5)

KATA PENGANTAR

Penata memanjatkan Puji Syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Mahaesa, karena atas asung kerta wara nugraha-Nya penulisan skrip karya ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Skrip karawitan ini pada dasarnya merupakan uraian atau diskripsi dar i karya seni yang penata garap dan selanjutnya dipersembahkan kepada dewan penguji sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian sarjana seni program Strata Satu (S1) pada Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, tahun akademik 2011–2012.

Penata sepenuhnya menyadari, bahwa tanpa bantuan dan kerja sama dari pihak yang terkait, pembuatan skrip karya seni ini tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Untuk itu di dalam kesempatan yang baik ini tidak lupa penata

menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi–tingginya kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. I Wayan Rai S, M.A, selaku Rektor ISI Denpasar, yang telah banyak memberikan kemudahan–kemudahan dalam menggunakan fasilitas yang tersedia di kampus.

2. Bapak Drs. I Nengah Sarwa, M.Pd dan Bapak I Nyoman Astita, MA, selaku pembimbing karya seni, yang telah mengarahkan dan tidak henti–hentinya memberikan motivasi di dalam mewujudkan karya seni maupun karya tulis ini.

(6)

3. Bapak I Wayan Suharta S.SKar, M.Si selaku Ketua Jurusan Karawitan ISI Denpasar yang telah membantu memberikan beberapa masukan guna menyempurnakan karya seni ini.

4. Panitia Ujian Tugas Akhir ISI Denpasar Periode 2011–2012.

5. Ayah, Ibu serta keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan serta bantuan moral maupun material.

6. Para pendukung karya seni yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan motivasi dan meluangkan waktunya demi terwujudnya garapan atau karya seni ini.

Penata menyadari bahwa karya seni dan karya tulis ini sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penata mohon saran–saran serta kritik yang sifatnya membangun dalam rangka penyempurnaan selanjutnya. Semoga apa yang dipersembahkan ada manfaatnya.

Denpasar ,

Penata

(7)

DAFTAR ISI

Halaman JUDUL ...

PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN PANITIA PENGUJI ... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN ... 1.1 Latar Belakang ... 1.2 Ide Garapan... 1.3 Tujuan dan Manfaat ... 1.4 Batasan Karya ...

BAB II KAJIAN SUMBER ... 2.1 Sumber Tertulis ... 2.2 Diskografi ...

BAB III PROSES KREATIVITAS... 3.1 Tahap Exploration ( Penjajagan ) ... 3.2 Tahap Improvisation ( Percobaan )... 3.3 Tahap Forming ( Pembentukan )………..

BAB IV BENTUK GARAPAN ... 4.1 Struktur Garapan... 4.2 Jenis Tungguhan ... 4.3 Fungsi Tungguhan ... i ii iii iv vi viii ix 1 1 5 6 7 9 9 10 12 13 14 15 23 23 25 30

(8)

4.4 Teknik Permainan ... 4.5 Sistem Notasi ... 4.5.1 Simbol-Simbol Nada ... 4.5.2 Simbol-Simbol Tabuhan Tungguhan ... 4.5.3 Notasi Karya ... 4.6 Kostum... 4.7 Tempat Pentas dan Setting Gamelan ...

BAB V PENUTUP... 5.1 Kesimpulan ... 5.2 Saran-Saran ... DAFTAR PUSTAKA ... DAFTAR DISKOGRAFI... LAMPIRAN ... 32 36 37 38 39 46 47 49 49 50 52 53 54

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Simbol-Simbol Nada ... Tabel 2. Simbol-Simbol Tabuhan Tungguhan ...

37 38

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto-Foto Pementasan Garapan Karawitan Lila Hredaya ... Lampiran 2. Susunan Penabuh Garapan Karawitan Lila Hredaya ... Lampiran 3. Sinopsis Garapan Karawitan Lila Hredaya... Lampiran 4. Susunan Panitia Pelaksana Ujian Tugas Akhir...

55 57 59 60

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bali merupakan salah satu daerah dengan keragaman seni pertunjukan yang cukup banyak. Secara umum, seni pertunjukan di Bali dibagi menjadi tiga, yaitu seni tari, karawitan, dan pedalangan. Salah satu jenis seni pertunjukan yang mengalami perkembangan cukup baik di Bali adalah seni karawitan. Perkembangan ini

ditunjukkan dengan banyaknya barungan gamelan yang disebabkan oleh aktivitas dan kreativitas dari para senimannya. Hingga kini tercatat lebih dari 30 jenis

barungan gamelan yang terdapat dalam karawitan Bali. 1 Dari sekitar 30 jenis

barungan gamelan yang ada, barungan gamelan Gong Kebyar adalah barungan

gamelan yang paling berkembang kehidupanya. Hal ini dapat dilihat dari segi jumlah

barungan yang ada di Bali maupun di luar Bali, bahkan di luar Indonesia.

Secara umum, terdapat dua jenis gending pada barungan gamelan Gong Kebyar, yaitu gending iringan tari dan gending instrumentalia atau petegak. Gending

tari adalah gending- gending yang memiliki keterkaitan dengan suatu tarian tertentu.

Gending petegak adalah gending- gending yang berdiri sendiri tanpa ada keterkaitan dengan tari. Terdapat tiga bentuk gending petegak, yaitu gending lelambatan, tabuh kreasi, dan pepanggulan. Di antara ketiga bentuk gending petegak tersebut, tabuh

1

Pande Made Sukerta. 2009. Gong Kebyar Buleleng, Perubahan dan Keberlanjutan Tradisi

(12)

kreasi merupakan salah satu bentuk gending yang cukup diminati oleh masyarakat. Hal ini terbukti dari antusiasme masyarakat menyaksikan pementasan tabuh kreasi pada acara mebarung, baik di tingkat desa maupun pada ajang Pesta Kesenian Bali (PKB).

Banyaknya tabuh kreasi yang bermunculan dari media Gong Kebyar

diakibatkan oleh sifat gamelan yang fleksibel. Dalam penciptaan tabuh kreasi Gong Kebyar, banyak gending yang tercipta dari transformasi gending- gending pada

barungan gamelan lainnya. Sebagai contoh gending Palguna Warsa, di mana pada

bagian pengecet-nya merupakan transformasi dari gending gambang. Contoh lain adalah gending Gambang Suling, yang disusun oleh I Putu Sumiasa dari Desa Kedis, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng. 2 Gending ini banyak mengambil

inspirasi dari gending Gambang Suling karya Ki Nartosabdo yang berasal dari Jawa. Gamelan Gong Kebyar juga bisa digunakan sebagai media untuk meningkatkan rasa nasionalisme seperti pada gending Gesuri karya I Wayan Berata. Gesuri merupakan singkatan dari Gema Suara Republik Indonesia. Penciptaan gending ini didasarkan atas fenomena yang ada di Indonesia, yaitu pada saat masa- masa perjuangan untuk mencapai kemerdekaan.

Dari contoh-contoh gending yang telah disebutkan di atas, dapat dilihat fleksibilitas barungan gamelan Gong Kebyar dalam menciptakan suatu karya seni baik yang berasal dari transformasi, pengalaman pribadi, maupun fenomena yang

2

(13)

terjadi pada masyarakat. Melihat kebebasan dalam menciptakan tabuh kreasi pada

barungan gamelan Gong Kebyar, maka penata membuat suatu karya seni yang

didasarkan atas pengalaman pribadi. Pengalaman pribadi yang menjadi inspirasi dalam penggarapan tabuh kreasi ini adalah pada saat penata mengajar sekaa gong anak–anak di Banjar Sumuh, Desa Dauh Puri Kauh, Kecamatan Denpasar Barat. Pada saat akan dimulai latihan, para penabuh yang berasal dari kala ngan anak- anak dan remaja tersebut sangat antusias menunggu kehadiran penata, serta masyarakat desa setempat sudah lebih dahulu membersihkan halaman di sekitar tempat latihan. Ketika latihan berlangsung, para penabuh sangat bersemangat mengikuti latihan dan saat tiba istirahat, penabuh juga sering mengajak penata bercanda, bercerita, serta saling bertukar pikiran. Penatapun meresponya dengan senang hati. Jadi denga n sikap kita yang ramah dan saling menghormati akan tercipta sebuah kebersamaan yang penuh canda tawa di kalangan masyarakat pada umumnya dan keluarga serta diri kita sendiri pada khusunya. Dari semua itu akan terciptalah hati yang senang, damai, dan tentram.

Terkait dengan kenyataan tersebut, penata merasakan sendiri bagaimana indahnya saat rasa senang dan gembira meliputi hati, sehingga berawal dari hati yang senang dan gembira tersebut, penata mendapatkan inspirasi untuk menciptakan sebuah garapan tabuh kreasi yang berjudul Lila Hredaya.

Lila Hredaya terdiri dari dua kata yaitu Lila dan Hredaya. Lila dalam Kamus Bahasa Bali - Indonesia berarti senang atau gembira, sedangkan Hredaya berarti hati

(14)

atau perasaan. 3 Jadi Lila Hredaya berarti hati atau perasaan yang gembira. Situasi seperti itulah yang ingin penata ungkapkan ke dalam bentuk karya seni tabuh kreasi yang bertemakan kegembiraan dengan mempergunakan media ungkap Gong Kebyar.

Pada garapan ini penata memilih menggunakan gamelan Gong Kebyar sebagai media ungkap, dengan alasan yang pertama, yaitu fleksibilitas dalam penciptaan karya seni, dalam hal ini penata ingin mengungkapkan suasana gembira, ceria, senang, dan pada akhirnya menuju kepada suatu kedamaian. Melihat

karakteristik dari gamelan ini sangatlah cocok dipakai dalam garapan karya seni karawitan yang berjudul Lila Hredaya. Apalagi barungan gamelan Gong Kebyar merupakan barungan gamelan yang besifat multifungsi, sehingga diyakini barungan Gong Kebyar tersebut akan dapat mendukung suasana gembira yang merupakan tema dari garapan ini.

Kedua adalah kemampuan pribadi penata yang telah akrab dengan gamelan Gong Kebyar. Sejak kecil penata telah dilatih untuk bermain dan memperlajari gending- gending gamelan Gong Kebyar. Setelah sekian lama mempelajar i gamelan Gong Kebyar, penata cenderung menyukai tabuh kreasi. Hingga kini penata tetap memilih untuk menjadi komposer tabuh kreasi.

Ketiga adalah di daerah tempat tinggal penata, yaitu Br. Sumuh, Desa Dauh Puri Kauh, Kecamatan Denpasar Barat hanya memilik i barungan gamelan Gong Kebyar. Penabuh yang juga sekaligus menjadi pendukung karya ini merupakan anak-

3

Panitia Penyusun. 1978. Kamus Bali – Indonesia. Dinas Pengajaran Provinsi Daerah Tingkat I Bali. p. 351.

(15)

anak dan remaja yang merupakan hasil binaan dari penata sendiri. Dipilihnya pendukung karya ini agar nantinya memiliki dampak terhadap kelangsungan sekaa gong yang ada di banjar. Oleh karena itu, selain untuk tujuan penciptaaan karya seni tugas akhir, penata juga memiliki tujuan pembinaan sekaa gong generasi muda.

Dari ketiga alasan tersebut kiranya memberikan argumen yang kuat untuk menggunakan gamelan Gong Kebyar demi terwujudnya karya seni Lila Hredaya.

1.2 Ide Garapan

Ide untuk mengangkat tema dalam garapan ini terinspirasi dari pengalaman pribadi penata ketika mengajar sekaa gong anak-anak Banjar Sumuh, Desa Dauh Puri Kauh, Kecamatan Denpasar Barat. Pada saat proses mengajar terjadi keakraban penata dengan penabuh, seperti bercanda, bercerita dan saling menghormati. Sifat yang penuh semangat, dan kebersamaan para penabuh serta kepedulian dari

masyarakat setempat terhadap kegiatan ini, memberikan rasa senang, gembira bahkan terharu dalam hati penata. Berdasarkan pengalaman tersebut, penata menggarap sebuah karya karawitan yang berjudul Lila Hredaya, yang berarti hati yang gembira. Rasa gembira tersebut seakan memberikan semangat yang berlipat ganda kepada penata untuk lebih banyak berkarya khususnya dalam bidang karawitan.

(16)

1. 3 Tujuan Dan Manfaat 1.3.1 Tujuan Garapan

Tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dalam penggarapan komposisi karawitan ini antara lain :

1)

2)

3)

Mengungkapkan suasana gembira ke dalam suatu garapan karya seni karawitan Bali, melalui gamelan Gong Kebyar.

Memainkan berbagai motif tabuhan, melodi, dan ritme pada gamelan Gong Kebyar untuk mendukung suasana kegembiraan.

Memenuhi persyaratan ujian akhir guna mencapai gelar Sarjana Seni.

1.3.2 Manfaat Garapan

Manfaat merupakan sebuah harapan dari suatu tujuan yang bisa

mempunyai satu kaitan, dalam penulisan skrip karya ini menjelaskan beberapa manfaat garapan sebagai berikut :

1) Melestarikan seni budaya dengan menggali serta menumbuh kembangkan potensi seni budaya yang telah ada melalui seni karawitan. 2) Memperkaya khasanah budaya di bidang seni karawitan dengan

membuat suatu garapan yang bertumpu dari pola-pola tradisi yang di kembangkan dan dipadukan dengan unsur yang baru, sehingga menghasilkan karawitan kreasi baru.

(17)

3) Garapan ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam penciptaan selanjutnya, khusunya dapat memberikan pengalaman, wawasan, inspirasi, dan motivasi kepada penata sendiri agar dapat ikut berpartisipasi di dalam perkembangan karawitan Bali.

1.4 Batasan Karya

Dalam sebuah karya seni, khususnya seni musik, konsep karya merupakan acuan dalam berkarya agar tidak menyimpang dalam penggarapan komposisinya. Selain itu konsep mutlak diperlukan guna menghindari pengembangan- pengembangan yang tidak terarah. Adapun konsep dalam garapan komposisi ini adalah sebagai berikut :

1)

2)

3)

Tema garapan ini adalah kegembiraan dengan judul “ Lila Hredaya “. Garapan ini terbentuk dalam komposisi karawitan yang tergolong dalam bentuk tabuh kreasi baru, yaitu suatu tabuh dan gending yang baru disusun. 4

Adapun gambaran pola struktur garapan ini yaitu menggunakan tiga bagian diantaranya kawitan dan gegenderan (sebagai bagian awal atau intro),

bebapangan (sebagai bagian kedua) dan pengecet atau pekaad (sebagai bagian

ketiga).

Garapan ini ditampilkan dalam bentuk konser dengan menggunakan satu

barungan gamelan Gong Kebyar.

4

(18)

4) Garapan ini berdurasi waktu kurang lebih 12 menit dan didukung oleh 30 orang penabuh.

(19)

BAB II KAJIAN SUMBER

Dalam penggarapan sebuah karya seni, kajian sumber amatlah diperlukan untuk memperkuat konsep yang telah dibuat. Adapun sumber-sumber yang digunakan untuk menunjang garapan ini berupa sumber tertulis dan diskografi.

2.1 Sumber Tertulis

Prakempa Sebuah Lontar Gamelan Bali, yang disusun oleh Dr. I Made

Bandem, Akademi Seni Tari Indonesia Denpasar, pada tahun 1986. Dalam buku ini penata dapat mengerti tentang unsur-unsur pokok dalam gamelan Bali, seperti teknik

gegebug dan banyak terdapat filsafat–filsafat di dalam karawitan Bali, sehingga ke

depannya bisa digunakan sebagai bahan landasan atau dasar kita bertindak, terutama dalam menuangkan dan memainkan gamelan Gong Kebyar.

Gong Kebyar Buleleng, Perubahan dan Keberlanjutan Tradisi Gong Kebyar,

yang disusun oleh Prof. Dr. Pande Made Sukerta, S. Kar, M.Si, ISI Press Surakarta, pada tahun 2009. Di dalam buku ini terdapat pengertian tentang tabuh kreasi, gaya atau style, jenis– jenis tungguhan, nilai–nilai estetis dalam Gong Kebyar. Jadi buku ini sangat bermanfaat untuk menyempurnakan dan memperkaya garapan ini dengan beberapa penjelasan yang terkait dengan Gong Kebyar.

(20)

Buku Ajar “Metode Penciptaan Seni Karawitan“, yang disusun oleh I Ketut Garwa, S.Sn, M.Sn, pada tahun 2007. Dalam buku ini terdapat metode dalam proses mewujudkan karya seni, sehingga dalam metode atau proses tersebut bisa digunakan sebagai bahan acuan dalam mewujudkan sebuah garapan baru terutama dalam karya seni Lila Hredaya.

Laporan “Mengenal Jenis–Jenis Pukulan Dalam Barungan Gamelan Gong Kebyar”, yang disusun oleh Pande Gede Mustika, S.SKar, I Nyoman Sudiana, S.SKar, I Ketut Partha, S.SKar, pada tahun 1996. Di dalam tulisan ini penata mendapat gambaran tentang bermacam jenis teknik tabuhan khususnya dalam

barungan gamelan Gong Kebyar.

2.2 Diskografi

Rekaman Kaset VCD yang berjudul Parade Gong Kebyar Anak-Anak, Kabupaten Gianyar, tahun 2008, yang di dalamnya berisikan Tabuh Kreasi dengan judul Genitri, karya I Nyoman Windha S.Skar. M.A. Di dalam tabuh kreasi ini terdapat nuansa gembira dan energik, karena tabuh ini dibawakan oleh sekaa Gong Kebyar anak – anak. Di dalam kaset yang berisi tabuh kreasi ini juga terdapat teknik dan pola yang sangat unik yaitu pengolahan nada serta angsel–angsel yang berbeda, sehingga sangat mendukung dalam membuat nuansa yang berbeda pada garapan Lila Hredaya.

(21)

Rekaman Kaset VCD yang berjudul Festival Gong Kebyar, Duta Kabupaten Gianyar, Pesta Kesenian Bali XXVI, tahun 2004. Di dalamnya berisi Tabuh Kreasi dengan judul Palu Gangsa, karya I Made Subandi S.Skar. Dalam hasil penyajiannya terdapat berbagai macam pengolahan motif tabuhan. Teknik permainan yang sangat kaya pada tungguhan suling, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam membuat garapan karya seni Lila Hredaya.

Rekaman MP3 Tabuh Kreasi Watu Gangga, Karya I Nyoman Windha S.Skar, M.A, dalam Parade Gong Kebyar Anak–Anak Tahun 2007, Kabupaten Gianyar. Dari karya ini penata mendapatkan teknik membuat peralihan gending.

(22)

BAB III

PROSES KREATIVITAS

Proses kreativitas merupakan suatu langkah yang menentukan di dalam menciptakan karya seni. Untuk mewujudkan sebuah karya seni maka seorang penata harus memiliki keterampilan (skill), pengalaman, serta pengetahuan berupa wawasan seni yang ada kaitannya dengan sebuah ide garapan yang akan digunakan. Ada pun beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap sebuah proses kreativitas yaitu faktor internal dan faktor eksternal, yang dimaksud dengan faktor internal adalah suatu faktor yang terdapat di dalam kepribadian menjadi seorang penata, misalnya kesiapan fisik, kesiapan mental, serta kemampuan yang memadai. Sedangkan yang dimaksud dengan faktor eksternal, yaitu suatu faktor yang terdapat di luar

kepribadian seorang penata, misalnya pendukung (penabuh) sebagai mediator dalam menuangkan sebuah ide garapan komposisi karawitan, alat (media) yang digunakan, tempat, serta anggaran (biaya). Apabila semua faktor di atas terpenuhi dengan sempurna, maka akan bisa terwujud sebuah karya seni yang diinginkan.

Kreativitas menyangkut penemuan sesuatu yang “seni” nya belum pernah terwujud sebelumnya. Yang dimaksudkan bukanlah hanya “wujud” yang baru, tetapi adanya pembaharuan dalam konsep-konsep estetikanya sendiri. 5 Seseorang

mempunyai pemikiran serta rancangan untuk menciptakan sebuah ide-ide baru lewat

5

A.A M Djelantik. 1999. Estetika sebuah Pengantar, Bandung : Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. p.67.

(23)

objek yang pernah dialaminya, sehingga melalui proses kreativitas ini dapat membuat tahapan-tahapan yang bisa menciptakan karya seni yang diinginkan. Terwujudnya garapan komposisi Lila Hredaya ini disebabkan oleh keinginan penata untuk menggunakan barungan gamelan Gong Kebyar sebagai media ungkap untuk membuat sebuah tabuh kreasi dengan kemasan yang berbeda, dan penata mengkemasnya ke dalam bentuk komposisi tabuh kreasi baru. Dalam proses

kreativitas garapan komposisi Lila Hredaya ini, penata melakukan tiga metode/tahapan dalam berkarya seni yaitu tahap penjajagan (exploration), percobaan (improvisation), dan pembentukan (forming). 6 Ketiga metode tahapan tersebut akan

digunakan sebagai bahan acuan di dalam penataan garapan komposisi Lila Hredaya.

3.1 Tahap Penjajagan (Exploration)

Tahap penjajagan ini merupakan tahap awal bagi penata untuk memulai kegiatan penggarapan sebuah karya seni. Pada tahap ini yang dilakukan pertama adalah pencarian ide atau merenungkan ide yang akan digunakan, kemudian setelah mendapatkan ide, maka muncul tema beserta dengan judul garapan tersebut. Garapan komposisi Lila Hredaya ini terinspirasi dari kegiatan pada saat penata mengajar karawitan pada sekaa gong anak–anak di Banjar Sumuh, Kecamatan Denpasar Barat. Setelah itu penata mendapat ide dengan menggunakan barungan Gong Kebyar dan kemudian penata berkonsultasi dengan teman lewat presentasi langsung pada mata

6 I Ketut Garwa. 2007. “ Metode Penciptaan Seni Karawitan “ , Denpasar : Faku ltas Seni

(24)

kuliah seminar II. Dari hasil presentasi tersebut penata mendapat berbagai kritik serta saran mengenai ide, tema, dan judul yang diangkat, sehingga penata bisa menerima berbagai masukan dari teman maupun dosen pengajar. Setelah penata mendapatkan ide beserta tema, barulah penata memikirkan masalah teknis penataan. Adapun teknis penataan yang dimaksud di sini adalah :

3.2

1) 2)

3)

4)

Menyediakan alat ( media ) yang akan digunakan, yaitu Gong Kebyar. Menentukan bentuk garapan yang akan digarap. Bentuk dari garapan ini adalah kreasi baru.

Pendukung (penabuh) yang digunakan adalah sekaa Gong Dharma Gita Laksana, Br. Sumuh, Desa Dauh Puri Kauh, Kecamatan Denpasar Barat. Menentukan tempat latihan yang bertempat di Balai Br. Sumuh.

Tahap Percobaan (Improvisation)

Setelah membahas tahap penjajagan, kemudian penata melangkah ke bagian

Improvisation (percobaan). Pada tahapan ini penata mulai mencoba apa yang didapat

pada tahap penjajagan. Adapun jenis kegiatan dalam tahap percobaan yang dilakukan adalah sebagai berikut.

1)

2)

Penulisan notasi melodi gending yang dilakukan secara bertahap pada setiap bagian gending.

Hasil dari pencatatan notasi, akan dicoba terlebih dahulu oleh penata sebelum dituangkan kepada para pendukung karya. Hal ini bertujuan

(25)

untuk memantapkan gending sesuai dengan notasi yang sudah dicatat dan juga untuk mencari ide- ide baru dalam penggarapan tabuh kreasi.

3.3 Tahap Pe mbentukan (Forming)

Tahap pembentukan merupakan tahap terakhir dalam proses kreativitas dalam menciptakan sebuah karya seni. Apabila semua kegiatan di atas sudah dilaksanakan, penata tinggal mencari pendukung sebagai mediator, maka penata mulai menghubungi dan berkomunikasi kepada anggota sekaa gong Br. Sumuh terkait dengan kesiapannya sebagai pendukung, serta tidak kalah pentingnya penata melakukan pertemuan antar peserta ujian masalah pengaturan jadwal latihan agar tidak terbentur.

Pada hari pertama dilaksanakan kegiatan nuasen. Penata melakukan persembahyangan bersama di Pura Parhyangan Ratu Gede Penyarikan di Banjar Sumuh. Setelah melakukan prosesi persembahyangan, kemudian penata mengajak para pendukung untuk menuju tempat latihan di balai Banjar Sumuh. Sebelum menuangkan garapan kepada para pendukung, terlebih dahulu penata mencoba menjelaskan garapan karya seni yang akan dituangkan, agar pendukung paham terhadap apa yang dimaksud oleh penata, misalnya dari konsep garapan, teknik

tabuhan, nuansa gending dalam setiap bagian. Setelah pendukung paham dengan apa

(26)

Pertemuan berikutnya penata mengulang bagian yang sudah dituangkan sebelumnya dan penata menambahkan bagian Gegenderan. Setelah itu penata melanjutkan serta menambah ke bagian peralihan untuk mencari bagian kedua, yaitu bagian Bapang dengan sistem pengulangan terus menerus agar pendukung

menghayati motif yang diberikan penata. Setelah pendukung sudah mulai menghayati apa yang diberikan pada bagian peralihan, kemudian penata akan melanjutkan bagian per bagian melalui perbaikan-perbaikan motif yang digunakan sehingga mencapai

Pengecet (bagian terakhir).

Pada pertemuan selanjutnya penata menambahkan bagian akhir dan sekaligus merapikan teknik dan penampilan dari pada garapan ini dari awal hingga akhir, dan sisa–sisa hari yang masih ada penata gunakan untuk mencari bagian–bagian yang masih ragu atau belum jelas.

(27)

No Hari/Tanggal Jenis Kegiatan Tempat Keterangan

1. Senin 21-2-2011

Memeriksa barungan Gong Kebyar yang akan dipakai ujian

Di Banjar Sumuh

Penata

mengganti tali- tali yang telah rusak pada tungguhan jegogan 2. Selasa 22-2-2011 Sembahyang bersama,

nuasen memulai latihan

pertama dengan pendukung ujian TA.

Di Banjar Sumuh Sebelum penuangan materi, penggarap menjelaskan terlebih dahulu ide yang akan digunakan.

3. Kamis 24-2-2011

Mencari sumber refrensi ISI Penata mendapatkan Secara Rinci Pelaksanaan di dalam tahap pembentukan dapat diuraikan sebagai berikut :

(28)

buku tentang estetika dan istilah gegebug dalam gamelan Bali 4. Jumat 25-2-2011

Mendengarkan musik Di rumah penata Penata mendapat inspirasi tentang motif- motif permainan kebyar 5. Minggu 27-2-2011 Mengadakan latihan melanjutkan pada bagian pertama Di Banjar Sumuh Latihan difokuskan pada pemain gangsa pemade, dan kantil 6. Senin 28-2-2011 Mencari motif–motif tabuhan gangsa Di rumah penata Penata membuat kotekan-kotekan dan teknik stacatto

(29)

7. Rabu 9-3-2011

Latihan menambah melodi baru dan menambah

kotekan riong Di Banjar Sumuh Penata merekam gending pada bagian I dengan mempergunakan tape recorder 8. Kamis 10-3- 2011

Pertemuan dan laporan kepada pembimbing

ISI Memberikan

Skrip karya BAB I dan II

9. Rabu 16-3- 2011

Mengadakan latihan, melanjutkan pada bagian kedua Di Banjar Sumuh Penata menuangkan motif oncang- oncangan pada tungguhan gangsa pemade dan kantil 10. Rabu 23-3- 2011

Mencari motif–motif dan

angsel pada tungguhan

reyong, ceng–ceng dan kendang Di Banjar Sumuh Latihan di fokuskan pada pemain tungguhan reyong dan

(30)

kendang

11. Rabu 30-3- 2011

Latihan memantapkan bagian kedua dan mencari bagian ketiga

Di Banjar Sumuh

Penata merekam bagian kedua dan memeriksa durasi waktu yang didapat

12. Minggu 3-4- 2011

Latihan difokuskan pada

juru suling, karena banyak

terdapat perubahan tetekep dan teknik meniup

Di Banjar Sumuh Penata menuangkan teknik staccato kepada juru suling 13. Selasa 19-4- 2011

Gending telah rampung atau tembus Di Banjar Sumuh Penata merekam gending dari awal hingga akhir 14. Kamis 21-4- 2011 Latihan untuk memantapkan teknik pukul dan mengingat

Di Banjar Sumuh

Penata mempercepat tempo gending

(31)

gending

15. Kamis 28-4- 2011

Latihan mencari angkihan gending Di Banjar Sumuh Penata menjelaskan tentang dinamika gending 16. Minggu 1-5- 2011

Latihan dan Merekam gending dengan menggunakan tape recorder Di Banjar Sumuh Penata mencari gending secara keseluruhan dengan dinamika yang telah diatur

17. Selasa 3-5- 2011

Mengadakan latihan untuk mencari gerak dan gaya untuk penabuh Di Banjar Sumuh Penata memberikan gerak yang sesuai pada setiap bagian gending 18. Kamis 5-5- 2011

Bimbingan karya seni, oleh dosen pembimbing

Di Banjar Sumuh

Penata mendapatkan saran dan

(32)

masukan dari Bapak Dosen Pembimbing

19. Kamis 19-5- 2011

Gladi kotor dan bersih ISI Penata mendapat gambaran yang jelas tentang pementasan dan penguasaan panggung di ISI Denpasar 20. Rabu 25-5- 2011

Latihan terakhir dan persiapan untuk pentas

Di Banjar Sumuh Penata memberikan pengarahan kepada penabuh 21. Kamis 26-5- 2011

(33)

BAB IV

BENTUK GARAPAN

4.1 Struktur Garapan

Adapun gambaran pola struktur garapan ini, yaitu menggunakan tiga bagian di antaranya bagian I (Kawitan dan Gegenderan), bagian II (Bapang), bagian III

(Pengecet). Adapun bagian–bagian tersebut beserta nuansa pada garapan ini adalah sebagai berikut.

4.1.1 Bagian I (Kawitan)

Kawitan adalah bagian awal dari sebuah komposisi lagu atau gending.

Pada bagian ini menggambarkan suasana di suatu tempat yang aman, damai, bersih, tentram, dan indah. Warga atau penduduk di daerah tersebut juga sangat rajin dan semangat dalam menjalankan tugas dan pekerjaan mereka sehari–hari. Jadi penerapanya instrumen Gong Kebyar yaitu dengan menggunakan teknik tabuhan gegejer pada bagian awal oleh tungguhan giying, pemade dan kantil, yang diikuti tabuhan penyacah, jublag, dan

jegogan pada akhir–akhir kalimat lagu dan diakhiri juga dengan tabuhan gong yang memberikan tekanan lembut dan kesan yang damai. Kemudian

dilanjutkan dengan motif tabuhan dari tungguhan kendang. Setelah itu

(34)

bersahutan dengan tungguhan reyong dan pada akhirnya membuat suatu kebyar, yang diikuti oleh seluruh tungguhan kecuali kajar, kemong dan kempur.

Setelah itu masuk bagian Gegenderan, yang menggambarkan suasana semangat dan mencerminkan rasa senang pada setiap warga atau penduduk di daerah tersebut beserta dengan putra atau anak–anak mereka yang gemar mempelajari kesenian Bali, khususnya dalam bidang karawitan, yaitu menabuh. Pada bagian ini juga melukiskan canda, tawa dan keceriaaan dari sekelompok anak–anak yang belajar bermain gamelan Bali. Dalam

penerapannya pada barungan Gong Kebyar, penata membuat alunan melodi dari tungguhan penyacah, jublag, dan jegogan yang saling berjalinan, namun tetap dalam satu kesatuan melodi pokok dan ditambah dengan tungguhan suling yang semakin membuat gending ini ceria dan terkesan halus. Masuknya

tabuhan tungguhan pemade, kantil, dan reyong yang membuat suasana

semakin semangat dan ramai.

4.1.2 Bagian II (Bapang)

Bagian ini menggambarkan nuansa enerjik, keras, namun di dalam semua itu terdapat semangat demi tercapainya sebuah tujuan, khususnya oleh anak–anak yang sedang belajar menabuh tadi. Betapa antusiasnya mereka hingga mengucurkan keringat dan saling berlomba untuk menentukan siapa

(35)

yang lebih dulu akan mengerti materi gending yang diberikan oleh pelatih. Untuk mewujudkan nuansa tersebut, penata mencoba membuat jalinan dan

angsel–angsel khususnya untuk tungguhan reyong, ceng–ceng ricik, dan

kendang, serta masuknya tabuhan tungguhan pemade dan kantil dengan menggunakan teknik tabuhan oncang-oncangan dan staccato, dengan tempo yang cepat, yang membuat suasana semakin ramai, semarak, dan meriah.

4.1.3 Bagian III (Pengecet)

Dalam bagian ini penata ingin menggambarkan suasana senang, damai, ceria, dan terkesan sendu. Jadi pada bagian inilah penata mengolah

tungguhan suling dengan memindahkan atau merubah tetekep menjadi

diatonis, namun tetap dalam satu kesatuan yang dinamis dan harmoni. Bagian akhir adalah penyesuaian nada dari tabuhan tungguhan penyacah, jublag dan jegogan yang diakhiri secara lirih dan semakin tak terdengar, yang akan membuat kesan halus dan membuat suasana dari semua rasa tadi tidak akan pernah habis.

4.2 Jenis Tungguhan

Adapun beberapa jenis tungguhan yang digunakan dari barungan gamelan Gong Kebyar yang berlaras pelog lima nada ini adalah :

(36)

2 (Dua) buah Kendang, yaitu Kendang Lanang dan Wadon

Kendang adalah salah satu jenis tungguhan perkusi yang bunyi atau suaranya ditimbulkan oleh membran (kulit) yang dikencangkan.

1 (Satu) Tungguh Giying atau Ugal

Tungguhan Giying adalah tungguhan yang mempunyai jumlah bilah 10

(sepuluh) buah dengan susunan nadanya adalah : 4571345713

(37)

Pemade dan Kantil adalah tungguhan yang mempunyai jumlah bilah sama dengan giying, yaitu 10 (sepuluh). Namun untuk pemade, pelarasan nadanya lebih tinggi dari tungguhan giying. Untuk kantil, besar kecil nadanya adalah lebih kecil dari pada tungguhan pemade. Sedangkan sistem permainannya sama dengan pemade.

2 (Dua) Tungguh Penyacah

Tungguhan Penyacah adalah suatu tungguhan yang mempunyai jumlah bilah

sebanyak 7 (tujuh) buah dengan susunan nadanya adalah : 7134571

2 (Dua) Tungguh Jublag dan Jegogan

Kedua alat ini juga merupakan tungguhan berbilah dengan susunan nadanya adalah : 3 4 5 7 1

(38)

1 (Satu) Tungguh Reyong atau Barangan.

Tungguhan Reyong adalah tungguhan yang berpencon dan memiliki jumlah

pencon 12 (dua belas) dengan urutan nada : 571345713457

2 (Dua) Tungguh Gong, yaitu Gong Lanang dan Wadon.

Tungguhan Gong adalah tungguhan yang mempunyai ukuran garis tengah

lingkaran 65 cm sampai dengan 90 cm.

(39)

Tungguhan Kempur adalah tungguhan yang mempunyai ukuran garis tengah

lingkaran 50 cm sampai dengan 60 cm.

1

1

1

(Satu) Tungguh Kemong.

(Satu) Tungguh Kajar.

(40)

Tungguhan Ceng-Ceng Ricik mempunyai ukuran garis tengah sekitar 10 cm

sampai 13 cm.

5 (Lima) buah Suling berukuran panjang 46 cm dan 3 (Tiga) buah Suling kecil berukuran panjang 24 cm.

4.3 Fungsi Tungguhan

Fungsi tungguhan-tungguhan yang digunakan pada tabuh kreasi Lila Hredaya, tidak jauh menyimpang dari fungsi sebelumnya (tradisi) pada barungan gamelan Gong Kebyar. Adapun fungsi tungguhan yang terdapat dalam garapan ini adalah sebagai berikut.

4.3.1 Kendang Gupekan

Fungsi kendang di dalam garapan ini tidak jauh beda dari fungsi sebelumnya yaitu :

1) Sebagai pemurba irama

2) Sebagai pembuat angsel-angsel 3) Mengendalikan irama gending

(41)

4.3.2 Ugal atau Giying

1) Sebagai pembawa melodi

2) Sebagai pemimpin akan dimulainya lagu

4.3.3 Gangsa Pe made dan Kantil

1) Pembuat jalinan pada motif–motif tertentu

2) Memberi hiasan terhadap melodi pokok dalam bentuk ubit–ubitan

4.3.4 Jublag

Jublag berfungsi sebagai pengatur matra dan pemegang melodi pokok.

4.3.5 Jegogan

Tungguhan jegogan berfungsi untuk memperjelas tekanan gending

dan juga terkadang sebagai pembawa melodi.

4.3.6 Reyong

Fungsi tungguhan reyong dalam barungan ya adalah : 1) Membuat angsel gending yang bersamaan dengan kendang 2) Membuat jalinan dan mengisi aksen–aksen tertentu

4.3.7 Gong, Kempur, Kemong dan Kajar

1) Gong berfungsi untuk memberi tekanan dan mengakhiri lagu atau gending

2) Tungguhan kempur dan kemong berfungsi untuk memberikan aksen dan mematok ruas–ruas gending.

(42)

3) Tungguhan kajar berfungsi sebagai pemegang mat dan mengendalikan tempo atau ketukan yang di inginkan.

4.3.8 Ceng–ceng ricik

Fungsi ceng–ceng di sini adalah : 1) Sebagai pengisi irama

2) Membuat angsel–angsel, variasi tertentu bersamaan dengan

tungguhan kendang dan reyong. 4.3.9 Suling

Tungguhan ini berfungsi untuk :

1) Membuat ilustrasi

2) Membuat variasi– variasi melodi

4.4 Teknik Permainan

Teknik permainan dalam gamelan Bali menjadi indikator pokok di dalam mempelajari gaya (style) gamelan tersebut. Istilah umum yang digunakan untuk teknik menabuh di dalam gamelan Bali ialah Gegebug. 7

Demikian pula halnya dengan teknik permainan Gong Kebyar, tiap–tiap

tungguhan-nya memiliki teknik permainan yang berbeda. Adapun teknik permainan

yang digunakan dalam komposisi karawitan “ Lila Hredaya “ ini adalah :

7

(43)

4.4.1 Kendang

Adapun teknik tabuhan-nya adalah : 1)

2)

Gegulet

Macimplungan

: Jalinan tabuhan pada bagian muka kanan antara lanang dan wadon.

: Tabuhan kendang lanang dan wadon yang

masing–masing bisa bermain sendiri atau membuat suatu kekembangan sendiri.

4.4.2 Ugal atau Giying

Adapun teknik tabuhan-nya adalah :

1) Ngoret

2) Ngerot 3) Neliti

4) Gegejer

5) Ngucek

: Memukul tiga buah nada yang ditarik dari nada yang besar ke nada yang kecil.

: Kebalikan dari ngoret

: Memukul kerangka atau bantang gending secara polos dengan pukulan yang ajeg.

: Memukul satu buah nada secara beruntun yang dimainkan oleh tungguhan giying, pemade dan kantil.

: Tabuhan yang dilakukan oleh semua tungguhan dengan satu motif.

(44)

4.4.3 Pemade dan Kantil

Adapun teknik tabuhan-nya sebagai berikut : 1) Ngoret

2) Ngerot 3) Gegejer

: Memukul tiga buah nada yang ditarik dari nada yang besar ke nada yang kecil.

: Kebalikan dari ngoret

: Memukul satu buah nada secara beruntun yang dimainkan oleh tungguhan giying, pemade dan kantil.

4) Oncang – oncangan : Tabuhan yang saling bergantian dengan memukul dua buah

diselingi oleh satu nada.

nada yang berbeda

5) Ngubit : Membuat jalinan antara polos dan sangsih (interlocking figuration).

4.4.4 Jublag dan Jegogan

Teknik tabuhan-nya adalah : 1) Neliti

2) Nyelah

: Memukul kerangka atau bantang gending secara polos dengan pukulan yang ajeg.

: Tabuhan di dalam satu nada yang memberikan tekanan kepada kalimat lagu atau istilahnya

(45)

3) Magending

4) Temu Guru

: Tabuhan yang membawakan lagunya secara bermelodi.

: Khusus untuk tungguhan jegogan, yaitu jatuhnya

tabuhan pada jublag keempat, kedelapan, atau

suara panjang.

4.4.5 Reyong

Adapun teknik tabuhan-nya yaitu : 1) Ngeremteb

2) Nerumpuk

3) Memanjing

4) Ngubit

: Tabuhan yang lebih mementingkan pola ritme dari pada pola nada. Suara yang muncul dalam

tabuhan ini adalah suara mati (ditutup) dan suara

“ngelumbar” (tidak ditutup).

: Memukul satu moncol dengan menggunakan kedua tangan secara beruntun.

: Tabuhan oleh kedua tangan secara bergantian di mana letak tabuhan-nya adalah di bagian muka (mue) yang sering juga disebut “ lambe ”. : Membuat jalinan antara polos dan sangsih

(interlocking figuration).

4.4.6 Gong, Kempur, Kemong dan Kajar

Keempat alat ini merupakan tungguhan berpencolan dengan teknik

(46)

1) Purwa Tangi 2) Selah Tunggul 3) Tunjang Sari 4) Penatas Lampah

: Tabuhan pada tungguhan gong : Tabuhan pada tungguhan kempur : Tabuhan pada tungguhan kemong : Tabuhan pada tungguhan kajar

4.4.7 Ceng – Ceng Ricik

Teknik tabuhan-nya adalah : 1) Ngecek

2) Ngajet

: Memainkan sambil menutup

: Tabuhan dalam membuat angsel–angsel tertentu

4.4.8 Suling

Suling dimainkan dengan teknik permainan ngunjal angkihan (nafas tidak terputus).

4.5 Sistem Notasi

Dalam membuat catatan atau mendokumentasikan gending komposisi

karawitan ” Lila Hredaya “ ini, penata menggunakan sistem pencataan yang dikenal dengan istilah notasi. Pada dasarnya ada dua jenis notasi musik, yaitu notasi

Preskriptif dan notasi Deskriptif. Notasi Preskriptif adalah notasi yang memberi petunjuk begitulah semestinya yang dikerjakan atau dimainkan. Sedangkan notasi Deskriptif adalah penulisan melodi pokoknya saja. Di dalam penulisan skrip ini penata menggunakan notasi deskriptif, dengan menggunakan simbol–simbol yang

(47)

No Simbol Nama Aksara Dibaca 1 2 3 4 5

4

5

7

1

3

Tedong Taleng Suku Cecek Ulu Ndong Ndeng Ndung Ndang Nding dinamakan Penganggening Aksara Bali. Pada dasarnya terdiri dari lima notasi pokok seperti yang terdapat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1. Simbol-Simbol Nada

Selain simbol–simbol di atas, juga penata lengkapi dengan beberapa lambang– lambang yang sering digunakan di lingkungan KOKAR dan ISI seperti yang terdapat dalam tabel di bawah ini :

(48)

No Tungguhan Lambang Peniruan Bunyi 1 2 3 4 5 Gong Wadon Gong Lanang Kempur Kemong Jegogan (o) [o] + - ^ Gur Gir Pur Tong Sesuai urutan nada

(49)

NOTASI TABUH KREASI “ LILA HREDAYA

Bagian I : Kawitan : Gangsa Pemade & Kantil : 77 57 3..11 71 3 11.4 31 33 13 71 33 13 5 55 45 33 34 11 137. 55 45 33 34 11 1377 71 3 77.3(3) 11 71(3) 77 .1(1)33 13457 54 57 54 31 34(5) .5 .57....4 .5 43 .43....5 .5 1....77 17 137... 317 31(7) 1 17(5) 7545 3 434 3 431 ..5 71 (3) Reyong : 3333. 44 44 .5 .4545743 54 35 4 34 53 54 3143 17 31 7 1713 .3 41 34 13 4

(50)

Pemade dan kantil :

43 13 4 54 34 5 75 457 1757(1) .1..1 ...4 57(1) Penyacah, Jublag,

Jegog & Suling :

.531.53.31717357.15753235.23535 32 1.212.3(5) Kebyar :

55.35 35 13(5)535 13 54 341..1713 43 54(3) Pemade dan Kantil :

77 .71713... 77.71 71 3 13 .31313 .3 1317 .1314317 .43 .3 45.3.4.5... .3 457 57.75545.5 44 34 .4 335537 57 .75545 .5 4 4 3.4.3.. Kebyar : .1 71(3)73 17(1)3173 1757 54...454 545 757 171 317 5(1) 5713 171 313 434... 543 434 313434(5)555 555 Penyacah, Jublag, Jegog :

(51)

54 (3) Gegenderan :

(Melodi awal)

(Melodi pokok) Ugal & Penyacah

453 45 34 .5 .7 13 1 .73 .7 13 71 .7 .45 .43.7 54 37541 .3 45 .3 45.4 34 .7 175475 .7 .1 .4 (3) Reyong : 413131 71 .3 4 513 45 13 43 17 5 .7 .4 57 .4 57 13 .1 3 43134 31 34 57 5 Melodi pokok

Penyacah & Ugal :

45 34 17545 43 15

54 .3 43 .1 54 .357 .1 .317(5) Reyong dan Suling :

.34 .7 543431 3 31 345 45 34 57 .54

..5 17 53 4 Melodi pokok

Penyacah & Ugal :

43 45 .1

.5 17 35 73 57 35 73 57 35 71 .3 4

71 75 71.3 4

(52)

17 .51 .7 31754313457. 5754(3)

(kembali ke melodi awal pada bagian gegenderan) Peralihan :

Gangsa Pemade & Kantil :

7 57 54 543 4313 4 5713 13 71 57 47 5 453375 4543 45 43 43 137 Reyong : 57 5715 71 371 Kebyar : 575 757 171 31(3) Reyong : .73.37.3 1.34.3 43435 .754 54 3134 317..754 54 3134 317 3737371(3) Kebyar : (3) 11.3 3 13. 53 13(5) 33 .5 5 .35 7 5 35(7) 53 .57 57 57 17 54(5)11. 3344..5 71(3)... 33333 (3) Bagian II : Bapang Melodi pokok : 7754345773457575(3) Gangsa Pemade & Kantil :

(53)

75.5 75.5711 .571(3) .7.5 .4 33 .5 .7 .1 35 .7.1 .37134(5) 7137 1 3 75 71 75 717147(5) 7137 1375717571. 3.1 3175 (7)1 .7 53 .7 5 .5 71 (7)1 .7 53 .5 71 . 7 53 .5 (4)44.444(4).. 434.54 345 71 454.34 3 1 1 3 434.54 345 71 (4)5 .4 34 . 3 13 .4 57 .5 (4) 54 3 4 .5 4 31 43 17 (5)1 .5 13 .1 35 .35 . (5) 1 .5 13 .1 35 35 .3 .5 35..5 15 3 55(1) 55 35 13 .5.1 .3 .5 .1 35 (3) Melodi penyacah, jublag dan jegogan :

13 .5 13 5 35 .3 13 5 35

315 (3) Peralihan menuju pengecet : Gangsa Pemade & Kantil :

(54)

13 13 .45 77(4)..5 15 37 .7 71 13 .1 51(7) . 14

.3 5 4 77 54(5).74 .35.7 54(3)

Bagian III : Pengecet

Melodi awal & pokok :

73 .4 57 .3 .4 57 15 (7)7 .7...1 57 .1 57 54 35 4 .57517 71 33 17 71 33 17 34 57(5) 55 71 33 43 (1) 55 71 33 43 (1)7 .5 35 43 4317 .1 .3 43(5)747543.1445754...7 .1.4(3) 5437141(3) 77373 .4 .5 . 17.11 17 .1 .35713454 34 .3 1 54 57 .5 (4) 43 54 .1 45 43 54 .3 7 .14..1 .3 41.34 1 .7 77 (3) Suling :

(55)

.7 7 .2 2 .7 67 56 (7) 65 37.5 35 .72 27 (3)

.73 73 35 .7 .7 57 35 37 37 55 (7)

171313457457457(1)3 71 57 .5 (1)3 7157

.5(4).754 (3)

(kembali ke melodi awal pada bagian pengecet)

Keterangan Simbol Notasi : 4 5 6 7 1 2 3 = dong = deng = deung = dung = dang = daing = ding

= Simbol jatuhnya tabuhan Jegogan

= Simbol jatuhnya tabuhan kempur dan jegogan = Tanda pengulangan

(56)

/

( )

4.6

= Nada yang kena tanda ini dipukul dalam keadaan ditutup dengan tangan

= Simbol jatuhnya tabuhan Gong

Kostum

Kostum merupakan faktor pendukung di dalam karya seni Lila Hredaya untuk memberikan suatu tampilan yang lebih estetis secara visual. Di dalam garapan karya seni Lila Hredaya ini menggunakan kostum sebagai berikut.

1) Udeng atau destar warna biru tua, berisi motif prade berwarna silver atau perak.

2) Baju dari kain beludru berwarna putih dengan lengan yang panjang dan di sebelah pinggangnya berbentuk seperti rompi, lengkap dengan bordiran– bordiran yang berwarna emas atau kuning menyerupai bunga dan daun. 3) Baju kaos putih lengan pendek, untuk digunakan sebagai kaos dalam. 4) Saput berwarna biru tua berisi motif prade berwarna silver atau perak, sama

persis dengan motif pada udeng atau destar-nya.

5) Kamen berwarna merah tua dengan motif– motif prade pada tepi bagian bawahnya.

6) Umpal atau kain yang digunakan di pinggang berwarna merah berisi sedikit prade berwarna putih dan silver.

Kostum penata dengan pendukung sengaja dibedakan, dengan tujuan agar para penonton dapat membedakan mana yang ujian dengan penabuh yang

(57)

mendukung atau membantunya. Dalam pementasan ini, penata menggunakan kostum berwarna merah dan udeng yang berwarna biru berisikan prada berwarna silver.

4.7 Tempat Pentas dan Setting Gamelan

Garapan komposisi Lila Hredaya ini dipentaskan di Gedung Natya Mandala ISI Denpasar, dengan bentuk stage prosenium. Dengan pertimbangan agar para penonton dan penguji dapat menikmati karya komposisi karawitan ini dengan baik, maka dilakukan setting gamelan seperti di bawah ini.

16 14 19 20 21 18 22 15 17 10 6 8 4 12 3 13 5 9 11 7 23 25 26 27 28 29 1 2

(58)

24 Keterangan : 1 2 3 4, 5 6, 7 8, 9 10, 11 12, 13 14, 15 16, 17 18 19, 20 21, 22 23, 24 25, 26, 27, 28, 29 : Kendang Wadon : Kendang Lanang : Ugal

: Gangsa Pemade Polos : Gangsa Pemade Sangsih : Gangsa Kantil Polos : Gangsa Kantil Sangsih : Penyacah

: Jublag : Jegog : Reyong

: Kempur dan Kemong : Gong Lanang dan Wadon : Kajar dan Ceng – Ceng Ricik : Suling

(59)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari semua uraian yang telah dipaparkan pada skrip karya ini, dapat disimpulkan sebagai berikut.

1)

2)

3)

4)

Garapan komposisi karawitan Lila Hredaya merupakan sebuah karya seni dengan tema kegembiraan yang diwujudkan melalui gamelan Gong Kebyar. Garapan ini digarap dengan konsep penciptaan tabuh kreasi baru. Gending ini terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu Bagian I Kawitan dan Gegenderan, Bagian II Bapang, dan Bagian III Pengecet.

Dalam karya Lila Hredaya, penciptaan melodi, dan ritme sebagian besar masih menggunakan aturan– aturan tradisi sesuai dengan nuansa yang ingin

diciptakan, akan tetapi dikemas dengan kemasan baru. Adapun hal- hal baru yang dapat ditemukan dalam garapan ini terletak pada pengolahan melodinya, ritme, teknik tabuhan, serta dinamika gending.

Setting gamelan difokuskan pada satu tempat, yaitu sebuah panggung yang

(60)

sehingga mampu memberikan penempatan gamelan yang baik dan tidak berdesakan.

5)

5.2

Karya seni Lila Hredaya memberikan pengalaman penata dalam menggarap tabuh kreasi kekebyaran, yang dapat meningkatkan kemampuan di bidang penciptaan seni karawitan.

Saran – saran

Dari pengalaman yang telah penata alami di dalam proses berkarya, maka pada kesempatan ini penata ingin menyampaikan beberapa saran kepada pembaca, khususnya bagi calon Sarjana Seni yang mempersiapkan tugas akhir untuk

menyelesaikan program Strata Satu (S1) di Institut Seni Indonesia Denpasar.

Adapun beberapa saran yang ingin penata sampaikan adalah sebagai berikut : 1) Dalam mewujudkan karya seni diperlukan suatu proses yang cukup panjang,

bahkan dalam proses penggarapanya akan banyak mengalami permasalahan. Untuk itu penata menyarankan kepada seorang penggarap agar mempersiapkan diri lebih dini dan harus memiliki kesiapan mental yang sangat kuat.

2) Selalu percaya diri dalam membuat garapan, kita mesti bisa berpikir bahwa setelah mengenyam pendidikan di bangku kuliah ini, apa yang bisa kita perbuat dan yang terpenting tunjukan jati diri. Sekalipun garapan kita tidak terlalu bagus, namun itulah dan jati diri kita. Bagi mahasiswa–mahasiswi yang

(61)

terlibat dalam mendukung garapan, diharapkan dapat meningkatkan disiplin latihanya agar pihak yang didukung bebanya sedikit berkurang, karena hal seperti ini akan dialami bagi calon Sarjana Seni yang akan mempersiapkan tugas akhirnya.

3) Penata juga menghimbau kepada lembaga ISI Denpasar agar lebih mempersiapkan sarana ujian atau memberikan pelayanan yang sangat

maksimal terhadap alat–alat kesenian khususnya gamelan dan property lainya dalam masa–masa gladi kotor, hingga akhir pergelaran karya seni tugas akhir.

(62)

DAFTAR PUSTAKA

Bandem, I Made. 1986. Prakempa Sebuah Lontar Gamelan Bali. Denpasar : Akademi Seni Tari Indonesia.

Djelantik, A.A.M. 1999. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung : Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Garwa, I Ketut. 2007. “Metode Penciptaan Seni Karawitan“. Denpasar : Institut Seni Indonesia.

Mustika, Pande Gede, I Nyoman Sudiana, dan I Ketut Partha. 1996. “Mengenal Jenis – Jenis Pukulan Dalam Barungan Gamelan Gong Kebyar”. Denpasar : Sekolah Tinggi Seni Indonesia.

Panitia Penyusun. Kamus Bali – Indonesia. Dinas Pengajaran Provinsi Daerah Tingkat I Bali.

Sukerta, Pande Made. 2009. Gong Kebyar Buleleng, Perubahan dan Keberlanjutan

Tradisi Gong Kebyar, Surakarta : Program Pasca Sarjana.

Team Penyusun. 2009. “Pedoman Tugas Akhir”. Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Denpasar.

(63)

DAFTAR DISKOGRAFI

VCD Parade Gong Kebyar Anak- Anak , Kabupaten Gianyar, tahun 2008.

VCD Festival Gong Kebyar , Duta Kabupaten Gianyar, Pesta Kesenian Bali XXVI, tahun 2004.

Rekaman MP3 Tabuh Kreasi Watu Gangga, Dalam Parade Gong Kebyar Anak – Anak, Kabupaten Gianyar, tahun 2007.

(64)
(65)

Lampiran 1

(66)
(67)
(68)

Lampiran 2

Susunan Penabuh Garapan Komposisi Karawitan Lila Hredaya

Kendang Wadon Kendang Lanang Ugal Pemade Kantil Reong : I Wayan Junianto

: I Made Dwi Andhika Putra

: A.A Surya Dinatha

: I Gede Agus Putra Mahayasa I Putu Heriawan

I Putu Bagus Astika

I Putu Gede Wahyu Kumara Putra

: AA. Alit Dharma Yuda I Wayan Wibawa Putra I Kadek Surya Adi Putra I Komang Adi Muliawan

: Dewa Komang Alit Kesuma Jaya I Kadek Wawan Purnama

(69)

I Made Jaya Subandi Jublag Jegog Penyacah Gong Kempur Kajar : I Nyoman Haryana I Putu Eka Merdiana

: I Gede Ariawan

I Wayan Haris Perdana

: I Made Dwi Rustika Manik I Wayan Jaya Ekalaya

: I Kadek Agus Sugita : I Made Krisna Yogi : I Kadek Mahayana Ceng – Ceng Ricik : I Kadek Agung Sari Wiguna

Suling : I Made Swastika

I Made Putra Adnyana I Nyoman Suartika I Wayan Suana I Ketut Nik Braban

(70)

Lampiran 3 Sinopsis

“ LILA HREDAYA “

Rasa senang dan gembira dimiliki oleh setiap manusia di dalam kehidupanya di muka Bumi ini. Kegembiraan tersebut merupakan suatu kekuatan yang bernilai besar dan sangat berarti dalam diri kita. Apabila hati kita telah gembira, tentu akan dapat meringankan pekerjaan yang kita ambil, sehingga hasilnya akan menjadi lebih baik. Berawal dari hati yang senang dan gembira tersebut, penata mendapatkan inspirasi untuk menciptakan sebuah garapan musik gamelan Bali yang berjudul Lila Hredaya.

Penata Karawitan Nim

Pendukung Karawitan

: I Wayan Junianto : 2007 02 012

: Sekaa Gong Kebyar Dharma Gita Laksana, Br.Sumuh, Desa Dauh Puri Kauh,

(71)

Lampiran : Keputusan Dekan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar Nomor

Tanggal

: 12a/IT5.2/DT/2011 : 29 April 2011

Susunan Panitia Pelaksana Ujian Tugas Akhir, Pagelaran Seni, dan Yudisium Fakultas Seni Pe rtunjukan ISI Denpasar Tahun Akademik 2010/2011.

Penanggung jawab Ketua Pelaksana Wakil Ketua Sekretaris Seksi-seksi 1. Sekretariat

: I Ketut Garwa S.Sn., M.Sn (Dekan)

: I Dewa Ketut Wicaksana, S.SP.,M.Hum (Pembantu Dekan I)

: Ni Ketut Suryatini, S.SKar., M.Sn (Pembantu Dekan II)

: Dr. Ni Luh Sustiawati, M.Pd (Pembantu Dekan III) : Dra. A.A. Istri Putri Yonari

: I Nyoman Alit Buana, S.Sos (Koordinator) Putu Sri Wahyuni Emawatiningsih, SE Ni Made Astari, SE

Dewa Ayu Yuni Marhaeni I Gusti Putu Widia

(72)

I Gusti Ngurah Oka Ariwangsa, SE 2. Keuangan

3. Tempat dan Dekorasi

: Ni Ketut Suprapti

Gusti Ayu Sri Handayani, SE : I Wayan Budiarsa, S.sn., M.Sn

Ni Wayan Ardini, S.Sn.,M.Si

4. Publikasi/Dokumentasi : Ni Ketut Dewi Yulianti, SS, M.Hum (Koordinator)

Luh Putu Esti Wulaningrum, SS Ida Bagus Candrayana, S.SN I Made Rai Kariasa, S.Sos Ketut Hery Budiyana, A.Md I Putu Agus Junianto, ST Ida Bagus Praja Diputra 5. Konsumsi

6. Keamanan Staf Satpam 7. Pagelaran

7.1 Operator Lighting

: Ni Made Narmadi SE ( Koordinator) Ni Nyoman Nik Suasthi, S.Sn Putu Gede Hendrawan

I Wayan Teddy Wahyudi Permana, SE Putu Liang Piada, A.Md

: H. Adi Sukirno, SH

(73)

I Wayan Wiruda

I Made Lila Sardana, ST I Nyoman Tri Sutanaya

I Ketut Agus Darmawan, A.Md I Ketut Sadia Kariasa

I Made Agus Wigama, A.Md 7.2 Ni Putu Tisna Andayani, SS ( Koordinator)

A.A.A Ngurah Sri Mayun Putri, SST 7.3 Penanggung Jawab Tari 7.4 Penangggung Jawab Karawitan 7.5 Penanggung Jawab Pedalangan 7.6 Stage Menager

: I Nyoman Cerita, S.ST.ma Drs. Rinto Widyarto, M.Si : I Wayan Suharta, S.SKar., Msi : Wardizal, S.Sen.,M.Si

: Drs. I Wayan Mardana, M.pd : I Nyoman Sukerta, SSP.,Msi : Ni Ketut Yuliasih, SST., M.Hum a. Asisten Stage Manager : Ida Ayu Wimba Ruspawati, S.ST., Msn

b. Stage Crew : Pande Gede Mustika, S.SKar. M.Si (koordinator)

Ida Bagus Nyoman Mas, S.SKar I Nyoman Sudiana, S.SKar.M.Si I Ketut Partha, S.Skar.,M.Si

(74)

I Nyoman Pasek, S.SKar.,M.Si A.A.A. Mayun Artati, S.ST.M.Sn I Komang Sekar Marhaeni S.SP I Gede Oka Surya Negara S.ST.M.Sn I Gede Mawan, S.Sn I Ktut Sudiana, S.Sn.,M.Sn I Wayan Suena, S.Sn I Ketut Budiana, S.Sn I Ketut Mulyadi, S.Sn I Nyoman Japayasa, S.Sn

8. Upakara/banten : A.A Ketut Oka Adnyana, S.ST Luh Kartini

Ketut Adi Kusuma, S.Sn

Dekan Fakultas Seni Pertunjukan,

I Ketut Garwa, S.Sn., M.Sn NIP : 1968 1231 199603 1 007

Gambar

Tabel 1. Simbol-Simbol Nada

Referensi

Dokumen terkait

Adanya pengaruh negatif dari pola asuh orang tua terhadap kecenderungan kenakalan remaja dalam penelitian ini menunjukkan bahwa semakin baik penga- suhan orang tua

Dari sini dapat disimpulkan bahwa fenomena pembakaran mushaf al-Qur’an dalam tradisi masyarakat Muslim merupakan sebuah resepsi dari sisi praktis yang muncul dari

Sedangkan pada pesisir pantai terdapat hutan mangrove yang tumbuh cukup baik pada bagian utara, barat, hingga ke selatan, namun daerah timur pulau ini sudah banyak mangrove

Dalam klasifikasi ada dua pekerjaan utama yang dilakukan, yaitu (1) pembangunan model sebagai prototipe untuk disimpan sebagai memori dan (2) penggunaan model

Sedangkan untuk variabel penelitian yang digunakan adalah variabel pengendapan di pantai, penyempitan sungai akibat okupansi masyarakat, perubahan lahan tambak menjadi

Salah satu bentuk komitmen dalam memberikan pelayanan prima dan penerapan strategi CRM (Customer Relationship Management), terwujud dalam penggunaan aplikasi ini. Karena aplikasi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan yang terbaik adalah penambahan kombinasi SN® dan SB® ke dalam media kultur udang vaname super intensif karena

Dari hasil indikator pernyataan dapat dilihat bahwa yang paling besar nilai persentasenya berada pada kategori setuju dengan adanya hasil pernyataan dapat memberikan dampak