• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis terhadap Pengakuan Negara Indonesia atas Pengetahuan Tradisional Mengenai Metode Pengobatan Tradisional Melalui Peraturan Perundang-undangan di Indonesia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis terhadap Pengakuan Negara Indonesia atas Pengetahuan Tradisional Mengenai Metode Pengobatan Tradisional Melalui Peraturan Perundang-undangan di Indonesia."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

viii

Christy Dwiputri Ayupermata 1087021

ABSTRAK

Perlindungan terhadap Pengetahuan Tradisional belum diatur secara khusus dalam sistem hukum di Indonesia. Perlindungan Pengetahuan Tradisional ini telah dibahas dalam Agreement on Trade Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs) dan World Intellectual Property Organization (WIPO). Perlindungan dalam TRIPs terhadap pengetahuan tradisional tidak dapat mengakomodasi secara penuh. Kemudian dalam WIPO perlindungan yang tepat atas pengetahuan tradisional masih diperdebatkan. Peraturan perundang-undangan di Indonesia berkaitan dengan pengetahuan tradisional terdapat dalam Undang 15 Tahun 2001 tentang Merek yaitu pengaturan mengenai Indikasi Georgrafis, Undang-Undang No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta yang hanya dapat diakomodasi oleh hak moral atas pengetahuan tradisional, sedangkan dalam Undang-Undang No 14 Tahun 2001 tentang Paten bertentangan dengan aspek kebaruan (novelty).

Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif yaitu mengkaji suatu penelitian yang objeknya adalah norma, kaidah dan aturan hukum untuk dikaji kualitasnya, dengan menggunakan pendekatan pada asas-asas hukum/ajaran/doktrin hukum yang mengacu pada pendapat para ahli. Data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa bahan baku primer berupa Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, literatur, Perundang-Undangan, bahan kepustakaan, buku-buku, dan sebagainya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis permasalahan mengenai perlindungan Pengetahuan Tradisional khususnya Metode Pengobatan Tradisional melalui rezim Hak Kekayaan Intelektual Paten terjadi karena invensi Metode Pengobatan Tradisional sulit memenuhi persyaratan Paten yang tercantum dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 yang menyangkut syarat kebaruan.

Upaya perlindungan terhadap Pengetahuan Tradisional khususnya Metode Pengobatan Tradisional melalui rezim Hak Kekayaan intelektual adalah dengan melakukan penyempurnaan atau revisi terhadap Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten. Pelaksanaan revisi terhadap keberlakuan syarat kebaruan atas Pengetahuan Tradisional harus dibentuk dan disesuaikan dengan kondisi saat ini di Indonesia dimana masih terdapat pihak-pihak asing yang berusaha mengambil pengetahuan tradisional tanpa izin dari masyarakat tradisional pemilik pengetahuan tersebut.\

(2)

viii

Christy Dwiputri Ayupermata

1087021

ABSTRACT

Protection of traditional knowledge is not specifically regulated in the legal system in Indonesia. Protection of traditional knowledge has been discussed in the Agreement on Trade Aspect of Intellectual Property Rights and the World Intellectual Property Organization. Protection of traditional knowledge in the Agreement on Trade Aspects of traditional knowledge is still debated. Regulation in Indonesia with regard to traditional knowledge contained in the Law 15 No 2001 regarding Brand that is setting on geographical indications, Law No 19 of 2002 regarding Copyrights can only be accommodated by the moral rights over traditional knowledge, while in Law No 14 of 2001 regarding Patent , this concept conflict with the novelty aspect.

These research using normative juridical research method that examine a research object which is the norm, rules, the rule of law to review quality, with using the approach on the principles of law , teaching, doctrines of law which refers to the opinion of experts. Data used by the authors in this research are secondary data from the primary law material in the form of Law No 19 of 2002 regarding Copyrights, literature, legislation and regulations, literature, books. Based on the results of research conducted by the authors concerns the protection of traditional knowledge, especially traditional treatment method regime of Intellectual Property Rights through patents occurs because traditional treatment method of the invention may not meet the requirements of the patent listed in efforts to protect traditional knowledge which has been ruled in Article 2 (1) Law No 14 of 2001 regarding Patent.

Efforts to protect traditional knowledge , especially traditional treatment methods through Intellectual Property Rights regime is to make revisions to the Law 14 of 2001 about Patent. Enforceability of the novelty requirement of traditional knowledge should be established and adapted to current conditions in Indonesia there are foreign parties are trying to take traditional knowledge permission of the traditional knowledge owners of the knowledge society.

(3)

viii

PERNYATAAN KEASLIAN……….ii

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI………...iii

HALAMAN PENGESAHAN……….…iv

HALAMAN PERSETUJUAN SIDANG AKHIR………...v

KATA PENGANTAR.………...vi

DAFTAR ISI………..vii

ABSTRAK………...viii

ABSTRACT………...ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……….1

B. Identifikasi Masalah………..18

C. Tujuan Penelitian………...18

D. Kegunaan Penelitian………..19

E. Kerangka Pemikiran………...19

F. Metode Penelitian………..26

G. Sistematika Penulisan………30

BAB II KAJIAN TEORITIS MENGENAI PENGETAHUAN TRADISIONAL SEBAGAI REZIM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL A. Pengetahuan Tradisional sebagai Rezim Hak Kekayaan Intelektual……….33

1. Pengertian Hak Kekayaan Intelektual………..33

2. Sejarah Hak Kekayaan Intelektual………...36

(4)

viii

B. Perlindungan Pengetahuan Tradisional dalam Hukum Internasional………55

1. Perlindungan Pengetahuan Tradisional Terhadap Pengetahuan Tradisional………...55

2. Perlindungan Hukum Internasional Terhadap Pengetahuan Tradisional Sebagai Warisan Budaya Masyarakat Tradisional………61

C. Perlindungan Pengetahuan Tradisional dalam Sistem Hukum Indonesia……….63

BAB III TINJAUAN KONSEPTUAL TERHADAP PENYELENGGARAAN METODE PENGOBATAN TRADISIONAL YANG DISESUAIKAN DENGAN PENGATURAN HUKUM DI INDONESIA A. Konsep dan Ruang Lingkup Metode Pengobatan Tradisional………..69

1. Pengertian Pengobatan Tradisional……….69

2. Pengertian Metode Pengobatan Tradisional………72

3. Sejarah Pengobatan Tradisional………..73

B. Klasifikasi dan Jenis Pengobatan Tradisional………...75

1. Klasifikasi Pengobatan Tradisional……….75

2. Subjek Pelaku Pengobatan Tradisional………81

3. Jenis-Jenis Pengobatan Tradisional……….84

C. Pengetahuan dan Ketentuan Hukum Pengobatan Tradisional Milik Masyarakat Tradisional di Indonesia………86

1. Keterkaitan antara Masyarakat Tradisional dengan Pengetahuan Pengobatan Tradisional………...86

2. Pengobatan Tradisional Asli Indonesia………...90

3. Ketentuan Hukum Mengenai Pengobatan Tradisional di Indonesia………...…92

4. Penyelenggaraan Metode Pengobatan Tradisional di Indonesia……….95

BAB IV ANALISIS TERHADAP PERLINDUNGAN PENGETAHUAN TRADISIONAL

MENGENAI METODE PENGOBATAN TRADISIONAL DALAM REZIM HAK

(5)

viii

2. Perlindungan Pengetahuan Tradisional Melalui Regulasi Hak Kekayaan Intelektual di

Negara Internasional………..107

3. Perlindungan Pengetahuan Tradisional Melalui Regulasi Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia………110

B. Pengaruh Unsur Kebaruan dalam Pemberian Hak Paten Terhadap Metode Pengobatan Tradisional………..117

1. Implikasi Perlindungan Metode Pengobatan Tradisional Melalui Pemberian Hak Paten………...117

2. Penerapan Syarat Kebaruan Pemberian Hak Paten yang Sesuai Dalam Sistem Hukum di Indonesia………121

3. Sistem Perlindungan Metode Pengobatan Tradisional yang Disesuaikan Dengan Kondisi Budaya Indonesia……….123

C. Proses Pemberian Lisensi yang Dapat Diaplikasikan Terhadap Pengetahuan Tradisional Mengenai Metode Pengobatan Tradisional……….127

1. Prosedur Pendaftaran Paten Atas Pengetahuan Tradisional Mengenai Metode Pengobatan Tradisional………..127

2. Prosedur Pengalihan Hak Paten Melalui Pemberian Lisensi Atas Metode Pengobatan Tradisional……….131

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………..134

B. Saran………137

DAFTAR PUSTAKA………..x

(6)

1 A. Latar Belakang Masalah

Setiap negara memiliki kebudayaan yang menjadi citra diri negara

tersebut. Beberapa negara memiliki banyak kebudayaan di negaranya. Indonesia

merupakan salah satu negara yang memiliki banyak kebudayaan. Kebudayaan

tersebut dapat mencakup karya prasejarah, tari-tarian, teknologi, bahasa, kesenian,

ilmu pengetahuan, serta tradisi daerah. Kebudayaan tersebut lahir dari karya

intelektual manusia. Karya intelektual manusia lahir atas pemikiran manusia yang

terdapat dalam suatu wilayah tertentu. Oleh karena itu, kebudayaan yang dimiliki

tiap negara berbeda-beda karena masyakarat dan kondisi geografis yang tersebar

di tiap negara berbeda-beda.

Negara sudah seharusnya memajukan, memelihara dan mengembangkan

kebudayaan-kebudayaan yang dibentuk atas karya intelektual masyarakat, dimana

kebudayaan ini merupakan jati diri negara tersebut. Sistem hukum di Indonesia

sudah memiliki pengaturan akan jaminan pemeliharaan, dan pengembangan

kebudayaan oleh bangsa Indonesia. Konstitusi Negara Indonesia yaitu

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang ,selanjutnya

(7)

kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin

kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai

budayanya.” Dasar konstitusi ini yang memunculkan adanya perlindungan

terhadap kebudayaan karya intelektual bangsa Indonesia. Berdasarkan Peraturan

Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014. Pemeliharaan dan

pengembangan terhadap nilai-nilai budaya di Indonesia dituangkan dalam

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional periode tahun 2010-2014

(yang selanjutnya disebut RPJMN 2010-2014) bahwa arah kebijakan pemerintah

dalam membangun negara Indonesia adalah untuk mendukung pengembangan

dan perlindungan terhadap kebhinekaan budaya, karya seni, dan ilmu serta

apresiasinya difokuskan pada bidang kebudayaan, kreativitas, dan inovasi

teknologi.1 Dasar penerbitan Peraturan Presiden ini untuk melaksanakan

ketentuan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Rencana

Pembangunan Nasional, sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan Peraturan

Pelaksana yaitu Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional periode Tahun 2010-2014.

Berdasarkan UUD 1945 dan RPJMN 2010-2014 memberikan dasar

perlunya pengembangan dan perlindungan terhadap kebudayaan yang merupakan

karya intelektual masyarakat Indonesia. Kebudayaan yang memiliki aneka macam

1 Kementrian Perencanan Pembangunan Nasional. E-book: Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2010-2014.

(8)

bentuk karya intelektual masyarakat memunculkan berbagai macam perlindungan

terhadap Hak Kekayaan Intelektual (selanjutnya disingkat dengan HKI).

Pada abad 19, konsep HKI ini muncul setelah dilaksanakannya Paris

Convention for the Protection of Industrial Property dan Berne Convention for

the Protection of Artistic and Literacy Works. Hak Kekayaan Intelektual adalah

suatu sistem yang sekarang ini melekat pada tata kehidupan modern. Seperti juga

pada aspek-aspek lain yang memberi warna pada kehidupan modern, semisal

masalah lingkungan hidup serta persaingan usaha, hak kekayaan intelektual

merupakan konsep yang relatif baru bagi sebagian besar negara, dan merupakan

konsep yang baru bagi negara-negara berkembang. Namun, pada akhir abad ke-20

dan awal abad ke-21 tercapai kesepakatan negara-negara untuk mengangkat

konsep hak kekayaan intelektual ke arah kesepakatan bersama, kesepakatan

terwujud dalam Agreement Establishing the World Trade Organization (WTO

Agreement) dan segala perjanjian internasional yang menjadi lampirannya,

termasuk yang menyangkut hak kekayaan intelektual.2

Indonesia sebagai anggota masyarakat internasional secara resmi telah

mengesahkan keikutsertaanya dan menerima Persetujuan Pembentukan

Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) beserta seluruh lampirannya dengan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1997 tentang Pengesahan Agreement

Establishing The World Trade Organization (WTO). Salah satu persetujuan di

bawah pengelolaan WTO adalah Agreement Trade Related Aspect of Intellectual

2

(9)

Property Rights (Persetujuan TRIPs). 3 Trade Related Aspect of Intellectual

Property Rights (TRIPs) membagi 7 jenis Hak Kekayaan Intelektual (yang

selanjutnya disebut HKI) 4, yaitu hak cipta (copyrights), merek (trademarks),

indikasi geografis (geographical indication), desain produk industri (industrial

designs), paten (patent), desain tata letak sirkuit terpadu (integrated circuit

lay-out designs), dan rahasia dagang (trade secret). Untuk melaksanakan persetujuan

TRIPS dan sekaligus membangun sistem hukum nasional di bidang HKI antara

lain, dilakukan dengan cara membentuk peraturan perundang-undangan bidang

HKI dan meningkatan kesadaran masyarakat terhadap HKI.

Saat ini berlaku Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak

Cipta, Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Varietas Tanaman,

Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang,

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri, Undang-Undang-Undang-Undang Nomor

14 Tahun 2001 tentang Paten, dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001

tentang Merek. Berbagai konvensi atau perjanjian internasional di bidang HKI

telah diratifikasi sejak tahun 1997 yaitu Paris Convention for The Protection of

Industrial Property (Perlindungan Paten, Merek, Desain Produksi, dan Rahasia

Dagang) dengan Keppres Nomor 15 tahun 1997 tentang Perubahan Keputusan

Presiden Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pengesahan Paris Convention For The

3 Najmi. Perlindungan Hukum Terhadap Pengetahuan tradisional di Indonesia Menurut Rezim Hak

Kekayaan Intelektual. Dosen Fakultas Hukum Universitas Andalas, Padang. 2013, hlm. 1.

4 Pasal 1 ayat (2) Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights Including Trade in Counterfeit

(10)

Protection of Industrial Property dan Convention Establishing The World

Intellectual Property Organization , Traktat Merek dengan Keppres Nomor 18

Tahun 1991 tentang Pengesahan Berne Convention For The Protection of

Literary and Artistic Works, dan Traktat WIPO tentang Hak Cipta dengan

Keppres Nomor 19 Tahun 1997 tentang Pengesahan WIPO Copyrights Treaty.5

Adapun disamping ketujuh rezim HKI tersebut, terdapat rezim HKI yang

belum dilindungi dalam kerangka TRIPs secara tegas. Rezim HKI ini mengatur

masalah hak kekayaan intelektual yang dimiliki oleh komunal atau masyarakat

yaitu Genetic Resources, Traditional Knowledge and Folklore (kemudian

disingkat menjadi GRTKF) 6. GRTKF ini merupakan bagian dari identitas negara

yang memiliki nilai-nilai moral yang mengandung dimensi budaya, sosial, dan

spiritual. GRTKF tidak hanya menjadi identitas semata, tetapi juga menjadi aset

potensial yang memiliki manfaat ekonomi dan budaya yang besar. Masalah

GRTKF ini telah menarik perhatian masyarakat internasional selama dekade

terakhir. Indonesia sebagai negara mega biodiversity dengan keanekaragaman

budaya dan adat istiadat sangat berkepentingan terhadap upaya perlindungan

terhadap GRTKF. Istilah GRTKF ini dikenal di Indonesia dengan sebutan

Sumber Daya Genetik, Pengetahuan tradisional, dan Ekspresi Budaya

Tradisional, yang selanjutnya disebut dengan SDGPTEBT.

5 Najmi. Op.Cit., hlm. 2.

6 Krisnani Setyowati. Hak Kekayaan Intelektual dan Tantangan Implementasinya di Perguruan Tinggi,

(11)

Perlindungan dan pelestarian terhadap SDGPTEBT ini tidak hanya

penting untuk keberadaan SDGPTEBT dan masyarakat tradisional, khususnya di

negara-negara berkembang, tetapi juga untuk pembangunan dan kesejahteraan

negara-negara secara keseluruhan. Pada tahun 1999, WIPO mengadakan

Roundtable on Intellectual Property and Traditional Knowledges. Pada saat itu,

dibentuklah The Intergovernmental Comitte on Intellectual Property and Genetic

Resources, Traditional Knowledge, and Folklore. Intergovernmental Comitte on

Intellectual Property and Genetic Resources, Traditional Knowledge, and

Folklore ini memiliki tugas utama untuk memanfaatkan semaksmimal mungkin

sistem hak kekayaan intelektual yang ada untuk melindungi sumber daya genetik,

Pengetahuan tradisional, dan ekspresi budaya tradisional.

SDGPTEBT merupakan rezim HKI yang mencakup sumber daya genetik

(SDG), Pengetahuan tradisional (PT), dan ekspresi budaya tradisional (EBT).

Sumber daya genetik yang diartikan sebagai bahan genetik yang memiliki nilai

nyata atau potensial sangat penting peranannya bagi keberlanjutan kehidupan

manusia dimuka bumi sebagaimana disebutkan oleh Stephen Brush:

Genetic resources provide “the foundation of all food production, and

the key to feeding unprecedented numbers of people in times of climate

and other environment change”.7

7 Stephen Brush dalam Graham Dutfield: Intellectual Property Rights, Trade and Biodiversity: The

(12)

Sumber daya genetik sebagai pondasi bagi keberlangsungan hidup umat

manusia memiliki keterkaitan dengan berbagai aspek kehidupan manusia, yang

pada intinya untuk menjamin keberlangsungan hidup manusia di muka bumi ini.

Sumber daya genetik menjadi sumber atau bahan bagi obat-obatan ataupun

pengetahuan pengobatan tradisional (tradisional medical knowledge).

Pengetahuan pengobatan tradisional merupakan bagian dari Pengetahuan

tradisional, sedangkan ekspresi budaya tradisional berkaitan dengan hal-hal yang

mengandung unsur-unsur kesenian tradisional yang dikembangkan dan

dipertahankan oleh masyarakat atau individu yang mencerminkan tradisi suatu

komunitas.

Menurut Eddy Damian, “Pengetahuan tradisional adalah suatu kekayaan intelektual yang dapat dibedakan dari kekayaan intelektual ekspresi budaya

tradisional yang merupakan kekayaan intelektual yang berkaitan dengan

teknologi, kosmologi, tata nilai, kaidah, seni, tata masyarakat, taksonomi, tata

bahasa, dan kandungan konsep dengan kata, invensi dan inovasi yang berdasarkan

tradisi masyarakat tertentu.”8 Pengetahuan tradisional diartikan sebagai pengetahuan yang dimiliki atau dikuasai dan digunakan oleh suatu komunitas,

masyarakat, atau suku bangsa tertentu yang bersifat turun-temurun dan terus

berkembang sesuai dengan perubahan lingkungan. Pengetahuan tradisional

mencakup metode budidaya dan pengolahan tanaman, pengobatan, obat-obatan,

resep makanan, kesenian, dan lain sebagainya.

8

(13)

Pengetahuan tradisional mengenai pengobatan tradisional merupakan

bagian dari ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh suatu komunitas atau masyarakat

tertentu dalam suatu wilayah. Misalnya, di Jawa Barat terdapat Pengetahuan

tradisional tentang pengobatan penyakit yang dikenal dengan nama “ubar kampung”. 9

Ubar kampung telah dikenal masyarakat secara turun-temurun dari nenek

moyang masyarakat Jawa Barat. Pengetahuan ini masih digunakan sampai

sekarang terutama di daerah-daerah pedesaan. Menurut Moeyono, ubar kampung

adalah istilah yang digunakan oleh masyarakat etnis Sunda untuk

mendeskripsikan pengertian obat tradisional dalam bahasa Sunda. Ubar berarti

obat dan kampung berarti tempat bermukim masyarakat dalam lingkungan

tradisional. Ubar kampung dapat diartikan sebagai obat yang digunakan oleh

masyarakat etnis Sunda di pemukiman tradisionalnya. Ubar kampung yang

digunakan umumnya berupa tumbuhan atau bagian tumbuhan yang digunakan

temurun berdasarkan pengalaman empiris. Pengetahuan empiris

turun-temurun ini diajarkan oleh orang tua kepada anak-cucunya melalui cerita-cerita

yang sarat dengan kearifan lokal mengenai pentingnya kelestarian alam untuk

kesejahteraan manusia, termasuk dalam pemeliharaan kesehatan. Kearifan lokal

ini melahirkan kesadaran bahwa “alam adalah anugerah yang harus dipelihara,

9 Surdayat dan Aam Suryamah. Makalah : Kepemilikan Komunal Kekayan Intelektual “Ubar

(14)

bukan untuk dirusak atau dihancurkan”. Di tengah era modernisasi, masyarakat

etnis Sunda masih tetap membanggakan falsafah ubar kampungnya.10

Ubar kampung terbuat dari racikan tumbuh-tumbuhan yang dipercaya

memiliki khasisat sebagai obat. Metode peracikan ubar kampung sebagian telah

diketahui dan diwariskan secara turun-temurun sehingga masyarakat telah

mengetahui sebagian cara untuk meracik ubar kampung tersebut, apabila

masyarakat tidak mengetahui cara meracik ubar kampung, maka ketua kampung

(pimpinan masyarakat tradisional) akan membuatkan racikan ubar kampung (cara

pembuatan obat ) kepada masyarakat yang sedang mengalami sakit.11 Contohnya

yaitu, pengetahuan pengobatan tradisional yang diturunkan secara turun-temurun

menggunakan tanaman “cikur” untuk menyembuhkan berbagai penyakit antara lain, sakit kepala, keseleo,batuk, dan masuk angin. Khasiat tanaman “cikur” ini

terkandung pada sari pati “cikur” yang mengandung minyak atsiri, asam metal kanil, dan sari pati lainnya.

Pengetahuan tradisional dalam bidang metode pengobatan tradisional

memang merupakan salah satu tradisi yang telah lama dipraktikan di Indonesia.12

Di pulau jawa, informasi penggunaan obat tradisional dapat dijumpai di Candi

Borobudur. Informasi yang sama juga dapat dijumpai di berbagai naskah kuno

10 Moelyono. Ubar kampung,<www.farmasi.unpad.ac.id> ,[14/09/2013] 11 Ibid.

12 Susan Jane Beers. Jamu : The Ancient Indonesian Art of Herbal Healing. Periplus Editions. 2001.

(15)

yang tersimpan di Fakultas Sastra Universitas Indonesia.13 Di Keraton Surakarta,

informasi tersebut dapat dijumpai melalui naskah kuno Serat Kawruh (khususnya

bab tentang Jampi-jampi) yang terdapat di perpustakaan keraton tersebut. Di

dalam naskah ini konon dijumpai 1.734 formula obat yang terbuat dari berbagai

komponen yang berasal dari alam (natural ingredients), termasuk informasi

menyangkut kegunaannya.14 Di Indonesia terdapat banyak sekali obat-obatan

tradisional, apabila dibandingkan dengan Negara Tiongkok, Negara Indonesia

memiliki paling banyak jenis tumbuhan herbal. Potensi tersebut tidak seluruhnya

dimiliki oleh setiap negara. Hanya negara-negara tertentu yang memiliki potensi

yang khas atau unik di dalam negara tersebut. Sebagai contoh, di Indonesia

dikenal secara tradisional atas pembuatan jamu. Di negara India, terdapat metode

pengobatan diabetes melalui obat-obatan yang dibuat dari terong dan pare.

Pengetahuan tradisional sesungguhnya sudah diakui oleh Convention on

Biological Diversity (CBD). Konvensi ini mulai berlaku tahun 1993 dan telah

diratifikasi oleh 170 negara. Berdasarkan Article 8 (j) The Convention on

Biological Diversity, pengertian Pengetahuan tradisional:“Traditional Knowledge is “knowledge, innovation and practices of Indigenous and local communities

embodying traditional lifestyle relevant for the conservation and sustainable use

of biological diversity”. Pasal 8 huruf j dalam konvensi ini menetapkan bahwa

13 Dina Nawaningrum, et. al. Penyakit dan Pengobatan Ramuan Tradisiona: Kajian Terhadap Naskah

Kuna Nusantara Koleksi Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Laporan Penelitian (Pusat Penelitian

Kemasyarakatan dan Budaya Lembaga Penelitian Universitas Indonesia. 2002., hlm. 10. Dari koleksi yang terdapat di perpustakaaan FSUI, terdapat 16 naskah kuno yang berisi informasi tentang penyakit dan pengobatannya.

14

(16)

negara peserta konvensi harus menghormati, memelihara, dan menjaga

pengetahuan tradisional, serta dalam menggunakannya harus meminta

persetujuan dari pemegangnya dan harus mendukung pembagian kemanfaatan

secara adil dari penggunaannya. Akan tetapi, dalam kenyataannya negara-negara

maju yang ikut meratifikasi konvensi ini tidak menerapkan pengaturan tersebut

dalam penggunaan Pengetahuan tradisional milik negara lain. Banyak kasus yang

terjadi dalam penggunaan Pengetahuan tradisional oleh negara-negara maju

terhadap negara-negara berkembang. Hal tersebut mengingat bahwa potensi

Pengetahuan tradisional khususnya dalam bidang metode pengobatan tradisional

lebih banyak dimiliki oleh negara-negara berkembang. Pada kenyataannya

negara-negara maju banyak memanfaatkan Pengetahuan tradisional tersebut untuk

kepentingan ekonomis negara-negara maju tersebut. Oleh karena itu,

perlindungan terhadap pengetahuan tradisional sangat dibutuhkan untuk

melindungi potensi kekayaan alam dan pengetahuan yang dimiliki oleh negara

tersebut.

Perlindungan terhadap pengetahuan tradisional sangat diperlukan

mengingat pada era globalisasi ini hampir seluruh negara bersaing membuka diri

dan menawarkan segala potensi yang dimiliki. Seluruh negara terus menggali

potensi yang dimiliki bahkan tak jarang saling berebut potensi dengan negara lain

demi alasan ekonomi. Beberapa negara saling berusaha untuk mengambil

pengetahuan tradisional, bahkan tak jarang beberapa negara berusaha untuk

(17)

Selain itu, beberapa negara menggunakan pengetahuan tradisional milik negara

lain tanpa izin dari pemilik dari pengetahuan tersebut. Konsep penggunaan

pengetahuan tradisional tanpa izin tersebut sering dilakukan oleh negara-negara

maju yang menggangap sumber daya hayati dan pengetahuan tradisional sebagai

warisan leluhur (common heritage of mankind) sehingga bebas dimanfaatkan oleh

siapapun juga.15 Konsep common heritage of mankind ini merupakan konsep

yang diturunkan dari klasifikasi property hukum Romawi Kuno yang dalam

pengertiannya menganggap semua benda merupakan sumber daya yang bebas

dimanfaatkan oleh siapa pun.

Banyak kasus yang dialami oleh negara-negara berkembang yang

memiliki pengetahuan tradisional dalam bidang pengobatan tradisional yang

kemudian diambil tanpa hak oleh negara-negara maju. Contohnya adalah Kasus

Vinca Rusea. Vinca Rusea adalah tumbuhan asli yang hanya tumbuh di

Madagaskar sebagai obat penyakit kanker. Kemudian Amerika

mengembangbiakkannya dan menjadikan sebagai bahan dasar obat Vicrisline dan

Vinblastine. Penjualan kedua obat ini mencapai angka 100 juta dollar AS dan

sangat ironis sebat tidak ada satu sen pun diberikan kepada masyarakat

tradisional Madagaskar.16

15 Christian Andersen dan Pan Lindawaty S.Sewu. Makalah: Waralaba sebagai salah satu upaya

Perlindungan Hukum dan Penambahan Nilai terhadap Pnegetahuan Tradisional di Indonesia.

Universitas Kristen Maranatha. Bandung. 2013, hlm. 3.

16 R. Achmad Gusman Catur Siswandi (et.al). Pengaturan Mengenai HKI dan Perlindungan

Pengetahuan tradisional (Tradisional Knowledge) dalam Bidang Pengobatan di Indonesia. Hasil

(18)

Negara berkembang secara sendiri-sendiri telah berusaha memberikan

perlindungan kepada pengetahuan tradisional. Salah satu misalnya, Panama telah

mengeluarkan undang-undang ini antara menentukan bahwa setiap pengguna

pengetahuan tradisional harus mematuhi peraturan yang dikeluarkan oleh

indigenous group yang memiliki atau memegang pengetahuan tradisional

tersebut.17 Negara Peru juga telah mengeluarkan the Law of Protection of the

Collective Knowledge of Indigenous People yang mewajibkan calon pemakai

untuk memperoleh persetujuan dari komunitas yang mempunyai pengetahuan

tradisional dan membuat perjanjian penggunaanya.18

Sistem hukum di Indonesia sesungguhnya telah memiliki perangkat

hukum yang mengatur mengenai Pengetahuan tradisional, yaitu Undang-Undang

No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta yang dalam Pasal 10 menyatakan bahwa:

“ 1. Negara memegang Hak Cipta atas karya peninggalan prasejarah, sejarah, dan benda budaya nasional lainnya.

2. Negara memegang Hak Ci pta atas folklor dan hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama, seperti cerita, hikayat, dongeng, legenda, babad, lagu, kerajinan tangan, koreografi, tarian, kaligrafi, dan karya seni lainnya.

3. Untuk mengumumnkan atau memperbanyak Ciptaan tersebut pada ayat (2), orang yang bukan warga negara Indonesia harus terlebih dahulum mendapat izin dari instansi yang terkait dalam masalah tersebut.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai hak cipta yang dipegang oleh negara sebagaimana dimaksud dalam pasal ini, diatur dengan peraturan pemerintah. “

Pengaturan atas Pengetahuan tradisional tersebut hanya melindungi karya

ciptaan sejarah, sedangkan dalam konsep metode pengobatan tradisional

17 Graham Dutfield. Intellectual Property, Biogenetic Resources and Traditional Knowledge

Earthscan. UK. Switzerland. 2003, hlm. 45.

18

(19)

cenderung ke arah pengaturan mengenai paten. Sebab memiliki metode khusus

dan sebenarnya merupakan suatu teknologi yang dapat diteliti lebih jauh sebagai

ilmu eksakta. Akan tetapi, dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001

tentang Paten menyebutkan bahwa semua metode yang berkaitan dengan

pengobatan tidak dapat diberikan paten. Hal tersebut tercantum dalam Pasal 7

huruf b Undang-Undang 14 Tahun 2001 bahwa “Paten tidak dapat diberikan Invensi untuk metode pemeriksaan, perawatan, pengobatan dan/atau

pembedahan yang diterapkan terhadap manusia dan/atau hewan”. Oleh karena

itu, permohonan paten terhadap metode pengobatan tradisional tidak dapat

diberikan paten.

Sistem perlindungan terhadap pengetahuan tradisional khususnya dalam

bidang metode pengobatan tradisional harus segera dibentuk dalam sistem hukum

di Indonesia. hal itu disebabkan karena banyak sekali kasus-kasus yang terjadi di

Indonesia dimana pihak asing memanfaatkan Pengetahuan tradisional milik

masyarakat tradisional untuk kepentingan ekonomi. Salah satu contohnya adalah

kasus Shiseido.

Kasus Shiseido19 merupakan salah satu pembajakan pengetahuan

tradisional di Indonesia. pemanfaatan tanaman obat dan rempah-rempah yang

telah lama digunakan dan dikembangkan oleh bangsa Indonesia secara

19 Pada tahun 1995, Perusahaan Shisedo melakukan pembajakan hayati dengan mengajukan 51

(20)

temurun diamati, ditiru, dan bahkan didaftarkan paten oleh Perusahaan Shiseido

yang merupakan perusahaan yang berasal dari Negara Jepang. Tanaman obat dan

rempah yang menjadi ramuan tersebut telah digunakan oleh bangsa Indonesia

sebagai ramuan penambah kecantikan. Perusahaan Shiseido mempergunakan

rempah-rempah untuk kepentingan produksi alat-alat kecantikan tanpa

memberikan sumbangsih kepada negara asal atau secara khusus bagi masyarakat

setempat yang telah lama mengembangkan Pengetahuan tradisional tersebut.20

Perusahaan kosmetik Jepang ini telah memiliki 9 paten. Bahan tanaman

yang telah mendapatkan paten adalah sebagai berikut:21

”a. Paten perawatan kepala bernomor registrasi JP 10316541 dengan subjek paten, meliputi kayu rapet (Parameria Laerigata), kemukus (Piper Cubeba), tempuyung (Sonobus Arvensis L), belantas (Pluchea Indica L), mesoyi (Massoia Aromatic Becc), pule (Alstonia Scholaris), pulowaras (Alycia Reindwartii B1), sintok (Cinamomum Sintoc BL). Nama tanaman lain yang termasuk dalam subjek paten adalah kayu legi, kelabet, lempuyang, remujung, dan brotowali. Semua tanaman itu terbagi dalam 3 paten, yang seluruhnya merupakan bahan antipenuaan.

b. Paten Perawatan Kulit, didaftarkan nama tanaman wolo (Borassus Flabellifer), regulo (Abelmoschus Moschatus), dan bunga cangkok (Schima Wallichii), sedangkan ekstrak cabai jawa dari Piperaceae didaftarakan untuk paten tonik rambut.“

Tindakan Perusahaan kosmetik Jepang ini memicu penolakan dari rakyat

Indonesia. Salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Indonesia

menggugat Perusahaan Shiseido di Lembaga Peradilan Jepang. Paten ini

20Dikutip dari Tempo. 43/XXX, 26 Desember 2002, oleh Christian Andersen dan Pan Lindawaty S.

Sewu dalam makalahnya berjudul “Waralaba sebagai salah satu upaya Perlindungan Hukum dan Penambahan Nilai terhadap Pengetahuan tradisional di Indonesia. Fakultas Hukum Universitas Kristen Maranatha. Bandung. 2013, hlm. 4.

21 Yessyca Sari Debby. Studi Kasus Hubungan antara Paten dan Pengetahuan tradisional. Fakultas

(21)

mendapatkan tekanan dari Pesticide Action Network (PAN) dan organisasi

masyarakat sipil lainnya yang terkait.22 Berdasarkan hal tersebut, terlihat bahwa

saat ada reaksi dari rakyat Indonesia barulah kasus tersebut tertangani. Penolakan

yang dilakukan oleh bangsa Indonesia atau masyarakat tradisional pemilik

Pengetahuan tradisional sebagai bentuk protes dimana Pengetahuan tradisionalnya

digunakan untuk kepentingan pribadi sangatlah wajar dan tepat. Ketidakadilan

yang dilakukan oleh pihak asing memanfaatkan karya intelektual masyarakat

Indonesia tanpa memberikan sedikitpun sumbangsih atau penghargaan atas

penciptaan karya intelektual tersebut.

Pemerintah dinilai tidak agresif dalam menanggapi masalah mengenai

pemanfaatan Pengetahuan tradisional oleh pihak asing ini. Hal tersebut

dikarenakan masih banyaknya kasus-kasus yang dialami oleh masyarakat

tradisional dimana pengetahuan yang mereka miliki dimanfaatkan tanpa izin dari

kepala suku, komunitas, atau masyarakat tradisional yang bersangkutan. Salah

satu contoh perangkat hukum yang memiliki pengaturan terhadap pengetahuan

tradisional yaitu Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2012

tentang Perlindungan Kekayaan Intelektual. Substansi Peraturan Daerah ini sudah

mengatur mengenai tugas dan tanggungjawab Pemerintah daerah khususnya

wilayah Provinsi Jawa Barat untuk melakukan perlindungan terhadap

22 Werra Jd. Fighting Against Biopracy: Does The Obligation to Disclose in Patent Applications

(22)

Pengetahuan tradisional. Peraturan tersebut juga telah mengatur mengenai

pelanggaran dan pencegahan pemanfaatan oleh pihak asing.

Di Indonesia memang sudah terdapat beberapa peraturan yang

substansinya terdapat perlindungan terhadap Hak Kekayaan Intelektual khususnya

dalam bidang Pengetahuan tradisional. Perlindungan terhadap Pengetahuan

tradisional dapat dikategorikan dari 2 (dua) sisi. Pertama, melindunginya sebagai

bagian dalam Rezim HKI. Misalnya, melalui hak Cipta melindungi moral

pencipta (pemegang) Pengetahuan tradisional. Kedua, dengan menganggap

Pengetahuan tradisional menjadi milik publik (public domain).23 Permasalahan

yang menjadi isu perdebatan saat ini yaitu apakah Pengetahuan tradisional

tertentu dapat dilindungi dengan cara dipatenkan, sedangkan dalam pemberian

Hak Paten terdapat syarat kebaruan (novelty) dan langkah inventif (inventive step)

yang sulit dipenuhi oleh hampir seluruh Pengetahuan tradisional. Hal tersebut

menjadi dasar perbebatan karena mengingat banyak Pengetahuan tradisional

sudah ada secara turun-temurun dan menjadi hal umum di masyarakat.

Permasalahan mengenai pengobatan tradisional di Indonesia sebelumnya

sudah diteliti oleh Mieke Febrina Mahasiswi Program PascaSarjana Universitas

Katolik Soegijapranata dalam Tesis yang berjudul “Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional dan Asas Pengayoman”. Karya ilmiah berupa tesis tersebut berbeda

dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Dalam skripsi ini, penulis akan

membahas mengenai “Tinjauan Yuridis Terhadap Pengakuan Negara Indonesia

23

(23)

Atas Pengetahuan Tradisional Mengenai Metode Pengobatan Tradisional Melalui

Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia”.

Berdasarkan uraian yang telah penulis paparkan mengenai perlindungan

terhadap Pengetahuan tradisional dalam bidang metode pengobatan tradisional

tersebut, maka penulis mengambil kajian ini untuk diteliti sebagai bahan

penulisan skripsi dengan judul “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP

PENGAKUAN NEGARA INDONESIA ATAS PENGETAHUAN

TRADISIONAL MENGENAI METODE PENGOBATAN TRADISIONAL

MELALUI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana Pengetahuan tradisional dapat dikategorikan sebagai Hak

Paten dalam Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia ?

2. Bagaimana tentang unsur kebaruan dalam Pengetahuan tradisional yang

mempengaruhi pemberian Hak Paten Pengetahuan tradisional di

Indonesia?

3. Bagaimana proses pemberian lisensi berkaitan dengan Pengetahuan

tradisional mengenai Metode Pengobatan Tradisional sesuai dengan

Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia ?

C. Tujuan Penelitian

(24)

1. Untuk memberikan penjelasan mengenai Pengetahuan tradisional dapat

dikategorikan sebagai Hak Paten dalam Peraturan Perundang-Undangan di

Indonesia.

2. Untuk menjelaskan unsur kebaruan dalam Pengetahuan tradisional yang

mempengaruhi pemberian Hak Paten Pengetahuan tradisional di

Indonesia.

3. Untuk memberikan penjelasan mengenai proses pemberian lisensi

berkaitan dengan Pengetahuan tradisional mengenai Metode Pengobatan

Tradisional sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan tambahan pengetahuan kepada para akademisi mengenai

Pengetahuan tradisional yang dikaitkan dalam sistem hukum di Indonesia.

2. Memberikan tambahan pengetahuan kepada para ahli mengenai

Pengetahuan tradisional khususnya dalam bidang metode pengobatan

tradisional di Indonesia.

3. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai perlindungan atas

pengetahuan tradisional khususnya dalam bidang metode pengobatan

tradisional melalui peraturan perundang-undangan di Indonesia

E. Kerangka Pemikiran

Setiap manusia memiliki intelektualitas. Hasil intelektualitas digunakan

(25)

ke 5 yang berisi: “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”, mengandung arti bahwa masyarakat harus aktif dalam memberikan sumbangan yang wajar

sesuai dengan kemampuan dan kedudukan masing-masing kepada negara demi

terwujudnya kesejahteraan umum. Sumbangan tersebut dapat berupa materil dan

non-materil. Non-materil inilah yang disebut sebagai sumbangsih intelektual yang

mencakup karya, pemikiran, dan sebagainya.

Berdasarkan landasan Pancasila tersebut, terdapat tujuan bahwa Indonesia

harus berperan aktif dalam pergaulan dunia. Tujuan tersebut sudah tercantum

dalam Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945 yang merupakan dasar

konstitusi negara Indonesia. Pergaulan disini dimaksudkan adalah hubungan

internasional antara negara dengan memperkenalkan kebudayaan yang merupakan

hasil dari intelektual bangsa Indonesia. Hubungan inilah yang menciptakan

adanya pengembangan dan perlindungan atas budaya yang dimiliki oleh

negara-negara tersebut. Konstitusi negara-negara Indonesia telah menanggapi gejolak pergaulan

dunia dimana negara-negara bersama-sama bersaing dengan kebudayaan miliknya

sehingga hal tersebut kemudian diatur Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, dalam Pasal 32 (1) dinyatakan bahwa “ Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan

menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan

nilai-nilai budayanya.” Berdasarkan hal tersebut, negara bertanggunjawab dalam

memajukan kebudayaan-kebudayaan di Indonesia, dimana kita ketahui bahwa

(26)

Negara pun menjamin perlindungan terhadap masyarakat yang menggunakan dan

mengembangkan kebudayaan tersebut. Oleh karena itu, dalam konstitusi negara

Indonesia mengatur mengenai hal tersebut. Berdasarkan Peraturan Presiden

Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional Tahun 2010-2014, dasar konsitusi tersebut kemudian

dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional periode

tahun 2010-2014 (RPJMN 2010-2014) yang mengarahkan kebijakan pemerintah

dalam membangun negara Indonesia dalam segi kebudayaan milik bangsa

Indonesia. Arah kebijakan pembangunan kebudayaan tersebut disusun sesuai

dengan pencapaian-pencapaian sebagai berikut:24

“1. Meningkatkan upaya perlindungan, pengembangan, dan, pemanfaatan cagar budaya yang memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama dan /atau kebudayaan.

2. Mendorong berkembangnya apresiasi masyarakat terhadap keberagaman seni dan budaya, serta

3. Menguatkan sistem inovasi nasional melalui penguatan

kelembagaan, sumber daya, dan jaringan iptek nasional serta upaya inovasi dibindang-bidang teknologi. “

Arah kebijakan tersebut merupakan pengejawantahan pelaksanaan perlindungan

dan pengembangan kebudayaan dari ketentuan internasional mengenai Hak

Kekayaan Intelektual agar dapat terlaksanakan dalam proses pembangunan

negara.

Hak kekayaan intelektual (HKI) merupakan padanan dari bahasa Inggris

Intellectual Property Rights. Kata “intelektual” tercermin bahwa objek kekayaan intelektual tersebut adalah kecerdasan, daya pikir, atau produk pemikiran

24

(27)

manusia. Mc Keough dan Stewart mendefiniskan HKI sebagai suatu hak yang

memberikan perlindungan hukum atas hasil kreativitas manusia yang memiliki

nilai ekonomi.25 Kekayaan intelektual adalah suatu kekayaan berasal dari olah

pikir intelektual atau otak manusia bersifat tidak berwujud dilindungi oleh hukum

sebagai suatu hak bagi subjek-subjek hukum, seperti hak cipta, hak paten, hak

merek, hak desain industri, hak desain tata letak sirkuit terpadu, hak rahasia

dagang ,dan hak varietas tanaman.26

Teori mengenai Hak Kekayaan Intelektual sangat dipengarui oleh teori

Hak Milik Pribadi yang dikemukakan oleh John Locke (1632-1704). Dalam teori

ini John Locke mengatakan bahwa hak milik dari seorang manusia terhadap

benda yang diciptakannya itu sudah ada sejak manusia lahir. Benda yang

dimaksud dalam pengertian ini adalah benda yang berwujud maupun benda yang

tidak berwujud. Hak milik atas benda yang tidak berwujud tersebut merupakan

hasil dari intelektual manusia. Suatu karya intelektual yang dibentuk dan

digunakan oleh suatu komunitas masyarakat tertentu menghasilkan pengetahuan.

Berdasarkan teori John Locke ini pengetahuan yang diciptakan menjadi Hak

Milik Pribadi dari Penciptanya. Penggunaan pengetahuan menjadi hak penuh

yang diberikan kepada Pencipta. Pengetahuan tradisional yang diciptakan oleh

suatu komunitas masyarakat tradisional menjadi milik masyarakt tersebut.

Pengetahuan tradisional ini merupakan karya intelektual manusia yang tidak

25 Mc Keough dan Stewart. Intellectual Property in Australia, Australia. 1971, hlm. 1 26

(28)

berwujud yang diturunkan secara turun-temurun. Penggunaan pengetahuan ini

harus mendapatkan izin dari masyarakat tradisional tersebut. Hal ini didukung

oleh teori kebajikan yang dikemukakan oleh Aristoteles.

Teori kebajikan yang dikemukakan oleh Aristoteles merupakan dasar dari

eksistensi Pengetahuan tradisional. Menurut Aristoteles, jika orang hanya mencari

penghargaan untuk dirinya sendiri daripada kemaslahatan bersama, maka

masyarakat dapat mengalami penderitaan. Teori ini lebih menempatkan

kepentingan bersama (masyarakat) dia atas kepentingan individu. Suatu kebajikan

jika seseorang menemukan sesuatu yang baru demi kebaikan bersama dan bukan

sekedar untuk keuntungan diri sendiri.27

Teori kebajikan tersebut menempatkan Pengetahuan tradisional dalam

kerangka komunal. Teori ini memberikan pengertian bahwa dalam Pengetahuan

tradisional terdapat hak bersama milik masyarakat tradisional di wilayah tertentu.

Berdasarkan pengertian tersebut, pemanfaatan pengetahuan tradisional harus

dapat dinikmati secara bersama dan bukan sekedar untuk keuntungan diri sendiri.

Hak-hak yang melekat pada Pengetahuan tradisional merupakan hak bersama

masyarakat di wilayah tertentu, sehingga pemanfaatannya harus dapat dinikmati

secara bersama pula. Pada prinsipnya seseorang atau kelompok tidak dapat

memanfaatkan Pengetahuan tradisional tersebut tanpa izin dari masyarakat

setempat Pengetahuan tradisional itu berasal.

27 Robert Patrick Merges. Paten law and Policy, Cases and Materials 2nd. Michie Law Publisher. 1997,

(29)

Adapun selain teori kebajikan, teori hukum alam dapat juga dijadikan

sebagai landasan. Teori hukum alam ini dikemukakan oleh salah satu tokoh

hukum alam yaitu Grotius. Grotius memaparkan empat norma dasar yang

terkandung dalam hukum alam, yakni :

“a. kita harus menjauhkan diri dari harta benda kepunyaan orang lain; b. kita harus mengembalikan harta benda kepunyaan orang lain yang

berada di tangan kita beserta hasil dari benda orang lain yang sudah kita nikmati;

c. kita harus menepati janji-janji yang kita sudah buat dan;

d. kita harus mengganti kerugian yang disebabkan oleh kesalahan kita.” Teori inilah yang menjadikan dasar perlindungan terhadap Pengetahuan

tradisional yang dimanfaatkan oleh pihak asing. Pihak asing tersebut

memanfaatkan Pengetahuan tradisional tanpa memberikan penghargaan atas

karya intelektual yang dihasilkan tersebut. Contohnya adalah negara-negara maju

yang banyak memanfaatkan pengetahuan yang dimiliki oleh negara-negara

berkembang. Hal ini merupakan polemik yang terjadi pada saat ini. Perlindungan

sangat dibutuhkan untuk menjaga hak milik pengetahuan masyarakat tradisional.

Negara pun harus berperan dalam melindungi Pengetahuan tradisional milik

masyarakat. Berdasarkan teori Grotius ini bahwa hak milik pribadi atas suatu

pengetahuan tidak dapat digunakan tanpa izin dari pemilik pengetahuan tersebut.

Penggunaan dan pemanfaatan oleh pihak asing pun harus diketahui oleh

masyarakat yang bersangkutan.

Pemanfaatan atas pengetahuan diharapkan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Perlindungan terhadap pengetahuan tersebut telah

(30)

dapat mengakomodasi perlindungan terhadap Pengetahuan tradisional ini

sehingga masih terdapat kasus-kasus pembajakan paten yang dilakukan oleh

negara maju contohnya Jepang terhadap Indonesia. Hal ini bertentangan dengan

prinsip tujuan hukum yaitu kemanfaatan, yang dicetuskan oleh Jeremy Bentham

dalam teorinya yaitu Utilitarianisme.

Utilitarianisme pertama kali dikembangkan oleh Jeremy Bentham

(1748-1831). Bentham mengemukakan bahwa dasar yang paling objektif adalah

dengan melihat apakah suatu kebijakan atau tindakan tertentu membawa manfaat

atau hasil yang berguna atau, sebaliknya kerugian bagi orang-orang yang terkait.

Suatu ketentuan hukum baru bisa di nilai baik, jika akibat-akibat yang dihasilkan

dari penerapannya adalah kebaikan, kebahagiaan sebesar-besarnya, dan

berkurangnya penderitaan. Dan sebaliknya dinilai buruk jika penerapannya

menghasilkan akibat-akibat yang tidak adil, kerugian, dan hanya memperbesar

penderitaan.

Prinsip utama dari teori ini adalah mengenai tujuan dan evaluasi hukum.

Tujuan hukum adalah kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi sebagian terbesar

rakyat atau bagi seluruh rakyat, dan evaluasi hukum dilakukan berdasarkan

akibat-akibat yang dihasilkan dari proses penerapan hukum. Berdasarkan orientasi

itu, maka isi hukum adalah ketentuan tentang pengaturan penciptaan

kesejahteraan Negara. Oleh karena itu, substansi hukum perlindungan

(31)

tradisional dan juga kepentingan pengguna pengetahuan tersebut. Agar tujuan

hukum dapat terpenuhi dengan baik. Masyarakat tradisional sudah seharusnya

mendapatkan keadilan dan manfaat dari Pengetahuan tradisional yang mereka

ciptakan.

F. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh penulis dengan menggunakan metode penelitian

Yuridis Normatif. Metode Penelitian Yuridis Normatif adalah penelitian hukum

yang mengkaji hukum tertulis dari berbagai aspek yang meliputi aspek teori,

sejarah, filosofis, perbandingan, struktur dan komposisi, lingkup dan materi,

konsistensi, penjelasan umum dan pasal demi pasal, formalitas dan kekuatan

megnikat suatu undang-undang, serta bahasa hukum yang digunakan, tetapi tidak

mengakji aspek terapan dan implementasinya. Metode penelitian yuridis-normatif

digunakan untuk menemukan kebenaran dalam suatu penelitian hukum dilakukan

melalui cara berpikir deduktif dan kriterium kebenaran koheren. Kebenaran dalam

suatu penelitian sudah dinyatakan reliable tanpa harus melalui proses pengujian

atau verifikasi. Verifikasi di dalam Metode penelitian Yuridis-Normatif dilakukan

dengan pengujian cara berpikir (logika) dari hasil penelitian oleh kelompok

sejawat sebidang.

1. Sifat Penelitian

Penelitian dalam skripsi ini bersifat deskriptif analitis yaitu

menggambarkan suatu metode pengobatan tradisional yang ada di

(32)

masyarakat tradisional. Metode pengobatan tradisional ini kemudian

dianalisis permasalahan hukumnya di Indonesia bahwa dalam sistem

hukum Indonesia tidak dapat melindungi secara penuh atas metode

pengobatan tersebut.

2. Pendekatan Penelitian

Penulisan penelitian skripsi ini dilakukan dengan mengguna kan metode

pendekatan konseptual (conceptual approach) dengan pendekatan

Undang-Undang (statute approach). Pendekatan konseptual digunakan

berkenaan dengan konsep-konsep yuridis yang berkaitan dengan prinsip

komunal dan hak milik kekayaan intelektual. Pendekatan konseptual ini

dilakukan dengan menguraikan teori-teori yang mendukung penelitian ini.

Teori-teori yang digunakan penulis dalam hal ini adalah teori Hak Milik

John Locke, teori Kemanfaatan Jeremy Bentham, teori Kebajikan

Aristoteles, dan teori Hukum Alam Grotius. Pendekatan secara

Undang-Undang digunakan berkenaan dengan peraturan hukum yang mengatur

pelaksanaan dan perlindungan Pengetahuan tradisional. Pendekatan

tersebut dilakukan melalui Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang

No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, Undang-Undang No 14 Tahun

2001 tentang Paten, serta Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No 5

Tahun 2012 tentang Perlindungan Kekayaan Intelektual.

3. Jenis Data

(33)

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan pustaka yang berisikan

pengetahuan ilmiah yang baru atau mutakhir ataupun pengertian

baru tentang fakta yang diketahui maupun mengenai gagasan atau

ide. Bahan hukum primer mencakup:

1) Norma Dasar Pancasila 2) Undang-Undang Dasar 1945

3) Peraturan Perundang-undangan, sebagai berikut:

a) Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta b) Undang-Undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten c) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No 5 Tahun

2012 tentang Perlindungan Kekayaan Intelektual.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan pustaka yang berisikan

informasi tentang bahan primer, terdiri atas penjelasan

undang-undang, rancangan undang-undang-undang, literature-literatur,

disertasi-disertasi tentang Pengetahuan tradisional, bahan-bahan seminar,

dan diskusi panel.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum penunjang yang

memberikan petunjuk terhadap bahan hukum primer dan sekunder

atau dikenal pula dengan bahan acuan atau rujukan bidang hukum,

terdiri atas Bibliografi, Indeks kumulatif, dan black’s law dictionary.28

4. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data.

a. Teknik Pengumpulan Data

28Black’s. Black’s Law Dictionary, sixth edition

(34)

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah

dengan Studi Kepustakaan. Studi Kepustakaan dilakukan untuk

mencari teori-teori, pendapat-pendapat yang berkaitan dengan

permasalahan yang diteliti penulis. Berkenaan dengan metode

penelitian yang penulis gunakan, maka penulis melakukan dengan

memakai teknik studi kepustakaan yang merupakan data sekunder

yang berasal dari berbagai bahan-bahan hukum sebagai berikut:

a) Data Sekunder bahan hukum sekunder yang berupa buku-buku,

literatur tentang hukum, artikel, serta hasil-hasil penelitian

berupa skripsi di bidang hukum, jurnal, makalah dan teori

hukum.

b) Data sekunder berupa bahan hukum tersier yang berupa kamus

hukum, kamus bahasa, majalah serta media massa.

b. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah kualitatif. Menurut

Sunaryati Hartono, pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang

membahas megnenai cara-cara menganalisis terhadap data yang

dikumpulkan dilakukan dengan cara-cara atau analisis atau

penafsiran (interprestasi) hukum yang dikenal, seperti penafsiran

otentik, penafsiran menurut tata bahasa (gramatikal), penafsiran

(35)

penafsiran sosiologis, penafsiran teologis, penafsiran fungsional,

atau penafsiran futuristik.29

Berdasarkan hal-hal tersebut yang telah dikemukakan di atas, maka

skripsi ini menggunakan kombinasi metode konseptual dan

pendekatan perundang-undangan yang mendasarkan penelitian

pada data sekunder. Teknik pengumpulan data adalah dengan

teknik studi kepustakaan. Penulis mencari sumber data melalui

literature seperti buku, makalah, jurnal, artikel, dan sebagainya.

Sedangkan untuk teknik analisis data, penulis menggunakan teknik

analisis dan kualitatif. Penulis melakukan gambaran kondisi saat

ini atas suatu Pengetahuan tradisional ditinjau dari perspektif

pengaturan yang berkaitan terhadap pengetahuan tersebut dan

melakukan analisa terhadap permasalahan hukum tersebut.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dimaksudkan untuk mempermudah pembahasan dalam

penulisan. Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah yang dilanjutkan dengan

Identifikasi Masalah, Tujuan Penelitian dan Kegunaan penelitian,

Kerangka Pemikiran, Metode Penelitian yang terdiri dari Sifat

29 Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad Ke-20, 1994, Bandung:

(36)

Penelitian, Pendekatan Penelitian, Jenis Data, serta Teknik

Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data, dan Sistematik

Penulisan.

BAB II KAJIAN TEORITIS MENGENAI PENGETAHUAN

TRADISIONAL SEBAGAI REZIM HAK KEKAYAAN

INTELEKTUAL

Berisikan uraian landasan teori yang relevan sebagai dasar hukum

yang melandasi pembahasan masalah, yaitu Konvensi-Konvensi

Internasional, Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak

Cipta, Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek,

Undang-Undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten, Peraturan Daerah

Provinsi Jawa Barat No. 5 Tahun 2012 Tentang Perlindungan

Kekayaan Intelektual.

BAB III TINJAUAN TERHADAP PENYELENGGARAAN METODE

PENGOBATAN TRADISIONAL YANG DISESUAIKAN DENGAN

PENGATURAN HUKUM DI INDONESIA

Bab ini berisikan penjelasan atas konsep dan ruang lingkup serta

prinsip-prinsip pengetahuan tradisional dan metode pengobatan

tradisional. selain itu, berisi kententuan hukum yang terkait dengan

(37)

BAB IV ANALISA TERHADAP PENGETAHUAN TRADISIONAL

MENGENAI METODE PENGOBATAN TRADISIONAL

SEBAGAI REZIM HKI TERKAIT DENGAN PATEN

Berisikan uraian penjelasan atas identifikasi masalah yang menjadi

pokok permasalahan dalam skripsi ini. Penjelasan tersebut memuat

kajian pustaka dan pembahasan masalah oleh penulis. Penulis

melakukan analisis terhadap kondisi pengaturan saat ini di Indonesia

terkait dengan perlindungan hukum terhadap metode pengobatan

tradisional dimana dalam sistem Paten pengetahuan ini bertentangan

dengan syarat kebaruan yang tercantum dalam Pasal 2 ayat (1)

Undang-Undang Paten. Sehingga penyelesaian yang dilakukan adalah

dengan melakukan penyempurnaan atau revisi terhadap Undang-

Undang Paten.

BAB V PENUTUP

Berisikan kesimpulan atas pembahasan yang telah diuraikan oleh

penulis berserta saran penulis agar perlindungan terhadap pengetahuan

tradisional mengenai metode pengobatan tradisional ini segera

dilakukan melalui revisi atas regulasi Paten di Indonesia.

(38)

134

Berdasarkan pada uraian dari Bab I sampai Bab IV skripsi ini, penulis

menarik beberapa poin kesimpulan dan saran yang merupakan cakupan dari

pembahasan sebelumnya, yaitu:

A. KESIMPULAN

1. Perlindungan Pengetahuan Tradisional khususnya Metode Pengobatan

Tradisional dapat diupayakan melalui rezim Hak Kekayaan Intelektual Paten

di Indonesia Hal tersebut didasarkan bahwa objek yang dapat dilindungi Paten

adalah invensi di bidang teknologi yang berupa metode atau proses yang

sesuai dengan pengertian invensi itu sendiri sebagaimana tercantum dalam

Pasal 1 butir (2) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 menyatakan bahwa:

“ Invensi adalah ide inventor (penemu) yang dituangkan ke dalam suatu

kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi dapat berupa

produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau

proses.” Metode pengobatan tradisional ini memiliki ruang lingkup metode

atau proses yang merupakan suatu invensi yang dapat diteliti lebih jauh

sebagai ilmu pengetahuan. Sehingga perlindungan yang sesuai untuk Metode

(39)

paten ini adalah hak khusus untuk menggunakan invensi yang telah dilindungi

paten serta melarang pihak lain melaksanakan invensi tersebut tanpa

persetujuan dari pemegang paten. Sistem perlindungan ini yang sesuai untuk

kondisi di Indonesia saat ini, yang mana banyak sekali penggunaan

Pengetahuan Tradisional oleh pihak lain tanpa persetujuan dari pemilik dari

Pengetahuan Tradisional.

2. Pengetahuan Tradisional memenuhi unsur kebaruan dalam Pemberian Hak

Paten di Indonesia, berdasarkan konsep yang dikemukakan oleh Sudargo

Gautama, Negara Indonesia lebih baik menggunakan sistem kebaruan secara

universal. Pemberlakuan syarat kebaruan ini secara universal di Indonesia,

mengakibatkan pengetahuan tradisional khususnya metode pengobatan

tradisional yang telah dimohonkan Paten, berlaku sebagai penemuan baru

terhadap negara-negara lainnya. Pemerintah sebagai lembaga legislatif

berkewajiban untuk melakukan perubahan sistem peraturan dalam resim HKI

khususnya dalam pengaturan Paten. Hal ini kembali didasari atas tujuan

penerapan hukum untuk kesejahteraan masyarakat. Perubahan ini dapat

dilakukan melalui penyempurnaan atau revisi dalam Undang-Undang Nomor

14 Tahun 2001 tentang Paten pada Pasal 7 poin (b) yang membatasi

pemberian paten atas invensi. Revisi tersebut dilakukan dengan penghapusan

ketentuan sehingga metode pemeriksaan dan pengobatan termasuk invensi

yang dapat diberikan paten., serta pada Pasal 2 ayat (1) yang menyatakan

(40)

menyempurnakan pengaturan mengenai sifat syarat kebaruan tersebut dapat

berlaku secara universal yang berarti bahwa suatu invensi walaupun telah

diketahui oleh masyarakat lokal tetapi belum diketahui masyarakat global

dapat diberikan Hak Paten yang berlaku untuk seluruh negara. Apabila

negara-negara lain ingin menggunakan pengobatan tradisional Indonesia

sebagai alternatif penyembuhan penyakit wajib memohon lisensi penggunaan

pengetahuan tersebut. Sistem Paten memberikan peluang kepada pemilik

pengetahuan untuk dapat memberikan kebebasan menggunakan

pengetahuannya atas dasar perjanjian lisensi.

3. Metode Pengobatan Tradisional dapat didaftarkan untuk mendapatkan

perlindungan melalui Paten dalam pengalihan lisensi pada pihak ketiga

dengan cara melakukan permohonan paten sesuai dengan ketentuan dalam

Pasal 20 dan 21 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten atas

metode pengobatan tradisional kemudian Direktorat Jenderal Hak Kekayaan

Intelektual akan memeriksa kelengkapan data dan pemenuhan syarat kebaruan

dalam pengetahuan tersebut. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan oleh

penulis dalam pembahasan, maka permohonan paten untuk syarat kebaruan

dalam metode pengobatan tradisional lebih baik berlaku sistem kebaruan

universal yang sifat kebaruannya dianggap baru untuk dunia. Sehingga

pengetahuan yang dimohonkan paten di Indonesia diakui oleh negara-negara

lainnya. Setelah diperiksa, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual akan

(41)

tersebut dapat diterima atau ditolak dalam permohonan Patennya. Apabila

berdasarkan pemeriksaan dihasilkan kesimpulan bahwa pengetahuan yang

dimintakan Paten tersebut dapat diberikan Paten, maka Direktorat Jenderal

memberikan surat Paten kepada orang atau perwakilan dari suatu komunitas

masyarakat tradisional yang mengajukan permintaan Paten, yang kemudian

berstatus menjadi Pemegang Paten. Paten yang telah diberikan dicatat dalam

Daftar Umum Paten dan diumumkan dalam Berita Resmi Paten. Pemegang

Paten metode pengobatan tradisional tersebut berhak memberikan lisensi

kepada pihak ketiga berdasarkan Surat Perjanjian Lisensi sebagaimana diatur

dalam Pasal 16 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten.

Perjanjian lisensi Paten atas metode pengobatan tradisional memberikan

peluang kepada pihak ketiga untuk menggunakan metode pengobatan tersebut

dengan tujuan untuk pengobatan dan pengembangan pengetahuan.

B. SARAN

1. Untuk dapat memenuhi tujuan hukum di Indonesia yaitu kepastian hukum

maka harus segera dilakukan perubahan terhadap sistem perlindungan

terhadap Pengetahuan Tradisional bidang Metode Pengobatan Tradisional

melalui revisi atau penyempurnaan atau perubahan terhadap Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten khususnya dalam syarat kebaruan yang

berlaku di Indonesia. Hal tersebut sudah menjadi tugas pemerintah sebagai

lembaga legislatif untuk segera membentuk pengaturan hukum baru mengenai

(42)

bangsa Indonesia sehingga rasa keadilan untuk masyarakat tradisional dapat

tercapai dengan baik.

2. Supaya dapat disesuaikan dengan kondisi budaya di Indonesia maka

pemberlakuan syarat kebaruan atas metode pengobatan tradisional harus

berlaku secara universal. Pemberlakukan syarat kebaruan secara universal ini

akan mengukur bahwa pengetahuan tradisional dianggap baru apabila

masyarakat internasional belum mengetahuinya. Oleh karena itu, tidak akan

terlalu sulit walaupun penemunya tidak diketahui secara pasti karena sudah

dibentuk sejak zaman dahulu.

3. Pemegang Paten Metode Pengobatan Tradisional ini lebih baik dipegang oleh

wakil pemerintah agar perlindungan terhadap penggunaan pengetahuan

tradisional ini lebih terjamin. Khususnya dalam pengalihan lisensi untuk pihak

ketiga harus sesuai dengan prosedur ketentuan hukum dalam Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 2001 tentang paten. Pengalihan lisensi tersebut dilakukan

melalui Surat Perjanjian Lisensi antara Pemilik Lisensi dengan Pihak Ketiga

yang selanjutnya harus didaftarkan kepada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan

Intelektual. Sehingga pihak ketiga tersebut dapat melakukan hak dan

(43)

x A. BUKU

Achmad Zen Umar Purba. Hak Kekayaan Intektual Pasca TRIPs. 2011. Bandung:

Alumni

Black’s. Black’s Law Dictionary, sixth edition. St. Paul Minn: West Publishing

Co,. 1990

Direktorat Jenderal POM Republik Indonesia. Kodifikasi Perundang-Undangan

Obat Tradisional Jilid 1. Jakarta: Bakti Husada. 1994

Eddy Damian. Glosaium Hak Cipta dan Hak Terkait. Bandung:Alumni. 2012.

Eddy Damian. Hukum Hak Cipta. Bandung: Alumni. 2005.

Graham Dutfield. Intellectual Property Rights and the Life Science Industries A

20th Century History Hampshire. Ashgate Publishing Limited. 2003.

Herianto Santoso. Buku Ramuan Obat. Jakarta: Citra Persada. 2010.

Kementrian Perencanan Pembangunan Nasional. Evaluasi Paruh Waktu RPJMN

2010-2014. Jakarta: Kementrian Perencanan Pembangunan Nasional.

2013

Kiswojo. Pengetahuan Dasar Ilmu Akupuntur. Jakarta: Akupuntur Indonesia.

2006

Michael Mayor. Longman Dictionary of Contemporary English. Pearson

(44)

x Law Publisher, 1997.

Saidin. Aspek Hukum Hak Milik Intelektual. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

1997.

Soekidjo Notoatmodjo. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2010.

Sudargo Gautama. Segi-Segi Hukum Hak Milik Intelektual. Bandung:PT. Eresco

Bandung 1995. 1995.

Sudaryat, Sudjana dan Rika. Hak Kekayaan Intelektual. Bandung:Oase Media.

2010.

Sunaryati Hartono. Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad Ke-20.

Bandung: Alumni. 1994

Surayin. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya. 2011.

Tim Lindsay dkk. Hak Kekayaan Intelektual: Suatu Pengantar. Bandung: PT.

Alumni. 2006

Zainul Daulay. Pengetahuan Tradisional (Konsep , Dasar Hukum, dan

Praktiknya). Jakarta: Rajawali Pers. 2011.

B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten

(45)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terkait Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Mentor untuk Kegiatan Mentoring FTI UKSW menggunakan Fuzzy Multi-Atribute

Telah dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan tujuan Meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Seladang pada mata pelajaran IPS materi

Umam, khaerul: Perilaku Organisasi, Pustaka Setia: Bandung, halaman: 21.. Pesatnya pembangunan nasional dalam segala bidang era reformasi ini memerlukan aparatur

Puji Syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya pada Tuhan Yesus Kristus atas Kasih Karunia dan Anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Ho = 0, berarti tidak adanya pengaruh antara Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah terhadap Belanja Daerah

Peneliti berasumsi bahwa dengan gaya kepemimpinan visioner transformatif yang diterapkan di SMK Negeri 1 Blado dapat menciptakan wirausaha muda melalui program Sekolah

RENCANA UMUM PENGADAAN TAHUN ANGGARAN 2013 BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA

Sedangkan gas emisi yang dihasilkan dari kendaraan bermotor seperti CO2 dapat dimanfaatkan oleh tanaman menjalar di bagian atap GCR, dengan bantuan cahaya matahari