• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa SWOT terhadap BPH Migas dengan Keluarnya UU

Dalam dokumen BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN (Halaman 22-33)

No.22 Tahun 2001

Kebijakan Pemerintah mengenai UU no.22 tahun 2001 merupakan kebijakan yang sangat vital dalam struktur ekonomi nasional karena Indonesia merupakan penghasil minyak dan memiliki penduduk yang sangat besar sehingga kebutuhan BBM cukup besar yang sangat mempengaruhi sendi-sendi ekonomi negara. Oleh karena itu kebijakan Pemerintah ini perlu di analisa cukup mendalam, apakah kebijakan ini tepat pada saat ini dan tepat untuk masa yang akan datang melihat kondisi masyarakat dan ekonomi negara ini

4.4.1. Kekuatan (Strength)

1. BPH Migas menjadi sebuah badan regulasi yang lebih transparan, akuntabel, profesional dan mampu untuk menciptakan daya saing dalam negeri yang lebih baik.

2. BPH Migas memiliki kewenangan untuk menunjuk langsung Public Service Obligation (PSO) atau melalui mekanisme lelang untuk turut berperan serta dalam industri hilir

3. BPH Migas memiliki wewenang dalam mengatur pendistribusian BBM keseluruh Indonesia.

4. BPH Migas dalam me lakukan kegiatan operasionalnya dapat mengajukan anggaran yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sehingga memiliki basis keuangan yang cukup kuat dan berkelanjutan.

4.4.2. Kelemahan ( Weakness )

1. Belum ada sangsi atau perangkat Undang Undang yang jelas terhadap pemegang Public Service Obligation (PSO) apabila terjadi pelanggaran dalam proses bisnis.

2. Ketidaksiapan / kekurangan sumber daya baik dari segi infrastrukur maupun sumber daya manusia yang dimiliki BPH Migas dalam menghadapi pasar bebas.

3. Minimnya tingkat pengawasan dalam setiap aspek dan sektor bisnis di industri hilir.

4. Belum jelasnya posisi hukum dari kebijakan / peraturan yang dikeluarkan oleh BPH Migas (apakah peraturan BPH Migas dapat menjadi landasan hukum di pengadilan dan dianggap Sah oleh DPR / MPR?)

4.4.3. Peluang ( Opportunity )

1. Terbukanya peluang investasi dalam industri migas di sektor hilir akan mengundang banyak pemain sektor hilir sehingga peran BPH Migas akan semakin besar untuk meningkatkan perekonomian dan pendapatan Negara 2. BPH Migas berperan untuk menjadikan Pertamina menjadi perusahaan yang

lebih kompetitif dan profesional di segala lini.

3. BPH migas dapat berpeluang untuk memposisikan dirinya seperti Bank Indonesia dalam bisnis perbankan dimana BPH migas mempunyai kekuasaan sebagai regulator, pembina dan pengawas bagi seluruh pemain dalam industri hilir

4. Dengan adanya mekanisme pasar terbuka dan munculnya SPBU asing maka BPH Migas dapat mendorong para pemain hilir untuk meningkatkan mutu dan kualitas BBM.

4.4.4. Ancaman ( Threats )

1. Luasnya wilayah distribusi nasional yang berupa Negara kepulauan mempunyai kesulitan yang cukup tinggi dalam pendistribusian Bahan Bakar Minyak secara merata di seluruh wilayah sampai kepelosok-pelosok, sehingga diperlukan kebijakan-kebijakan yang sangat komprehensif untuk menanganinya .

2. Pola pikir masyarakat terhadap ketergantungan subsidi BBM perlu dirubah untuk mengurangi beban Pemerintah dan lebih memberikan rasa “fairness”

dalam industri ini.

3. Posisi BPH Migas sangat strategis dalam industri BBM sehingga banyak menimbulkan kecemburuan dari instansi Pemerintah lainnya. Kondisi ini menimbulkan kecenderungan akan jatuhnya kewibawaan dari BPH Migas dengan “mengkebiri” kekuasaan ya ng dimiliki melalui perangkat hukum

Figure 6

TABEL PENENTUAN STRATEGI BPH MIGAS DI ERA PASAR BEBAS Kekuatan (S)

1. BPH Migas sebagai Policy Maker

2. BPH Migas berhak menunjuk lansung PSO atau melalui mekanisme lelang.

3. Wewenang untuk mengatur pendistribusian BBM 4. Anggaran operasional yang

digunakan berasal dari APBN

Kelemahan W aspek dan sektor bisnis hilir

4. Ketidaksiapan / aspek dalam industri hilir agar tercipta suasana berusaha yang baik , transparan, dan akuntabel sehingga negara

mendapatkan keuntungan melalui pajak dan tercipta lapangan pekerjaan (S1 – O1) 2. Dengan kemunculan pesaing

– pesaing baru membuat Pertamina menjadi lebih kompetitif dan profesional ( S2 – O2 – O4 )

3. BPH Migas mempunyai kekuatan hukum yang cukup

Strateci W-O

1. BPH Migas harus menerapkan kebijakan serta sangsi yang jelas agar industri hilir BBM dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sehingga negara

mendapatkan kontribusi pajak. ( W1 – O1 ) 2. Dengan merubah fungsi

Pertamina yang awalnya sebagai regulator menjadi kontraktor akan membuat Pertamina lebih fokus dan BPH Migas perlu

mengakselarasi kinerjanya agar lebih optimal ( W2 – O2 )

3. Memperkuat basis hukum

untuk meningkatkan mutu.

besar karena dipayungi oleh Undang-Undang, Keputusan Presiden dan Keputusan Menteri sehingga perannya cukup sentral di industri hilir tinggal bagaimana

mengakselerasi kemampuan SDM agar BPH Migas mampu seperti BI dalam dunia Perbankan. ( S3 – O3 ) 4. Dengan kekuatan Financial

yang ditopang oleh negara maka operasional

pengawasan dari BPH Migas akan terlaksana dengan baik yang dengan sendirinya akan meningkatkan mutu

pelayanan dan produk dalam industri hilir ( S4 – O4 )

dan perangkat undang – undang yang ada agar lebih terukur dan mampu memperbesar tingkat kewenangan sehingga kedepannya dapat menjadi sentral regulator ( W3 – O3 )

4. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia

Dari analisa faktor strategi SO, Strategi WO, Strategi ST dan Strategi WT diatas maka dapat dijabarkan beberapa langkah strategi BPH Migas yang perlu dilaksanakan dalam mengatur industri hilir BBM dimasa pasar bebas yaitu :

A. BPH Migas diharapkan mampu mengeluarkan kebijakan-kebijakan kondusif dan mengakomodir seluruh aspek dalam industri hilir.

Sebagai lembaga regulator dalam industri hilir BPH Migas sebaiknya turun ke lapangan untuk memperhatikan segala aspek yang terjadi di lapangan dan mau melakukan komukasi terhadap seluruh stakeholder dalam industri hilir Migas di Indonesia agar kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh BPH migas mampu mengakomodir segala kebutuhan dan masalah- masalah yang timbul dalam waktu yang cepat dan tepat sehingga industri hilir Migas dapat berjalan dalam situasi yang kondusif. Investor akan banyak menanamkan investasinya dalam industri ini apabila situasi industri ini berjalan dengan kondusif sehingga tercipta pasar yang efisien, banyaknya pemain dalam industri ini akan menambah lapangan pekerjaaan dan penadapatan bagi negara.

B. Dengan kemunculan pesaing – pesaing baru membuat Pertamina menjadi lebih kompetitif dan profesional.

Pertamina merupakan pemain tunggal dalam indusrti hilir migas pada masa sebelum UU No 22 tahun 2001, karena tidak adanya pesaing ( monopoli ) mengakibatkan pertamina menjadi perusahaan yang kurang profesional dimana mutu produk dan kualitas pelayanannya sangat rendah, dengan diberikannya ijin usaha untuk investor asing yang ingin bermain di industri hilir di Indonesia oleh BPH Migas maka terjadi persaingan untuk memperebutkan pasar, dimana kualitas produk dan pelayanan akan memegang peran penting untuk merebut konsumen.

Untuk meningkatkan kualitas produk dan pelayanan maka Pertamina perlu merubah dirinya dengan melakukan restrukturisasi agar menjadi pemain industri

hilir yang kompetitif dan profesional.

C. Operasional pengawasan dari BPH Migas dalam Industri Hilir akan terlaksana dengan baik karena ditopang oleh Anggaran Negara

BPH Migas bukan merupakan suatu lembaga negara yang mencari profit sehingga struktur keuangannya merupakan struktur biaya, dan dalam melaksanakan operasionalnya BPH Migas memerlukan banyak biaya karena BPH Migas adalah lembaga Negara maka seluruh biayanya ditanggung oleh Negara, hal ini dapat menjamin kelangsungan hidup dari BPH Migas dimana BPH Migas tidak akan bangkrut kecuali di bubarkan oleh Negara. Agar tidak dibuabarkan maka BPH Migas harus memberikan output atau peran yang penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, dan untuk memberikan output dan peran yang penting itu diperlukan Sumber Daya Manusia yang handal, SDM yang handal akan mudah didapat apabila tempat kerjanya cukup menjanjikan dan akan sustainable, oleh karena itu BPH Migas akan lebih mudah untuk merekrut SDM yang handal karena ditopang oleh Anggaran Negara.

D. BPH Migas harus menerapkan sangsi / punishment yang jelas agar industri hilir BBM dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

Sangsi / punishment sangat diperlukan dalam sebuah kebijakan, karena tanpa sangsi / punishment maka sebuah kebijakan itu tidak akan berjalan dengan baik, karena tidak ada yang takut untuk tidak menjalankannya, kalau perlu sangsi itu dibuat agak berat tapi jangan sampai membuat ketakutan yang berlebihan pada industri hilir karena hal itu akan membuat kondisi yang tidak kondusif pada industri hilir. Dengan adanya sangsi maka semua kebijakan akan bisa berjalan dengan baik dan pengawasan juga

perlu ditingkatkan sehingga iklim berusaha di industri hilir dapat tertata dan berjalan sesuai dengan yang diharapkan dari kebijakan tersebut.

E. Memperkuat basis hukum dan perangkat undang – undang yang ada agar lebih terukur dan mampu memperbesar tingkat kewenangan sehingga kedepannya dapat menjadi sentral regulator.

BPH Migas perlu memperkuat basis hukum dari peraturan atau kebijakan yang dibuatnya, apakah peraturan / kebijakan dari BPH Migas sudah mampu menjadi dasar hukum di pengadilan ? dan apakah BPH Migas berwenang sampai mengaudit ke dalam dari perusahaan-perusahaan yang bermain di sektor hilir Migas ? hal ini perlu diperjelas dan diperkuat apabila BPH Migas ingin menjadi sentral regulator seperti Bank Indonesia di dunia perbankan.

F. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan melakukan perekrutan dan pelatihan sehingga produk kebijakan dan pengawasan menjadi lebih optimal.

Sumber Daya Manusia yang berkualitas merupakan hal penting dalam memajukan suatu organisasi karena SDM merupakan motor penggerak dari organisasi tersebut, BPH Migas yang merupakan suatu lembaga yang baru dibentuk harus mengakselerasi kinerjanya agar mampu mengimbangi pesatnya pertumbuhan industri hilir di Indonesia ini akibat dikeluarkannya UU no 22 tahun 2001. Untuk itu BPH Migas perlu melakukan perekrutan Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan selalu melakukan pelatihan-pelatihan terhadap SDM yang dimiliki sehingga hambatan-hambatan serta tantangan yang dihadapi dapat diselesaikan dengan baik.

G. Kebijakan-kebijakan BPH migas sebaiknya mengakomodir distributor yang

melayani wilayah-wilayah Indonesia yang jauh dan tidak mempunyai kilang minyak dengan insentif- insentif yang diberikan.

Salah satu tugas dari BPH Migas adalah mengatur pendistribusian BBM ke seluruh wilayah Indonesia dimana Negara Indonesia adalah Negara Kepulauan yang memiliki pulau-pulau terpencil, hal ini perlu menjadi perhatian dari BPH Migas dalam membua t kebijakannya, sebaiknya BPH Migas memberikan insentif- insentif bagi distributor yang melayani penjualan BBM sampai ke daerah-daerah terpencil ini, baik itu insentif pajak ataupun insentif harga BBM yang di subsidi sehingga daerah-daerah terpencil tidak sulit dalam pengadaan BBM yang mengakibatkan perekonomian didaerah tersebut dapat tumbuh.

H. Lebih banyak memberikan ijin- ijin POM Bensin kepada pihak asing yang menjual dengan harga pasar sehingga masyarakat mendapat pembelajaran mengenai harga BBM market dan sekaligus untuk mengurangi konsumsi BBM bersubsidi.

Masyarakat Indonesia selama ini telah terbiasa dengan BBM murah yang di subsidi oleh pemerintah, karena kebiasaan ini sudah lama berlangsung sehingga cukup sulit untuk dihilangkan, dengan adanya UU no 22 tahun 2001 yang meliberalisasi industri hilir di Indonesia maka berdirilah pompa bensin-pompa bensin asing yang menggunakan harga pasar dunia dalam menjual produknya, hal ini berdampak positif sebagai pembelajaran masyarakat mengenai harga BBM dunia dan juga mengurangi konsumsi BBM bersubsidi dari masyarakat karena subsidi BBM sudah tidak lagi efektif dalam membangkitkan perekonomian Negara sebab akan menimbulkan penyelundupan dan sasaran dari subsidi juga sudah tidak mengena ke rakyat bawah

karena kebanyakan yang menikmati subsidi dari BBM adalah kalangan menengah atas, untuk itu sebaiknya BPH Migas memberikan ijin- ijin yang lebih banyak terhadap perusahaan asing yang ingin membuka pom bensin di Indonesia dan perlahan- lahan mencabut subsidi BBM.

I. BPH Migas harus menjalankan Good Governance dan mempunyai Sistem Prosedur yang baik dalam operasionalnya sehingga tidak ada celah untuk menjatuhkannya

Wewenang yang begitu besar yang dimiliki BPH Migas harus dibarengi dengan sistem prosedur yang lengkap, efektif dan efisien yang berlandaskan pada pedoman Good Governance ( Transparansi, Akuntability, Responsibility, Independensi dan Fairness ) sehingga dalam melakukan kegiatan operasionalnya ada panduan yang jelas sehingga kecil kemungkinan terjadi kesalahan-kesalahan.

J. Membuat kantor cabang BPH Migas di beberapa wilayah sehingga memudahkan pelayanan dan pengawasan di daerah-daerah

Kantor cabang perwakilan perlu di buat di daerah-daerah untuk memudahkan pelayanan dan pengawasan bagi seluruh stake holder dalam industri hilir migas di Indonesia karena nagara kita adalah negara kepulauan, dengan pelayanan yang cepat dan pengawasan yang menyeluruh di daerah-daerah membuat BPH Migas lebih akurat dan cepat dalam mengambil keputusan.

K. BPH Migas membuka seluruh jalur komunikasi melalui berbagai media agar lebih transparan dan menunjuk Juru Bicara Lembaga agar tercipta komunikasi yang kondusif antara pembuat kebijakan, pelaku industri hilir dan masyarakat Komunikasi sangat perlu bagi regulator untuk mendapat masukan dan

memasyarakatkan kebijakannya karena kebijakan yang baik tidak akan terlaksana tanpa adanya komunikasi dari penyampaian kebijakan tersebut, untuk itu BPH Migas perlu membuka seluas- luasnya jalur komunikasi kepada mereka sehingga timbul interaksi dua arah yang positif dan perlu ditunjuk satu orang juru bicara dari BPH Migas sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran berita apabila semua orang boleh bicara.

4.5. Penentuan Strategi Bisnis Hilir BBM Pertamina di Indonesia

Dalam dokumen BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN (Halaman 22-33)

Dokumen terkait