• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VII SMP SWASTA ANGKASA MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VII SMP SWASTA ANGKASA MEDAN."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK-PAIR-SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP ANGKASA MEDAN

TAHUN AJARAN 2014/2015

Oleh :

Lita Yustina Butarbutar NIM. 4103311028

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

segala rahmat dan berkat-Nya yang memberikan hikmat kepada penulis hingga

penelitian ini dapat selesai tepat pada waktunya. Skripsi ini berjudul Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) untuk

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas VII SMP Swasta

Angkasa Medan. Adapun skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak

Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Beliau telah banyak

memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal hingga akhir

penulisan skipsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. M.

Panjaitan, M.Pd, Drs. Yasifati Hia, M.Si, dan Ibu Dra. Katrina Samosir, M.Pd

selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari

rencana penelitian sampai penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga

disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku dosen

Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memotivasi penulis selama

perkuliahan, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D selaku Dekan FMIPA Unimed.

Ucapan terima kasih kepada juga kepada Bapak Rektor Unimed Prof. Dr.

Ibnu Hajar, M.Si beserta seluruh pembantu rektor sebagai pimpinan Unimed,

Bapak Prof.Drs.Motlan, M.Sc, Ph.D selaku Dekan FMIPA Unimed beserta

pembantu Dekan I, II dan III di lingkungan Unimed, Bapak Drs.Syafari, M.Si

selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs.Zul Amry, M.Si selaku Ketua

Program Studi Pendidikan Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku

Sekretaris Jurusan Matematika serta kepada seluruh Bapak/Ibu dosen serta Staf

Pegawai Jurusan Matematika yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan

membantu penulis selama perkuliahan.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Suhendro, S.Psi

(4)

v

studi matematika yang telah banyak membantu dan membimbing penulis selama

penelitian serta para guru dan staf administrasi yang telah memberikan

kesempatan serta bantuan kepada penulis selama melakukan penelitian.

Teristimewa rasa terima kasih dan cinta penulis kepada Ayahanda Jannus

Butarbutar dan Ibunda Elisabet Togatorop, orangtua penulis yang telah mengasuh,

membimbing, memberi kasih sayang, mendukung secara materil dan selalu mendo’akan penulis. Semoga Tuhan memberikan kebaikan dunia dan akhirat kepada Ayah dan Ibunda. Amin. Terima kasih juga buat Adik-adik Ramona

Butarbutar, Ramoni Butarbutar, Yola Christy Butarbutar, Anjelima Ria Marito Butarbutar dan Josephin Romiansyah Butarbutar yang telah memberikan do’a dan motivasi kepada penulis, serta terima kasih juga penulis ucapkan untuk sanak

saudara yang banyak membantu dalam bentuk motivasi untuk penulis dalam

menyusun skripsi ini terutama seluruh keluarga yang terus memberikan dukungan,

doa, kasih sayang, pengorbanan, dan perjuangan baik secara moral dan materil.

Penulis juga ucapkan terima kasih terkhusus untuk Pratu Lembaga Simanjuntak yang selalu bersama dan memberikan do’a serta motivasi maupun dorongan untuk mengerjakan skripsi ini hingga selesai. Tak lupa penulis ucapan

terima kasih juga untuk sahabat Novita Sembiring, Novita Ratu Sianipar, Netti

Padang, Lili Handayani, teman-teman Pondok Putri Rela Indah dan teman-teman senasib seperjuangan di EKS A’ 10 Pendidikan Matematika yang tiada henti memberikan motivasi dan doa yang tulus serta sahabat-sahabat lainnya yang tidak

bisa disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi

ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari

pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat bagi

pembaca dan dunia pendidikan.

Medan, 28 Agustus 2014

Penulis,

(5)

iii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK-PAIR-SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII-B SMP ANGKASA MEDAN

TAHUN AJARAN 2014/2015

LITA YUSTINA BUTARBUTAR (NIM. 4103311028)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika pada materi Bilangan Bulat di Kelas VII SMP Swasta Angkasa Medan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus, siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan dan pada siklus II terdiri dari 2 kali pertemuan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMP Swasta Angkasa Medan yang berjumlah 27 orang. Objek penelitin ini adalah pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran model Think-Pair-Share untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

Data yang diperlukan diperoleh dengan menggunakan lembar observasi aktivitas pencapaian waktu ideal aktivitas aktif siswa pada siklus I dan siklus II. Tes hasil kemampuan pemecahan masalah matematika yang berbentuk uraian yaitu tes awal sebanyak 4 soal. Tes hasil kemampuan pemecahan masalah matematika siklus I sebanyak 4 soal dan tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa siklus II terdiri dari 4 soal.

Berdasarkan hasil analisis data setelah pemberian tindakan diperoleh data Kemampuan pemecahan masalah matematika dengan menggunakan model TPS pada siklus I dari 27 siswa terdapat 3 siswa atau 10% yang memiliki kemampuan tinggi, 10 siswa atau 40% memiliki kemampuan sedang, 2 siswa atau 6,66% memiliki kemampuan rendah dan 12 siswa atau 43,33% memiliki kemampuan sangat rendah. Pada siklus II dari 27 siswa terdapat 2 siswa atau 6,66% yang memiliki kemampuan sangat tinggi, 22 siswa atau 80%yang memiliki kemampuan tinggi dan 3 siswa atau 13,33% yang memiliki kemampuan rendah. Dengan demikian dapat dikatakan kelas tersebut telah tuntas belajar, karena terdapat 85% siswa yang memiliki tingkat ketuntansan klasikal. Dari hasil analisis siklus I dan siklus II tersebut dapat dilihat bahwa kriteria kemampuan pemecahan masalah matematika siswa ini telah mencapai target dan mengalami peningkatan dalam mempelajari materi Bilangan Bulat dengan menerapkan model Think-Pair-Share.

(6)

vi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9

2.1. Kerangka Teoritis 9

2.1.1. Belajar dan Pembelajaran Matematika 9

2.1.2. Masalah Dalam Matematika 11

2.1.3. Pemecahan Masalah Matematika 12 2.1.4. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 13

2.1.5. Model Pembelajaran 16

2.1.6. Model Pembelajaran Kooperatif 17

2.1.7. Teknik Think-Pair-Share (TPS) 18

2.1.8. Pembelajaran Kooperatif Teknik Think-Pair-Share (TPS) 21 yang Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa

2.1.9. Teori Belajar Yang Mendukung 23

2.1.10. Materi Ajar Bilangan 25

2.1.10.1. Bilangan Bulat dan Lambangnya 25

2.1.10.2. Operasi Bilangan Bulat 26

2.2. Kerangka Konseptual 41

2.3. Hipotesis Tindakan 43

BAB III METODE PENELITIAN 44

(7)

vii

3.5.1 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa 50

3.5.2 Observasi 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 55

4.1 Deskripsi Hasil Penalitian 55

4.1.1 Deskripsi Hasil Penalitian Pada Siklus I 55

4.1.1.1 Permasalahan I 55

4.1.1.2 Perencanaan Tindakan I (Alternatif Pemecahan I) 57

4.1.1.3 Pelaksanaan Tindakan I 57

4.1.1.4 Observasi I 58

4.1.1.5 Analisis Data I 59

4.1.1.5.1 Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 59

4.1.1.5.2 Deskripsi Hasil Observasi I 60

4.1.1.6 Refleksi I 62

4.1.2 Deskripsi Hasil Penalitian Pada Siklus II 63

4.1.2.1 Permasalahan II 63

4.1.2.2 Perencanaan Tindakan II (Alternatif Pemecahan II) 64

4.1.2.3 Pelaksanaan Tindakan II 64

4.1.2.4 Observasi II 58

4.1.2.5 Analisis Data II 66

4.1.2.5.1 Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 59

4.1.2.5.2 Deskripsi Hasil Observasi II 60

(8)

viii

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 74

5.1 Kesimpulan 74

5.2 Saran 74

(9)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Teknik Penskoran Tes Kemampuan 50

Pemecahan Masalah

Tabel 3.2 Kriteria Tingkat Tes Kemampuan 53

Pemecahan Masalah Siswa

Tabel 4.1 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan 55

MasalahSiswa Pada Tes Awal

Tabel 4.2 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan 59

MasalahSiswa Pada Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah I

Tabel 4.3 Deskripsi Hasil Observasi Guru Melakukan 61

Pembelajaran Pada Siklus I

Tabel 4.4 Deskripsi Tingkat Kemampuan Pemecahan 66

MasalahSiswa Pada Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah II

Tabel 4.5 Deskripsi Hasil Observasi Guru Melakukan 68

(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1. Skema Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas 45

Gambar 4.1. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah 56

Matematika Siswa Pada Tes Awal

Gambar 4.2. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah 60

Matematika Siswa Pada Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah I

Gambar 4.2. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah 67

Matematika Siswa Pada Tes Kemampuan

(11)

xi

Lampiran 8. Kisi-kisi Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 1 dan 2 103

Lampiran 9. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 1 104

Lampiran10. Alternatif Jawaban Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 1 108

Lampiran 11. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 2 110

Lampiran 12. Alternatif Jawaban Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 2 114

Lampiran 13. Kisi-kisi Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 3 117

Lampiran 14. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 3 118

Lampiran 15. Alternatif Jawaban Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 3 122

Lampiran 16. Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 124

Lampiran 17 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 125

Lampiran 18. Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan 126

Pemecahan Masalah I

Lampiran 19. Kriteria Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 129

Lampran 20. Lembar validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 132

Lampiran 21. Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 133

Lampiran 22. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 134

Lampiran 23. Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan 136

Pemecahan Masalah II

Lampiran 24. Kriteria Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 139

Lampran 25. Lembar validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 142

(12)

xii

Lampiran 27. Analisis Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 145

Lampiran 28. Daftar Nama Kelompok Belajar Kelas VII-B Siklus I 147

Lampiran 29. Analisis Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 148

Lampiran 30. Daftar Nama Kelompok Belajar Kelas VII-B Siklus II 150

Lampiran 31. Daftar Nama Siswa Kelas VII-B SMP Swasta Angkasa 151

Lampiran 32. Lembar Observasi Guru Siklus I 152

Lampiran 33. Lembar Observasi Guru Siklus II 154

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menghadapi tantangan masa depan dalam era globalisasi dan canggihnya

teknologi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai keterampilan

dan pengetahuan. Keterampilan dan kemampuan yang harus dimiliki tersebut

antara lain adalah kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan ini sangat

penting, karena dalam kehidupan sehari-hari setiap orang selalu dihadapkan pada

berbagai masalah yang harus dipecahkan dan menuntut pengetahuan untuk

menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapinya. Salah satu sarana untuk

mengembangkan kemampuan pemecahan masalah bagi siswa pada pendidikan

adalah melalui pembelajaran matematika.

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan

mengembangkan daya pikir manusia. Oleh karena itu, mata pelajaran matematika

perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari jenjang pendidikan dasar

sampai ke jenjang yang lebih tinggi untuk membekali peserta didik dengan

kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan

bekerja sama untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti,

dan kompetetif. Dalam hal ini pemerintah melalui Dinas Pendidikan Nasional

terus berupaya mengembangkan sistem pembelajaran matematika di sekolah

melalui pengembangan dan pembaharuan kurikulum pembelajaran matematika.

Seperti yang diungkapkan Cornelius (dalam Abdurrahman, 2009:253)

bahwa alasan perlunya belajar matematika adalah sebagai berikut :

Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.

Berdasarkan kutipan disimpulkan bahwa melalui pembelajaran matematika

(14)

2

mengkomunikasikan gagasannya serta dapat mengembangkan aktivitas kreatif

dalam memecahkan masalah. Ini menunjukkan bahwa matematika memiliki

manfaat dalam mengembangkan kemampuan siswa sehingga perlu untuk

dipelajari. Sejalan dengan hal itu, Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253)

mengemukakan alasan perlunya belajar matematika yaitu :

Matematika perlu diajarkan pada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) memerlukan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran ruangan; dan (6) memberi kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah.

Namun pada kenyataannya, kualitas pendidikan matematika masih

memprihatinkan dilihat dari rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa. Mutu

akademik antarbangsa melalui Programme For International Student Assessment

(PISA) 2003 menunjukkan bahwa peringkat matematika Indonesia berada di

deretan 39 dari 41 negara. Sejauh ini, Indonesia masih belum mampu lepas dari

deretan penghuni papan bawah (dalam Kunandar, 2009:1).

Dari kenyataan tersebut secara jelas menyatakan bahwa kualitas pendidikan

matematika masih rendah dan belum sesuai dengan yang diharapkan. Rendahnya

prestasi belajar matematika di sekolah telah menjadi masalah nasional yang harus

diperhatikan oleh berbagai kalangan. Untuk mengatasi rendahnya nilai

matematika tersebut, para pendidik berusaha mengadakan perbaikan dan

peningkatan disegala segi yang menyangkut pendidikan matematika.

Sedangkan berdasarkan hasil belajar matematika, Lenner (dalam

Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan bahwa : “kurikulum bidang studi

matematika hendaknya mencakup tiga elemen, (1) konsep, (2) keterampilan, dan (3) pemecahan masalah”.

Dari pernyataan di atas, salah satu aspek yang ditekankan dalam kurikulum

adalah meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Pemecahan masalah

(15)

3

proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa dimungkinkan memperoleh

pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki

untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin.

Cooney (dalam Hudojo, 2005:130) mengatakan bahwa mengajarkan siswa

untuk menyelesaikan masalah-masalah memungkinkan siswa itu menjadi lebih

analitik di dalam mengambil keputusan didalam kehidupan. Namun hal tersebut

dianggap bagian yang paling sulit dalam mempelajarinya maupun bagi guru

dalam mengerjakannya. Suatu masalah biasanya memuat suatu situasi yang

mendorong seseorang untuk menyelesaikannya, akan tetapi tidak tahu secara

langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya.

Mengingat pentingnya matematika dalam kehidupan sehari-hari maupun

dalam berbagai ilmu pengetahuan, maka kualitas pembelajaran yang diberikan

oleh guru merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, pemilihan model dan

metode pembelajaran matematika yang tepat akan membuat matematika disukai

oleh siswa. Pembelajaran matematika yang dilakukan di sekolah selama ini

kurang memberi motivasi kepada siswa untuk terlibat langsung dalam

pembentukan pengetahuan matematika mereka. Siswa lebih tergantung pada guru

sehingga sikap ketergantungan inilah yang yang menjadi karakteristik seseorang

secara tidak sadar telah dibiarkan tumbuh dan berkembang melalui gaya

pembelajaran tersebut. Padahal yang diinginkan adalah siswa yang mandiri,

mampu untuk memunculkan ide-ide dan gagasan yang kreatif serta mampu

menghadapi tantangan atau permasalahan yang sedang akan dihadapai.

Berdasarkan uraian di atas, maka pemecahan masalah merupakan suatu

tujuan dalam pembelajaran matematika, suatu pendekatan pembelajaran

matematika serta merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam

matematika yang harus dimiliki oleh siswa. Selanjutnya kemampuan pemecahan

masalah dalam penelitian ini adalah daya berpikir siswa dalam menyelesaikan

masalah matematika pada suatu kegiatan yang mementingkan prosedur yang

ditempuh siswa guna memperoleh solusi permasalahan yang mereka hadapi.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, kemampuan pemecahan masalah

(16)

4

permasalahan, baik masalah dalam matematika, masalah dalam bidang studi lain

ataupun masalah dalam kehidupan sehari-hari yang semakin kompleks. Oleh

sebab itu, kemampuan siswa untuk memecahkan masalah matematis perlu terus

dilatih sehingga ia dapat memecahkan masalah yang ia hadapi.

Tetapi pada kenyataannya di sekolah, banyak siswa mengalami kesulitan

dalam mempelajari bidang studi matematika. Siswa kurang mampu memahami

soal sehingga siswa kesulitan dalam menentukan apa yang diketahui dan ditanya

pada soal, siswa kesulitan dalam membuat rencana penyelesaian soal-soal

matematika sehingga siswa tidak mampu menyelesaikan soal-soal berbentuk

pemecahan masalah dan menerjemahkan soal-soal kehidupan sehari-hari kedalam

model-model matematika, dan siswa begitu sering tidak teliti dalam perhitungan.

Hal ini dapat dilihat dari tes diagnostik yang diberikan peneliti kepada siswa pada

saat melakukan observasi ke sekolah tersebut.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di kelas VII SMP

Swasta Angkasa diketahui dari 4 soal yang diberikan kepada 27 orang siswa, tidak

ada siswa yang memperoleh nilai ≥ 65. Nilai rata- rata siswa yang didapat 41,44.

Berdasarkan data kesulitan siswa pada tesawal diketahui kesulitan-kesulitan yang

dialami siswa dalam menyelesaikan tes awal adalah :

1. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami makna soal sehingga siswa

tidak mampu menentukan apa yang diketahui dan apa yang akan ditanya

dari soal yang diberikan.

2. Siswa mengalami kesulitan dalam memisalkan dan mengubah kalimat

soal ke dalam kalimat matematika (membuat model)

3. Siswa mengalami kesulitan dalam mengaitkan antara apa yang diketahui

dengan apa yang ditanya dari soal.

4. Siswa mengalami kesulitan dalam menentukan konsep matematika yang

akan digunakan dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

Dari hasil wawancara peneliti dengan Ibu Yetty Nasution, S.Pd sebagai guru

matematika SMP Angkasa Medan pada tanggal 11 Februari 2014, mengatakan

bahwa "Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal yang

(17)

5

maka siswa sulit mengerjakannya. Hal ini disebabkan kurangnya kreativitas siswa untuk menyelesaikan soal serta cara belajar siswa yang kurang baik”.

Dari beberapa uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa banyaknya

siswa yang tidak mampu menyelesaikan soal dikarenakan proses pembelajaran

yang kurang bermakna sehingga menyebabkan rendahnya kemampuan siswa

memecahkan masalah. Tugas guru adalah memfasilitasi siswa dalam belajar.

Banyak siswa sering mengalami kesulitan dalam mengungkapkan

permasalahannya pada suatu materi kepada guru saat proses belajar mengajar.

Mereka lebih mudah mengungkapkan permasalahannya tersebut kepada teman

sebaya mereka dan dengan bahasa mereka sendiri sehingga dapat saling

memahami dan membantu sama lain. Menurut Aunurrahman (2012:194)

mengemukakan bahwa:

Tidak sedikit siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar karena pengaruh teman sebaya yang mampu memberikan motivasi kepadanya untuk belajar. Demikian pula banyak siswa yang mengalami perubahan sikap karena teman-teman sekolah memiliki sikap positif yang dapat ia tiru dalam pergaulan atau interaksi sehari-hari.

Hal ini menunjukkan bahwa siswa butuh belajar dalam kelompok kecil yang

bersifat kolaboratif. Berdasarkan teori, siswa lebih mudah menemukan dan

memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah

tersebut dengan temannya. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan

dalam pembelajaran tersebut yaitu model pembelajaran kooperatif teknik TPS

(Think-Pair-Share). Pembelajaran kooperatif teknik TPS (Think-Pair-Share)

sering juga disebut dengan teknik berpikir-berpasangan-berbagi. Model

pembelajaran ini adalah salah satu model pembelajaran cooperatif learning.

Dimana pada model pembelajaran ini siswa dapat belajar dan bekerja sama

dalam kelompok kecil yang bersifat collaborative. Seperti yang diungkapkan

Arends (dalam Trianto, 2011:132) bahwa :

(18)

6

Senada dengan yang dikemukakan Lie (2010 :57) bahwa “Model

pembelajaran kooperatif teknik TPS ini unggul dalam membantu siswa untuk

menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit, menumbuhkan

kemampuan berpikir kritis dan kemampuan membantu teman saat mereka saling mendiskusikan suatu permasalahan”.

Dari kedua pernyataan di atas menunjukkan bahwa pentingnya melibatkan

peran aktif siswa dalam proses belajar mengajar, melalui pembelajaran kooperatif

teknik Think-Pair-Share (TPS) ini siswa diharapkan mengalami pembelajaran

matematika yang lebih menarik, menyenangkan bagi siswa, lebih mengaktifkan

siswa dan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa

sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik

Think-Pair-Share (TPS) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII SMP Swasta Angkasa Medan Tahun Ajaran 2014/2015.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka masalah yang dapat

diidentifikasi adalah :

1. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

2. Penggunaan model pembelajaran yang kurang bervariasi.

3. Kegiatan pembelajaran di dalam kelas masih terpusat pada guru.

4. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII SMP Swasta

Angkasa Medan masih tergolong rendah.

5. Siswa kurang mampu menerjemahkan persoalan atau masalah kehidupan

sehari-hari kedalam model matematika.

(19)

7

1.3 Pembatasan Masalah

Melihat luasnya cakupan masalah yang teridentifikasi serta keterbatasan

waktu dan kemampuan yang dimiliki peneliti, maka peneliti merasa perlu

memberikan batasan terhadap masalah yang akan dikaji agar hasil penelitian ini

dapat dilakukan dengan lebih terfokus dan spesifik. Masalah yang akan dikaji

dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif teknik

Think-Pair-Share (TPS) untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa pada materi ”Bilangan Bulat”.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah :

Apakah penerapan model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) dapat

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi

bilangan bulat di kelas VII SMP Swasta Angkasa Medan T.A 2014/2015?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:

Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Think-Pair-Share

(TPS) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa

pada materi bilangan bulat di kelas VII SMP Swasta Angkasa Medan T.A

2014/2015.

1.6 Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini selesai diharapakan dapat bermanfaat bagi semua

kalangan, diantaranya yakni :

1. Bagi siswa. Memberi pengalaman belajar siswa terkait pemecahan masalah dan

berkolaborasi secara kolaboratif melalui model pembelajaran kooperatif teknik

(20)

8

2. Bagi guru. Perangkat dan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan

pertimbangan dan masukan dalam mengembangkan model pembelajaran

matematika upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.

3. Bagi sekolah. Hasil–hasil penelitian dapat dijadikan sebagai masukan dalam

mengambil alternatif kebijakan penerapan model pembelajaran yang inovatif di

sekolah.

4. Bagi peneliti. Hasil-hasil penelitian dapat dijadikan masukan dalam

pengembangan penerapan model pembelajaran kepada siswa untuk berbagai

(21)

73 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat

diperoleh adalah model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) dapat

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa khususnya pada

pokok bahasan bilangan bulat di kelas VII-B SMP Swasta Angkasa Medan

dimana peningkatan diperoleh setelah siklus II dilaksanakan. Hal ini dapat dilihat

karena kemampuan pemecahan masalah matematika dengan menggunakan model

Think-Pair-Share (TPS) pada siklus I dari 27 siswa terdapat 3 siswa atau 10%

yang memiliki kemampuan tinggi, 10 siswa atau 40% memiliki kemampuan

sedang, 2 siswa atau 6,66% memiliki kemampuan rendah dan 12 siswa atau

43,33% memiliki kemampuan sangat rendah. Pada siklus II dari 27 siswa terdapat

2 siswa atau 6,66% yang memiliki kemampuan sangat tinggi, 22 siswa atau

80%yang memiliki kemampuan tinggi dan 3 siswa atau 13,33% yang memiliki

kemampuan rendah. Sehingga persentase kelas mampu menyelesaikan masalah

(secara klasikal) adalah ≥ 85%. Ini menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan

masalah siswa meningkat.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti memberikan beberapa saran

sebagai berikut :

1) Kepada sekolah hendaknya mulai menerapkan model yang berpusat pada

siswa, salah satunya penggunaan Think-Pair-Share sebagai salah satu

alternatif pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa.

2) Kepada guru matematika diharapkan selalu mengadakan evaluasi dan refleksi

pada akhir pembelajaran yang telah dilakukan dan lebih baik setiap akhir

pertemuan dilakukan refleksi, sehingga kesulitan yang mempengaruhi

(22)

74

siswa pada pembelajaran dapat diatasi dengan sesegera mungkin. Dan

memberikan pekerjaan rumah untuk lebih mengasah kemampuan peserta

didik.

3) Kepada siswa SMP Swasta Angkasa Medan disarankan lebih berani dan aktif

dalam menemukan sendiri konsep matematika dan berani untuk menanyakan

hal-hal yang kurang dipahami kepada guru untuk menemukan konsep itu.

4) Kepada peneliti selanjutnya yang ingin meneliti topik dan permasalahan yang

sama, hendaknya lebih memperhatikan model dan media pembelajaran yang

sesuai, serta menguasai materi pokok yang diajarkan supaya keberhasilan

(23)

75

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Adinawan, M. Cholik dan Sugijono. 2004. SeribuPena Matematika SMP. Jakarta: Erlangga.

Arikunto. S, dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Arifin. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: PT. Rosdakarya Offset Bandung

Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Djamarah, S. B. 2009. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2012). Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Kependidikan. Medan: FMIPA Unimed.

Hudojo, H. 2005. Mengajar Belajar Matematika. Universitas Negeri Malang.

Isjoni, H. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kunandar. 2009. Guru Profesional. Jakarta: Raja Grafindo.

Lie, A. 2010. Cooperatif Learning, Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Nurkanca, W. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional

Sihombing, W.L. 2012. Kapita Selekta Matematika Sekolah. UNIMED : Medan

(24)

76

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudijono, A. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Sukino, dan Simangunsong, W. 2006. Matematika untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga

Suprijono, A. 2010. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Tim Redaksi. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Trianto. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontukvisme. Jakarta: Kencana.

Sumarmo, (2014). Pentingnya Pemecahan Masalah. (http://Educare.e. fkipunla net.

Salvin, (2014). Pembelajaran Vigotsky. (http://rochmad-unnes. Blogspot. Com /2014/02/13_archive. html)

Fuadin, (2014). Penilaian Acuan Patokan.(http://fajar-nur- fuadin.blogspot.com/2011/04/makalah-pap.html)

Faridah, (2014). Hakikat mengajar matematika.

(25)

ii

RIWAYAT HIDUP

Lita Yustina Butarbutar dilahirkan di Kotapinang pada tanggal 23

November 1991. Ibu bernama Elisabet br Togatorop dan Ayah bernama Jannus

Butarbutar, merupakan anak pertama dari enam bersaudara. Pada tahun 1998

penulis masuk Sekolah SD Swasta Raja Garuda Mas Kotapinang, dan lulus pada

tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri 2

Kotapinang dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis melanjutkan

sekolah di SMA Swasta RK Bintang Timur Rantauprapat dan lulus pada tahun

2010. Pada tahun 2010, penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan alam

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil evaluasi penawaran dan evaluasi teknis yang kami lakukan pada proses Seleksi Sederhana untuk Pengadaan Jasa Konsultansi dan Sertifikasi ISO 9001:2008

[r]

Efektivitas insulasi termal dapat dilihat dari konduktivitas panasnya yang rendah karena hal itu dapat mempertahankan energi termal di dalam atau di luar sistem dengan

Prosedur penyelesaian dirancang untuk menemukan kebijakan optimal dari keseluruhan masalah, yang menunjukkan keputusan kebijakan mana yang optimal pada setiap tahap untuk

Dikaitkan dengan pandangan wanita sendiri yang pada faktanya kebanyakan tidak ingin memilih jenis pekerjaan yang biasanya menjadi lahan pekerjaan bagi laki-laki, apalagi

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua si- klus dengan menggunakan metode Concept Sentence dalam pembelajaran bahasa Indone-

Kegiatan usaha penunjang angkutan udara tersebut dapat berupa kegiatan yang secara langsung berhubungan dengan kegiatan angkutan udara niaga antara lain sistem reservasi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan hambatan kewirausahaan dengan jiwa kewirausahaan petani padi sawah di daerah penelitian, mengetahui apa faktor internal