• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DESKRIPSI DAN HASIL ANALISIS DATA

4.3. Penyajian Dan Analisis Data

4.3.2. Analisa Terbentuknya Jaringan Sosial …

Teori modal sosial pada intinya adalah pentingnya hubungan. Dengan membuat hubungan antara seseorang dengan orang lain dan terus memeliharanya agar terjalin terus, orang dapat bekerja sama untuk mendapatkan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat diperoleh dengan seorang diri, atau dengan hanya berusaha dengan kemampuan seorang diri, diperlukan usaha yang cukup keras untuk mendapatkan hal tersebut.seseorang dapat membuat hubungan dengan orang lain melalui Jaringan sosial, dimana dalam jaringan sosial tersebut mereka cendrung berbagi nilai-nilai umum bersama anggota-anggota lain dalam jaringan sosial tersebut, sampai pada ketingkatan jaringan sosial tersebut membentuk suatu sumber daya, yang dapat dilihat sebagai pembentukan sejenis modal.

Menurut Robert M.Z. Lawang bahwa, jarinag sosial dibentuk atau terbentuk, dimulai dari masuknya ke dalam jaringan tersebut kepercayaan. Artinya melalui jaringan sosial orang saling tahu, saling menginformasikan, saling mengingatkan, saling bantu dalam melaksanakan atau mengatasi suatu masalah. Jaringan sosial adalah sumber pengetahuan yang menjadi dasar utama dalam pembentukan kepercayaan. Media yang paling cepat membuka jaringan adalah dengan pergaulan. Disini terlihat bagaimana jaringan sosial menunjukan pada semua hubungan dengan orang lain atau kelompok lain yang memungkinkan pengentasan masalah dapat berjalan secara efisien dan efektif

Hal ini sesuai dengan asumsi diatas bahwa di bentuk atau terbentuknya jaringan sosial karena adanya hubungan yang dibangun antara pengusaha etnis Cina dengan pengusaha etnis cina lain, yang hubungan itu terus dibina sehingga menjadi sebuah jaringan sosial. Hal ini sesuai dengan penuturan informan (H T, Lk, 50th)

“...,Awalnya saya melaksanakan hubungan kerjasama dengan pihak yang masih memiliki hubungan kekeluargaan dengan saya atau setidak-tidaknya dengan pihak yang telah saya kenal. Ini saya lakukan untuk mempermudah dan menjamin kerjasama tersebut berjalan sesuai

dengan harapan saya dan hubungan kerjasama tersebut nyaman untuk saya jalankan “

Sejalan dengan pandangan diatas hal yang sama dikuatkan oleh S.K yang mengatakan : ( S K,Lk, 42 th )

“awalnya dahulu ayah saya yang memulai bisnis ini, dengan berkenalan dengan bapak William Soeryadjaya, bos astra internasional ketika itu, kemudian mereka saling bekerjasama, dan karena dia menilai bapak saya berhasil mengembangkan bisnis maka kerjasama tersebut lebih banyak sampai sekarang ini.”.

Masyarakat selalu berhubungan sosial dengan masyarakat yang lain melalui berbagai variasi hubungan yang saling berdampingan dan dilakukan atas prinsip kesukarelaan (voluntary), kesamaan (equality), kebebasan (freedom) dan keadaban (civility). selanjutnya Robert H. Silin menemukan bahwa “kepercayaan” merupakan faktor vital dalam mempertahankan jaringan kompleks hubungan-hubungan dagang (Halminton, 1996 : 169 ).

Hanya mengenal orang tidak cukup jika mereka tidak merasa wajib membantu anda. Jika orang-orang ingin saling membantu, mereka perlu merasa cocok dengannya, itu berarti mereka perlu merasakan bahwa mereka mempunyai suatu kesesuaian satu sama lain. Semua informan yang di wawancarai beranggapan suatu hubungan atau jaringan sosial terbentuk dilandasi oleh rasa kepercayaan terhadap orang tersebut. Maka suatu jaringan akan terbentuk jika orang-orang dalam jaringan tersebut merupakan orang yang mereka bisa dipercayai secara pribadi. Jaringan tidak akan terbentuk apabila orang-orang yang ada di dalam jaringan tersebut, tidak saling percaya, walaupun mereka saling mengenal. Pada dasarnya suatu jaringan dapat berjalan efektif apabila adanya kepercayaan pribadi pada orang-orang yang ada pada jaringan tersebut. maka

Pada pengusaha etnis Cina, kepercayaan timbul dari hubungan yang terus dibina. Hubungan yang dibina dari awal sampai seseorang dianggap dapat dipercaya. Kepercayaan pribadi beda dengan kedekatan pribadi sehingga kepercayaan pribadi bukanlah semata-mata bersifat subyektif, berkenan dengan perasaan, dan tidak rasional. Untuk memperoleh kepercayaan mereka harus menunjukkan kualitas-kualitas tertentu sesuai dengan norma-norma kesepakatan antara subjek. Norma-norma ini tidak dirumuskan secara obyektif, tetapi orang-orang yang terlibat mengakui keberadaannya. Karena norma-norma informal tersebut secara luas digunakan untuk mengatur kegiatan bisnis, hubungan bisnis.

Dari gambaran di atas, jelas bahwa adanya hirarki hubungan pribadi. Biasanya apabila kita membicarakan hubungan-hubungan pribadi, kita tidak akan membedakan mereka. Tapi pada kenyataannya, hubungan-hubungan bisnis yang sukses adalah hubungan yang didasarkan pada hubungan jaringan sosial yang telah erat dan penuh kepercayaan. Hubungan merupakan langkah awal pembentukan jaringan sosial yang diikuti dengan pengembangan rasa saling percaya. Kemudian hubungan jaringan menjadi fungsional dalam bisnis. Kepercayaan merupakan mekanisme dasar yang membuat berfungsinya jaringan-jaringan yang terbentuk.

Gambaran diatas sesuai dengan yang diutarakan salah satu informan ( M F L, Lk, 40 th) mengatakan :

“Dalam membuat suatu kerjasama, kita tidak hanya saling kenal tetapi juga harus mengetahui apakah teman yang kita kenal tersebut dapat dipercaya dan apakah kita bisa saling menjalin kesesuaian, dan ini biasanya muncul setelah kita beberapa kali melakukan kerjasama dan rasa saling percaya telah muncul.”.

Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara dengan informan ( S K, Lk, 42th ) sebagi berikut:

“faktor kepercayaan merupakan hal yang mutlak. Untuk mendapatkan kepercayaan, harus punya kejujuran. Sekali tidak jujur, bakal habis. Bila kepercayaan sudah terbangun, deal bisnis pun akan menjadi mudah. seperti pelanggan saya ketika membeli mobil,kalau di Jakarta bila orang mau membeli mobil, segala persyaratan harus oke dulu, baru mobil bisa di kirim. Orang medan tidak mau, giro belum cair saja, ia sudah minta agar mobilnya dikirim. Ya kami kirim, karena sudah percaya. Jadi kesimpulannya kepercayaan”.

Kemudian dikuatkan lagi dari hasil wawancara dengan informan ( H T, Lk, 50th ) sebagai berikut :

“Orang Cina (Medan ) kalau berbisnis yang dipegang hanya mulutnya. Mereka bisa melakukan Deal bisnis tanpa MoU”.

Sejalan dengan analisis diatas munculnya jaringan dan dari mana asal mereka, terdapat dua faktor yang muncul yang menjelaskan formasi jaringan: faktor kelembagaan dan faktor teknis. Yang pertama mengacu pada interaksi-interaksi rutin yang dibentuk secara sosial yang memudahkan pembentukan jaringan. Yang satunya lagi mengacu pada tekanan-tekanan lingkungan untuk mempertahankan bisnis yang menuntut solusi-solusi dalam bentuk jaringan. Tentu saja, dalam kebanyakan kasus empiris, faktor kelembagaan dan teknis saling berdampingan. Marco Orru (Dalam Hamilton, 1996 : 272)

Sistem-sistem yang menggabungkan personal dan aturan hierarki sering menjadi suatu usaha untuk mengontrol berlangsungnya kerja sama informal yang saling menguntungkan, yang dapat mengarah pada pembentukan diskriminasi secara tak langsung terhadap orang-orang yang tidak termasuk dalam lingkaran. Jaringan-jaringan

bekerjasama satu sama lain dan bukan hanya dengan orang yang mereka kenal secara langsung agar saling menguntungkan.

4.3.3 Analisa Bentuk Ikatan Jaringan Sosial

Dokumen terkait