• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

B. Gambaran Subjek Penelitian

3. Analisa Tambahan

Tabel 11: latar belakang/ alasan remaja dalam memilih suku

Berdasarkan tabel 11, dapat dilihat bahwa secara umum, remaja memilih suku mereka berdasarkan pemahaman mereka sendiri terhadap identitas etnis tersebut, hal tersebut mengindikasikan bahwa para remaja secara umum baik yang dominan maupun yang non dominan, sebelum memilih suku tersebut, mereka terlebih dahulu memahami nilai-nilai yang ada pada suku tersebut.

Alasan Remaja Memilih Suku

mengikuti orang tua lingkungan

memahami sendiri tidak memilih

A. PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran remaja yang memiliki orangtua berbeda etnis (Batak-Minang) yaitu remaja yang memiliki ayah bersuku Batak dan ibu bersuku Minang, maupun sebaliknya yaitu ayah bersuku Minang dan ibu bersuku Batak. Berdasarkan data penelitian yang dianalisis kemudian dilakukan pembahasan tentang hasil penelitian tersebut.

Secara umum remaja dominan yaitu remaja yang memiliki orangtua ayah bersuku Batak dan ibu bersuku Minang, maupun remaja non dominan yaitu remaja yang memiliki orangtua ayah bersuku Minang dan ibu bersuku Batak, secara keseluruhan memiliki eksplorasi dan komitmen yang tinggi. Hal tersebut juga didukung dengan status identitas dari remaja kedua suku tersebut. Remaja yang dominan maupun yang non dominan sebagian besar memiliki status achieved identity, dan foreclosure. Sesuai dengan tabel 11, yaitu sebagian besar remaja

memilih suku mereka, karena mereka mencari tahu sendiri terlebih dahulu mengenai suku mereka sebelum akhirnya memilih suku tersebut, walaupun ada juga remaja yang memilih suku tersebut karena mengikuti orangtua dan lingkungannya.

Hanya sedikit remaja yang memiliki status diffusion, hal tersebut juga didukung oleh tabel 11, pada tabel tersebut terlihat bahwa hanya sedikit remaja

yang memilih “tidak memilih” dalam hal ini berarti bahwa mereka tidak memilh

identitas etnis mereka. Bahkan ada remaja yang non dominan memiliki status moratorium, hal tersebut menunjukkan bahwa meskipun mereka tidak memiliki

43

suku yang jelas, namun mereka memiliki keinginan untuk lebih mengetahui etnis dan memilih etnis mereka.

Berbeda dengan hasil penelitian Asri (2011) yang menyatakan bahwa remaja dari suku Minang-Batak, yaitu remaja yang memiliki ayah bersuku Minang dan ibu bersuku Batak, mengalami krisis identitas, namun dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa secara keseluruhan remaja dari dua suku yaitu remaja dari orangtua Batak-Minang yaitu ayah Batak dan ibu Minang, maupun remaja dari orangtua Minang-Batak yaitu ayah Minang dan ibu Batak tersebut sebagian besar memiliki eksplorasi dan komitmen yang tinggi, yang mengindikasikan sebagian besar dari mereka memiliki identitas yang jelas. Hal tersebut terjadi disebabkan kota Medan merupakan kota yang multikultural, sehingga identitas merupakan hal yang penting, identitas yang dimaksud dalam hal ini adalah identitas etnis. Sejalan dengan Berghe (dalam Moies,2008) masyarakat multikultural memiliki beberapa karakteristik, salah satunya yaitu terdapat segmentasi kedalam beberapa subkebudayaan yang berbeda satu sama lain.

Remaja laki-laki yang dominan yaitu remaja laki-laki yang memiliki ayah bersuku Batak dan ibu bersuku Minang, maupun remaja laki-laki non dominan yaitu remaja yang memiliki ayah Minang dan ibu bersuku Batak, remaja dari kedua suku tersebut memiliki eksplorasi dan komitmen yang tinggi terhadap identitas etnis mereka. hal tersebut menunjukkan bahwa meskipun remaja laki-laki non dominan tidak memiliki suku yang pasti sebagai akibat dari perbedaan garis keturunan namun hal tersebut tidak mempengaruhi mereka dalam hal memilih suku. Berdasarkan data tambahan juga ditemukan bahwa kebanyakan remaja

laki tersebut memilih suku yang sesuai dengan suku ayah mereka baik yang dominan maupun non dominan, hal tersebut mengindikasikan bahwa remaja laki-laki lebih meyakini bahwa pewarisan keturunan berasal dari patrilineal.

Berdasarkan status identitas, baik remaja laki-laki dominan yaitu ayah bersuku Batak dan ibu bersuku Minang maupun non dominan yaitu ayah bersuku Minang dan ibu bersuku Batak, remaja kedua suku tersebut lebih banyak memiliki status achieved identity yang berarti bahwa remaja-remaja tersebut telah mengeksplor suku tersebut sebelum akhirnya memilih untuk berkomitmen dengan suku tersbut.

Hanya sedikit remaja laki-laki yang dominan maupun non dominan yang memiliki status moratorium dan diffusion, hal tersebut menunjukkan bahwa dalam

memilih suku mereka, hanya sedikit dari remaja tersebut yang masih mencari tahu mengenai identitas etnis mereka, dan masih belum memutuskan untuk menjadi bagian dari suku tersebut, dan hanya sedikit remaja yang tidak memilih suku sebagai identitas mereka, hal ini juga didukung oleh tabel 11. Untuk status foreclosure, pada remaja dominan tidak ada seorang pun yang memiliki status

tersebut, namun untuk remaja laki-laki yang non dominan ada beberapa dari remaja tersebut yang memiliki status tersebut, hal tersebut mengindikasikan bahwa dalam menentukan suku, para remaja tersebut dipengaruhi oleh lingkungannya, seperti orangtua, teman, atau bahkan lingkungan tempat tinggal.

Berbeda dengan remaja laki-laki, terjadi perbedaan pada remaja perempuan baik remaja perempuan dominan yaitu ayah bersuku Batak dan ibu bersuku Minang maupun remaja perempuan non dominan yaitu ayah bersuku Minang dan

45

ibu bersuku Batak. Kedua remaja perempuan tersebut memiliki eksplorasi yang rendah terhadap identitas etnis, namun memiliki komitmen yang tinggi terhadap identitas etnis mereka. Hal ini mengindikasikan bahwa, para remaja perempuan dalam menentukan suku mereka, ada faktor- faktor lain yang mempengaruhi mereka, seperti orangtua, maupun lingkungan. Selain itu, faktor jenis kelamin, kemungkinan juga berpenagruh dalam hal ini, karena kota Medan didominasi oleh masyarakat patrilineal, hal tersebut membuat posisi para wanita kurang menonjol dalam penentuan keturunan, untuk perempuan yang non dominan hal tersebut semakin mengecilkan posisi mereka, dan mungkin menyebabkan ketidakpedulian mereka terhadap identitas etnis merka, hal ini juga bisa dilihat melalui status identitas para remaja tersebut.

Jika dilihat berdasarkan status identitas, remaja perempuan dominan, lebih banyak berada pada status achieved identity dan foreclosure hal ini menunjukkan

bahwa remaja perempuan dominan dalam memilih suku mereka sebagai latar belakang, juga dipengaruhi oleh orangtua dan lingkungan, hal ini juga sesuai dengan pernyataan Pahl & Way (2006) yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi identitas etnis adalah lingkungan tempat tinggal dan juga family cohesion.

Untuk remaja perempuan non dominan, kebanyakan remaja perempuan dari suku tersebut memiliki status diffusion dan foreclosure. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh suku remaja perempuan non dominan yang tidak kuat, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa remaja non dominan tidak memiliki suku yang pasti sebagai akibat dari perbedaan pewarisan keturunan, selain itu faktor

lingkungan seperti tempat tinggal juga menjadi faktor yang penting dalam menentukan identitas seseorang, ketika remaja perempuan tinggal dilingkungan dengan mayoritas budaya patrilineal, hal tersebut semakin menunjukkan posisi lemah perempuan, karena mereka dianggap tidak terlalu memberikan posisi dalam pewarisan keturunan, hal tersebut juga semakin membuat remaja perempuan non dominan tidak terlalu peduli dengan suku mereka.

52 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait