PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK-PAIR-SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP ANGKASA MEDAN
TAHUN AJARAN 2014/2015
Oleh :
Lita Yustina Butarbutar NIM. 4103311028
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan berkat-Nya yang memberikan hikmat kepada penulis hingga
penelitian ini dapat selesai tepat pada waktunya. Skripsi ini berjudul Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas VII SMP Swasta
Angkasa Medan. Adapun skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Beliau telah banyak
memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal hingga akhir
penulisan skipsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. M.
Panjaitan, M.Pd, Drs. Yasifati Hia, M.Si, dan Ibu Dra. Katrina Samosir, M.Pd
selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari
rencana penelitian sampai penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku dosen
Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memotivasi penulis selama
perkuliahan, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D selaku Dekan FMIPA Unimed.
Ucapan terima kasih kepada juga kepada Bapak Rektor Unimed Prof. Dr.
Ibnu Hajar, M.Si beserta seluruh pembantu rektor sebagai pimpinan Unimed,
Bapak Prof.Drs.Motlan, M.Sc, Ph.D selaku Dekan FMIPA Unimed beserta
pembantu Dekan I, II dan III di lingkungan Unimed, Bapak Drs.Syafari, M.Si
selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs.Zul Amry, M.Si selaku Ketua
Program Studi Pendidikan Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku
Sekretaris Jurusan Matematika serta kepada seluruh Bapak/Ibu dosen serta Staf
Pegawai Jurusan Matematika yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan
membantu penulis selama perkuliahan.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Suhendro, S.Psi
v
studi matematika yang telah banyak membantu dan membimbing penulis selama
penelitian serta para guru dan staf administrasi yang telah memberikan
kesempatan serta bantuan kepada penulis selama melakukan penelitian.
Teristimewa rasa terima kasih dan cinta penulis kepada Ayahanda Jannus
Butarbutar dan Ibunda Elisabet Togatorop, orangtua penulis yang telah mengasuh,
membimbing, memberi kasih sayang, mendukung secara materil dan selalu mendo’akan penulis. Semoga Tuhan memberikan kebaikan dunia dan akhirat kepada Ayah dan Ibunda. Amin. Terima kasih juga buat Adik-adik Ramona
Butarbutar, Ramoni Butarbutar, Yola Christy Butarbutar, Anjelima Ria Marito Butarbutar dan Josephin Romiansyah Butarbutar yang telah memberikan do’a dan motivasi kepada penulis, serta terima kasih juga penulis ucapkan untuk sanak
saudara yang banyak membantu dalam bentuk motivasi untuk penulis dalam
menyusun skripsi ini terutama seluruh keluarga yang terus memberikan dukungan,
doa, kasih sayang, pengorbanan, dan perjuangan baik secara moral dan materil.
Penulis juga ucapkan terima kasih terkhusus untuk Pratu Lembaga Simanjuntak yang selalu bersama dan memberikan do’a serta motivasi maupun dorongan untuk mengerjakan skripsi ini hingga selesai. Tak lupa penulis ucapan
terima kasih juga untuk sahabat Novita Sembiring, Novita Ratu Sianipar, Netti
Padang, Lili Handayani, teman-teman Pondok Putri Rela Indah dan teman-teman senasib seperjuangan di EKS A’ 10 Pendidikan Matematika yang tiada henti memberikan motivasi dan doa yang tulus serta sahabat-sahabat lainnya yang tidak
bisa disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi
ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat bagi
pembaca dan dunia pendidikan.
Medan, 28 Agustus 2014
Penulis,
iii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK-PAIR-SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII-B SMP ANGKASA MEDAN
TAHUN AJARAN 2014/2015
LITA YUSTINA BUTARBUTAR (NIM. 4103311028)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika pada materi Bilangan Bulat di Kelas VII SMP Swasta Angkasa Medan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus, siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan dan pada siklus II terdiri dari 2 kali pertemuan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMP Swasta Angkasa Medan yang berjumlah 27 orang. Objek penelitin ini adalah pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran model Think-Pair-Share untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
Data yang diperlukan diperoleh dengan menggunakan lembar observasi aktivitas pencapaian waktu ideal aktivitas aktif siswa pada siklus I dan siklus II. Tes hasil kemampuan pemecahan masalah matematika yang berbentuk uraian yaitu tes awal sebanyak 4 soal. Tes hasil kemampuan pemecahan masalah matematika siklus I sebanyak 4 soal dan tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa siklus II terdiri dari 4 soal.
Berdasarkan hasil analisis data setelah pemberian tindakan diperoleh data Kemampuan pemecahan masalah matematika dengan menggunakan model TPS pada siklus I dari 27 siswa terdapat 3 siswa atau 10% yang memiliki kemampuan tinggi, 10 siswa atau 40% memiliki kemampuan sedang, 2 siswa atau 6,66% memiliki kemampuan rendah dan 12 siswa atau 43,33% memiliki kemampuan sangat rendah. Pada siklus II dari 27 siswa terdapat 2 siswa atau 6,66% yang memiliki kemampuan sangat tinggi, 22 siswa atau 80%yang memiliki kemampuan tinggi dan 3 siswa atau 13,33% yang memiliki kemampuan rendah. Dengan demikian dapat dikatakan kelas tersebut telah tuntas belajar, karena terdapat 85% siswa yang memiliki tingkat ketuntansan klasikal. Dari hasil analisis siklus I dan siklus II tersebut dapat dilihat bahwa kriteria kemampuan pemecahan masalah matematika siswa ini telah mencapai target dan mengalami peningkatan dalam mempelajari materi Bilangan Bulat dengan menerapkan model Think-Pair-Share.
vi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9
2.1. Kerangka Teoritis 9
2.1.1. Belajar dan Pembelajaran Matematika 9
2.1.2. Masalah Dalam Matematika 11
2.1.3. Pemecahan Masalah Matematika 12 2.1.4. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 13
2.1.5. Model Pembelajaran 16
2.1.6. Model Pembelajaran Kooperatif 17
2.1.7. Teknik Think-Pair-Share (TPS) 18
2.1.8. Pembelajaran Kooperatif Teknik Think-Pair-Share (TPS) 21 yang Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
2.1.9. Teori Belajar Yang Mendukung 23
2.1.10. Materi Ajar Bilangan 25
2.1.10.1. Bilangan Bulat dan Lambangnya 25
2.1.10.2. Operasi Bilangan Bulat 26
2.2. Kerangka Konseptual 41
2.3. Hipotesis Tindakan 43
BAB III METODE PENELITIAN 44
vii
3.5.1 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa 50
3.5.2 Observasi 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 55
4.1 Deskripsi Hasil Penalitian 55
4.1.1 Deskripsi Hasil Penalitian Pada Siklus I 55
4.1.1.1 Permasalahan I 55
4.1.1.2 Perencanaan Tindakan I (Alternatif Pemecahan I) 57
4.1.1.3 Pelaksanaan Tindakan I 57
4.1.1.4 Observasi I 58
4.1.1.5 Analisis Data I 59
4.1.1.5.1 Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 59
4.1.1.5.2 Deskripsi Hasil Observasi I 60
4.1.1.6 Refleksi I 62
4.1.2 Deskripsi Hasil Penalitian Pada Siklus II 63
4.1.2.1 Permasalahan II 63
4.1.2.2 Perencanaan Tindakan II (Alternatif Pemecahan II) 64
4.1.2.3 Pelaksanaan Tindakan II 64
4.1.2.4 Observasi II 58
4.1.2.5 Analisis Data II 66
4.1.2.5.1 Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 59
4.1.2.5.2 Deskripsi Hasil Observasi II 60
viii
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 74
5.1 Kesimpulan 74
5.2 Saran 74
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Teknik Penskoran Tes Kemampuan 50
Pemecahan Masalah
Tabel 3.2 Kriteria Tingkat Tes Kemampuan 53
Pemecahan Masalah Siswa
Tabel 4.1 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan 55
MasalahSiswa Pada Tes Awal
Tabel 4.2 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan 59
MasalahSiswa Pada Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah I
Tabel 4.3 Deskripsi Hasil Observasi Guru Melakukan 61
Pembelajaran Pada Siklus I
Tabel 4.4 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan 66
MasalahSiswa Pada Tes Kemampuan Pemecahan
Masalah II
Tabel 4.5 Deskripsi Hasil Observasi Guru Melakukan 68
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Skema Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas 45
Gambar 4.1. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah 56
Matematika Siswa Pada Tes Awal
Gambar 4.2. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah 60
Matematika Siswa Pada Tes Kemampuan
Pemecahan Masalah I
Gambar 4.2. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah 67
Matematika Siswa Pada Tes Kemampuan
xi
Lampiran 8. Kisi-kisi Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 1 dan 2 103
Lampiran 9. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 1 104
Lampiran10. Alternatif Jawaban Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 1 108
Lampiran 11. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 2 110
Lampiran 12. Alternatif Jawaban Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 2 114
Lampiran 13. Kisi-kisi Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 3 117
Lampiran 14. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 3 118
Lampiran 15. Alternatif Jawaban Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 3 122
Lampiran 16. Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 124
Lampiran 17 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 125
Lampiran 18. Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan 126
Pemecahan Masalah I
Lampiran 19. Kriteria Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 129
Lampran 20. Lembar validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 132
Lampiran 21. Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 133
Lampiran 22. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 134
Lampiran 23. Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan 136
Pemecahan Masalah II
Lampiran 24. Kriteria Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 139
Lampran 25. Lembar validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 142
xii
Lampiran 27. Analisis Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 145
Lampiran 28. Daftar Nama Kelompok Belajar Kelas VII-B Siklus I 147
Lampiran 29. Analisis Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 148
Lampiran 30. Daftar Nama Kelompok Belajar Kelas VII-B Siklus II 150
Lampiran 31. Daftar Nama Siswa Kelas VII-B SMP Swasta Angkasa 151
Lampiran 32. Lembar Observasi Guru Siklus I 152
Lampiran 33. Lembar Observasi Guru Siklus II 154
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Menghadapi tantangan masa depan dalam era globalisasi dan canggihnya
teknologi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai keterampilan
dan pengetahuan. Keterampilan dan kemampuan yang harus dimiliki tersebut
antara lain adalah kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan ini sangat
penting, karena dalam kehidupan sehari-hari setiap orang selalu dihadapkan pada
berbagai masalah yang harus dipecahkan dan menuntut pengetahuan untuk
menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapinya. Salah satu sarana untuk
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah bagi siswa pada pendidikan
adalah melalui pembelajaran matematika.
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan
mengembangkan daya pikir manusia. Oleh karena itu, mata pelajaran matematika
perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari jenjang pendidikan dasar
sampai ke jenjang yang lebih tinggi untuk membekali peserta didik dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan
bekerja sama untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti,
dan kompetetif. Dalam hal ini pemerintah melalui Dinas Pendidikan Nasional
terus berupaya mengembangkan sistem pembelajaran matematika di sekolah
melalui pengembangan dan pembaharuan kurikulum pembelajaran matematika.
Seperti yang diungkapkan Cornelius (dalam Abdurrahman, 2009:253)
bahwa alasan perlunya belajar matematika adalah sebagai berikut :
Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
Berdasarkan kutipan disimpulkan bahwa melalui pembelajaran matematika
2
mengkomunikasikan gagasannya serta dapat mengembangkan aktivitas kreatif
dalam memecahkan masalah. Ini menunjukkan bahwa matematika memiliki
manfaat dalam mengembangkan kemampuan siswa sehingga perlu untuk
dipelajari. Sejalan dengan hal itu, Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253)
mengemukakan alasan perlunya belajar matematika yaitu :
Matematika perlu diajarkan pada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) memerlukan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran ruangan; dan (6) memberi kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah.
Namun pada kenyataannya, kualitas pendidikan matematika masih
memprihatinkan dilihat dari rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa. Mutu
akademik antarbangsa melalui Programme For International Student Assessment
(PISA) 2003 menunjukkan bahwa peringkat matematika Indonesia berada di
deretan 39 dari 41 negara. Sejauh ini, Indonesia masih belum mampu lepas dari
deretan penghuni papan bawah (dalam Kunandar, 2009:1).
Dari kenyataan tersebut secara jelas menyatakan bahwa kualitas pendidikan
matematika masih rendah dan belum sesuai dengan yang diharapkan. Rendahnya
prestasi belajar matematika di sekolah telah menjadi masalah nasional yang harus
diperhatikan oleh berbagai kalangan. Untuk mengatasi rendahnya nilai
matematika tersebut, para pendidik berusaha mengadakan perbaikan dan
peningkatan disegala segi yang menyangkut pendidikan matematika.
Sedangkan berdasarkan hasil belajar matematika, Lenner (dalam
Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan bahwa : “kurikulum bidang studi
matematika hendaknya mencakup tiga elemen, (1) konsep, (2) keterampilan, dan (3) pemecahan masalah”.
Dari pernyataan di atas, salah satu aspek yang ditekankan dalam kurikulum
adalah meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Pemecahan masalah
3
proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa dimungkinkan memperoleh
pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki
untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin.
Cooney (dalam Hudojo, 2005:130) mengatakan bahwa mengajarkan siswa
untuk menyelesaikan masalah-masalah memungkinkan siswa itu menjadi lebih
analitik di dalam mengambil keputusan didalam kehidupan. Namun hal tersebut
dianggap bagian yang paling sulit dalam mempelajarinya maupun bagi guru
dalam mengerjakannya. Suatu masalah biasanya memuat suatu situasi yang
mendorong seseorang untuk menyelesaikannya, akan tetapi tidak tahu secara
langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya.
Mengingat pentingnya matematika dalam kehidupan sehari-hari maupun
dalam berbagai ilmu pengetahuan, maka kualitas pembelajaran yang diberikan
oleh guru merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, pemilihan model dan
metode pembelajaran matematika yang tepat akan membuat matematika disukai
oleh siswa. Pembelajaran matematika yang dilakukan di sekolah selama ini
kurang memberi motivasi kepada siswa untuk terlibat langsung dalam
pembentukan pengetahuan matematika mereka. Siswa lebih tergantung pada guru
sehingga sikap ketergantungan inilah yang yang menjadi karakteristik seseorang
secara tidak sadar telah dibiarkan tumbuh dan berkembang melalui gaya
pembelajaran tersebut. Padahal yang diinginkan adalah siswa yang mandiri,
mampu untuk memunculkan ide-ide dan gagasan yang kreatif serta mampu
menghadapi tantangan atau permasalahan yang sedang akan dihadapai.
Berdasarkan uraian di atas, maka pemecahan masalah merupakan suatu
tujuan dalam pembelajaran matematika, suatu pendekatan pembelajaran
matematika serta merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam
matematika yang harus dimiliki oleh siswa. Selanjutnya kemampuan pemecahan
masalah dalam penelitian ini adalah daya berpikir siswa dalam menyelesaikan
masalah matematika pada suatu kegiatan yang mementingkan prosedur yang
ditempuh siswa guna memperoleh solusi permasalahan yang mereka hadapi.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, kemampuan pemecahan masalah
4
permasalahan, baik masalah dalam matematika, masalah dalam bidang studi lain
ataupun masalah dalam kehidupan sehari-hari yang semakin kompleks. Oleh
sebab itu, kemampuan siswa untuk memecahkan masalah matematis perlu terus
dilatih sehingga ia dapat memecahkan masalah yang ia hadapi.
Tetapi pada kenyataannya di sekolah, banyak siswa mengalami kesulitan
dalam mempelajari bidang studi matematika. Siswa kurang mampu memahami
soal sehingga siswa kesulitan dalam menentukan apa yang diketahui dan ditanya
pada soal, siswa kesulitan dalam membuat rencana penyelesaian soal-soal
matematika sehingga siswa tidak mampu menyelesaikan soal-soal berbentuk
pemecahan masalah dan menerjemahkan soal-soal kehidupan sehari-hari kedalam
model-model matematika, dan siswa begitu sering tidak teliti dalam perhitungan.
Hal ini dapat dilihat dari tes diagnostik yang diberikan peneliti kepada siswa pada
saat melakukan observasi ke sekolah tersebut.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di kelas VII SMP
Swasta Angkasa diketahui dari 4 soal yang diberikan kepada 27 orang siswa, tidak
ada siswa yang memperoleh nilai ≥ 65. Nilai rata- rata siswa yang didapat 41,44.
Berdasarkan data kesulitan siswa pada tesawal diketahui kesulitan-kesulitan yang
dialami siswa dalam menyelesaikan tes awal adalah :
1. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami makna soal sehingga siswa
tidak mampu menentukan apa yang diketahui dan apa yang akan ditanya
dari soal yang diberikan.
2. Siswa mengalami kesulitan dalam memisalkan dan mengubah kalimat
soal ke dalam kalimat matematika (membuat model)
3. Siswa mengalami kesulitan dalam mengaitkan antara apa yang diketahui
dengan apa yang ditanya dari soal.
4. Siswa mengalami kesulitan dalam menentukan konsep matematika yang
akan digunakan dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
Dari hasil wawancara peneliti dengan Ibu Yetty Nasution, S.Pd sebagai guru
matematika SMP Angkasa Medan pada tanggal 11 Februari 2014, mengatakan
bahwa "Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal yang
5
maka siswa sulit mengerjakannya. Hal ini disebabkan kurangnya kreativitas siswa untuk menyelesaikan soal serta cara belajar siswa yang kurang baik”.
Dari beberapa uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa banyaknya
siswa yang tidak mampu menyelesaikan soal dikarenakan proses pembelajaran
yang kurang bermakna sehingga menyebabkan rendahnya kemampuan siswa
memecahkan masalah. Tugas guru adalah memfasilitasi siswa dalam belajar.
Banyak siswa sering mengalami kesulitan dalam mengungkapkan
permasalahannya pada suatu materi kepada guru saat proses belajar mengajar.
Mereka lebih mudah mengungkapkan permasalahannya tersebut kepada teman
sebaya mereka dan dengan bahasa mereka sendiri sehingga dapat saling
memahami dan membantu sama lain. Menurut Aunurrahman (2012:194)
mengemukakan bahwa:
Tidak sedikit siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar karena pengaruh teman sebaya yang mampu memberikan motivasi kepadanya untuk belajar. Demikian pula banyak siswa yang mengalami perubahan sikap karena teman-teman sekolah memiliki sikap positif yang dapat ia tiru dalam pergaulan atau interaksi sehari-hari.
Hal ini menunjukkan bahwa siswa butuh belajar dalam kelompok kecil yang
bersifat kolaboratif. Berdasarkan teori, siswa lebih mudah menemukan dan
memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah
tersebut dengan temannya. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan
dalam pembelajaran tersebut yaitu model pembelajaran kooperatif teknik TPS
(Think-Pair-Share). Pembelajaran kooperatif teknik TPS (Think-Pair-Share)
sering juga disebut dengan teknik berpikir-berpasangan-berbagi. Model
pembelajaran ini adalah salah satu model pembelajaran cooperatif learning.
Dimana pada model pembelajaran ini siswa dapat belajar dan bekerja sama
dalam kelompok kecil yang bersifat collaborative. Seperti yang diungkapkan
Arends (dalam Trianto, 2011:132) bahwa :
6
Senada dengan yang dikemukakan Lie (2010 :57) bahwa “Model
pembelajaran kooperatif teknik TPS ini unggul dalam membantu siswa untuk
menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit, menumbuhkan
kemampuan berpikir kritis dan kemampuan membantu teman saat mereka saling mendiskusikan suatu permasalahan”.
Dari kedua pernyataan di atas menunjukkan bahwa pentingnya melibatkan
peran aktif siswa dalam proses belajar mengajar, melalui pembelajaran kooperatif
teknik Think-Pair-Share (TPS) ini siswa diharapkan mengalami pembelajaran
matematika yang lebih menarik, menyenangkan bagi siswa, lebih mengaktifkan
siswa dan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik
Think-Pair-Share (TPS) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII SMP Swasta Angkasa Medan Tahun Ajaran 2014/2015.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka masalah yang dapat
diidentifikasi adalah :
1. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
2. Penggunaan model pembelajaran yang kurang bervariasi.
3. Kegiatan pembelajaran di dalam kelas masih terpusat pada guru.
4. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII SMP Swasta
Angkasa Medan masih tergolong rendah.
5. Siswa kurang mampu menerjemahkan persoalan atau masalah kehidupan
sehari-hari kedalam model matematika.
7
1.3 Pembatasan Masalah
Melihat luasnya cakupan masalah yang teridentifikasi serta keterbatasan
waktu dan kemampuan yang dimiliki peneliti, maka peneliti merasa perlu
memberikan batasan terhadap masalah yang akan dikaji agar hasil penelitian ini
dapat dilakukan dengan lebih terfokus dan spesifik. Masalah yang akan dikaji
dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif teknik
Think-Pair-Share (TPS) untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa pada materi ”Bilangan Bulat”.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah :
Apakah penerapan model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi
bilangan bulat di kelas VII SMP Swasta Angkasa Medan T.A 2014/2015?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:
Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Think-Pair-Share
(TPS) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
pada materi bilangan bulat di kelas VII SMP Swasta Angkasa Medan T.A
2014/2015.
1.6 Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini selesai diharapakan dapat bermanfaat bagi semua
kalangan, diantaranya yakni :
1. Bagi siswa. Memberi pengalaman belajar siswa terkait pemecahan masalah dan
berkolaborasi secara kolaboratif melalui model pembelajaran kooperatif teknik
8
2. Bagi guru. Perangkat dan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan
pertimbangan dan masukan dalam mengembangkan model pembelajaran
matematika upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.
3. Bagi sekolah. Hasil–hasil penelitian dapat dijadikan sebagai masukan dalam
mengambil alternatif kebijakan penerapan model pembelajaran yang inovatif di
sekolah.
4. Bagi peneliti. Hasil-hasil penelitian dapat dijadikan masukan dalam
pengembangan penerapan model pembelajaran kepada siswa untuk berbagai
73 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat
diperoleh adalah model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa khususnya pada
pokok bahasan bilangan bulat di kelas VII-B SMP Swasta Angkasa Medan
dimana peningkatan diperoleh setelah siklus II dilaksanakan. Hal ini dapat dilihat
karena kemampuan pemecahan masalah matematika dengan menggunakan model
Think-Pair-Share (TPS) pada siklus I dari 27 siswa terdapat 3 siswa atau 10%
yang memiliki kemampuan tinggi, 10 siswa atau 40% memiliki kemampuan
sedang, 2 siswa atau 6,66% memiliki kemampuan rendah dan 12 siswa atau
43,33% memiliki kemampuan sangat rendah. Pada siklus II dari 27 siswa terdapat
2 siswa atau 6,66% yang memiliki kemampuan sangat tinggi, 22 siswa atau
80%yang memiliki kemampuan tinggi dan 3 siswa atau 13,33% yang memiliki
kemampuan rendah. Sehingga persentase kelas mampu menyelesaikan masalah
(secara klasikal) adalah ≥ 85%. Ini menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan
masalah siswa meningkat.
5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti memberikan beberapa saran
sebagai berikut :
1) Kepada sekolah hendaknya mulai menerapkan model yang berpusat pada
siswa, salah satunya penggunaan Think-Pair-Share sebagai salah satu
alternatif pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa.
2) Kepada guru matematika diharapkan selalu mengadakan evaluasi dan refleksi
pada akhir pembelajaran yang telah dilakukan dan lebih baik setiap akhir
pertemuan dilakukan refleksi, sehingga kesulitan yang mempengaruhi
74
siswa pada pembelajaran dapat diatasi dengan sesegera mungkin. Dan
memberikan pekerjaan rumah untuk lebih mengasah kemampuan peserta
didik.
3) Kepada siswa SMP Swasta Angkasa Medan disarankan lebih berani dan aktif
dalam menemukan sendiri konsep matematika dan berani untuk menanyakan
hal-hal yang kurang dipahami kepada guru untuk menemukan konsep itu.
4) Kepada peneliti selanjutnya yang ingin meneliti topik dan permasalahan yang
sama, hendaknya lebih memperhatikan model dan media pembelajaran yang
sesuai, serta menguasai materi pokok yang diajarkan supaya keberhasilan
75
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Adinawan, M. Cholik dan Sugijono. 2004. SeribuPena Matematika SMP. Jakarta: Erlangga.
Arikunto. S, dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Arifin. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: PT. Rosdakarya Offset Bandung
Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Djamarah, S. B. 2009. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2012). Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Kependidikan. Medan: FMIPA Unimed.
Hudojo, H. 2005. Mengajar Belajar Matematika. Universitas Negeri Malang.
Isjoni, H. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kunandar. 2009. Guru Profesional. Jakarta: Raja Grafindo.
Lie, A. 2010. Cooperatif Learning, Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia.
Nurkanca, W. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional
Sihombing, W.L. 2012. Kapita Selekta Matematika Sekolah. UNIMED : Medan
76
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudijono, A. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Sukino, dan Simangunsong, W. 2006. Matematika untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga
Suprijono, A. 2010. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Tim Redaksi. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Trianto. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontukvisme. Jakarta: Kencana.
Sumarmo, (2014). Pentingnya Pemecahan Masalah. (http://Educare.e. fkipunla net.
Salvin, (2014). Pembelajaran Vigotsky. (http://rochmad-unnes. Blogspot. Com /2014/02/13_archive. html)
Fuadin, (2014). Penilaian Acuan Patokan.(http://fajar-nur- fuadin.blogspot.com/2011/04/makalah-pap.html)
Faridah, (2014). Hakikat mengajar matematika.
ii
RIWAYAT HIDUP
Lita Yustina Butarbutar dilahirkan di Kotapinang pada tanggal 23
November 1991. Ibu bernama Elisabet br Togatorop dan Ayah bernama Jannus
Butarbutar, merupakan anak pertama dari enam bersaudara. Pada tahun 1998
penulis masuk Sekolah SD Swasta Raja Garuda Mas Kotapinang, dan lulus pada
tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri 2
Kotapinang dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis melanjutkan
sekolah di SMA Swasta RK Bintang Timur Rantauprapat dan lulus pada tahun
2010. Pada tahun 2010, penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan alam