• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Analisa Tutupan Hutan Kota Kecamatan Palaran

Dalam penelitian ini citra landsat yang dianalisa adalah citra liputan tahun 2001, 2006, 2009 dan 2014. Penggunaan Citra Landsat pada berbagai kurun waktu berbeda dimaksudkan untuk memonitor perubahan tutupan hutan Kota di Kawasan Hutan Kota Kecamatan Palaran. Dengan memonitor ada perubahan tutupan hutan Kota ini akan diketahui adanya aktivitas yang terjadi pada kawasan hutan kota di Kecamatan Palaran.

Hasil penelitian memperlihatkan ada banyak sekali perubahan tutupan hutan Kota di Kawasan Hutan Kota Kecamatan Palaran. Pada tahun 2001 dan 2006, Hutan Kota Palaran relatif terjaga. Buktinya semua kawasan teridentifikasi sebagai hutan. Klasifikasi terhadap analisa NDVI kawasan Hutan Kota Palaran belum memperlihatkan adanya kawasan pemukiman atau pembersihan lahan. Namun tahun 2009 memperlihatkan adanya pemukiman di kawasan hutan kota yaitu sekitar 92,54 Ha. Artinya pada tahun 2009 ini sudah ada aktivitas manusia di kawasan hutan kota. Bahkan tahun 2014, kawasan pemukiman tersebut terus bertambah menjadi 109,97 Ha. Lahan kosong juga ada tahun 2014 tersebut yaitu sekitar 113,74 Ha. Selain aktivitas pemukiman warga, di atas Kawasan Hutan Kota Kecamatan Palaran juga sedang terjadi aktivitas pembersihan lahan untuk berbagai

keperluan diantaranya pemukiman, pertambangan dan perkebunan Padahal kawasan hutan kota ini mestinya terbebas dari adanya aktivitas masyarakat. Adapun Hasil Peta dari tahun 2001, 2006, 2009, dan 2014 dapat di lihat pada lampiran.

Adanya aktivitas di kawasan hutan kota, baik oleh pemerintah ataupun masyarakat tidak menjadi masalah sepanjang sesuai dengan aturan yang berlaku. Sebab menurut Perda Nomor 21 Tahun 2013 bahwa pengelolaan hutan kota yang berada pada tanah negara dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah atau masyarakat. Pengelolaan hutan kota yang berada pada tanah hak dilakukan oleh pemegang hak. Selain itu pengelolaan hutan kota dapat dilakukan oleh masyarakat bukan pemegang hak atau Pemerintah Daerah melalui perjanjian dengan pemegang hak.

Jika tanah yang dijadikan sebagai hutan kota berstatus tanah hak milik masyarakat maka menurut Perda Nomor 21 Tahun 2013 dapat dimintakan penetapannya sebagai hutan kota oleh pemegang hak tanpa pelepasan hak atas tanah. Pemegang hak akan memperoleh insentif atas tanah hak yang ditetapkan sebagai hutan kota. Pemberian insentif diatur dengan Peraturan Daerah. Tanah hak ditetapkan sebagai hutan kota untuk jangka waktu paling sedikit 15 (lima belas) tahun. Penetapan tanah hak dapat dilakukan tanpa melalui proses penunjukan dan pembangunan. Lagi pula dalam aturan ini menyebutkan bahwa hutan kota dapat dimanfaatkan untuk keperluan pariwisata alam, rekreasi dan atau olah raga, penelitian dan pengembangan, pendidikan, pelestarian plasma nutfah dan atau budidaya hasil hutan bukan kayu. Pemanfaatan hutan kota dilakukan sepanjang tidak mengganggu fungsi hutan kota. Namun demikian menurut aturan ini setiap

orang dilarang melakukan kegiatan yang mengakibatkan perubahan dan atau penurunan fungsi hutan kota. Setiap orang dilarang membakar hutan kota, merambah hutan kota, menebang, memotong, mengambil, dan memusnahkan tanaman dalam hutan kota, tanpa izin dari pejabat yang berwenang, membuang benda-benda yang dapat mengakibatkan kebakaran atau membahayakan kelangsungan fungsi hutan kota. mengerjakan, menggunakan, atau menduduki hutan kota secara tidak sah.

Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 21 Tahun 2013 juga menyatakan bahwa masyarakat biasa bisa melakukan pengelolaan terhadap hutan kota yang lahannya berstatus hak milik. Pengelolaan hutan kota meliputi perencanaan dan pelaksanaan. Pemerintah daerah akan memberikan sejumlah insentif kepada tanah dengan status hak milik yang ditetapkan menjadi hutan kota. Pemberian insentif tersebut tentu saja harus diajukan oleh masyarakat kepada pemerintah setelah melewati hasil verifikasi. Untuk lahan yang ditetapkan sebagai kawasan hutan kota harus melewati penetapan oleh keputusan walikota.

2. Pengecekan Lapangan

Perkembangan hutan kota perlu dimonitor dan dievaluasi sesuai dengan tujuan penyelenggaraan hutan kota yang terdapat pada Perda Kota Samarinda Nomor 21 Tahun 2013 yaitu untuk kelestarian, keserasian dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan, sosial dan budaya. Sebab fungsi hutan kota menurut peraturan tersebut adalah untuk memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika, meresapkan air, menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota dan mendukung pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia.

Pengecekan lapangan penting dilakukan untuk memastikan hasil analisa yang dilakukan pada citra landsat menggunakan metode klasifikasi tak terbimbing pada data hasil pengolahan NDVI. Menurut hasil pengecekan lapangan, hasil analisa klasifikasi kelas kerapatan sangat tinggi berdasarkan citra landsat yang dilakukan dalam penelitian ini untuk plot 1 dan 2 sudah akurat. Sebab hasil analisa citra landsat memperlihatkan bahwa pada kelas kawasan hutan kerapatan sangat tinggi rata-rata terdapat 175 pohon per hektar. Jumlah pohon ini menurut Bambang dalam Beze dan Suparjo

(2015) dianggap sudah termasuk dalam kelas hutan dengan kerapatan

pohon sangat tinggi. Sebab hutan dengan kerapatan pohon sangat tinggi disyaratkan oleh tabel milik Bambang tersebut minimal memiliki 175 pohon per hektarnya. Adapun plot 3 yang berdasarkan analisa citra landsat masuk dalam kelas kerapatan sangat tinggi namun setelah dilakukan pengecekan lapangan ternyata wilayah ini sudah digarap oleh warga untuk bercocok tanam sehingga wilayah ini tidak memenuhi syarat kelas kerapatan tinggi menurut tabel milik Bambang. Adapun perbedaan ini dikarenakan adanya selisih waktu pada citra yang dianalisa dengan waktu pengecekan.

Sementara hasil pengecekan pohon pada hutan dengan kerapatan tinggi, hanya pada plot 1 yang memenuhi syarat kerapatan pohonnya. Pada plot 2 dan plot 3 tidak. Pada kelas hutan kerapatan sedang dan hutan kerapatan rendah pada hasil pengecekan lapangan tidak terdapat adanya vegetasi tingkat pohon. Hanya terdapat semak belukar. Kondisi ini juga sama ditemui pada hasil penelitian Beze dan Suparjo (2015). Di kelas kerapatan sedang dan rendah juga hanya terdapat semak belukar, tanah

kosong, rumah atau bangunan. Adapun Peta ground check dapat di lihat Lampiran.

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari proses dan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Luas hutan kota di Kecamatan Palaran menurut rencana tata ruang wilayah (RTRW) tahun 2013-2033 dari Bapeda Kota Samarinda sekitar 675,22 Ha. 2. Berdasarkan peta RTRW tahun 2013 - 2033 dari Bapeda kota samarinda,

Tutupan lahan Hutan Kota di Kecamatan Palaran terdiri dari tutupan hutan, tutupan lahan berupa pemukiman, lahan kosong, dan semak belukar.

3. Pada tahun 2001 kawasan hutan kota di Kecamatan Palaran masih ditutupi hutan dengan kerapatan tinggi dengan luas 643,54 Ha, Sementara itu sisa luas lahan yang tidak bisa teridentifikasi karena citra tertutup awan sekitar 31,67 Ha.

4. Sejak tahun 2009 aktivitas masyarakat sudah masuk ke dalam kawasan hutan kota di Kecamatan Palaran.

B. Saran

Adapun saran ataupun masukan yang dapat diberikan antara lain:

1. Dalam analisa tutupan lahan disarankan menggunakan citra satelit dengan resolusi yang lebih tinggi sehingga hasil pengamatan lebih teliti.

2. Perlu dilakukan rehabilitasi terhadap kawasan hutan kota di Kecamatan Palaran.

Anonim, 2007. Konsep GIS.

http://bappeda.ntbprov.go.id/wpcontent/uploads/2013/09/Bab01_Kosep -dasar-GIS.pdf. (Diunduh Pada Tanggal 29 Oktober 2013).

Anonim, 2010. http://pengertian-definisi.blogspot.com/2010/10/definisi-hutan-

lindung.html.

Anonim, 2010. Modul Pelatihan SIG (Sistem Informasi Geografis) ArcGIS.

Makassar.

Anonim, 2011. Kawasan budidaya dan kawasan

lindung.http://musnanda.com/2011/02/17/kawasan-budidaya-dan-kawasan-lindung/

Anonim,2012. definisi dan pengertian hutan kota. http://pengertian-definisi.blogspot.com/2012/03/definisi-dan-pengertian-hutankota.html

Dody purnomo, 2012. http://pinterdw.blogspot.com/2012/03/fungsi-kawasan.html

Bakosurtanal, 2005. Pengertian fungsi dan jenis peta. http://farid-rizky.blogspot.com/2012/12/pengertian-fungsi-dan-jenispeta.html

Beze, Husmul dan Suparjo. 2015. Analisa Tutupan Hutan Lindung Pulau

Sebatik Kabupaten Nunukan Kalimantan Utara. Buletin Poltanesa, Volume XVI, Nomor 1 Hal. 20-25.

Fajri, M. 2008. Perlunya Pengembangan HTI Jenis Meranti (Shorea sp) di

Kalimantan Timur. Balai Besar Penelitian Dipterokarpa

Fransiskus. 2007. Peta Topografi. http://id.wikipedia.org/wiki/Peta_topografi

(01 Februari 2014)

Hartono. 2010. Peta Umum. http://id.wikipedia.org/wiki/Peta_umum (01

Februari 2014)

Kasih. 2012. Penentuan Luasan Hutan Kota Berdasarkan Penyerapan

Karbondioksida (CO2) di Kota Samarinda Kalimantan Timur. http://repository.ipb.ac.id (29 Januari 2014)

Karunia, A. 2014. Pemetaan Perubahan Luas Tutupan Lahan Di Kota

Samarinda Menggunakan Citra Satelit Landsat. Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Samarinda.

KOMPASIANA, 2011. http://hukum.kompasiana.com/2011/03/07/kawasan-lindung-kotasamarinda-346864.html.( 2 Februari 2015)

Prasetyo, Aris. 2011. Modul Dasar ArcGIS 10 Aplikasi Pengelolaan

Sumberdaya Alam. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor

Prahasta, Eddy, 2008, Remote Sensing. Praktis penginderaan jauh dan

pengolahan citr dengan perangkat lunak Er-mapper.Bandung Informatika.

Rendra, Raditya. 2012. Satelit Landsat. http://geologi2an.blogspot.com (01

Februari 2014)

Lampiran 1. Hasil Pengecekan Lapangan Pada Setiap Kelas Kerapatan Tabel 5. Ukuran Diameter Pohon Hasil Pengecekan Lapangan Pada Kelas

Kerapatan Sangat Tinggi_plot 1

NO Jenis Vegetasi Diameter (cm) Keterangan

>20 <20 – 10 <10 1 Pohon Rambutan 11,1 - - 2 Pohon Rambutan 24,2 - - 3 Bambu - - - - 4 Pohon Petai 23,5 - - - 5 Pohon Salak 27,3 10,82 - - 6 Pohon Pisang - - 6,3 - 7 Pohon kelapa 22,2 - - -

8 Pohon Jambu air - 4,1 -

9 Pohon Rambutan 23,8 - - - 10 Pohon Aren 44,5 - - - 11 Pohon Jati 20,7 - - - 12 Pohon pinang - 10,5 - - 13 Bambu - - - - 14 Rumput - - - 15 Pohon Jati - 10,1 -

Tabel 6. Ukuran Diameter Pohon Hasil Pengecekan Lapangan Pada Kelas

Kerapatan Sangat Tinggi_plot 2

NO Jenis Vegetasi Diameter (cm) Keterangan

>20 <20 – 10 <10 1 Pohon Aren 35,0 - - - 2 Pohon Aren 45 - - - 3 Pohon bambu - - - - 4 Pohon Aren 34,6 - - - 5 Pohon Jati - 12,5 - - 6 Tidak diketahui 28,6 - - -7 Tidak diketahui - 12 - - 8 Tidak diketahui - - 3,1 - 9 Pohon Mangga 38,7 - - - 10 Tidak diketahui 35 - - - 11 Pohon Mangga - 11 - - 12 Pohon Petai 21,4 - - - 13 Pohon Petai - - 9,7 -14 Tidak diketahui - - 4,3 -

Tabel 7. Ukuran Diameter Pohon Hasil Pengecekan Lapangan Pada Kelas

Kerapatan Sangat Tinggi_Plot 3

NO Jenis Pohon Diameter (cm) Keterangan >20 <20 – 10 <10 1 Pohon Aren 26,2 - -2 Tidak diketahui 25,4 - - - 3 Tidak diketahui - - 2,5 - 4 Tidak diketahui - - 5,2 - 5 Pohon Kelapa - 12,5 - - 6 Tidak diketahui - 11,4 - - 7 Tidak diketahui - - 6,3 - 8 Tidak diketahui - - 4,8 - 9 Tidak diketahui - - 5,4 - 10 Rumput - - - -

Tabel 8. Ukuran Diameter Pohon Hasil Pengecekan Lapangan Pada Kelas

Kerapatan Tinggi_Plot 1

No Jenis Pohon Diameter (cm) Ket

>20 <20 – 10 <10 1. Pohon Kelapa 21,2 - - - 2. Pohon Kelapa 20,5 12,2 - - 3. Pohon Kelapa 22,6 - - - 4. Pohon Kelapa - 14 - - 5. Pohon Kelapa - - 9 - 6. Pohon Kelapa - - 10 - 7. Pohon Kelapa 23,2 - - - 8. Pohon Mangga 12,6 9. Pohon Pisang - - 5,4 - 10. Pohon Pisang - - 4,3 - 11. Pohon Pisang - - 5,1 -

Tabel 9. Ukuran Diameter Pohon Hasil Pengecekan Lapangan Pada Kelas

Kerapatan Tinggi_Plot 2

No Jenis Pohon Diameter (cm) Ket

>20 <20 – 10 <10 1. Pohon Kelapa 20,5 - - - 2. Pohon Salak 20,6 - - - 3. Pohon Pisang - 10,4 - - 4. Pohon Pisang - - 9,1 - 5. Pohon Pisang - - 5,5 - 6. Pohon Kelapa - 11,2 - - 7. Pohon Kelapa 21,6 - - - 8. Tidak diketahui - 14,2 - - 9. Pohon durian 22,6 - - - 10. Pohon Pepaya - - 6,2 - 11. Pohon durian - 10,5 - - 12. Pohon durian - - 8,9 - 13. Pohon durian - 13,7 - - 14. Singkong - - -

Tabel 10. Ukuran Diameter Pohon Hasil Pengecekan Lapangan Pada Kelas

Kerapatan Tinggi_Plot 3

No Jenis Pohon Diameter (cm) Ket

>20 <20 – 10 <10 1. Tidak diketahui 27,1 - - - 2. Tidak diketahui 22,4 - - - 3. Pohon Petai - - 8,2 - 4. Pohon durian 20,8 - - - 5. Pohon Mangga - - 7,2 - 6. Pohon Pisang - - 5,8 - 7. Pohon Pisang - - 9,3 - 8. Pohon Pisang - - 7,8 - 9. Pohon Pisang - 11,1 - - 10. Pohon Pisang - - 7,8 - 11. Pohon Pisang - 11,5 - - 12. Pohon Pisang - 11,3 - - 13. Pohon Pisang - 10,2 - - 14. Pohon Kelapa - - 4,3 -

Tabel 11. Ukuran Diameter Pohon Hasil Pengecekan Lapangan Pada Kelas

Kerapatan Sedang (Semak dan Belukar)

NO Jenis Vegetas Diameter Keterangan

1 Rerumputan dan semak Belukar - Tidak Terdapat Pohon

Tabel 12. Ukuran diameter pohon hasil pengecekan lapangan pada kelas

kerapatan Rendah

NO Jenis Vegetasi Diameter Keterangan

1 Bangunan - Tidak Terdapat Pohon

Tabel 13. Jumlah Pohon Per Plot Hasil Pengecekan Lapangan Pada Setiap

Kelas Kerapatan

No Jenis

Kerapatan Jml Pohon Rata Total Pohon

Plot 1 Rata (Ha) Plot 2 Rata (Ha) Plot 3 Rata (Ha) Phn Rata (Ha) 1 Kerapatan Sangat Tinggi 7 175 7 175 2 50 5,3 133,33 2 Kerapatan Tinggi 4 100 4 100 3 75 3,6 91,66 3 Kerapatan Sedang 0 0 0 0 0 0 0 0 4 Kerapatan Rendah 0 0 0 0 0 0 0 0

Tabel 14. Jumlah Pohon Per/Hektar Hasil Pengecekan Lapangan Pada Setiap

Kelas Kerapatan

No Jenis Kerapatan Plot_1 (pohon)

Plot_2 (pohon)

Plot_3 (pohon)

1 Kerapatan Sangat Tinggi 175 175 50

2 Kerapatan Tinggi 100 100 75

3 Kerapatan Sedang 0 0 0

4 Kerapatan Rendah 0 0 0

Tabel 15. Titik Sampel

NO Koordinat Keterangan

Easting (X) Northing (Y)

1 514593 9935947 Bayangan awan 2 514574 9935921 Bayangan awan 3 514535 9935918 Bayangan awan 4 515753 9936784 Hutan 5 514618 9935953 Hutan 6 515734 9936791 Hutan 7 515740 9936771 Lahan Kosong 8 515714 9936763 Lahan ksong 9 515695 9936752 Lahan ksong 10 515652 9936728 Permukiman 11 515645 9936726 permukiman 12 515634 9936724 permukiman

Lampiran 2. Dokumentasi Pengambilan Data Lapangan.

Gambar 7. Pengambilan titik Pengambilan titik Kerapatan Rendah

(Pemukiman).

Dokumen terkait