• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN HUTAN KOTA DI KECAMATAN PALARAN BERDASARKAN NILAI NDVI. Oleh KAMASIAH NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN HUTAN KOTA DI KECAMATAN PALARAN BERDASARKAN NILAI NDVI. Oleh KAMASIAH NIM"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh

KAMASIAH

NIM.120 500 159

PROGRAM STUDI GEOINFORMATIKA

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

S A M A R I N D A

2 0 1 5

(2)

Oleh

KAMASIAH

NIM.120 500 159

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI GEOINFORMATIKA

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

S A M A R I N D A

2 0 1 5

(3)

Oleh

KAMASIAH

NIM.120 500 159

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI GEOINFORMATIKA

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

2015

(4)

Penguji II, Yulianto, S.Kom, M.MT NIP. 19830719 2009121007 Penguji I, Ir. Suparjo, MP NIP. 196208171989031003 Pembimbing,

Husmul Beze, S.Hut, M.Si NIP. 197906132008121003

Mengesahkan

Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Ir. M. Masrudy, MP NIP. 196008051988031003

Menyetujui

Ketua Program Studi Geoinformatika Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Husmul Beze, S.Hut, M.Si NIP. 197906132008121003

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Karya Ilmiah : Analisa Perubahan Tutupan Lahan Hutan Kota Di Kecamatan Palaran Berdasarkan Nilai NDVI.

Nama : Kamasiah

NIM : 120500159

Program Studi : Geoinformatika

Jurusan : Manajemen Pertanian

(5)

KAMASIAH , Analisa Perubahan Tutupan Lahan Hutan Kota di Kecamatan Palaran Berdasarkan nilai NDVI (di bawah bimbingan Huzmul Beze).

Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya perubahan tutupan lahan Hutan Kota di Kecamatan Palaran yang dirasakan sangat signifikan. Hal ini disebabkan vegetasi merupakan kunci kehidupan bagi makhluk hidup karena berperan sebagai penghasil oksigen (O2).

Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui Tutupan lahan dan luas masing-masing tutupan lahan kecamatan palaran pada tahun 2001, 2006, 2009 dan 2014 beserta perubahan luasannya.

Konsentrasi keilmuan yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu penginderaan jauh dengan bidang studi pengolahan citra digital. Citra yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Citra Landsat TM7+ path/row 116/60 menggunakan metode klasifikasi tidak terbimbing (unsupervised classification) dengan komposisi warna alami (true color composit band 345 RGB). Jenis tutupan lahan yang diidentifikasi yaitu jenis perairan, lahan kosong, permukiman dan hutan dengan menggunakan software ER Mapper.

(6)

KAMASIAH, lahir pada tanggal 02 April 1992 di Tawau Malaysia, merupakan putri ketujuh dari delapan bersaudara dari pasangan Bapak Patahuddin (Alm) dan Ibu Rasia.

Penulis memulai pendidikan formal pada tahun 2000 di Sekolah Dasar Negeri 010 Aji Kuning Sebatik Barat dan memperoleh ijazah pada tahun 2005, kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Aji Kuning Sebatik Barat dan memperoleh ijazah pada tahun 2009. Pada tahun yang sama Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 01 Sebatik dan lulus pada tahun 2012.

Jenjang pendidikan tinggi dimulai di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian Program Studi Geoinformatika melalui program beasiswa Bidik Misi. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dalam bidang olahraga basket. Pada tanggal April 2015 s/d Mei 2015 melaksanakan program PKL (Praktik Kerja Lapang) di Kantor Dinas Pekerjaan Umum dan Kantor Dinas Cipta Karya. Untuk menyelesaikan tugas akhir, penulis memilih bidang Penginderaan Jauh dengan judul Analisa Tutupan Lahan Hutan Kota di Kecamatan Palaran Berdasarkan Nilai NDVI.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat dan Rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini. Adapun maksud penyusunan Karya Ilmiah ini adalah sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Ahli Madya Diploma III (A. Md) Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Orang tua dan saudara tercinta yang senantiasa berdoa untuk keberhasilan dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan Karya Ilmiah ini.

2. Bapak Husmul Beze, S.Hut, M.Si, selaku dosen pembimbing serta Ketua Program Studi Geoinfrmatika.

3. Bapak Ir. Suparjo, MP, selaku dosen penguji I.

4. Bapak Yulianto, S.Kom, M.MT, selaku dosen penguji II.

5. Bapak Ir. M. Masrudy, MP, selaku Ketua jurusan Manajemen Pertanian. 6. Bapak dan Ibu Dosen serta PLP (Pranata Laboratorium Pendidikan) dan

administrasi Program Studi Geoinformatika.

7. Seluruh teman – teman mahasiswa angkatan 2012 yang ikut serta membantu dalam penyusunan Karya Ilmiah ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Ilmiah ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis berharap saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan Karya Ilmiah ini. Semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Kamasiah

(8)

Halaman HALAMAN PENGESAHAN ... ii ABSTRAK ... iii RIWAYAT HIDUP ... iv KATA PENGANTAR ... v DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan umum Kawasan Lindung ... 4

B. Hutan Kota ... 6

C. Kecamatan Palaran ... 19

D. Sistem Informasi Geografis ( SIG ) ... 20

E. Citra Satelit Landsat ... 24

F. Software ArcGIS 10.2.2 ... 25

G. Peta ... 27

BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

B. Alat dan Bahan ... 34

C. Prosedur Kerja ... 35

BAB IV. HASIL DAN PEMBAH ASAN A. Hasil ... 44

B. Pembahasan ... 48

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 52

B. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(9)

Nomor Tubuh Utama Halaman

1. Data Vector Teluk Balikpapan ... 22

2. Struktur Data Raster dan Citra Satelit Quick Bird ... 23

3. Contoh Penggunaan Lahan ... 30

4. Diagram Alir Prosedur Penelitian... 34

5. Diagram Alir Pengolahan Data ... 37

6. fotoCek lapangan kerapatan Tinggi ... 47

Nomor Lampiran Halaman 7. Pengambilan titik Kerapatan Rendah ( Pemukiman ) ... 60

8. Pengambilan titik Kerapatan Tinggi (Lahan Kosong) ... 60

9. Pengambilan titik Kerapatan Sedang ( semak belukar ) ... 61

10. Peta tutupan lahan Hutan Kota Kecamatan Palaran Tahun 2001... 62

11. Peta tutupan lahan Hutan Kota Kecamatan Palaran Tahun 2006... 63

12. Peta tutupan lahan Hutan Kota Kecamatan Palaran Tahun 2009... 64

13. Peta tutupan lahan Hutan Kota Kecamatan Palaran Tahun 2014 ... 65

14. Peta Ground Check tutupan lahan Hutan Kota Kecamatan Palaran Tahun 2014 ... 66

(10)

Nomor Tubuh Utama Halaman 1. Hasil Nilai NDVI Klasifikasi Hutan menurut Hasil Penelitian

Beze dan Suparjo (2015) ... 41 2. Kriteria Tingkat Kerapatan Pohon per Hektar ... 42 3. Jenis dan Luas tutupan lahan hutan kota Kecamatan Palaran

Berdasarkan liputan Citra Landsat TM7+ Tahun 2001, 2006,

2009, dan 2014 ... 45 4. Hasil Analisa Kerapatan Pohon Berdasarkan Jumlah Pohon

per plot dan per Ha ... 47

Nomor Lampiran Halaman 1. Ukuran Diameter Pohon Hasil Pengecekan Lapangan Pada

Kelas Kerapatan Sangat Tinggi_plot 1 ... 56 2. Ukuran Diameter Pohon Hasil Pengecekan Lapangan Pada

Kelas Kerapatan Sangat Tinggi_plot 2 ... 56 3. Ukuran Diameter Pohon Hasil Pengecekan Lapangan Pada

Kelas Kerapatan Sangat Tinggi_Plot 3 ……… ... 57 4. Ukuran Diameter Pohon Hasil Pengecekan Lapangan Pada

Kelas Kerapatan Tinggi_Plot 1 ……….………... 57 5. Ukuran Diameter Pohon Hasil Pengecekan Lapangan Pada

Kelas Kerapatan Tinggi_Plot 2 ……...……….. ... 57

Nomor Lampiran Halaman 6. Ukuran Diameter Pohon Hasil Pengecekan Lapangan Pada

Kelas Kerapatan Tinggi_Plot 3 ……… ... 58

7. Ukuran Diameter Pohon Hasil Pengecekan Lapangan Pada

Kelas Kerapatan Sedang (Semak dan Belukar) .…..………… ... 58 8. Ukuran diameter pohonhasil pengecekan lapangan pada

kelas kerapatan Rendah ……… ... 58 9. Jumlah Pohon Per Plot Hasil Pengecekan Lapangan Pada

(11)

10. Jumlah Pohon Per/Hektar Hasil Pengecekan Lapangan Pada

Setiap Kelas Kerapat ... 59 11. Titik Sampel ……….……… ... 59

(12)

Hutan merupakan paru-paru bumi, karena hutan merupakan penghasil gas oksigen (O2) yang utama di bumi. Meskipun demikian, tidak hanya hutan yang menjadi penghasil gas oksigen (O2) di muka bumi akan tetapi tutupan vegetasi lainnya dalam hal ini non hutan sesungguhnya juga memiliki peran yang sama pentingnya dengan hutan. Tidak hanya itu, peran daerah bervegetasi bagi kehidupan juga masih banyak lagi seperti sebagai tempat berlindung berbagai satwa, hasil tambang dan berbagai sumber daya lainnya yang merupakan harta yang tidak ternilai. Hutan maupun daerah vegetasi non hutan juga merupakan sumberdaya alam yang memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan kata lain, daerah vegetasi dapat disebut sebagai sumber kehidupan di muka bumi.

Sementara seiringnya waktu, jumlah makhluk hidup khususnya manusia dimuka bumi juga semakin bertambah sehingga kebutuhan akan gas oksigen juga semakin meningkat. Sedang pada kenyataannya pertambahan jumlah populasi manusia tidak diimbangi dengan luasan tutupan vegetasi selaku penghasil gas oksigen (O2) yang semakin bertambah pula, justru sebaliknya jumlah luasan daerah bervegetasi di muka bumi kian hari kian berkurang, yang salah satu contoh nyatanya yaitu hutan.

Sebagaimana yang diutarakan Fajri (2008), luas hutan alam Indonesia semakin berkurang dari tahun ke tahun akibat pembalakan yang berlebihan, penebangan liar, perladangan berpindah, perambahan hutan, kebakaran serta konversi hutan. Menurut Von Gemmingen (2001) laju deforestasi di Indonesia mencapai 2,5 juta hektar per tahun. Sampai dengan tahun 2002 tercatat luas

(13)

kawasan hutan yang terdegradasi seluas 59,7 juta hektar, atau sama dengan 49,6% dari total luas 120,35 juta hektar luas kawasan hutan Indonesia. Laju degradasi hutan antara tahun 1997-2003 diperkirakan sebesar 2,83 juta hektar per tahun (Dephut, 2005). Kondisi degradasi dan lajunya ini bertolak belakang dengan upaya rehabilitasi atau perhutanan kembali. Pelaksanaan reboisasi pada tahun 1999 hanya tercatat seluas 12.102 hektar dan pada tahun 2003 seluas 52.200 hektar. Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) melalui gerakan rehabilitasi hutan dan lahan (Gerhan) sampai dengan Juni 2004 hanya mencapai 252 hektar (Dephut, 2005). Di Kalimantan dalam jangka waktu 13 tahun (1983-1996) kawasan hutan berkurang 1,13 juta hektar atau sekitar 90.000 hektar per tahun. Pada tahun 2000, hutan alam di Kalimantan Timur mempunyai luas total 10.845.190 hektar dengan kondisi yang rusak akibat bekas tebangan, dipakai sebagai area pertanian, dan tanah kosong sekitar 6.751.714 hektar atau sekitar 62% dari luas hutan alam yang ada di Kalimantan Timur, sedangkan sisanya adalah hutan perawan yang mempunyai luas sekitar 4.093.476 hektar atau sekitar 38% saja dari luas total hutan alam di Kalimantan Timur (Renstra Dishut kaltim 2004-2005). Mungkin diperkirakan hutan alam di Kalimantan Timur khususnya akan habis pada tahun 2010. Sedangkan menurut Kasih (2012), luas hutan kota di Kota Samarinda saat ini sebesar 732,777 ha atau hanya 1,02% dari luas wilayah.

Pertumbuhan dan perkembangan penduduk serta pembangunan telah banyak memberikan perubahan pada wilayah Samarinda pada umumnya dan wilayah Palaran pada khususnya. Pesatnya pembangunan tersebut telah banyak menyebabkan sebagian besar kawasan lindung di Palaran menjadi pusat pemukiman, pertokoan, perbelanjaan, areal pertanian dan perkebunan, dan

(14)

bahkan menjadi areal pertambangan. Dengan alasan di atas maka perlu diadakan analisa perubahan tutupan kawasan perlindungan setempat di Kecamatan Palaran Kota Samarinda, khususnya hutan kota dan ruang terbuka hijau.

Tujuan dari kegiatan penelitian ini dimaksudkan untuk: 1. Memetakan Hutan Kota di Kecamatan Palaran

2. Melakukan analisa tutupan lahan Hutan Kota di Kecamatan Palaran

Dengan diadakannya kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil sebagai berikut:

1. Memberikan Informasi kepada pemerintah daerah dalam proses pengambilan keputusan untuk pengembangan wilayah.

2. Memberikan informasi bagi masyarakat dalam membangun permukiman 3. Masyarakat dapat menjaga ruang terbuka hijau di Kecamatan Palaran

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Kawasan Lindung 1. Pengertian kawasan lindung

Anonim (2012), Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Menurut Anonim (2012), no 15 tahun 2009 (permen15-2009).Kawasan lindung terdiri atas: a. Kawasan hutan lindung; Hutan Lindung adalah Kawasan hutan karena

sifat alamiahnya diperuntukan guna mengatur tata air, pencegahan bencana banjir dan erosi, serta pemeliharaan kesuburan tanah.

b. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, meliputi: kawasan bergambut dan kawasan resapan air;

c. Kawasan perlindungan setempat, meliputi: ruang terbuka hijau, hutan kota, sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, kawasan sekitar mata air, serta kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal;

d. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya meliputi: kawasan suaka alam, kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, suaka margasatwa dan suaka margasatwa laut, cagar alam dan cagar alam laut, kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional dan taman nasional laut, taman hutan raya, taman wisata alam dan taman wisata alam laut, serta kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;

(16)

e. Kawasan rawan bencana alam, meliputi: kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan gelombang pasang, dan kawasan rawan banjir;

f. Kawasan lindung geologi, meliputi: kawasan cagar alam geologi, kawasan rawan bencana alam geologi, dan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah; dan

g. Kawasan lindung lainnya, meliputi: cagar biosfer, ramsar, taman buru, kawasan perlindungan plasma-nutfah, kawasan pengungsian satwa, terumbu karang, dan kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi.

Secara lebih detail kawasan lindung dijelaskan melalui Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990. Dalam pasal 2 disebutkan Sasaran Pengelolaan kawasan lindung adalah:

a. Meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan dan satwa serta nilai sejarah dan budaya bangsa;

b. Mempertahankan keanekaragaman tumbuhan, satwa, tipe ekosistem, dan keunikan alam.

Pasal 3 Perda No. 28 Tahun 2003, disebutkan ruang lingkup kawasan lindung meliputi :

a.

Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya/hilirnya;

b.

Kawasan perlindungan setempat;

c.

Kawasan suaka alam dan cagar budaya; dan

d.

Kawasan rawan bencana alam.

2.

Fungsi kawasan lindung

Dody (2012), Adanya variasi penyusunan lahan yang berupa batuan, tanah, kemiringan lereng dan penggunaanlahan menyebabkan terjadinya

(17)

perbedaan sifat dan karakteristik lahan. Perbedaan ini mengakibatkan pada setiap lahan mempunyai daya dukung dan daya tampung yang berbeda. Artinya, setiap lahan mempunyai fungsi kawasan tersendiri dalam kelestarian lingkungan hidup.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 menyebutkan bahwa “kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama yaitu:

a. Melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan”.

b. Sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah.

c. Melindungi kawasan setempat juga memberi perlindungan kawasan di bawahnya.

Berdasarkan fungsi tersebut maka penggunaan lahan yang diperbolehkan adalah pengolahan lahan dengan tanpa pengolahan tanah dan dilarang melakukan penebangan vegetasi hutan (Nugraha, dkk 2006: 69).

B. Hutan Kota 1. Pengertian Hutan Kota

Anonim (2012),Definisi dan Pengertian dari Hutan kota adalah suatu areal lahan perkotaan yang terdiri dari beberapa komponen fisik dengan vegetasi berupa pohon-pohon sebagai suatu kesatuan ekosistem yang berperan dan berfungsi untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup. Wilayah perkotaan merupakan pusat-pusat permukiman yang berperan di

(18)

dalam suatu wilayah pengembangan dan atau wilayah nasional sebagai simpul jasa atau suatu bentuk ciri kehidupan kota.

Pengertian dan Definisi Hutan Kota sesuai dengan PP Nomor 63 Tahun 2002 Tentang Hutan Kota pasal 1 ayat 2; Mendefinisikan hutan kota sebagai suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang. Dalam suatu kawasan harus disediakan 30% dari luas kawasan tersebut sebagai kawasan lindung. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Dengan demikian dalam kawasan perkotaan perlu ditetapkan suatu kawasan yang mempunyai fungsi perlindungan kelestarian lingkungan.

2. Fungsi Hutan Kota

Tujuan penyelenggaraan hutan kota adalah untuk kelestarian, keserasian dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan, sosial dan budaya. Dapat dijelaskan lagi bahwa tujuan dari pembangunan hutan kota ini adalah:

a. Menekan/mengurangi peningkatan suhu udara di perkotaan;

b. Menekan/mengurangi pencemaran udara (kadar karbonmonoksida, ozon, karbondioksida, oksida nitrogen, belerang dan debu);

c. Mencegah terjadinya penurunan air tanah dan permukaan tanah; dan d. Mencegah terjadinya banjir atau genangan, kekeringan, intrusi air laut,

meningkatnya kandungan logam berat dalam air.

(19)

f. Meresapkan air;

g. Menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota; dan h. Mendukung pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia.

3. Manfaat Hutan Kota

Hutan kota tumbuh dan dibangun pada areal kota, tetapi bisa juga dibangun pada pinggiran kota. Areal perkotaan perlu dicadangkan untuk pembangunan hutan kota yang sengaja dibuat untuk memperbaiki dan memelihara lingkungan kota. Hutan kota penting untuk keseimbangan ekologi manusia dalam berbagai hal seperti, kebersihan udara, ketersediaan air tanah, pelindung terik matahari, kehidupan satwa dalam kota dan juga sebagai tempat rekreasi. Hutan kota bisa mengurangi dampak cuaca yang tidak bersahabat seperti mengurangi kecepatan angin, mengurangi banjir, memberi keteduhan. Juga memberikan efek pengurangan pemanasan global.

Manfaat yang dapat dirasakan dari dibangunnya hutan kota adalah : a. Pariwisata alam, rekreasi dan atau olah raga;

b. Penelitian dan pengembangan; c. Pendidikan;

d. Pelestarian plasma nutfah; dan atau e. Budidaya hasil hutan bukan kayu.

4. Hutan Kota Menurut Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 21 Tahun 2013.

Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan Kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan

(20)

pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah Negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang bewenang. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Penunjukan Hutan Kota adalah penetapan awal suatu wilayah tertentu sebagai hutan kota yang dapat berupa penunjukan di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah Negara maupun tanah hak.

a. Kota adalah wilayah perkotaan yang berstatus daerah otonom dalam hal ini adalah Kota Samarinda.

b. Tanah Negara adalah tanah yang tidak dibebani hak atas tanah. c. Tanah Hak adalah tanah yang dibebani hak atas tanah.

d. Tata Ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang baik direncanakan maupun tidak.

e. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.

f. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH adalah ruang didalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk areal memanjang/jalur atau mengelompok, dimana penggunaannya lebih bersifat terbuka, berisi hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan yang tumbuh secara alami atau tanaman budidaya

g. Kompensasi adalah pemberian ganti rugi atau tanah pengganti kepada pemegang hak atas tanah melalui musyawarah sebagai akibat adanya perubahan status hak atas tanah menjadi hutan kota.

(21)

h. Insentif adalah semua bentuk dorongan spesifik atau rangsangan/stimulus yang dirancang dan diimplementasikan untuk mempengaruhi atau memotivasi masyarakat, baik secara individu maupu kelompok.

i. Masyarakat adalah orang seorang, kelompok orang, termasuk masyarakat hukum adat atau badan hukum.

Penyelenggaraan hutan kota bertujuan untuk kelestarian, keserasian, keindahan dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan, sosial dan budaya, Penyelenggaraan hutan kota untuk :

a. Menekan/mengurangi peningkatan suhu udara; b. Menekan/mengurangi pencemaran udara;

c. Mencegah terjadinya penurunan air tanah dan pemukaan tanah; dan d. Mencegah terjadinya banjir atau genangan, kekeringan, intrusi air laut,

meningkatnya kandungan logam berat dalam air.

Fungsi hutan kota adalah untuk memperbaiki dan menjaga iklim dan nilai estetika, meresapkan air, menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota dan mendukung pelestarian keanekaragaman hayati. Untuk kepentingan penyelenggaraan hutan kota, di kawasan tertentu ditetapkan hutan kota, Penyelenggaraan hutan kota meliputi:

a. Penunjukkan; b. Pembangunan; c. Penetapan; dan d. Pengelolaan

penunjukan hutan kota terdiri dari penunjukan lokasi hutan kota dan penunjukan luas hutan kota, Kepala Dinas mengusulkan kepada Walikota

(22)

untuk penunjukan lokasi dan luas hutan kota Penunjukan lokasi dan luas hutan kota dilakukan oleh Walikota berdasarkan rencana tata ruang wilayah kota. Lokasi hutan kota merupakan bagian dari RTH Daerah. Bentuk hutan kota terdiri atas:

a. Jalur;

b. Mengelompok; dan c. Menyebar.

Lokasi hutan kota dapat berada pada tanah negara atau tanah hak. Tanah hak atau hak atas lahan dapat berupa hak milik, Hak Guna Usaha (HGU), hak pengelolaan, hak pakai, dan hak-hak lainnya yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan. Terhadap tanah hak yang ditunjuk sebagai lokasi hutan kota dapat diberikan kompensasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Kompensasi merupakan pemberian ganti rugi atau tanah pengganti kepada pemegang hak atas tanah melalui musyawarah. Setelah tercapai kesepakatan mengenai kompensasi dan kompensasi telah diberikan, maka kepemilikan hak atas tanah yang ditunjuk sebagai lokasi hutan kota beralih kepada Pemerintah Kota. Pembangunan hutan kota dilakukan berdasarkan penunjukkan lokasi dan luas hutan kota.Pembangunan hutan kota dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah (Dinas) setelah memperoleh kepastian anggaran dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran, Biaya pembangunan hutan kota berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau sumber dana lainnya yang sah. pembangunan hutan kota dimulai terlebih dahulu disusun rancangan teknis pembangunan hutan kota antara lain:

(23)

a. Informasi umum lokasi hutan kota; b. Tipe dan bentuk hutan kota; c. Teknis pembuatan hutan kota; dan d. Peta hutan kota.

Rancangan teknis pembangunan hutan kota disusun oleh Dinas dan disahkan oleh Kepala Dinas. Pelaksanaan pembangunan hutan kota didasarkan pada rancangan teknis pembangunan hutan kota dilaksanakan melalui tahapan kegiatan, meliputi:

a. Penataan areal; dilaksanakan berdasarkan kondisi fisik dilapangan dengan melakukan penataan bagian-bagian lahan sesuai dengan persyaratan teknis dan peruntukannya.

b. Penanaman; dimulai sejak persiapan tanaman yang meliputi pengadaan bibit, ajir, penyiapan lubang tanam hingga pelaksanaan penanaman. c. Pemeliharaan; dapat berupa terassering sesuai kondisi setempat dan

atau sasaran penunjang lainnya. Dan d. Pembangunan sipil teknis.

Berdasarkan hasil pelaksanaan pembangunan hutan kota, Walikota menetapkan hutan kota.Tanah hak yang karena keberadaannya, dapat dimintakan penetapannya sebagai hutan kota oleh pemegang hak tanah pelepasan hak atas tanah, Untuk penetapan tanah hak sebagai hutan kota pemegang hak mengajukan permohonan tertulis kepada Walikota melalui Kepala Dinas yang dilampiri dengan informasi umum lokasi dan peta lokasi. Setelah dilakukan pemeriksaan lapangan oleh Dinas dan dinyatakan layak, Kepala Dinas meneruskan permohonan pemegang hak kepada Walikota untuk dilakukan penetapan. Penetapan tanah hak dapat dilakukan tanpa

(24)

proses penunjukan dan pembangunan. Penetapan tanah hak dilakukan untuk jangka waktu paling sedikit 15 (lima belas) tahun. Pemegang hak dapat memperoleh insentif atas tanah hak yang ditetapkan sebagai hutan kota. Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa bantuan teknis dalam penyelenggaraan hutan kota dan/atau penghargaan berupa pencantuman nama pemegang hak sebagai nama hutan kota.

Tanah hak yang dimintakan penetapannya sebagai hutan kota harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Terletak di wilayah perkotaan;

b. Merupakan ruang terbuka hijau yang didominasi pepohonan; dan c. Memiliki luas paling sedikit 0,25 hektar.

Penetapan dan perubahan peruntukkan tanah hak sebagai hutan kota dilakukan dengan Peraturan Walikota. Perubahan peruntukkan hutan kota yang berada pada tanah Negara disesuaikan dengan rencana tata ruang wilayah kota serta ditetapkan dengan Peraturan Walikota. Pengelolaan hutan kota dilakukan sesuai dengan tipe dan bentuk hutan kota agar berfungsi secara optimal berdasarkan penetapan hutan kota. Pengelolaan hutan kota meliputi tahapan kegiatan:

a. Penyusunan rencana pengelolaan; b. Pemeliharaan; c. Perlindungan; d. Pengamanan; e. Pemanfaatan; f. Pemantauan; dan g. Evaluasi.

(25)

Pengelolaan hutan kota yang berada pada tanah negara dapat dilakukan oleh Pemerintah Kota dan/atau masyarakat. Pengelolaan hutan kota yang berada pada tanah hak dilakukan oleh pemegang hak. Pengelolaan hutan kota yang berada pada tanah Negara yang dilakukan oleh masyarakat diberikan oleh Pemerintah Kota melalui hak pengelolaan. Hak pengelolaan diberikan kepada masyarakat selama jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang. Pemberian hak pengelolaan dilakukan berdasarkan permohonan masyarakat kepada Walikota melalui Kepala Dinas. Walikota memberikan hak pengelolaan setelah mendapat advis teknis dari Kepala Dinas. Penyusunan rencana pengelolaan disusun berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan yang meliputi:

a. Penetapan tujuan pengelolaan; dimaksudkan dalam rangka optimalisasi fungsi hutan kota

b. Penetapan program jangka pendek dan jangka panjang; dilaksanakan dengan memperhatikan lingkungan strategis

c. Penetapan kegiatan dan kelembagaan; dimaksudkan agar kegiatan dapat berjalan dengan baik, yang meliputi penetapan organisasi serta batas-batas kewenangan pihak terkait. dan

d. Penetapan sistem monitoring dan evaluasi; , dilakukan melalui penetapan kriteria, standar, indikator, dan alat verifikasi.

Pemeliharaan dilaksanakan dalam rangka menjaga dan

mengoptimalkan fungsi dan manfaat hutan kota melalui:

a. Optimalisasi ruang tumbuh dan diversifikasi tanaman; antara lain meliputi kegiatan penyulaman, penjarangan, pemangkasan, dan pengayaan.

(26)

b. Peningkatan kualitas tempat tumbuh ; antara lain meliputi kegiatan pemupukan dan penyiangan.

Perlindungan dan pengamanan hutan kota bertujuan untuk menjaga keberadaan dan kondisi hutan kota agar berfungsi optimal.Perlindungan dan pengamanan hutan kota dilakukan melalui upaya:

a. Pencegahan dan penanggulangan kerusakan lahan;

b. Pencegahan dan penanggulangan pencurian flora dan fauna; c. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran; dan

d. Pencegahan dan penanggulangan hama dan penyakit.

Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang mengakibatkan perubahan dan/ atau penurunan fungsi hutan kota seperti :

a. Merambah dan/atau membakar hutan kota;

b. Menebang, memotong, mengambil, dan/atau memusnahkan tanaman di dalam hutan kota, tanpa ijin dari pejabat yang berwenang;

c. Merusak pohon, memaku pohon, dan/atau menyelenggarakan reklame di dalam lokasi hutan kota;

d. Membuang sampah dan/atau benda-benda yang dapat mengakibatkan kebakaran atau membahayakan kelangsungan fungsi hutan kota; dan e. Mengerjakan, menggunakan, dan/atau menduduki hutan kota secara

tidak sah.

Indikator perubahan dan penurunan fungsi hutan kota ditunjukkan oleh penurunan kondisi di sekitar lokasi hutan kota, diantaranya suhu udara, sistem tata air, tingkat erosi, kecepatan angin, dan keutuhan pepohonan. Pemanfaatan hutan kota antara lain untuk keperluan pariwisata alam, rekreasi dan/atau olah raga, penelitian dan pengembangan, pendidikan,

(27)

pelestarian plasma nutfah, dan/atau budidaya hasil hutan bukan kayu. Pemanfaatan hutan kota dilakukan sepanjang tidak mengganggu tujuan, maksud, dan fungsi hutan kota. Pemantauan dan evaluasi dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja pengelola melalui penilaian kegiatan pengelolaan secara menyeluruh. Hasil penilaian kegiatan dipergunakan sebagai bahan penyempurnaan terhadap pengelolaan hutan kota. Pemantauan dan evaluasi dilakukan secar periodik, paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun. Pemantauan dan evaluasi dilakukan terhadap tahapan-tahapan dan penyelesaian kegiatan berdasarkan rencana dan tata waktu yang telah disusun, meliputi :

a. Pemeliharaan;

b. Perlindungan dan pengamanan; serta c. Pemanfaatan.

Pemerintah Kota melakukan pembinaan terhadap pengelolaan hutan kota yang dilakukan oleh masyarakat. Walikota melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan hutan kota. Dalam melakukan pengawasan Walikota dapat mendelegasikan kewenangannya atau sebagian kewenangannya kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah yang ditunjuk. Pelaksanaan pengawasan dilakukan bersama-sama masyarakat secara terkoordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait. Pengawasan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pemerintah Kota mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaran hutan kota. Peran serta dilakukan sejak penunjukkan, pembangunan, penetapan, pengelolaan serta pembinaan dan pengawasan. Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan hutan kota dapat berbentuk

(28)

a. Penyediaan lahan untuk penyelenggaraan hutan kota;

b. Penyandang dana dalam rangka penyelenggaraan hutan kota; c. Pemberian masukan dalam penentuan lokasi hutan kota;

d. Pemberian bantuan dalam mengidentifikasi berbagai potensi dalam masalah penyelenggaraan hutan kota;

e. Kerjasama dalam penelitian dan pengembangan;

f. Pemberian informasi, saran, pertimbangan dan/atau pendapat dalam penyelenggaraan hutan kota;

g. Pemanfaatan hutan kota berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

h. Bantuan pelaksanaan pembangunan;

i. Bantuan keahlian dalam penyelenggaraan hutan kota;

j. Bantuan dalam perumusan rencana pembangunan dan pengelolaan; dan k. Menjaga, memelihara, dan meningkatkan fungsi hutan kota.

Peningkatan peran serta masyarakat dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan, penyuluhan, bantuan teknis, dan insentif. Setiap orang yang melanggar dipidana dengan pidana kurungan maksimal 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp.50.000.000.- (lima puluh juta rupiah). Tindak pidana sebagaimana dimaksud adalah pelanggaran. Selain penyidik sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, pejabat penyidik pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Kota diberikan kewenangan untuk melaksanakan penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah ini. Dalam melaksanakan tugas penyidikan, Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 berwenang untuk:

(29)

a. Menerima laporan atau pengaduan dari orang atau badan hukum tentang adanya dugaan tindak pidana;

b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian dan melakukan pemeriksaan;

c. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dari perbuatannya dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka;

d. Melakukan penyitaan benda dan/atau surat; e. Mengambil sidik jari dan memotret tersangka;

f. Memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan tersangka;

h. Menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik umum bahwa tidak terdapat bukti, atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik umum memberitahukan hal tersebut kepada tersangka atau keluarganya; dan

i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan.

Dalam melakukan tugasnya penyidik tidak berwenang melakukan penangkapan dan/atau penahanan. Penyidik Pegawai Negeri Sipil membuat Berita Acara tentang pemeriksaan tersangka, pemasukan rumah, penyitaan benda, pemeriksaan surat, pemeriksaan saksi, pemeriksaan ditempat kejadian, dan selanjutnya mengirimkan Berita Acara tersebut kepada Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia. Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan, Agar setiap orang mengetahuinya,

(30)

memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Samarinda.

C. Kecamatan Palaran

Anonim (2014), Palaran adalah sebuah kecamatan di Kota

Samarinda, Kalimantan Timur, Indonesia. Kecamatan ini merupakan

kecamatan terluas kedua di Samarinda. Mayoritas penduduk berasal dari

suku Bugis dan Jawa Transmigran. Di kecamatan ini, tepatnya di

kelurahan Simpang Pasir terdapat Stadion Utama Palaran yang

digunakan pada PON XVII Kalimantan Timur pada tahun 2008..

Batas wilayah Kecamatan Palaran adalah sebagai berikut :

Utara ;Sungai Mahakam (seberangnya kecamatan Sambutan)

Selatan ; Kecamatan Loa Janan dan Sanga-Sanga, Kutai Kartanegara

Barat ; Kecamatan Samarinda Seberang dan LoaJanan, Kutai Kartanegara Timur ; Sungai Sangasanga (seberangnya kecamatan Sanga-Sanga, Kutai Kartanegara)

Kecamatan palaran mencakup wilayah seluas 182,53 km². Kepadatan 269,84 jiwa/km² dan Jumlah penduduk 49.254 jiwa (2010) Kecamatan Palaran terdiri dari 5 kelurahan, yaitu:

1. Simpang Pasir 2. Handil Bakti 3. Rawa Makmur 4. Bukuan 5. Bantuas

(31)

D. Sistem Informasi Geografis (SIG) 1. Pengertian SIG

Sistem Informasi Geografis (SIG) / Geographic Information Sistem (GIS) adalah suatu sistem informasi berbasis komputer, yang digunakan untuk memproses data spasial yang ber-georeferensi (berupa detail, fakta, kondisi, dsb) yang disimpan dalam suatu basis data dan berhubungan dengan persoalan serta keadaan dunia nyata (real world). Manfaat SIG secara umum memberikan informasi yang mendekati kondisi dunia nyata, memprediksi suatu hasil dan perencanaan strategis.

Secara harfiah, SIG dapat diartikan sebagai suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama secara efektif untuk menangkap, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis".

2. Komponen SIG

Secara umum SIG bekerja berdasarkan integrasi 5 Komponen, yaitu: Hardware, software, data, manusia dan metode.

a. Hardware

SIG membutuhkan hardware atau perangkat keras seperti,

digitizer, plotter/printer, scanner, komputer yang memiliki spesifikasi lebih tinggi dibandingkan dengan sistem informasi lainnya untuk menjalankan software-software SIG, seperti kapasitas Memory (RAM), Hard-disk, Prosesor serta VGA Card. Hal tersebut disebabkan karena data-data yang digunakan dalam SIG baik data vektor maupun data raster

(32)

penyimpanannya membutuhkan ruang yang besar dan dalam proses analisanya membutuhkan memory yang besar dan prosesor yang cepat. b. Software

Sebuah software SIG haruslah menyediakan fungsi dan tool yang mampu melakukan penyimpanan data, analisis dan menampilkan informasi geografis. Dengan demikian elemen yang harus terdapat dalam komponen software SIG adalah :

1) Tools untuk melakukan input dan transformasi data geografis 2) Sistem manajemen basis data

3) Tool yang mendukung query geografis, analisis dan visualisasi

4) Graphical User Interface (GUI) untuk memudahkan akses pada tool geografi.

c. Data

Hal yang merupakan komponen penting dalam SIG adalah data. Secara fundamental SIG bekerja dengan dua tipe model data geografis yaitu model data vektor dan model data raster.

1) Model Data Vektor

Informasi posisi point, garis dan poligon disimpan dalam bentuk x,y koordinat. Suatu lokasi point dideskripsikan melalui sepasang koordinat x,y. Bentuk garis, seperti jalan dan sungai dideskripsikan sebagai kumpulan dari koordinat-koordinat point. Bentuk poligon, seperti zona project disimpan sebagai pengulangan koordinat yang tertutup.

(33)

Gambar 1. Data vector teluk Balikpapan. 2) Model Data Raster

Model data ini terdiri dari sekumpulan grid/sel seperti peta hasil scanning maupun gambar/image. Masing-masing grid/sel atau pixel memiliki nilai tertentu yang bergantung pada bagaimana image tersebut digambarkan. Sebagai contoh, pada sebuah image hasil penginderaan jarak jauh dari sebuah satelit, masing – masing pixel direpresentasikan sebagai panjang gelombang cahaya yang dipantulkan dari posisi permukaan Bumi dan diterima oleh satelit dalam satuan luas tertentu yang disebut pixel.

(34)

Gambar 2. Struktur data raster dan Citra satelit Quick Bird

Pada image hasil scanning, masing – masing pixel

merepresentasikan keterangan nilai yang berasosiasi dengan poin-poin tertentu pada image hasil scanning. Dalam SIG, setiap data Geografis memiliki data tabular yang berisi informasii spasial. Data tabular tersebut dapat direlasikan oleh SIG dengan sumber data lain seperti basis data yang berada diluar tools SIG

d. Manusia

Teknologi SIG tidaklah menjadi bermanfaat tanpa manusia yang mengelola sistem dan membangun perencanaan yang dapat diaplikasikan sesuai kondisi dunia nyata. Sama seperti pada Sistem Informasi lain pemakai SIG pun memiliki tingkatan tertentu, dari 3 tingkat spesialis teknis yang mendesain dan memelihara sistem sampai pada pengguna yang menggunakan SIG untuk menolong pekerjaan mereka sehari-hari.

(35)

e. Metode

SIG yang baik memiliki keserasian antara rencana desain yang baik dan aturan dunia nyata, dimana metode, model dan implementasi akan berbeda-beda untuk setiap permasalahan.

f. Proses

Sebelum data geografi digunakan dalam SIG, data tersebut harus dikonversi kedalam format digital. Proses tersebut dinamakan digitasi. Proses digitasi memerlukan sebuah hardware tambahan yaitu sebuah digitizer lengkap dengan mejanya. Untuk mendigitasi peta harus dilekatkan pada peta digitasi titik dan garis ditelusuri dengan kursor digitasi atau keypad. Digitasi ini memerlukan software tertentu seperti ARC/INFO Autocad, MapInfo atau software lain yang dapat mensupport proses digitasi tersebut. Untuk SIG dengan teknologi yang lebih modern, proses konversi data dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi scanning(Anonim, 2010).

E. Citra Satelit Landsat

Program Landsat adalah program untuk mendapatkan citra Bumi dari luar angkasa. Satelit Landsat pertama diluncurkan pada tahun 1972 dan yang paling akhir Landsat 7, diluncurkan tanggal 15 April 1999. Instrumen satelit-satelit Landsat telah menghasilkan jutaan citra. Citra-citra tersebut diarsipkan di Amerika Serikat dan stasiun-stasiun penerima Landsat di seluruh dunia yang memiliki sumberdaya untuk riset perubahan global dan aplikasinya pada pertanian, geologi, kehutanan, perencanaan daerah, pendidikan, dan keamanan nasional.Satelit Landsat terbagi dalam dua generasi, yaitu:

(36)

1. Generasi pertama yaitu, satelit Landsat 1, Landsat 2, dan Landsat 3. Generasi ini merupakan satelit percobaan (eksperimental).

2. Generasi kedua, yaitu Landsat 4 dan Landsat 5, merupakan satelit operasional (Lindgren, 1985), sedangkan Short (1982) menamakan sebagai satelit penelitian dan pengembangan (Sutanto, 1994).

Satelit Landsat senantiasa berkembang di tiap generasi. Secara lengkapnya, satelit Landsat yang telah diluncurkan adalah sebagai berikut: 1. Landsat 1 (mulanya dinamakan Earth Resources Technology Satellite 1),

diluncurkan 23 Juli 1972. Operasi berakhir tahun 1978.

2. Landsat 2, diluncurkan 22 Januari 1975. Operasi berakhir tahun 1981. 3. Landsat 3, diluncurkan 5 Maret 1978. Operasi berakhir tahun 1983. 4. Landsat 4, diluncurkan 16 Juli 1982. Operasi berakhir tahun 1993. 5. Landsat 5, diluncurkan 1 Maret 1984. Satelit ini masih berfungsi.

6. Landsat 6, diluncurkan 5 Oktober 1993. Satelit ini gagal mencapai orbit. 7. Landsat 7, diluncurkan 15 April 1999. Satelit ini masih berfungsi.

Satelit Landsat membawa instrumen-instrumen tertentu dalam tugasnya.(Anonim, 2012).

F. Software ArcGIS 10

Secara terperinci (Prasetyo, 2011) dalam Modul Dasar ArcGIS 10 Aplikasi Pengolahan Sumberdaya Alam menjelaskan sebagai berikut:

1. ArcMap 10

ArcMap merupakan menu utama dalam ArcGis yang digunakan untuk membuat (create), menampilkan (viewing), memilih (query), editing, composing dan publishing peta (GIS Consortium Aceh – Nias, 2007).

(37)

Komponen-komponen ArcMap antara lain : a. Table Of Contents (TOC)

Merupakan list atau daftar isi data yang ditampilkan dalam Map Area. TOC terdiri atas Data Frame yang berisi layer-layer yang mempresentasikan data yang ada. Beberapa fungsi yang dapat dilakukan dalam TOC antara lain :

1) Menyusun susunan layer

2) Mengaktifkan layer dan me-nonaktifkan layer

3) Melihat sistem koordinat yang digunakan (Layer Properties) 4) Membuka table attribute data spasial (Open Attribute Table).

TOC juga menyediakan fasilitas symbology yang

merepresentasikan muka Bumi yang diwakili oleh simbol (baik bentuk maupun warna) dari feature (point, line, maupun poligon) berdasarkan attribute dapat di sesuaikan melalui TOC. Selain symbology TOC juga dapat melakukan fungsi labeling yang mana fasilitas ini berungsi unutk mempermudah user dalam memahami isi peta tersebut.

b. Arc Toolbox

ArcToolbox merupakan kumpulan alat bantu yang disediakan untuk melaksanakan operasi-operasi tertentu pada ArcGis. Tampilan ArcToolbox yaitu berupa tools yang ditampilkan pada folder-folder ArcToolbox berdasarkan fungsi.

c. Search

Satu hal yang baru di ArcMap 10 yaitu terdapat fasilitas search. Fasilitas ini menyerupai alat browsing pada layanan mesin pencari.

(38)

Melalui fasilitas ini, user dapat mencari data spasial, data project. dan tools local server.

d. Toolbar

Merupakan kumpulan tool yang diletakkan didalam bar. Secara logis toolbar memiliki tool-tool yang berkaitan secara erat dalam melaksanakan operasi-operasi tertentu.

2. ArcCatalog 10

ArcCatalog merupakan bagian dari ArcGis yang digunakan untuk menjelajah (browsing), mengatur (organizing), membagi (distribution) dan menyimpan (documentation) data-data SIG. Secara sederhana fungsi dari ArcCatalog ialah manajemen data.

G. PETA 1. Pengertian Peta

Menurut Sulistyo (2010) Peta adalah gambaran permukaan bumi yang di gambar pada permukaan datar, dan diperkecil dengan skala tertentu dan juga dilengkapi simbol sebagai penjelas. Beberapa ahli mendefinisikan peta dengan berbagai pengertian, namun pada dasarnya peta mempunyai arti yang sama.

2. Fungsi peta

Secara umum, peta berfungsi untuk:

a. Menunjukkan lokasi pada permukaan bumi;

b. Menggambarkan luas dan bentuk berbagai gejala, baik gejala alamiah ma upun gejala insaniah;

c. Menentukan arah serta jarak suatu tempat;

d. Menunjukkan ketinggian atau kemiringan suatu tempat; e. Menyajikan persebaran sifat-sifat alami dan nonalami;

(39)

f. Melukiskan luas dan pola;

g. Memungkinkan pengambilan kesimpulan dari data atau informasi yang tersaji, serta;

h. Memperlihatkan gerak perubahan dan prediksi dari pertukaran barang-barang persebaran aktivitas industri, arus produksi, mobilitas manusia, dan sebagainya.

3. Jenis-jenis peta

Menurut jenisnya, peta dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut.

a. Jenis Peta Berdasarkan Skalanya 1) Peta teknik/kadaster

Peta ini mempunyai skala sangat besar antara 1 : 100 - 1 : 5.000 peta kadaster ini sangat rinci sehingga banyak digunakan untuk keperluan teknis, misalnya untuk perencanaan jaringan jalan, jaringan air, dan sebagiannya.

2) Peta berskala besar

Peta ini mempunyai skala antara 1 : 5.000 sampai 1 : 250.000. Biasanya peta ini digunakan untuk perencanaan wilayah.

3) Peta berskala medium

Peta ini mempunyai skala antara 1 : 250.000 sampai 1 : 500.000. 4) Peta berskala kecil

Peta ini mempunyai skala antara 1 : 500.000 sampai 1 : 1.000.000. 5) Peta Geografi/Dunia

(40)

b. Jenis Peta Berdasarkan Keadaan Objek

1) Peta dinamik, yaitu peta yang menggambarkan labil atau meningkat. Misalnya peta transmigrasi atau urbanisasi, peta aliran sungai, peta perluasan tambang, dan sebagainya.

2) Peta stasioner, yaitu peta yang menggambarkan keadaan stabil atau tetap. Misalnya, peta tanah, peta wilayah, peta geologi, dan sebagainya.

c. Berdasarkan isi Data yang disajikan 1) Peta Umum

Peta umum yaitu peta yang menggambarkan semua unsur topografi di permukaan bumi, baik unsur alam maupun unsur buatan manusia, serta menggambarkan keadaan relief permukaan bumi yang dipetakan.

Peta umum dibagi menjadi 3, sebagai berikut : a) Peta Topografi

peta yang menggambarkan permukaan bumi lengkap dengan reliefnya. Penggambaran relief permukaan bumi ke dalam peta digambar dalam bentuk garis kontur. Garis kontur yaitu garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian yang sama.

Sifat-sifat garis kontur pada peta topografi antara lain sebagai berikut.:

i. Semakin rapat jarak antargaris kontur, menunjukan semakin curam daerah tersebut. Begitu juga sebaliknya, bila jarak

(41)

antargaris konturnya jarang, maka tempat tersebut adalah landai.

ii. Bila ditemukan ada garis kontur yang bergigi, hal tersebut menunjukkan di daerah tersebut terdapat depresi atau lembah.

b) Peta Chorografi: peta yang menggambarkan seluruh atau sebagian permukaaan bumi yang bersifat umum, dan biasanya berskala sedang. Contoh peta chorografi adalah atlas.

c) Peta Dunia: Peta umum yang berskala sangat kecil dengan cakupan wilayah yang sangat luas.

2) Peta Tematik

Peta tematik yaitu peta yang menggambarkan informasi dengan tema tertentu/khusus. Misal peta Geologi, peta pegunungan lahan, peta persebaran objek wisata, peta kepadatan penduduk, dan sebagainya. Salah satu contoh peta Tematik yaitu peta pegunungan lahan. Peta ini merupakan peta yang khusus menunjukan persebaran penggunaan lahan suatu wilayah yang dipetakan. Perhatikan contoh peta penggunaan lahan di bawah ini.

(42)

d) Peta berdasarkan sumbernya (data)

i. Peta turunan (derived map) yaitu peta yang dibuat

berdasarkan pada acuan peta yang sudah ada, sehingga tidak memerlukan survei langsung ke lapangan.

ii. Peta induk yaitu peta yang dihasilkan dari survei langsung di lapangan.

1) Jenis Peta Berdasarkan Fungsi atau Kepentingan

Berdasarkan fungsi atau kepentingannya, peta dapat dibedakan menjadi:

a) Peta geografi dan topografi;

b) Peta geologik, hidrologi, dan hidrografi; c) Peta lalu lintas dan komunikasi;

d) Peta yang berhubungan dengan kebudayaan dan sejarah, misalnya: peta bahasa, peta ras;

e) Peta lokasi dan persebaran hewan dan tumbuhan; f) Peta cuaca dan iklim;

g) Peta ekonomi dan statistik.

4. Syarat yang Harus Ada pada Peta

Adapun syarat-syarat yang harus ada pada peta menurut Anonim (2009) dalam karunia (2014) adalah sebagai berikut :

a. Judul Peta

Judul peta menggambarkan isi sekaligus tipe peta. Penulisan biasanya di bagian atas tengah, atas kanan atau bawah. Walaupun demikian sedapat mungkin diletakkan di kanan atas.

(43)

b. Skala Peta

Skala peta adalah perbandingan jarak pada peta dengan jarak sesungguhnya dengan satuan atau teknik tertentu. Skala terbagi atas 3 jenis, yaitu :

1) Skala Angka Perbandingan/skala pecahan (1 : 1000 yang berarti 1 cm di peta sama dengan 1000 cm jarak di lapangan.

2) Skala Satuan (1 inci to 5 mil dengan arti 1 inci di peta adalah sama dengan 5 mil pada jarak sebenarnya).

3) Skala Garis (skala garis menampilkan suatu garis dengan beberapa satuan jarak yang menyatakan suatu jarak pada tiap satuan jarak yang ada).

c. Petunjuk Arah Mata Angin

Pada umumnya arah utara ditunjukkan oleh tanda panah ke arah atas peta.

d. Legenda Peta

Legenda merupakan keterangan dari simbol-simbol yang ada di peta sebagai kunci untuk memahami dalam pembacaan peta.

e. Warna Peta

Warna peta digunakan untuk membedakan kenampakan atau objek di permukaan bumi, memberikan kualitas atau kuantitas simbol di peta dan untuk keperluan estetika. Warna simbol ada lima yaitu hijau, kuning, coklat, biru muda dan biru tua.

f. Tipe Huruf

(44)

Macam-macam penggunaan Lettering:

1) Objek Hipsografi ditulis dengan huruf tegak, contoh :Surakarta. 2) Objek Hidrografi ditulis dengan huruf miring, contoh :Laut Jawa. g. Garis Astronomis

Garis astronomis terdiri atas garis lintang dan garis bujur yang digunakan untuk menunjukkan letak suatu tempat atau wilayah yang dibentuk secara berlawanan arah satu sama lain sehingga membentuk vector yang menunjukkan letak astronomis.

h. Insert

Insert adalah peta kecil yang disisipkan di peta utama. Macam-macam insert antara lain :

1) Insert petunjuk lokasi, berfungsi menunjukkan letak daerah yang belum dikenali.

2) Insert penjelas, berfungsi untuk memperbesar daerah yang dianggap penting.

3) Insert penyambung, berfungsi untuk menyambung daerah yang terpotong di peta utama.

i. Sumber dan Tahun Pembuatan

Sumber peta adalah dari mana dan tahun berapa peta tersebut di buat. j. Garis Tepi Peta

Garis tepi peta merupakan garis untuk membatasi ruang peta dan untuk meletakkan garis astronomis, secara beraturan dan benar pada peta.

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Tempat

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Penginderaan Jauh dan SIG Program Studi Geoinformatika Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan Hutan Kota di Kecamatan Palaran.

2. Waktu

Penelitian ini membutuhkan waktu selama 6 (enam) bulan terhitung dari bulan Februari 2015 sampai dengan bulan Juli 2015, meliputi penyusunan proposal, pengumpulan data yang dibutuhkan, pengolahan data dan penyusunan laporan.

B. Alat dan Bahan 1. Alat

Alat yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Komputer

b. Printer

c. Software ER-MAPPER d. Software ArcGIS 10 e. Alat tulis menulis f. GPS Garmin Handheld g. Roll Meter (50m)

2. Bahan

Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Peta administrasi Kecamatan Palaran b. Citra Landsat path/row 116/60 tahun 2001

(46)

c. Citra Landsat path/row 116/60 tahun 2006 d. Citra Landsat path/row 116/60 tahun 2009 e. Citra Landsat path/row 116/60 tahun 2014

C. Prosedur Penelitian

(47)

1. Persiapan

Tahap persiapan meliputi orientasi objek penelitian, alat dan metode yang akan digunakan, penyusunan rencana kerja dan konsultasi pembimbing serta pengumpulan data-data yang diperlukan.

a. Data Primer

Dalam penelitian ini yang yang diambil di lapangan adalah data pengukuran sampel diameter pohon yang diambil mewakili jenis tutupan lahan yang akan diklasifikasi yakni tutupan hutan kerapatan sangat tinggi, tutupan hutan kerapatan tinggi, tutupan hutan kerapatan sedang dan tutupan hutan kerapatan rendah.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data pendukung data primer yang digunakan dalam penelitian dan perolehannya tidak secara langsung. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta RTRW kawasan lindung yang diperoleh dari Kantor Badan perencanaan pembangunan daerah (Bappeda) Kota Samarinda tahun 2013-2033 dan citra Landsat liputan tahun 2001, 2006, 2009 dan 2014. Data citra Landsat di peroleh dengan cara mengunduh di situs www.usgs.gov.us.

2. Identifikasi Masalah

Pada tahap ini dilakukan proses identifikasi terhadap perubahan tutupan lahan yang terjadi di Kecamatan Palaran. Data-data yang diperlukan untuk penelitian, metode pemetaan yang akan digunakan dalam penelitian dan cara pengambilan data penelitian.

(48)

3. Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan langsung di lapangan dengan menggunakan alat GPS Garmin hendheld. Data yang diambil dilapangan dalam kegiatan penelitian ini adalah mengambil titik koordinat yang merupakan point dan data atributnya. Data-data yang diambil dalam penelitian ini adalah :

a. Data Koordinat hutan Kerapatan Sangat Tinggi dan ukuran diameter pohon hutan kerapatan sangat tinggi.

b. Data Koordinat hutan Kerapatan Tinggi dan ukuran diameter pohon hutan kerapatan tinggi.

c. Data hutan kerapatan sedang. Data yang diambil adalah data titik koordinat.

4. Pengambilan Data yang Dibutuhkan

Pada langkah ini meliputi pengumpulan data yang dibutuhkan dalam hal ini berupa Peta Administrasi Kecamatan Palaran, Peta Kawasan Lindung Kota Samarinda dan Citra Landsat. Citra Landsat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain citra Landsat liputan tahun 2001, 2006, 2009 dan 2014. Data citra Landsat di peroleh dengan cara mengunduh di situs www.usgs.gov.us. Sementara peta administrasi Kecamatan Palaran dan Peta Kawasan Lindung Kota Samarinda diperoleh dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Samarinda.

5. Pengolahan Data

Proses pengolahan data pada pc/komputer meliputi beberapa tahap seperti berikut seperti dalam penelitian ini bisa dilihat pada diagram alir di bawah ini :

(49)

Gambar 5. Diagram Alir Pengolahan Data Citra Landsat 2001,2006,

2009 dan 2014

Koreksi Geometrik

Klasifikas Tidak Terbimbing

Analisis Citra dengan Metode NDVI

selesai Mulai

Overlay

Pengecekan Lapangan Penentuan Titik Contoh Secara

Acak di Lapangan Peta Administrasi Kecamatan Palaran Peta Analisa Tutupan Hutan Kota

Peta Kawasan Lindung Kota Samarinda

Seberang

Peta Analisa Perubahan Tutupan Lahan Hutan Kota Kecamatan Palaran

(50)

a. Citra Landsat ETM7+ Tahun 2006 dan Citra Landsat 8 OLI Tahun 2014. Pada tahap ini dilakukan proses pengunduhan data citra Landsat 2006 dan 2014. Untuk mempermudah melakukan analisis citra maka dilakukan penggabungan band. Band yang digunakan pada citra Landsat ETM7 diproses penggabungan band adalah band 3, band 4 dan band 5.

Sementara band yang digunakan untuk proses penggabungan band

pada citra Landsat 8 adalah band 4, band 5 dan band 6. Band-band tersebut digunakan karena band-band tersebut sangat sensitive terhadap klorofil vegetasi. Sehingga diharapkan mampu menggambarkan kondisi vegetasi yang ada di areal penelitian.

b. Koreksi Geometrik. Produk data Landsat 8 level 1T dengan karakteristik global akurasi 12 meter dan tingkat kepercayaan circular error (CE) 90% untuk band OLI. Hal ini tentunya terkait dengan ketelitian geometrik. Karakteristik global error akurasi 12 meter ini telah dibuktikan oleh lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) untuk data wilayah Indonesia. Hasil penelitian diperoleh akurasi geometrik Landsat 8 level 1T untuk Circular error (CE) 90%, dikeluarkan USGS dapat diterima karena hasil perhitungan masih masuk pada batas tersebut. Untuk hasil secara keseluruhan, baik menggunakan root mean square error (RMSE) maupun Circular Error (CE) 90% dan 95% akurasi Landsat 8 level 1T kurang dari setengah pixel dimana ukuran pixel untuk band OLI adalah 30 meter, Begitu juga untuk citra Landsat ETM7+. Dengan demikian maka proses geometric tidak dilakukan dalam penelitian ini karena citra sudah terkoreksi secara geometri oleh NASA.

(51)

c. Analisis NDVI (Normal Different Vegetation Index). Menurut Prahasta (2008) NDVI Ini adalah metode untuk mengukur kadar klorofil yang ada pada permukaan bumi yang menutupi kawasan yang dianalisis. Metode ini sangat bagus hasilnya untuk mengidentifikasi tutupan vegetasi pada suatu kawasan. Rentang nilai dari hasil analisa ini adalah dari -1 sampai 1. Nilai -1 sampai 0 biasanya berupa perairan dalam hingga perairan dangkal. Sementara nilai 0 hingga 1 menunjukan bahwa kadar klorofil pada kawasan tersebut semakin tinggi. Hal ini menyatakan tutupan vegetasi semakin lebat.

Untuk citra Landsat 8 tahun 2014 digunakan rumus :

NDVI = ?? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ??

?? ? ? ? ?? ? ? ? ? ?? ... (1)

Untuk citra Landsat ETM7+ gunakan rumus :

NDVI = ?? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ??

?? ? ? ? ?? ? ? ? ? ?? ... (2)

d. Klasifikasi Tak Terbimbing. Dalam penelitian ini ditetapkan lima kelas yaitu kelas hutan kerapatan sangat tinggi, kelas hutan kerapatan tinggi, kelas hutan kerapatan sedang, kelas hutan kerapatan rendah dan kelas hutan kerapatan sangat rendah. Lima klasifikasi ini didasarkan pada penelitian Beze dan Suparjo (2015). Hasil penelitian tersebut memperlihatkan hasil sangat sangat baik dalam melakukan klasifikasi sebuah kawasan menggunakan data hasil analisis NDVI. Hasil dari proses ini adalah peta analisa tutupan lahan hutan kota di Kecamatan Palaran.

(52)

Tabel 1. Klasifikasi Hutan menurut Hasil Penelitian Beze dan Suparjo (2015)

e. Overlay. Pada tahap ini dilakukan cropping dengan cara overlay menggunakan data peta analisa tutupan Lahan hutan kota Kecamatan Palaran, peta administrasi Kecamatan Palaran dan peta Hutan Kota Kecamatan Palaran.

f. Menentukan Titik Contoh. Untuk memastikan kebenaran hasil klasifikasi pada citra maka dilakukan validasi menggunakan metode pengecekan lapangan. Pengecekan lapangan dilakukan pada setiap kelas klasifikasi sebanyak tiga kali.

g. Pengecekan lapangan. Langkah ini dilakukan untuk memastikan kebenaran hasil intepretasi citra. Hal yang dilakukan dalam proses ini adalah mengukur diameter pohon dalam plot dengan ukuran 20 x 20 meter. Setelah dilakukan pengecekan lapangan maka dilakukan penghitungan kerapatan pohon per hektarnya. Penghitungan kerapatan pohon ini digunakan untuk menggambarkan tingkat kerapatan vegetasi, khususnya pohon dalam suatu areal. Untuk menghitung kerapatan pohonnya akan digunakan hasil penelitian Bambang dalam Beze dan Suparjo (2015).

No Jenis Kerapatan Keterangan

1 Kerapatan Sangat Tinggi

Kawasan dengan Vegetasi Berbagai Tingkat seperti pohon, tiang dan pancang

2 Kerapatan Tinggi

Kawasan dengan Vegetasi Berbagai Tingkat seperti pohon, tiang dan pancang

3 Kerapatan Sedang Semak Belukar

4 Kerapatan Rendah Semak, Tanah kosong dan

Pemukiman

(53)

Sebagaimana yang tertera pada Tabel.2 Sebagai berikut :

Tabel 2. Kriteria Tingkat Kerapatan Pohon per Hektar No. Kriteria Kerapatan

Hutan Parameter

1. Sangat Tinggi Jumlah Pohon> 175 Pohon /Ha

2. Tinggi Jumlah Pohon 100-175 pohon/Ha

3. Sedang Jumlah Pohon 61 - 99 pohon/Ha

4. Jarang Jumlah Pohon 26-60 pohon /Ha

5. Sangat Jarang Jumlah Pohon< 25 pohon/Ha

Sumber : Bambang dalam Beze dan Suparjo (2015) 6. Pembuatan Peta

Pada tahap ini dilakukan proses layout terhadap semua data yang telah diolah pada perangkat lunak ArcGis. Adapun data-data yang akan dilayout dan dijadikan peta adalah :

a. Data batas administrasi Kecamatan Palaran. b. Data Peta Hutan Kota Kecamatan Palaran.

c. Data analisa tutupan Hutan Kota Kecamatan Palaran. d. Data jaringan jalan Kecamatan Kota Samarinda.

e. Melengkapi data atribut dari masing-masingpeta

Langkah berikutnya dari proses pembuatan peta ini adalah mencetak peta dalam ukuran A4 dimana peta sudah dilengkapi dengan kelengkapan peta seperti judul peta, legenda, arah angin, sumber peta, skala, insert dan grid peta.

7. Penulisan / Dokumentasi

Pada tahap ini dilaukan proses penulisan karya ilmiah. Penulisan karya ilmiah ini dilakukan berdasarkan aturan teknis penulisan karya ilmiah yang diterbitkan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

(54)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hutan Kota di Kecamatan Palaran baru ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kota Samarinda tahun 2013-2033 melalui Perda Nomor 21 Tahun 2013. Luas hutan kota di Kecamatan Palaran menurut rencana tata ruang wilayah (RTRW) tahun 2013-2033 dari Bapeda Kota Samarinda sekitar 675,22 Ha.

Pada penelitian ini digunakan citra landsat liputan 2001, 2006, 2009, dan 2014. Penggunaan citra landsat dengan tahun liputan yang berbeda tersebut dimaksudkan untuk memonitor perkembangan tutupan lahan di Hutan Kota Kecamatan Palaran. Hutan Kota di Kecamatan Palaran tersebar di dua kelurahan yaitu di Kelurahan Simpang Pasir dan Kelurahan Handil Bakti. Hasil analisa tutupan lahan dari tahun-tahun di atas dapat dilihat pada Tabel 3.

1. Analisa Tutupan Hutan Kota

Hasil analisa Citra Landsat tahun 2001 memperlihatkan kawasan hutan kota di Kecamatan Palaran masih ditutupi hutan dengan kerapatan sangat tinggi. Luas daerah yang berhasil diidentifikasi berupa hutan kerapatan tinggi tersebut adalah sekitar 643,54 Ha. Sementara itu luas lahan sisa yang tidak bisa teridentifikasi karena citra tertutup awan sekitar 31,67 Ha. Menurut keterangan warga saat dilakukan pengecekan lapangan, kawasan yang tertutup awan ini belum terdapat kawasan pemukiman ataupun aktivitas pembukaan lahan secara besar-besaran. Namun baru terdapat satu dua rumah warga yang ada di luar kawasan hutan kota.

Sementara itu hasil analisa Citra Landsat tahun 2006 pada path row 116/60 memperlihatkan ada tiga klasifikasi tutupan pada Hutan Kota di

(55)

Kecamatan Palaran yaitu hutan berkerapatan sangat tinggi, tinggi dan sedang. Luas hutan berkerapatan tinggi menurut hasil analisa adalah sekitar 66,65 Ha.

Hasil analisa citra tahun 2009 memperlihatkan adanya pemukiman di kawasan hutan kota sekitar 92,54 Ha, perairan sekitar 1,49 Ha, dan selebihnya masih ditutupi dengan hutan kerapan tinggi dan hutan kerapatan sedang. Pada tahun 2014, kawaan pemukiman tersebut terus bertambah menjadi 109,97 Ha. Lahan kosong juga ada tahun 2014 tersebut yaitu sekitar 113,74 Ha. Aktivitas di areal hutan kota menurut Undang-undang No 63 Tahun 2002 dan Perda Kota Samarinda Tahun 2013 tidak menjadi masalah. Selain aktivitas pemukiman warga, di bawah Kawasan Hutan Kota Kecamatan Palaran juga sedang terjadi aktivitas pembersihan lahan untuk berbagai keperluan diantaranya pemukiman, pertambangan dan perkebunan.

Tabel 3. Jenis dan Luas tutupan lahan hutan kota Kecamatan Palaran Berdasarkan liputan Citra Landsat TM7+ Tahun 2001, 2006, 2009, dan 2014.

NO Jenis Tutupan Lahan Area ( Ha )

2001 2006 2009 2014

1 Hutan kerapatan sangat tinggi (hutan)

643,55 330,67 208,06 271,03

2 Hutan kerapatan tinggi (pohon kcl) - 66,64 225,29 84,50 3 Hutan kerapatan Sedang (semakbelukr) - 277,91 113,74 4 Hutan kerapatan rendah(pemukiman) - 92,54 109,98 5 Hutan kerapatan sangat rendah (air)

- 1,49

6 Awan 31,67 - 147,84 95,97

(56)

2. Pengecekan Lapangan

Pengecekan lapangan dilakukan berdasarkan hasil analisa Citra Landsat tahun 2014. Berdasarkan analisa tutupan lahan tahun 2014 ada 4 kelompok tutupan hutan. Dengan demikian maka dilakukan pengecekan pada keempat kelompok tutupan hutan tersebut. Dimana setiap kelompok tutupan hutan akan diambil tiga titik sampel. Titik sampel ditentukan secara acak sebelum pengecekan lapangan ditentukan (lihat Lampiran 1). Hal yang dilakukan dalam pengecekan lapangan ini adalah mengukur diameter pohon pada kelompok klasifikasi. Untuk identifikasi jenis vegetasinya tidak dilakukan dalam penelitian ini.

Hasil pengecekan lapangan memperlihatkan bahwa pada hutan kerapatan sangat tinggi di plot 1 dan plot 2 terdapat 175 pohon per hektar. Kondisi ini memenuhi syarat sebagai hutan kerapatan sangat tinggi berdasarkan parameter yang disyaratkan oleh Bambang. Sementara pada plot 3 hanya terdapat 50 pohon per hektarnya. Selain vegetasi tingkat pohon juga terdapat vegetasi pada tingkat tiang. Namun dalam penelitian ini tidak dibuat plot untuk pengukuran tingkat tiang.

Tidak berbeda jauh dengan kondisi hutan kerapatan sangat tinggi, pada hutan kerapatan tinggi di plot 1 dan plot 2 terdapat 100 vegetasi tingkat pohon per hektar. Kondisi jumlah pohon pada dua plot ini masih sesuai dengan syarat yang diinginkan oleh Bambang. Sementara pada plot 3 hanya terdapat 75 pohon per hektar.

(57)

Gambar 6. Pengecekan lapangan di kelas kerapatan sangat tinggi di koordinat X : 515753 Y : 9936784.

Selanjutnya pada pengecekan di kelas hutan dengan kerapatan sedang ternyata ditemui kawasan rerumputan dan semak belukar. Tumbuhan berkayu yang ditemui di lapangan masih dalam tahap pancang saja. Lalu pada pengecekan hutan dengan kerapatan rendah teridentifikasi sebagai kawasan pemukiman Untuk melihat lebih jelas data hasil pengecekan lapangan bisa dilihat pada Lampiran 2.

Tabel 4. Hasil Analisa Kerapatan Pohon Berdasarkan Jumlah Pohon per plot dan per Ha

No Jenis

Kerapatan Jml Pohon Rata Total Pohon

Plot 1 Rata (Ha) Plot 2 Rata (Ha) Plot 3 Rata (Ha) Phn Rata(Ha) 1 Kerapatan Sangat Tinggi 7 175 7 175 2 50 5,3 133,33 2 Kerapatan Tinggi 4 100 4 100 3 75 3,6 91,6 3 Kerapatan Sedang 0 0 0 0 0 0 0 0 4 Kerapatan Rendah 0 0 0 0 0 0 0 0

Gambar

Gambar 1.  Data vector teluk Balikpapan.
Gambar 2.  Struktur data raster dan Citra satelit Quick Bird
Gambar 3. Contoh Penggunaan Lahan.
Gambar 5. Diagram Alir Pengolahan Data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillahhirobbil’alamin selalu penulis panjatkan atas nikmat dan berkah yang senantiasa allah swt limpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

Modal usaha dari pinjaman kredit tersebut dimanfaatkan oleh pedagang kaki lima disekitar Jalan Jawa Jember menjadi 3 kepentingan yakni untuk kepentingan produksi,

bentuk biner dalam fungsi aktivasi sigmoid, untuk dapat diproses kedalam algoritma Neural network untuk mendapatkan jaringan terbaik dari Neural network yang

Analisis data kuantitatif digunakan untuk mengetahui penggunaan faktor-faktor produksi (sapi bakalan, pakan discharge, pakan pakan penggemukan terdiri dari pakan starter,

o Pengujian Skenario Test Case diharapkan Hasil yang Hasil Pengujian Kesimpul an 1 Klik tombol “tambah peminjaman” Sistem akan menampilkan form peminjaman barang valid

Berdasarkan penjabaran latar belakang tersebut, maka penting untuk dilakukan molecular docking andrografolid dari sambiloto terhadap protein memicu kanker kolon

Dari data tersebut menunjukkan bahwa keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar masih terpengaruh oleh strategi tradisional (ceramah) dalam artian