• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEBAGAI REZIM HKI TERKAIT DENGAN PATEN

Berisikan uraian penjelasan atas identifikasi masalah yang menjadi pokok permasalahan dalam skripsi ini. Penjelasan tersebut memuat kajian pustaka dan pembahasan masalah oleh penulis. Penulis

melakukan analisis terhadap kondisi pengaturan saat ini di Indonesia terkait dengan perlindungan hukum terhadap metode pengobatan tradisional dimana dalam sistem Paten pengetahuan ini bertentangan dengan syarat kebaruan yang tercantum dalam Pasal 2 ayat (1)

Undang-Undang Paten. Sehingga penyelesaian yang dilakukan adalah dengan melakukan penyempurnaan atau revisi terhadap Undang- Undang Paten.

BAB V PENUTUP

Berisikan kesimpulan atas pembahasan yang telah diuraikan oleh penulis berserta saran penulis agar perlindungan terhadap pengetahuan tradisional mengenai metode pengobatan tradisional ini segera

dilakukan melalui revisi atas regulasi Paten di Indonesia.

134

Berdasarkan pada uraian dari Bab I sampai Bab IV skripsi ini, penulis menarik beberapa poin kesimpulan dan saran yang merupakan cakupan dari pembahasan sebelumnya, yaitu:

A. KESIMPULAN

1. Perlindungan Pengetahuan Tradisional khususnya Metode Pengobatan Tradisional dapat diupayakan melalui rezim Hak Kekayaan Intelektual Paten di Indonesia Hal tersebut didasarkan bahwa objek yang dapat dilindungi Paten adalah invensi di bidang teknologi yang berupa metode atau proses yang sesuai dengan pengertian invensi itu sendiri sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 butir (2) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 menyatakan bahwa: “ Invensi adalah ide inventor (penemu) yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi dapat berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses.” Metode pengobatan tradisional ini memiliki ruang lingkup metode atau proses yang merupakan suatu invensi yang dapat diteliti lebih jauh sebagai ilmu pengetahuan. Sehingga perlindungan yang sesuai untuk Metode Pengobatan Tradisional ini adalah melalui Paten. Hak yang diperoleh melalui

paten ini adalah hak khusus untuk menggunakan invensi yang telah dilindungi paten serta melarang pihak lain melaksanakan invensi tersebut tanpa persetujuan dari pemegang paten. Sistem perlindungan ini yang sesuai untuk kondisi di Indonesia saat ini, yang mana banyak sekali penggunaan Pengetahuan Tradisional oleh pihak lain tanpa persetujuan dari pemilik dari Pengetahuan Tradisional.

2. Pengetahuan Tradisional memenuhi unsur kebaruan dalam Pemberian Hak Paten di Indonesia, berdasarkan konsep yang dikemukakan oleh Sudargo Gautama, Negara Indonesia lebih baik menggunakan sistem kebaruan secara universal. Pemberlakuan syarat kebaruan ini secara universal di Indonesia, mengakibatkan pengetahuan tradisional khususnya metode pengobatan tradisional yang telah dimohonkan Paten, berlaku sebagai penemuan baru terhadap negara-negara lainnya. Pemerintah sebagai lembaga legislatif berkewajiban untuk melakukan perubahan sistem peraturan dalam resim HKI khususnya dalam pengaturan Paten. Hal ini kembali didasari atas tujuan penerapan hukum untuk kesejahteraan masyarakat. Perubahan ini dapat dilakukan melalui penyempurnaan atau revisi dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten pada Pasal 7 poin (b) yang membatasi pemberian paten atas invensi. Revisi tersebut dilakukan dengan penghapusan ketentuan sehingga metode pemeriksaan dan pengobatan termasuk invensi yang dapat diberikan paten., serta pada Pasal 2 ayat (1) yang menyatakan tentang syarat kebaruan. Perubahan ini dapat dilakukan dengan

menyempurnakan pengaturan mengenai sifat syarat kebaruan tersebut dapat berlaku secara universal yang berarti bahwa suatu invensi walaupun telah diketahui oleh masyarakat lokal tetapi belum diketahui masyarakat global dapat diberikan Hak Paten yang berlaku untuk seluruh negara. Apabila negara-negara lain ingin menggunakan pengobatan tradisional Indonesia sebagai alternatif penyembuhan penyakit wajib memohon lisensi penggunaan pengetahuan tersebut. Sistem Paten memberikan peluang kepada pemilik pengetahuan untuk dapat memberikan kebebasan menggunakan pengetahuannya atas dasar perjanjian lisensi.

3. Metode Pengobatan Tradisional dapat didaftarkan untuk mendapatkan perlindungan melalui Paten dalam pengalihan lisensi pada pihak ketiga dengan cara melakukan permohonan paten sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 20 dan 21 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten atas metode pengobatan tradisional kemudian Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual akan memeriksa kelengkapan data dan pemenuhan syarat kebaruan dalam pengetahuan tersebut. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan oleh penulis dalam pembahasan, maka permohonan paten untuk syarat kebaruan dalam metode pengobatan tradisional lebih baik berlaku sistem kebaruan universal yang sifat kebaruannya dianggap baru untuk dunia. Sehingga pengetahuan yang dimohonkan paten di Indonesia diakui oleh negara-negara lainnya. Setelah diperiksa, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual akan memberikan keputusan apakah pengetahuan metode pengobatan tradisional

tersebut dapat diterima atau ditolak dalam permohonan Patennya. Apabila berdasarkan pemeriksaan dihasilkan kesimpulan bahwa pengetahuan yang dimintakan Paten tersebut dapat diberikan Paten, maka Direktorat Jenderal memberikan surat Paten kepada orang atau perwakilan dari suatu komunitas masyarakat tradisional yang mengajukan permintaan Paten, yang kemudian berstatus menjadi Pemegang Paten. Paten yang telah diberikan dicatat dalam Daftar Umum Paten dan diumumkan dalam Berita Resmi Paten. Pemegang Paten metode pengobatan tradisional tersebut berhak memberikan lisensi kepada pihak ketiga berdasarkan Surat Perjanjian Lisensi sebagaimana diatur dalam Pasal 16 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten. Perjanjian lisensi Paten atas metode pengobatan tradisional memberikan peluang kepada pihak ketiga untuk menggunakan metode pengobatan tersebut dengan tujuan untuk pengobatan dan pengembangan pengetahuan.

B. SARAN

1. Untuk dapat memenuhi tujuan hukum di Indonesia yaitu kepastian hukum maka harus segera dilakukan perubahan terhadap sistem perlindungan terhadap Pengetahuan Tradisional bidang Metode Pengobatan Tradisional melalui revisi atau penyempurnaan atau perubahan terhadap Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten khususnya dalam syarat kebaruan yang berlaku di Indonesia. Hal tersebut sudah menjadi tugas pemerintah sebagai lembaga legislatif untuk segera membentuk pengaturan hukum baru mengenai perlindungan metode pengobatan tradisional yang sesuai dengan kondisi

bangsa Indonesia sehingga rasa keadilan untuk masyarakat tradisional dapat tercapai dengan baik.

2. Supaya dapat disesuaikan dengan kondisi budaya di Indonesia maka pemberlakuan syarat kebaruan atas metode pengobatan tradisional harus berlaku secara universal. Pemberlakukan syarat kebaruan secara universal ini akan mengukur bahwa pengetahuan tradisional dianggap baru apabila masyarakat internasional belum mengetahuinya. Oleh karena itu, tidak akan terlalu sulit walaupun penemunya tidak diketahui secara pasti karena sudah dibentuk sejak zaman dahulu.

3. Pemegang Paten Metode Pengobatan Tradisional ini lebih baik dipegang oleh wakil pemerintah agar perlindungan terhadap penggunaan pengetahuan tradisional ini lebih terjamin. Khususnya dalam pengalihan lisensi untuk pihak ketiga harus sesuai dengan prosedur ketentuan hukum dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang paten. Pengalihan lisensi tersebut dilakukan melalui Surat Perjanjian Lisensi antara Pemilik Lisensi dengan Pihak Ketiga yang selanjutnya harus didaftarkan kepada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Sehingga pihak ketiga tersebut dapat melakukan hak dan kewajibannya dalam pengunaan lisensi paten tersebut.

x A. BUKU

Achmad Zen Umar Purba. Hak Kekayaan Intektual Pasca TRIPs. 2011. Bandung: Alumni

Black’s. Black’s Law Dictionary, sixth edition. St. Paul Minn: West Publishing Co,. 1990

Direktorat Jenderal POM Republik Indonesia. Kodifikasi Perundang-Undangan Obat Tradisional Jilid 1. Jakarta: Bakti Husada. 1994

Eddy Damian. Glosaium Hak Cipta dan Hak Terkait. Bandung:Alumni. 2012. Eddy Damian. Hukum Hak Cipta. Bandung: Alumni. 2005.

Graham Dutfield. Intellectual Property Rights and the Life Science Industries A 20th Century History Hampshire. Ashgate Publishing Limited. 2003.

Herianto Santoso. Buku Ramuan Obat. Jakarta: Citra Persada. 2010.

Kementrian Perencanan Pembangunan Nasional. Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2010-2014. Jakarta: Kementrian Perencanan Pembangunan Nasional. 2013

Kiswojo. Pengetahuan Dasar Ilmu Akupuntur. Jakarta: Akupuntur Indonesia. 2006

Michael Mayor. Longman Dictionary of Contemporary English. Pearson Education Limited, Edinburgh. 2012.

x Law Publisher, 1997.

Saidin. Aspek Hukum Hak Milik Intelektual. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1997.

Soekidjo Notoatmodjo. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2010. Sudargo Gautama. Segi-Segi Hukum Hak Milik Intelektual. Bandung:PT. Eresco

Bandung 1995. 1995.

Sudaryat, Sudjana dan Rika. Hak Kekayaan Intelektual. Bandung:Oase Media. 2010.

Sunaryati Hartono. Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad Ke-20. Bandung: Alumni. 1994

Surayin. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya. 2011.

Tim Lindsay dkk. Hak Kekayaan Intelektual: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Alumni. 2006

Zainul Daulay. Pengetahuan Tradisional (Konsep , Dasar Hukum, dan Praktiknya). Jakarta: Rajawali Pers. 2011.

B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

x Kekayaan Intelektual

Keputusan Menteri Republik Indonesia Nomor 1076/MENKES/SK/VII/2003 C. JURNAL, MAKALAH DAN KARYA ILMIAH LAINNYA

Agus Soerdjono. Jurnal Hukum Intenasional Universitas Indonesia. Edisi Khusus Mei 2009., hlm. 1

Anil K. Gupta. Rewarding Conservation of Biological and Genetic Resources and Associated Traditional Knowledge and Contemporary Grassroots Creativity dalam WIPO-UNEP Study on the Role of Intellectual Property Rights in the Sharing of Benefits Arising from the Use of Biological Resources and Associated Traditional Knowledge. Study no. 4. WIPO. Switzerland. 2004

Christian Andersen dan Pan Lindawaty S.Sewu. Makalah: Waralaba sebagai salah satu upaya Perlindungan Hukum dan Penambahan Nilai terhadap Pnegetahuan Tradisional di Indonesia. Universitas Kristen Maranatha, Bandung. 2013

David R. Downes. “How Intellectual Property Could Be a Tool to Protect

Traditional Knowledge” dalam Columbia Journal of Environmental Law vol.25, No. 253, 2000.

Dina Nawaningrum, et. al., “Penyakit dan Pengobatan Ramuan Tradisiona:

x

Erin Kathleen Bender. “North and South:The WTO, TRPs and The Scourge of Biopiracy”, dalam Tulsa Journal Comarative & International Law. Vol. 1. Issues 1. 2003.

Graham Dutfield. Intellectual Property, Biogenetic Resources and Traditional Knowledge. Earthscan, UK. Switzerland, 2003

Kementrian Kebudaayaan dan Pariwisata. Tinjauan Sekilas : Upaya Perlindungan Kekayaan Intelektual Atas Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi Budaya Tradisional. 2000.

Krisnani Setyowati. Hak Kekayaan Intelektual dan Tantangan Implementasinya di Perguruan Tinggi, Kantor HKI-IPB, 2005

Laporan Menteri Luar Negeri dan Kerja Sama Pembangunan Belanda kepada Parlemen tentang “Indigenous Peoples in Foreign Policy and Development Cooperation”. Den Haag. 24 Maret 1993.

Mazafira Eleena BT Mazelan, Gambaran Perbandingan Tingkat Perilaku Tentang Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Moderen Masyarakat Putrajaya. Wilayah Persekutuan Putrajaya Malaysia. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara. Medan. 2010.

x

Najmi. Perlindungan Hukum Terhadap Pengetahuan Tradisional di Indonesia Menurut Rezim Hak Kekayaan Intelektual. Dosen Fakultas Hukum Universitas Andalas, Padang. 2013

R. Achmad Gusman Catur Siswandi (et.al). Pengaturan Mengenai HKI dan Perlindungan Pengetahuan Tradisional (Tradisional Knowledge) dalam Bidang Pengobatan di Indonesia. Hasil Penelitian, Fakultas Hukum UNPAD, 2001.

Stephen Brush dalam Graham Dutfield: Intellectual Property Rights, Trade and Biodiversity: The Case of Seeds And Plant Varieties, Background Paper, Intersessional Meeting on the Operations of the Convention Biological Diversity, Montreal, Canada, 28-30 June 1999.

Surdayat dan Aam Suryamah. Makalah :Kepemilikan Komunal Kekayan

Intelektual “Ubar Kampung” Sebagai Pengetahuan Tradisional

Masyarakat Jawa Barat. 2013.

Susan Jane Beers, Jamu : The Ancient Indonesian Art of Herbal Healing, Periplus Editions, 2001.

Werra Jd, Fighting Against Biopracy: Does The Obligation to Disclose in Patent Applications Truly Helps, 2009. Vand. J. Transnat’L.

Yessyca Sari Debby. Studi Kasus Hubungan antara Paten dan Pengetahuan Tradisional. Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Jawa Barat. 2013.

x Counterfeit Goods/TRIPs. Convention Biological Diversity Mukadimah ILO Convention 1969 E. MAJALAH

Beras Kencur Made in Japan. MbM. Tempo. 43/XXX, 26 Desember 2002. F. BAHAN INTERNET

Amira Zulika, <www.kamuskesehatan.com/arti/homeopati>, diakses pada tanggal 21 April 2014

Chazawi. Tindak Pidana Hak Atas Kekayaan Intelektual: Penyerangan Terhadap Kepentingan Hukum Kepemilikan dan Penggunaan Hak Atas Kekayaan Intelektual, (http://books.google.co.id, diakses 4 Oktober 15 Januari 2013) Dadan Harjana. Obat Tradisional Sakit Gigi Paling Ampuh.

<www.manfaatnyasehat.blogspot.com/ 2013/09/obat-sakit-gigi.html>, diakses pada tanggal 13 Februari 2014

http:// www.who.int, diakses pada tanggal 14 Maret 2014.

http://dedikurniawanstmikpringsewu.wordpress.com/2013/07/24/pengertian-dan-definisi-metode-penelitian-dan-metode-penelitian/>, diakses pada tanggal 3 Februari 2014

x

http://www.un.org/News/Press/docs/2007/ga10612.doc.htm, dikunjungi pada 20 Desember 2013.

Moelyono, ubar kampung,<www.farmasi.unpad.ac.id> ,[14/09/2013]

Sari dan Simanunsong. Hukum Dalam Ekonomi, (http://books.google.co.id, diakses 4 Oktober 15 Januari 2013)

www.hasanah.com, diakses pada tanggal 17 Januari 2014. www://unes.doc.org/diakses pada 8 Januari 2014.

Dokumen terkait