• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI GEOMETRI SISWA KELAS V SD MUHAMMADIYAH MUTIHAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI GEOMETRI SISWA KELAS V SD MUHAMMADIYAH MUTIHAN."

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI GEOMETRI SISWA KELAS V SD MUHAMMADIYAH MUTIHAN

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh : Roosyidah Haniifah

NIM 13108241165

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

vii

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI GEOMETRI SISWA KELAS V SD MUHAMMADIYAH MUTIHAN

Oleh:

Roosyidah Haniifah NIM. 13108241165

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model cooperative learning tipe think pair share terhadap kemampuan memecahkan masalah pada pembelajaran matematika materi geometri siswa kelas V SD Muhammadiyah Mutihan.

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan desain

nonequivalent control group. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan model pembelajaran cooperative learning tipe think pair share, sedangkan pada kelompok kontrol menggunakan model pembelajaran yang biasa digunakan di kelas. Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu model pembelajaran

cooperative learning tipe think pair share dan variabel terikatnya yaitu kemampuan memecahkan masalah siswa pada pembelajaran matematika. Populasi dalam penelitian ini yaitu mencakup seluruh siswa SD Muhammadiyah Mutihan yang berjumlah 77 siswa. Pemilihan kelas dalam penelitian ini yaitu kelas V.1 dan V.2. Pengumpulan data dilakukan melalui tes dan observasi. Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif dengan membandingkan nilai rata-rata kedua kelas.

Hasil penelitian ini menunjukkan hasil perolehan skor rata-rata kemampuan memecahkan masalah siswa kelas eksperimen yang diajar menggunakan model

cooperative learning tipe think pair share sebesar 17,96 dengan kategori sangat tinggi dan perolehan rata-rata skor kemampuan memecahkan masalah di kelas kontrol sebesar 16,19 dengan kategori tinggi. Skor rata-rata kelas eksperimen mengalami peningkatan sebanyak 6,36 poin. Sedangkan perolehan rata-rata skor kemampuan memecahkan masalah di kelas kontrol mengalami peningkatan sebanyak 3,39 poin. Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran dengan model cooperative learning tipe

think pair share terhadap kemampuan memecahkan masalah siswa pada

pembelajaran matematika materi geometri di kelas V SD Muhammadiyah Mutihan. Kata kunci: Cooperative Learning tipe Think Pair Share, kemampuan

(3)

viii

THE EFFECT OF COOPERATIVE LEARNING THINK PAIR SHARE MODEL ON FIFTH GRADE STUDENT’S PROBLEM SOLVING ABILITY IN MATEMATHIC

OF GEOMETRY MATERIAL OF SD MUHAMMADIYAH MUTIHAN By:

Roosyidah Haniifah NIM. 13108241165

ABSTRACT

This research aims to determine the effect of cooperative learning think pair share model on fifth grade student’s problem solving ability in mathematic of geometry material of SD Muhammadiyah Mutihan.

The type of this research was a quasi-experimental with nonequivalent control group design. The experimental group was treated by using cooperative learning model think pair share type meanwhile the control group was treated by using direct learning treatment. Independent variable in this research was cooperative learning model think pair share type and dependent variable in this research was problem solving ability in mathematic subject. The population in this research were all students in the fifth grade of SD Muhammadiyah Mutihan that consisted of 77 students. The selection classes in the research were all students in V.1 and V.2. The technique of data collection used were test and observation sheet. The analysis test was descriptive statistics by comparing the mean of two classes.

The research finding reveals that the average score of problem solving ability in experimental group who were thought using cooperative learning model type think pair share is 17,96 with very high category and the average score of problem solving ability in control group is 16,19 with high category. The mean of problem solving ability score in experimental class increase by 6,36 points while the control score increase by 3,39 points. Based on that statement, it can be conclude that there is positive effect of cooperative learning model think pair share type on fifth grade student’s problem solving ability in mathematics of geometry material in SD Muhammadiyah Mutihan.

(4)

ix

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Roosyidah Haniifah NIM : 13108241165

Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Judul TAS : Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Think Pair Share terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah pada Pembelajaran Matematika Materi Geometri Siswa Kelas V SD Muhammadiyah Mutihan

(5)

x

LEMBAR PERSETUJUAN

Tugas Akhir Skripsi dengan Judul

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

(6)

xi

HALAMAN PENGESAHAN Tugas Akhir Skripsi

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI GEOMETRI SISWA KELAS V SD MUHAMMADIYAH MUTIHAN

Disusun oleh: Roosyidah Haniifah

NIM 13108241165

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Tugas Akhir Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

(7)

xii

HALAMAN MOTTO

Siapa pun memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan apa pun selama usahanya dilandasi oleh pengertian.

(8)

xiii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk:

1. Orang tua saya yang selalu mendukung dan memberikan doa, 2. Almamater saya, Universitas Negeri Yogyakarta,

(9)

xiv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Negeri Yoyakarta yang telah memberikan kesempatan pada peneliti untuk menyelesaian studi di Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi.

4. Bapak Drs. Purwono PA, M.Pd, dosen pembimbing skripsi, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam proses penyusunan skripsi ini. 5. Dwi Yunairifi, M.Si. selaku Dosen Penasehat Akedemik.

6. Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Mutihan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

(10)

xv

8. Semua pihak, secara langsung dan tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan di sini atas bantuan dan perhatiannya selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

(11)

xvi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... vii

SURAT PERNYATAAN... ix

LEMBAR PERSETUJUAN... x

HALAMAN PENGESAHAN ... xi

HALAMAN MOTTO ... xii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... xiii

KATA PENGANTAR ... xiv

DAFTAR ISI ... xvi

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Memecahkan Masalah ... 10

1. Pengertian Matematika ... 10

2. Tujuan Matematika Sekolah Dasar ... 11

3. Kemampuan Memecahkan Masalah dalam Pembelajaran Matematika ... 13

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share ... 16

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 16

2. Model Pembelajaran Kooperatif ... 17

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) ... 19

C. Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Think Pair Share terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah ... 23

D. Penelitian yang Relevan ... 24

E. Kerangka Berpikir ... 24

F. Hipotesis Penelitian ... 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian ... 29

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

C. Subjek Penelitian ... 30

D. Definisi Operasional Penelitian ... 31

(12)

xvii

F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 33

G. Instrumen Pengumpulan Data ... 34

H. Validitas dan Reliabilitas ... 35

I. Teknik Analisis Data... 38

1. Analisis Deskriptif ... 38

2. Uji Hipotesis ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Data ... 42

B. Pembahasan... 57

C. Keterbatasan Penelitian ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65

(13)

xviii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Standar Kompetensi-Kompetensi Dasar Kelas V Semester II ... 12 Tabel 2. Kisi-Kisi Pre Test dan Post Test... 34 Tabel 3. Kisi-Kisi Lembar Pengamatan Guru dengan Model Pembelajaran

Cooperative Learning Tipe Think Pair Share ... 35 Tabel 4. Kisi-Kisi Lembar Pengamatan Guru dengan Model Pembelajaran

Langsung ... 35 Tabel 5. Hasil Uji Validitas Instrumen Butir Soal Kesebangunan dan Simetri

Siswa Kelas V.3 SD Muhammadiyah Mutihan ... 37 Tabel 6. Kategori Skor Kemampuan Memecahkan Masalah ... 39 Tabel 7. Klasifikasi Kategori Skor Kemampuan Memecahkan Masalah pada

Mata Pelajaran Matematika ... 40 Tabel 8. Data Deskriptif Pre Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 43 Tabel 9. Kategori Data Pre Test Kemampuan Memecahkan Masalah Kelas

Eksperimen ... 43 Tabel 10. Pencapaian pre test kemampuan memecahkan siswa per indikator

kelompok eksperimen ... 44 Tabel 11. Kategori Data Pre Test Kemampuan Memecahkan Masalah Kelas

Kontrol ... 45 Tabel 12. Pencapaian pre test kemampuan memecahkan siswa per indikator

kelompok kontrol ... 46 Tabel 13. Data Deskriptif Post Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 47 Tabel 14. Kategori Data Post Test Kemampuan Memecahkan Masalah Kelas

Eksperimen ... 47 Tabel 15. Pencapaian Post Test Kemampuan Memecahkan Siswa Per Indikator

Kelompok Eksperimen ... 48 Tabel 16. Kategori Data Post Test Kemampuan Memecahkan Masalah Kelas

(14)

xix

Tabel 17. Pencapaian Post Test Kemampuan Memecahkan Siswa Per Indikator

Kelompok Kontrol ... 50

Tabel 18. Perbandingan Rata-Rata Kemampuan Memecahkan Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 51

Tabel 19. Keterlaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 54

Tabel 20. Hasil Post Test Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 56

(15)

xx

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Kerangka Berpikir ... 27 Gambar 2. Desain Penelitian Eksperimen Semu... 29 Gambar 3. Diagram Data Pre Test Kemampuan Memecahkan Masalah Kelas

Eksperimen ... 44 Gambar 4. Diagram Data Pre Test Kemampuan Memecahkan Masalah Kelas

Kontrol ... 45 Gambar 5. Diagram Data Post Test Kemampuan Memecahkan Masalah Kelas

Eksperimen ... 48 Gambar 6. Diagram Data Post Test Kemampuan Memecahkan Masalah Kelas

Kontrol ... 49 Gambar 7. Diagram Perbandingan Rata-Rata Skor Pre Test Kemampuan

Memecahkan Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 51 Gambar 8. Diagram Perbandingan Rata-Rata Skor Post Test Kemampuan

Memecahkan Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 52 Gambar 9. Diagram Perbandingan Rata-Rata Skor Pre Test dan Post Test

(16)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Waktu Penelitian ... 68

Lampiran 2. Tes Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika ... 69

Lampiran 3. Tes Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika untuk Penelitian ... 77

Lampiran 4. Lembar Observasi Pembelajaran Kelas Kontrol ... 82

Lampiran 5. Lembar Observasi Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 83

Lampiran 6. Hasil Data Validasi Tes Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika ... 84

Lampiran 7. Rincian Uji Validitas Tes Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika ... 85

Lampiran 8. Rincian Uji Reliabilitas Tes Kemampuan Memecahkan Masalah Matematika ... 86

Lampiran 9. Hasil Pre Test Kelas Eksperimen ... 87

Lampiran 10. Hasil Pre test Kelas Kontrol ... 88

Lampiran 11. Hasil Post Test Kelas Eksperimen ... 89

Lampiran 12. Hasil Post Test Kelas Kontrol ... 90

Lampiran 13. RPP Kelas Kontrol ... 91

Lampiran 14. RPP Kelas Eksperimen ... 95

Lampiran 15. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) ... 103

Lampiran 16. Dokumentasi Kelas Cooperative Learning Tipe Think Pair Share... 111

Lampiran 17. Hasil Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa ... 113

Lampiran 18. Hasil Observasi Kelas Kontrol ... 121

Lampiran 19. Hasil Observasi Kelas Eksperimen ... 125

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi menuntut manusia untuk menyesuaikan diri terhadap masalah yang dihadapi dengan cermat. Masalah muncul dalam setiap aktivitas manusia baik yang bersumber dari dalam diri maupun lingkungan sekitar. Adanya masalah-masalah tersebut menjadikan manusia perlu mencari jalan keluarnya. Sehingga secara tidak langsung kegiatan memecahkan masalah menjadi aktivitas dasar manusia untuk bertahan hidup.

Kegiatan memecahkan masalah tidak terlepas dari pendidikan. Kemampuan memecahkan masalah bukanlah kemampuan yang tiba-tiba muncul, melainkan dapat dipelajari dan dikembangkan melalui pendidikan. Karena pendidikan merupakan upaya yang ditujukan kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan-kemampuannya baik yang bersifat intelektual maupun emosional yang dibutuhkan untuk dirinya dan masyarakat. Hal ini sesuai dengan UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa:

“Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya, masyarakat dan bangsa.”

(18)

2

menyelesaikan masalah dalam situasi yang memerlukan kemampuan berpikir yang kreatif, sistematis, dan logis sehingga diperoleh suatu penyelesaian. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Lencher (Hartono, 2014:3) yang mendefinisikan pemecahan masalah sebagai proses menerapkan pengetahuan matematika yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal.

Terdapat beberapa kesulitan yang menjadikan kemampuan memecahkan masalah siswa masih rendah. Rendahnya kemampuan memecahkan masalah siswa terlihat dari hasil studi TIMSS pada tahun 2015 (Trends in International Mathematics and Science Study), Indonesia mendapatkan skor sebesar 397 dengan nilai rata-rata internasional yaitu 500 (TIMSS, 2015). Hasil tersebut lebih rendah daripada Singapura, Hongkong, dan Korea. Selain itu, diketahui pula bahwa kemampuan reasoning siswa Indonesia pada domain geometri sebesar 394. Hasil tersebut lebih rendah dari domain number dan data display.

(19)

3

menghafalkan konsep-konsep yang ada dalam matematika tanpa tahu apa manfaat dari mempelajari konsep-konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Penyebab yang lain yaitu yang bersumber dari siswa. Dalam hal ini, siswa kurang aktif dalam pembelajaran matematika. Siswa cenderung tidak serius dalam pembelajaran matematika. Sehingga, ketika guru menjelaskan suatu konsep, siswa tidak memperhatikan. Akibat dari ketidakseriusan itu, dalam pengembangan konsep siswa tidak dapat menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru.

Hasil wawancara dengan guru matematika kelas V SD Muhammadiyah Mutihan menunjukkan bahwa guru menggunakan metode pembelajaran yaitu penugasan/pemberian tugas mandiri kepada siswa. Metode penugasan tersebut dilakukan dengan cara pemberian PR kepada siswa setiap pelajaran matematika berakhir untuk dikoreksi pada pertemuan berikutnya. Selain itu, guru juga memfasilitasi siswa dengan berbagai latihan soal untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa.

(20)

4

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa dalam memecahkan masalah terutama dalam pembelajaran matematika, antara lain pemahaman terhadap soal, kemampuan siswa dalam berpikir, dan lain-lain. Hal-hal tersebut dapat berkembang secara optimal apabila pembelajaran pemecahan masalah dalam matematika di sekolah berlangsung secara efektif.

Hasil observasi di kelas V.1, V.2 dan V.3, diketahui bahwa masih terdapat siswa yang tidak memperhatikan ketika guru sedang menyampaikan materi pelajaran sehingga guru harus mengulang kembali materi yang disampaikan sebelumnya. Selain itu, diketahui pula bahwa dalam pembelajaran matematika guru menggunakan model pembelajaran langsung (direct learning), di mana guru memberikan materi materi secara langsung, kemudian diberikan latihan terbimbing dan evaluasi.

Guru berperan sebagai fasilitator diharapkan dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa adalah memilih model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran yang digunakan idealnya berorientasi pada siswa, serta memperhatikan permasalahan yang dialami siswa dalam proses pembelajarannya.

(21)

5

Selama dekade terakhir, beberapa peneliti telah mengulas dan meringkas penelitian tentang pembelajaran kooperatif di semua kelas dan mencakup semua mata pelajaran. Penelitian yang dirangkum oleh Arends (2013:71) menyebutkan bahwa dari 45 penelitian yang dikaji ulang, 37 menunjukkan bahwa kelas-kelas pembelajaran kooperatif secara signifikan melampaui kinerja kelas kelompok kontrol dalam hal prestasi.

Pembelajaran kooperatif dalam kelompok heterogen bermanfaat bagi semua siswa. Hal tersebut dikarenakan siswa dengan kemampuan lemah akan belajar lebih banyak dengan bekerja sama dengan siswa yang memiliki kemampuan lebih baik, sehingga partisipasi aktif dalam kelompok kecil dapat membantu siswa mengembangkan baik kemampuan sosial maupun kemampuan akademisnya.

Sejalan dengan hal tersebut, Slavin (Karunia Eka Lestari dan Mokhammad Ridwan Yudhanegara, 2015:43) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk belajar dan bekerja secara kolaboratif dalam suatu kelompok kecil. Kelompok tersebut terdiri atas 4-5 orang dengan struktur kelompok yang heterogen. Pembelajaran kooperatif ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan akademis, keterampilan sosial, dan menanamkan toleransi dan penerimaan terhadap keragaman individu. Pembelajaran ini juga menuntut siswa untuk belajar bersama, saling mencurahkan pendapat tentang ide dan pengetahuan, saling membantu dan berlatih untuk menyelesaikan masalah, serta saling melengkapi kekurangan dan kelebihan siswa.

(22)

6

memungkinkan siswa untuk bekerja secara sendiri dan bekerja sama dengan orang lain. Model pembelajaran ini dapat mengoptimalkan partisipasi siswa dan dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas (Miftahul Huda, 2011: 136).

Model pembelajaran tersebut diasumsikan dapat digunakan dalam peningkatan kemampuan memecahkan masalah pada mata pelajaran matematika karena dapat memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran dan melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Dengan menggunakan model pembelajaran tersebut siswa memiliki tanggung jawab individu dan kelompok sehingga ia akan berkonsentrasi dan serius dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, siswa diharapkan dapat saling bekerjasama, berdiskusi, dan meningkatkan kemampuan mereka dalam memecahkan masalah.

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

think pair share sangatlah membantu siswa dalam meningkatkan ketertarikan terhadap materi pembelajaran, karena siswa dalam kelompok akan dilibatkan secara langsung dalam pembelajaran. Selain itu, ketika salah satu siswa dalam kelompok tersebut kurang menguasai materi pembelajaran, maka siswa lain akan membantu dalam memahami materi tersebut. Sehingga diharapkan sesama siswa dalam kelompok belajar yang menggunakan model kooperatif tersebut dapat bekerja sama untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah.

(23)

7

Kemampuan Memecahkan Masalah pada Pembelajaran Matematika Materi Geometri Siswa Kelas V SD Muhammadiyah Mutihan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi, yaitu sebagai berikut.

1. Rendahnya kemampuan memecahkan masalah siswa

2. Kurangnya ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran Matematika. 3. Kurangnya kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran Matematika. 4. Kurangnya keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran Matematika.

C. Pembatasan Masalah

Dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas, agar permasalahan lebih terarah diperlukan pembatasan masalah sehingga penelitian ini menjadi lebih efektif dan efisien. Oleh karena itu, penelitian ini hanya difokuskan pada pengaruh model cooperative learning tipe think pair share terhadap kemampuan memecahkan masalah pada pembelajaran matematika materi geometri siswa kelas V SD Muhammadiyah Mutihan.

D. Rumusan Masalah

(24)

8

learning tipe think pair share dan kelompok siswa dengan menerapkan pembelajaran biasa pada mata pelajaran matematika materi geometri di kelas V SD Muhammadiyah Mutihan?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ada pengaruh penggunaan model cooperative learning tipe

think pair share terhadap kemampuan memecahkan masalah pada pembelajaran matematika materi geometri siswa kelas V SD Muhammadiyah Mutihan.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi pengembangan pembelajaran matematika.

2. Manfaat Praktis

(25)

9 a. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi siswa untuk mempelajari matematika dan dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa dalam pembelajaran matematika.

b. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa.

c. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pihak sekolah untuk perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran matematika.

d. Bagi Peneliti Lain

(26)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan Memecahkan Masalah 1. Pengertian Matematika

Matematika dapat diartikan sebagai ilmu mengenai bilangan. Sujono (Fathani, 2009:19) mengemukakan bahwa matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisasi secara sistematik. Selain itu, matematika merupakan ilmu pengetahuan yang membahas mengenai penalaran logik dan masalah yang berhubungan dengan bilangan. Secara lebih rinci, matematika menjadi ilmu bantu dalam mengintepretasikan berbagai ide dan kesimpulan. Sejalan dengan hal tersebut Ismail (Hamzah, 2014:48) mendefinisikan bahwa matematika merupakan ilmu yang membahas mengenai angka-angka dan perhitungannya dan membahas masalah-masalah numerik.

Dalam kaitannya dengan matematika, Kitcher (Fathani, 2009:19) memfokuskan pada komponen-komponen dalam matematika, yaitu bahasa dan pernyataan yang digunakan oleh para matematikawan, pernyataan yang belum terjawab, alasan untuk menjelaskan pernyataan, serta ide matematika itu sendiri.

(27)

11

Dari penjelasan-penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan angka-angka berserta penyelesaian masalah-masalah tersebut secara logik.

2. Tujuan Matematika Sekolah Dasar

Matematika pada dasarnya merupakan ilmu mengenai logika dan masalah-masalah yang berhubungan dengan angka-angka. Untuk itu, De Lange (Shadiq, 2014: 8-9) menjelaskan bahwa terdapat beberapa kompetensi atau kemampuan yang harus dipelajari dan dikuasai para siswa selama pembelajaran matematika di kelas, yaitu sebagai berikut.

a. Berpikir dan bernalar secara matematis (mathematical thinking and reasoning).

b. Beragumentasi secara matematis (matemathical argumentation).

c. Berkomunikasi secara matematis (mathemathical communication).

d. Pemodelan (modelling).

e. Penyusunan dan pemecahan masalah (problem posing and solving).

f. Representasi (represntation).

g. Simbol (symbols).

h. Alat dan teknologi (tools and technology).

Selain kompetensi yang telah disebutkan di atas, Depdiknas (Shadiq, 2014:11) telah menetapkan tujuan mata pelajaran matematika di SD, SMP, SMA, dan SMK sebagai berikut.

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

(28)

12

d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Sebagaimana disebutkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI, mata pelajaran matematika meliputi aspek bilangan, geometri dan pengukuran, dan pengolahan data. Secara lebih rinci, pembelajaran matematika kelas V semester II meliputi materi sebagai berikut.

Tabel 1.Standar Kompetensi-Kompetensi Dasar Kelas V Semester II Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Bilangan

5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

5.1 Mengubah pecahan ke bentuk persen dan desimal serta sebaliknya

5.2 Menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan

5.3 Mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan

5.4 Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala

Geometri dan Pengukuran 6. Memahami sifat-sifat

bangun dan hubungan antar bangun

6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar

6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang

6.3 Menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana

6.4 Menyelidiki sifat-sifat kesebangunan dan simetri

6.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar dan bangun ruang sederhana

(29)

13

matematis seperti berpikir dan bernalar secara matematis, beragumentasi secara matematis, berkomunikasi secara matematis, dan penyusunan dan pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari maupun sebagai bekal dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Selain itu, siswa diharapkan mampu memahami konsep matematika, menggunakan penalaran dalam matematika, memecahkan masalah dalam bidang matematika, mengomunikasikan gagasan matematika, dan memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam bidang sehari-hari.

Untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran matematika perlu diadakan upaya untuk meningkatkan minat dan motivasi siswa agar terlibat secara aktif dalam pembelajaran matematika. Upaya-upaya tersebut mencakup pemilihan model pembelajaran yang tepat, pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran, dan menyiapkan media pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus memiliki keterampilan dalam memilih model pembelajaran yang akan digunakan agar tujuan pembelajaran matematika dapat tercapai.

3. Kemampuan Memecahkan Masalah dalam Pembelajaran Matematika Lencher (Hartono, 2014:2) mendefinisikan masalah matematika sebagai soal matematika yang strategi penyelesaiannya tidak terlihat langsung, sehingga dibutuhkan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman untuk menyelesaikannya. Masalah matematika membantu siswa tidak hanya dalam mengembangkan kemampuan berpikirnya tetapi juga membantu untuk mengembangkan kemampuan dasar dalam menyelesaikan masalah.

(30)

14

yang tidak kentara sehingga, diperlukan pemikiran yang kreatif dan kemampuan berpikir yang tinggi. Reys (2012:107) mengemukakan bahwa a problem is something a person needs do figure out, something where the solution is not

immediately obvious. Solving problems requires creative effort and high-level

thinking.

Lester (Winarni, 2012:116) berpendapat bahwa masalah merupakan suatu situasi di mana individu atau kelompok terpanggil untuk melakukan suatu tugas di mana tidak tersedianya algoritma yang secara lengkap menentukan penyelesaian masalahnya. Sependapat dengan hal tersebut, Cooney, dkk (Shadiq, 2014:104) menyatakan bahwa suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika pernyataan tersebut menunjukkan adanya suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh prosedur rutin yang sudah diketahui oleh si pelaku.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa masalah merupakan sesuatu yang membutuhkan penyelesaian yang tidak dapat dipecahkan dengan prosedur rutin, tetapi membutuhkan penalaran dan pemikiran yang mendalam.

(31)

15

Menurut Shadiq (2014:105) terdapat empat langkah penting dalam menyelesaikan masalah, yaitu:

a. Memahami masalah

b. Merencanakan cara penyelesaian c. Melaksanakan rencana

d. Menafsirkan atau mengecek hasilnya

Polya (Winarni, 2012:124) mengemukakan empat langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam memecahkan masalah, yaitu sebagai berikut.

a. Pemahaman terhadap masalah, yaitu mengerti masalah dan melihat apa yang dikehendaki. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengidentifikasi apa yang diketahui dari masalah, mengidentifikasi apa yang ditanyakan, dan sebagainya.

b. Perencanaan pemecahan masalah, yaitu melihat bagaimana macam soal dihubungkan dan bagaimana ketidakjelasan dihubungkan dengan data agar memperoleh ide membuat suatu rencana masalah.

c. Melaksanakan perencanaan pemecahan masalah

d. Melihat kembali kelengkapan pemecahan masalah, meliputi kegiatan pengujian hasil, menginterpretasi jawaban yang diperoleh, dan meninjau kembali apakah ada penyelesaian yang lain.

Oleh karena itu, Sutawidjaja, dkk (Winarni, 2012:121) mengemukakan prinsip yang dapat digunakan sebagai rambu-rambu untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, yaitu sebagai berikut.

a. Identifikasi masalah.

b. Menerjemahkan masalah ke dalam kalimat matematika, kemudian menerjemahkan masalah ke dalam model permasalahan yang lebih sederhana.

c. Menentukan alur-alur pemecahan masalah, kemudian memilih alur pemecahan masalah yang lebih efisien.

d. Menentukan jawaban numerikal, kemudian menginterpretasikan jawab yang diperoleh.

e. Mengecek kebenaran hasil, selanjutnya memodifikasi jawaban jika diberikan data yang baru.

(32)

16

Indikator kemampuan memecahkan masalah matematis menurut Lestari (2015:52), yaitu sebagai berikut.

a. Mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan.

b. Merumuskan masalah matematis atau menyusun model matematis. c. Menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah.

d. Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil penyelesaian masalah. Memecahkan masalah dapat menjadi sulit untuk diajarkan dalam pembelajaran matematika. Robert Reys, dkk (2012:110-111) menyebutkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan memecahkan masalah siswa yaitu pengetahuan (knowledge), kepercayaan dan pengaruh (beliefs and affects), kontrol (control) serta faktor-faktor sosiokultural (sociocultural factors).

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share 1. Pengertian Model Pembelajaran

Joyce dan Weil (2015:5) menyatakan bahwa model pembelajaran dapat diartikan sebagai rencana yang dapat digunakan untuk pembelajaran, pembuatan kurikulum, dan mendesain materi-materi instruksional termasuk program multimedia. Lebih lanjut Bruce Joyce dan Marsa Weil menyatakan bahwa beberapa model pembelajaran menekakan bagaimana membantu siswa dalam mengontruksi pengetahuan, nilai, dan keterampilan serta meningkatkan kemampuan pada ranah pribadi, sosial dan akademik.

(33)

17

pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Dengan demikian, proses pembelajaran benar-benar disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Kardi dan Nur (Trianto, 2012:22) model pembelajaran memiliki empat ciri khusus yaitu 1) rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya, 2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai), 3) tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil, dan 4) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu tercapai.

Huda (2015:75) menyatakan bahwa model pembelajaran memiliki empat aspek struktur umum, antara lain sintak (tahap-tahap), sistem sosial, tugas/peran guru, dan pengaruh model. Sintak merupakan deskripsi implementasi model di lapangan. Sistem sosial mendiskripsikan peran dan relasi antara guru dan siswa. Tugas/peran guru mendiskripsikan bagaimana seorang guru harus memandang siswanya dan merespons apa yang dilakukan oleh siswanya. Sedangkan pengaruh model merujuk pada efek-efek yang ditimbulkan oleh setiap model.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa model pembelajaran merupakan seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang disusun secara sistematis yang digunakan sebagai pedoman dalam mencapai tujuan pembelajaran.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

(34)

18

kooperatif bertujuan untuk mengembangkan prestasi akademis, keterampilan sosial, dan menanamkan toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman individu. Penjelasan tersebut dapat dimaknai bahwa dalam pembelajaran kooperatif siswa bekerja secara berkelompok dan saling membantu satu sama lain sehingga dapat meningkatkan prestasi akademik, kerja sama, dan toleransi. Huda (2015:62) juga menyebutkan bahwa melalui pembelajaran kooperatif keterampilan seperti berpikir kritis, memecahkan masalah, dan membuat sintesis dapat dikembangkan.

Menurut Johnson dan Johnson, pembelajaran kooperatif berarti working together to accomplish shared goals. Dalam pembelajaran kooperatif, setiap anggota kelompok secara bersama-sama berusaha untuk mencapai hasil yang dapat dirasakan oleh semua anggota kelompok. Pembelajaran koperatif memanfaatkan kelompok-kelompok kecil untuk bekerja sama dan saling meningkatkan pembelajarannya dan pembelajaran siswa-siswa lain (Huda, 2015:31).

Pembelajaran kooperatif menekankan pada tiga hal, yaitu task structure

(struktur tugas), goal structure (struktur tujuan), dan reward structure. Pada pembelajaran kooperatif siswa didorong untuk mengerjakan tugas secara bersama-sama dan mereka harus mengoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas itu (Arends, 2003:4-5). Untuk itu, dalam pembelajaran kooperatif semua siswa dituntut untuk aktif dan berpartisipasi dalam pembelajaran.

(35)

19

Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran harus diterapkan, yaitu a) saling ketergantungan positif, b) tanggung jawab perseorangan, c) tatap muka, d) komunikasi antaranggota, dan e) evaluasi proses kelompok (Lie, 2007:31).

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

Model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) dikembangkan pertama kali oleh Frang Lyman. Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.

Arends (Trianto, 2012:81) menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam model ini dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir untuk merespons dan saling membantu. Selain itu, dengan model pembelajaran ini, siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi atau tujuan pembelajaran (Kurniasih, 2015:58).

Sejalan dengan hal tersebut, Lestari (2015:52) mengungkapkan bahwa think pair share merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang merangsang aktivitas berpikir siswa secara berpasangan dan berbagi pengetahuan kepada siswa lainnya.

(36)

20

tipe pembelajaran kooperatif yang memungkinkan siswa untuk berpikir dan berbagi secara berpasangan tentang suatu materi pelajaran. Model pembelajaran ini memberikan banyak waktu kepada siswa untuk berpikir, merespon, dan saling membantu.

Trianto (2012:81) menyebutkan langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe think pair share adalah sebagai berikut.

a. Langkah 1: Berpikir (Thinking)

Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah.

b. Langkah 2: Berpasangan (Pair)

Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

c. Langkah 3: Berbagi (Share)

Guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan.

Lestari (2015:52) menyebutkan tahapan dalam pembelajaran kooperatif tipe

think pair share yaitu sebagai berikut.

a. Thinking: Guru mengajukan suatu permasalahan yang merangsang kemampuan berpikir siswa. Siswa memikirkan jawaban permasalahan yang diajukan secara mandiri.

(37)

21 yang telah dipikirkan.

c. Sharing: siswa berbagi pengetahuan yang diperoleh dari hasil diskusi di depan

kelas.

Huda (2015:136-137) menyebutkan prosedur dalam model pembelajaran kooperatif tipe think pair share adalah sebagai berikut.

1) Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok terdiri dari empat anggota/siswa.

2) Guru memberikan tugas pada setiap kelompok.

3) Masing-masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri-sendiri terlebih dahulu.

4) Kelompok membentuk anggota-anggotanya secara berpasangan. Setiap pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan individunya.

5) Kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam kelompoknya masing-masing untuk menshare hasil diskusinya.

Kurniasih dan Berlin Sani (2015:63) mengemukakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share dapat dilakukan dengan cara melakukan langkah-langkah berikut.

1) Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai. 2) Siswa diminta untuk berpikir tentang materi dan permasalahan yang

disampaikan oleh guru.

3) Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.

4) Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.

5) Berawal dari kegiatan tersebut, guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.

(38)

22

Kurniasih (2015:59-60) juga menjelaskan kelebihan model kooperatif tipe

think pair share yaitu sebagai berikut.

a. Adanya kemudahan interaksi sesama siswa.

b. Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk

berpartisipasi dalam kelas.

c. Pemecahan masalah dapat dilakukan secara langsung dan siswa dapat memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

d. Siswa akan terlatih untuk membuat konsep pemecahan masalah.

e. Pelaksanaan model pembelajaran ini menuntut siswa menggunakan waktunya

untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh guru di awal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami materi dengan baik sebelum guru menyampaikan pada pertemuan selanjutnya.

Kelemahan model kooperatif tipe think pair share menurut Kurniasih (2015:61-62) yaitu sebagai berikut.

a. Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok, karena ada satu siswa yang tidak mempunyai pasangan.

b. Sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru, waktu pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal.

(39)

23

C. Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Think Pair Share terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah

Model cooperative learning tipe think pair share berpengaruh pada kemampuan memecahkan masalah siswa pada pembelajaran matematika. Model

cooperative learning tipe think pair share merupakan model pembelajaran yang dapat mengoptimalkan partisipasi siswa dalam pembelajaran seperti yang dituliskan oleh Huda (2015:136) bahwa model cooperative learning tipe think pair share dapat memberikan kesempatan bagi setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain. Kurniasih (2015:59) menyatakan bahwa model cooperative learning tipe think pair share dapat melatih siswa untuk membuat konsep pemecahan masalah dan dapat memahami permasalahan secara berkelompok. Sehingga pembelajaran tersebut dapat memberikan kesempatan siswa yang kurang mampu dalam memecahkan masalah untuk dibantu oleh siswa yang lebih mampu.

(40)

24 meningkat.

Dengan penjabaran tersebut menunjukkan adanya pengaruh model

cooperative learning tipe think pair share terhadap kemampuan memecahkan masalah pada pembelajaran matematika.

D. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah Laila Kodariyati. Penelitian tesis tahun 2015 dengan judul “Pengaruh Model PBL terhadap Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematika Kelas V SD Se-gugus V Kecamatan Kasihan Bantul”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model

PBL berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematika kelas V SD se gugus V Kecamatan Kasihan, Bantul.

E. Kerangka Berpikir

Matematika merupakan suatu kegiatan manusia menemukan pola dan hubungan melalui penyelesaian masalah yang memerlukan imajinasi, intuisi, dan penemuan yang kemudian penemuan tersebut digunakan untuk berkomunikasi. Pada kenyataannya, kemampuan memecahkan masalah siswa di Indonesia masih rendah. Hal tersebut terlihat terlihat ketika siswa mengerjakan soal cerita. Dalam mengerjakan soal cerita, siswa tidak bisa memodelkan ke dalam bentuk matematika.

(41)

25

mendominasi dalam berceramah. Sehingga, model tersebut dirasa kurang efektif dalam meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa. Model pembelajaran langsung tidak membentuk keaktifan siswa dan siswa hanya pasif pada saat proses pembelajaran.

Untuk itu, diperlukan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran, salah satunya adalah model cooperative learning tipe think pair share. Model tersebut menekankan kerja sama dan peran aktif setiap anak dalam proses pembelajaran.

Model cooperative learning tipe think pair share memberikan kesempatan pada siswa untuk memahami masalah dan merumuskan masalah matematis secara individu. Selain itu, dalam model cooperative learning tipe think pair share ini, siswa diberikan kesempatan untuk menyelesaikan masalah secara berpasangan dan mengecek kembali hasil yang telah didapatkan.

(42)

26

langkah-langkah penyelesainnya. Dengan kegiatan-kegiatan pembelajaran tersebut, maka siswa akan belajar untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. Model pembelajaran langsung dan model cooperative learning tipe think pair

share mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam meningkatkan

kemampuan memecahkan masalah. Melalui penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan kedua model tersebut, peneliti ingin mencari perbedaan kemampuan memecahkan masalah dalam penggunaan model

(43)
[image:43.595.121.503.281.592.2]

27

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Kemampuan memecahkan masalah siswa rendah.

Peneliti mengujicobakan apakah terdapat perbedaan kemampuan memecahkan masalah kelompok siswa yang menerapkan model cooperative learning tipe

think pair share dengan kelompok siswa yang menerapkan model

pembelajaran biasa pada mata pelajaran matematika materi geometri di kelas V SD Muhammadiyah Mutihan.

Langkah-Langkah Model

Cooperative Learning Tipe Think Pair Share 1. Think

2. Pair

3. Share

Indikator Kemampuan Memecahkan Masalah 1. Memahami masalah 2. Merencanakan cara

penyelesaian 3. Melaksanakan

rencana

4. Menafsirkan atau mengecek hasilnya

Langkah-Langkah

Model Pembelajaran

Langsung

1. Menjelaskan

materi

2. Pemberian

contoh

3. Pemberian

latihan

(44)

28 F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah kemampuan memecahkan masalah kelompok siswa yang menerapkan model

(45)

29 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen),

karena dalam penelitian ini tidak memungkinkan untuk dilakukan pengontrolan terhadap variabel penelitian secara penuh. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sugiyono (2016:114) yang menyatakan bahwa penelitian kuasi eksperimen mempunyai kelompok kontrol tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. 2. Desain Penelitian

Desain atau model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Nonequivalent Control Group Design. Desain ini hampir sama dengan desain penelitian pretest-posttest control group design, hanya pada desain penelitian in kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2016:114). Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2. Desain Penelitian Eksperimen Semu Keterangan:

O1 = pretest yang diberikan sebelum kegiatan belajar mengajar untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

O1 X1 O2

(46)

30

O2 = post test yang diberikan setelah kegiatan belajar mengajar untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

X1 = pemberian model cooperative learning tipe think pair share untuk kelompok eksperimen.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SD Muhammadiyah Mutihan yang beralamatkan di Wonosidi Lor, Wates, Kulon Progo, Yogyakarta. Waktu pengumpulan data dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2016/2017 pada bulan Maret-April selama 4 kali pertemuan.

C. Subjek Penelitian

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Muhammadiyah Mutihan yang terdiri dari 3 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 77 orang. Selanjutnya dari ketiga kelas tersebut dipilih dua kelas untuk dijadikan kelas kontrol dan kelas eksperimen.

(47)

31 D. Definisi Operasional Penelitian

Untuk menghindari adanya perbedaan dalam menafsirkan istilah dalam variabel penelitian tersebut, maka akan diuraikan definisi operasionalnya sebagai berikut.

1. Model Cooperative Learning Tipe Think Pair Share merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok dengan 4 orang anggota. Setiap kelompok diberikan suatu masalah oleh guru. Masalah tersebut kemudian dipikirkan secara individu (thinking) terlebih dahulu. Setelah itu, siswa diminta untuk mendiskusikan hasil pemikirannya secara berpasangan (pairing) kemudian hasil diskusi tersebut diutarakan kepada kelompok (sharing).

2. Kemampuan memecahkan masalah dalam penelitian ini merupakan

kemampuan siswa dalam memahami masalah, merencanakan cara penyelesaian suatu masalah, melaksanakan rencana pemecahan masalah, dan mengecek kembali kelengkapan pemecahan masalah. Masalah dalam penelitian ini yaitu mencakup permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan materi geometri yang tertuang dalam soal-soal.

3. Materi geometri dalam penelitian ini mencakup materi mengenai jaring-jaring bangun ruang dan kesebangunan yang disesuaikan dengan perkembangan kognitif siswa kelas V SD.

E. Variabel Penelitian

(48)

32

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016:61). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel X yaitu variabel bebas (variabel

independent) dan variabel Y yaitu variabel terikat (variabel dependent).

Variabel X merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel Y. Sedangkan variabel Y merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel X. Adapun variabel dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2016:61). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu model cooperative learning tipe think pair share.

2. Variabel Terikat

(49)

33 F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan peneliti dalam

mengumpulkan data-data penelitian untuk menjawab permasalahan penelitian. Dalam

penelitian ini, teknik pengumpulan datanya yaitu dengan menggunakan observasi dan tes.

1. Observasi

Observasi menurut Sugiyono (2016:203) digunakan apabila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Dalam hal ini, peneliti menyusun pedoman observasi yang berkenaan mengenai pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe think pair share.

Observasi dilakukan untuk mengetahui apakah pembelajaran sudah dilaksanakan menggunakan langkah-langkah sesuai dengan model pembelajaran yang dimaksudkan. Selain itu observasi juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung dan memastikan bahwa hasil pembelajaran merupakan hasil dari pemberian treatment. Observasi dilakukan selama kegiatan pembelajaran di kelas dan dicatat dalam lembar observasi.

2. Tes

(50)

34

mengukur kemampuan awal siswa sebelum diberikan perlakuan dan 2) posttest

untuk mengukur kemampuan siswa setelah diberikan perlakuan.

G. Instrumen Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2016: 148) instrumen penelitian merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Sehingga dapat dikatakan bila instrumen penelitian merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel yang akan diteliti. Adapun instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu tes dan lembar observasi.

[image:50.595.125.501.513.681.2]

1. Tes Kemampuan Memecahkan Masalah pada Pembelajaran Matematika Tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes objektif dalam bentuk pilihan ganda untuk mengukur kemampuan memecahkan masalah pada pembelajaran matematika. Tes objektif yang digunakan adalah tes pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban a, b, c, dan d. Pemberian skor 1 untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah.

Tabel 2. Kisi-Kisi Pre Test dan Post Test

Materi Pokok Indikator Nomor Soal Jumlah

Sifat-sifat bangun kesebangunan dan simetri pada bangun datar

1. Pemahaman terhadap masalah

1,2,7,10,11,19,20, 21,22,24,33,34,38

13

2. Perencanaan terhadap masalah

3,4,12,15,16,29,30, 36

8 3. Melaksanakan

perencanaan masalah

6,8,13,14,17,18,25, 27,31,32,35,37,39,40

14

4. Melihat kembali kelengkapan

pemecahan masalah

(51)

35 2. Lembar Observasi

Selain tes, dalam penelitian ini juga akan menggunakan lembar observasi untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran matematika apakah sudah sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran.

Tabel 3. Kisi-Kisi Lembar Pengamatan Guru dengan Model Pembelajaran

Cooperative Learning Tipe Think Pair Share

No Aspek Pengamatan Jumlah

Item Nomor Item

1. Apersepsi 1 1

2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 1 2

3.

Proses pembelajaran dengan model pembelajaran cooperative learning

tipe think pair share

5 3,4,5,6,7 4. Menyimpulkan pembelajaran 1 8

5. Memberikan PR 1 9

Tabel 4. Kisi-Kisi Lembar Pengamatan Guru dengan Model Pembelajaran Langsung

No Aspek Pengamatan Jumlah

Item Nomor Item

1. Apersepsi 1 1

2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 1 2 3. Proses pembelajaran dengan model

pembelajaran langsung 4 3,4,5,6 4. Menyimpulkan pembelajaran 1 7

5. Memberikan PR 1 8

H. Validitas dan Reliabilitas

Sugiyono (2016: 173) menyatakan instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Penghitungan validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(52)

36

Sugiyono (2010: 173) menyatakan instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Cara pengujian validitas instrumen pada penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Tes

Pengujian validitas instrumen tes dalam penelitian ini menggunakan validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi dilakukan dengan membandingkan isi instrumen yang telah ditetapkan dengan rancangan yang terdapat dalam kisi-kisi instrumen. Validitas konstruk dilakukan dengan meminta pendapat ahli (expert judgment). Pada penelitian ini dosen yang menjadi dosen ahli adalah Bapak Purwono PA, M.Pd. beliau memberikan masukan pada instrumen yang akan digunakan. Setelah dilakukan validasi oleh expert judgment maka peneliti mengujicobakan pada siswa kelas V.3 di SD Muhammadiyah Mutihan. Uji validitas tes dilakukan pada 23 responden dengan item tes berjumlah 40 butir.

Data yang diperoleh dari hasil uji coba tersebut kemudian diolah menggunakan program SPSS versi 24.0 for windows. Setiap butir dalam instrumen dikatakan valid apabila harga korelasi di atas r kritis 0,30. Bila harga korelasi di bawah 0,30 maka dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut tidak valid (Sugiyono, 2016: 179).

Setelah diujicobakan dan dilakukan perhitungan dapat diketahui dari hasil

perhitungan 40 butir soal yang diujicobakan, soal yang koefisien korelasinya di atas

0,30 atau dikatakan valid ada 22 butir. Untuk rincian butir item soal yang valid dan

(53)
[image:53.595.113.538.137.342.2]

37

Tabel 5. Hasil Uji Validitas Instrumen Butir Soal Kesebangunan dan Simetri Siswa Kelas V.3 SD Muhammadiyah Mutihan

Indikator Nomor Soal Hasil Uji Validitas

Valid Tidak Valid 1. Pemahaman

terhadap masalah

1,2,7,10,11,19,20, 21,22,24,33,34,38

10,33,34,38 1,2,7,11,19,20, 21,22,24 2. Perencanaan

terhadap masalah

3,4,12,15,16,29,30, 36

3,4,12,30,36 15,16,29 3. Melaksanakan

perencanaan masalah 6,8,13,14,17,18,25, 27,31,32,35,37,39,40 8,13,14,17,25,27, 31,32,35,39 6,18,37,40

4. Melihat kembali kelengkapan pemecahan masalah

5,9,23,26,28 5,23,28 9,26

Jumlah 22 18

2. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas merujuk pada pengertian apakah suatu tes dapat mengukur secara konsisten suatu yang akan diukur dari waktu ke waktu. Untuk mengetahui apakah suatu instrumen reliabel atau tidak, maka harus dapat dihitung koefisien reliabilitasnya. Reliabilitas tes disusun berdasarkan rumus KR-20 sebagai berikut:

KR20 =

Keterangan:

k = jumlah item dalam instrumen

pi = proporsi banyaknya subjek yang menjawab benar qi = proporsi banyaknya subjek yang menjawab salah SD2= varians total

Setiap butir dalam instrumen dikatakan reliabel apabila harga r alpha ≥ 0,70.

(54)

38

tersebut tidak reliabel. Perhitungan reliabilitas dilakukan bersamaan dengan waktu perhitungan validitas menggunakan SPSS versi 24.0 for windows. Pada penelitian ini pengujian reliabilitas digunakan pada instrumen tes kemampuan memecahkan masalah. Berdasarkan perhitungan reliabilitas hasil uji coba instrumen didapatkan angka reliabilitas yaitu 0,840. Maka dapat dikatakan bahwa instrumen pada penelitian ini reliabel.

I. Teknik Analisis Data 1. Analisis Deskriptif

Tujuan analisis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan memecahkan masalah pada kelompok siswa yang menerapkan model cooperative learning tipe think pair share dengan kelompok siswa yang menerapkan model pembelajaran biasa pada mata pelajaran matematika di kelas V SD Muhammadiyah Mutihan materi geometri. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif. Sugiyono (2016:208) menyatakan apabila penelitian yang dilakukan pada sampel, maka analisisnya dapat menggunakan statistik deskriptif maupun inferensial.

(55)

39

rumus yang digunakan dalam mencari mean dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

= Σ�

Dengan keterangan: M = mean (nilai rata-rata)

Σ�= jumlah skor seluruh responden

N = jumlah individu

[image:55.595.138.481.486.667.2]

Data yang telah terkumpul dan dianalisis dikategorikan menjadi beberapa kategori tertentu. Pengkategorian dimaksudkan untuk mempermudah penyajian data perbandingan perolehan skor antara kelompok eksperimen dan kontrol. Data kuantitatif dari mean yang diperoleh kemudian dikonversikan ke dalam data kualitatif dengan skala 5 menggunakan rumus sebagai berikut (Eko Putro Widoyoko, 2011:238).

Tabel 6. Kategori Skor Kemampuan Memecahkan Masalah

Skor Capaian Kategori

�̅ > �̅t + 1,8SBi Sangat Tinggi

�̅t + 1,8SBi ≥ �̅ > �̅t + 0,6SBi Tinggi �̅t + 0,6SBi ≥ �̅ > �̅t - 0,6SBi Sedang �̅t - 0,6SBi ≥ �̅ > �̅t – 1,8SBi Rendah

�̅t – 1,8SBi ≥ �̅ Sangat Rendah Keterangan:

�̅t = (skor maksimum ideal + skor minimum ideal)

SBi =

6 (skor maksimum ideal - skor minimum ideal)

(56)

40

[image:56.595.122.498.225.312.2]

dilakukan dengan pengkategorian menjadi lima kriteria yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Setelah dilakukan penghitungan pada kemampuan memecahkan soal maka dapat dikategorisasikan sebagai berikut.

Tabel 7. Klasifikasi Kategori Skor Kemampuan Memecahkan Masalah pada Mata Pelajaran Matematika

Skor Capaian Kategori

X >16,505 Sangat Tinggi

16,505 ≥ X > 12.835 Tinggi

12.835 ≥ X > 9,165 Sedang

9,165 ≥ X > 5,495 Rendah

5,495 ≥ X Sangat Rendah

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan setelah semua data terkumpul. Teknik yang digunakan peneliti untuk menguji hipotesis adalah dengan membandingkan rata-rata dari kedua kelas. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Ha : kemampuan memecahkan masalah pada kelompok siswa yang menerapkan model cooperative learning tipe think pair share lebih tinggi dari pada kelompok siswa yang menerapkan model pembelajaran biasa pada mata pelajaran matematika materi geometri di kelas V SD Muhammadiyah Mutihan.

Ho : tidak terdapat perbedaan kemampuan memecahkan masalah pada kelompok siswa yang menerapkan model cooperative learning tipe

(57)

41

Pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol, apabila rata-rata kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol dan berada pada kategori yang berbeda maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan memecahkan masalah pada kelompok siswa yang menerapkan model cooperative learning tipe think pair share

dengan kelompok siswa yang menerapkan model pembelajaran biasa pada mata pelajaran matematika materi geometri di kelas V SD Muhammadiyah Mutihan.. Sebaliknya, apabila rata-rata kelompok eksperimen tidak lebih tinggi dari kelompok kontrol maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan memecahkan masalah pada kelompok siswa yang menerapkan model

(58)

42 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Data

Penelitian ini dilakukan dalam empat kali pertemuan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pertemuan pertama digunakan untuk mengerjakan soal pre test, dilanjutkan dengan pemberian perlakuan pada pertemuan kedua dan ketiga. Pertemuan keempat digunakan untuk mengerjakan soal post test.

Hasil penelitian didapat dari data-data sebelum penelitian (pre-test) dan setelah

penelitian (post-test) di kelas V SD Muhammadiyah Mutihan. Data yang diperlukan

dalam penelitian ini adalah data kemampuan memecahkan masalah pada mata

pelajaran Matematika sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Hal tersebut sesuai

dengan penelitian ini yang membahas tentang pengaruh model cooperative learning

tipe think pair share terhadap kemampuan memecahkan masalah pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SD Muhammadiyah Mutihan.

1. Deskripsi Hasil Data Kemampuan Memecahkan Masalah a. Deskripsi Hasil Data Pre Test Kemampuan Memecahkan Masalah

(59)

43

[image:59.595.139.481.226.311.2]

Kamis, 30 Maret 2017 jam pelajaran ke-5 sedangkan pre test pada kelompok kontrol dilakukan pada Jumat, 31 Maret 2017 jam pelajaran ke-5. Berdasarkan hasil skor dari pre test maka diketahui hasil kemampuan memecahkan masalah awal di masing-masing kelas yaitu sebagai berikut.

Tabel 8. Data Deskriptif Pre Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

N 25 26

Mean 11,60 12,77

Skor Maksimum 18 19

Skor Minimum 6 5

Tabel tersebut menunjukkan bahwa skor tertinggi pada kelas eksperimen adalah 18 dan skor terendah adalah 6 dengan rata-rata sebesar 11,60. Skor tertinggi pada kelas kontrol adalah 19 dan skor terendah adalah 5 dengan rata-rata sebesar 12,77.

[image:59.595.126.505.566.711.2]

Data pre test kemampuan memecahkan masalah pada pembelajaran matematika tersebut kemudian dikategorikan menjadi 5 kriteria yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Kategori data pre test kemampuan memecahkan masalah pada kelas eksperimen tersaji ke dalam tabel berikut ini.

Tabel 9. Kategori Data Pre Test Kemampuan Memecahkan Masalah Kelas Eksperimen

No Interval Skor Kategori Frekuensi Presentase 1. X >16,505 Sangat Tinggi 1 4%

2. 16,505 ≥ X > 12.835 Tinggi 10 40%

3. 12.835 ≥ X > 9,165 Sedang 6 24%

4. 9,165 ≥ X > 5,495 Rendah 8 32%

5. 5,495 ≥ X Sangat Rendah 0 0%

Total 25 100%

Keterangan:

X = Skor Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa

(60)

44

Gambar 3. Diagram Data Pre Test Kemampuan Memecahkan Masalah Kelas Eksperimen

[image:60.595.140.514.111.329.2]

Berdasarkan tabel dan diagram tersebut dapat diketahui bahwa siswa di kelas eksperimen memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam pembelajaran matematika pada kategori sangat tinggi sebanyak 1 siswa atau 4%, kategori tinggi sebanyak 10 siswa atau 40%, kategori sedang sebanyak 6 siswa atau 24%, kategori rendah sebanyak 8 siswa atau 32%, dan tidak ada siswa dalam kategori sangat rendah. Di bawah ini merupakan kemampuan memecahkan masalah siswa dihitung per indikator dalam persentase.

Tabel 10. Pencapaian Pre Test Kemampuan Memecahkan Siswa Per Indikator Kelompok Eksperimen

No. Indikator Presentase

1. Pemahaman terhadap masalah 55,0% 2. Perencanaan terhadap masalah 55,2% 3. Melaksanakan perencanaan masalah 49,6% 4. Melihat kembali kelengkapan pemecahan masalah 56,0%

Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa persentase indikator pre test

kemampuan memecahkan masalah siswa kelompok eksperimen dengan persentase

1

10

6

8

0 0

2 4 6 8 10 12

(61)

45

tertinggi yaitu melihat kembali kelengkapan pemecahan masalah dan persentase terendah yaitu melaksanakan perencanaan masalah.

[image:61.595.127.502.251.365.2]

Kategori data pre test kemampuan memecahkan masalah pada kelas kontrol tersaji ke dalam tabel berikut ini.

Tabel 11. Kategori Data Pre Test Kemampuan Memecahkan Masalah Kelas Kontrol

No Interval Skor Kategori Frekuensi Presentase 1. X >16,505 Sangat Tinggi 3 11,5%

2. 16,505 ≥ X > 12.835 Tinggi 12 46,2%

3. 12.835 ≥ X > 9,165 Sedang 7 26,9%

4. 9,165 ≥ X > 5,495 Rendah 3 11,5%

5. 5,495 ≥ X Sangat Rendah 1 3,8%

Total 26 100%

Keterangan:

X = Skor Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa

Kategori data pre test kemampuan memecahkan masalah tersebut dapat disajikan dalam bentuk diagram batang, sebagai berikut.

Gambar 4. Diagram Data Pre Test Kemampuan Memecahkan Masalah Kelas Kontrol

3

12

7

3

1

0 2 4 6 8 10 12 14

[image:61.595.114.513.445.676.2]
(62)

46

Berdasarkan tabel dan diagram tersebut dapat diketahui bahwa siswa di kelas kontrol memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam pembelajaran matematika pada kategori sangat tinggi sebanyak 3 siswa atau 11,5%, kategori tinggi sebanyak 12 siswa atau 46,2%, kategori sedang sebanyak 7 siswa atau 26,9%, kategori rendah sebanyak 3 siswa atau 11,5%, dan kategori sangat rendah sebanyak 1 si

Gambar

Gambar 1. Kerangka Berpikir
Tabel 2. Kisi-Kisi Pre Test dan Post Test
Tabel 5. Hasil Uji Validitas Instrumen Butir Soal Kesebangunan dan Simetri Siswa Kelas V.3 SD Muhammadiyah Mutihan
Tabel 6. Kategori Skor Kemampuan Memecahkan Masalah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Metode Cooperative Learning Tipe Think- Pair- Share terhadap Keterampilan Bercerita Ditinjau dari Kreativitas Verbal (Studi Eksperimen pada Siswa SMP

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Apakah model cooperative learning tipe Think-Pair-Share dengan media CD pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan Cooperative Learning Tipe Think Pair Share dapat meningkatkan aktivitas belajar Pkn

Sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa SMK dengan menerapkan Cooperative Learning Tipe Think Pair Share dalam proses pembelajaran

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui kemampuan guru dalam melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share, 2) Mengetahui aktivitas siswa dalam

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Efektivitas Pembelajaran Matematika Melalui Penerapan Model Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada Siswa Kelas VII

Uji hipotesis pada data posstest digunakan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang mendapatkan model pembelajaran Think Pair Share lebih

PENERAPAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR EKONOMI.. SISWA KELAS VII F SMP NEGERI 2 COLOMADU TAHUN