• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISI DAN PEMBAHASAN

Dalam dokumen YULIA ERNAWATI F3409071 (Halaman 45-64)

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian dan Ciri- ciri Pajak

a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra-prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.

b. Menurut S. I. Djajadiningrat

“Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagaian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum”.

c. Menurut Dr. N. J. Feldmann

Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara

commit to user

umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran- pengeluaran umum.

Ciri- ciri yang melekat pada definisi pajak:

1) Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

2) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya

kontraprestasi individual oleh pemerintah.

3) Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

4) Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukkannya masih terdapat surplus, digunakan untuk membiayai public investment.

2. Fungsi pajak a. Fungsi budgetair

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

b. Fungsi mengatur (regulerend)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang social dan ekonomi.

commit to user

31

3. Pengelompokkan pajak

Pengelompokkan pajak (Suandy, 2008) adalah sebagai berikut:

a. Menurut Golongannya:

1) Pajak langsung, yaitu pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak yang bersangkutan dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, misalnya Pajak Penghasilan.

2) Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang bebannya dapat dialihkan atau digeserkan kepada pihak lain, misalnya Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak atas Barang Mewah.

b. Menurut Sifatnya:

1) Pajak subjektif adalah pajak yang memerhatikan kondisi/ keadaan Wajib Pajak. Dalam menentukan pajaknya harus ada alasan-alasan objektif yang berhubungan erat dengan keadaan materialnya, yaitu gaya pikul.

2) Pajak objektif adalah pajak yang pada awalnya memerhatikan objek yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar, kemudian baru dicari subjeknya baik Orang Pribadi maupun Badan.

c. Menurut Lembaga Pemungut:

1) Pajak Pusat/Pajak Negara adalah pajak yang wewenang

commit to user

dilakukan oleh Departemen Keuangan melalui Direktorat Jenderal Pajak.

2) Pajak Daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada Pemerintah Daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah. Pajak Daerah diatur dalam UU No. 18 Tahun 1997 sebagaimana yang telah diubah dengan UU No. 34 Tahun 2004 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, terdiri dari 3 jenis Pajak Daerah Propinsi dan 7 jenis Pajak Daerah Kabupaten/Kota, yaitu:

a) Pajak Daerah Tk. I terdiri atas:

· Pajak Kendaraan Bermotor;

· Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;

· Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.

b) Pajak Daerah Tk. II terdiri atas:

· Pajak Hotel;

· Pajak Restoran;

· Pajak Hiburan;

· Pajak Reklame;

· Pajak Penerangan Jalan;

· Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian

commit to user

33

· Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.

4. Sistem Pemungutan Pajak

Dalam memungut pajak dikenal beberapa sistem pemungutan, yaitu (Resmi, 2007):

a. Official assesment system

Sistem pemungutan pajak yang memberi kewenagan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang undangan perpajakan yang berlaku.

b. Self assesment system

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang wajib pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang undangan perpajakan yang berlaku.

c. With holding system

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang undangan perpajakan yang berlaku.

commit to user 5. Syarat pemungutan pajak

Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan).

Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undang undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil.Adil dalam perundang undangan diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.Sedang adil dalam pelaksanaannya yakni dengan memberikan hak bagi wajib pajak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak.

b. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (Syarat Yuridis). Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi negara maupun warganya.

c. Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomis).

Pemungutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarkat.

commit to user

35

d. Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansiil).

Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.

e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana.

Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah dipenuhi oleh undang undang perpajakan yang baru.

Contoh :

1) Bea materai disederhanakan dari 167 macam tarif menjadi 2

macam tarif.

2) Tarif PPN yang beragam disederhanakan menjadi hanya satu tarif,

yaitu 10%.

3) Pajak perseroan untuk badan pajak pendapatan untuk perseorangan

disederhanakan menjadi pajak penghasilan (PPh) yang berlaku bagi badan maupun perseorangan (pribadi).

6. Asas- asas pemungutan pajak

Didalam melakukan pemungutan pajak baik yang dikelola oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah selalu berpedoman pada asas-asas pemungutan pajak (Mardiasmo, 2009) yaitu:

commit to user a. Asas Kebangsaan

Bahwa pajak pendapatan dipungut terhadap orang-orang bertempat tinggal di Indonesia.

b. Asas Tempat Tinggal

Pajak pendapatan dipungut bagi orang-orang yang bertempat tinggal di Indonesia di tentukan menurut keadaan.

c. Asas Sumber Penghasilan

Jika sumber penghasilan berada di Indonesia dengan tidak

memperhatikan subyek tempat tinggal.Disamping asas-asas

berpedoman kepada hal tersebut diatas, ada asas-asas pemungutan pajak yang dilandasi oleh falsafah hukum. Ada beberapa teori pajak yang dilancarkan dari jaman ke jaman yaitu:

1) Asas sumber penghasilan

Negara mempunyai fungsi melindungi rakyat dengan segala kepentingannya seperti keselamatan jiwa dan harta.Untuk kepentingan tugas negara-negara itu seperti halnya dengan perusahaan asuransi, maka rakyat harus membayar premi yang berupa pajak.

2) Teori Kepentingan

Teori ini memperhatikan memungut pembagian beban penduduk seluruhnya supaya adil. Akan tetapi teori ini membenarkan adanya hak pemerintah untuk memungut pajak dari

commit to user

37

rakyat dapat pula digolongkan dalam teori yang memperkuat beban pajak didasarkan atas kepentingan masing-masing orang dalam tugas pemerintah termasuk dalam perlindungan jiwa orang-orang beserta harta bendanya.

3) Teori Bukti

Menurut teori ini seseorang tidak dapat berdiri artinya tanpa adanya persekutuan dimana persekutuan ini menjelma menjadi Negara.Bahkan tiap-tiap individu menyadari tugas sosial sebagai tanda bukti kebaktian kepada negara dalam bentuk iuran atau pajak. Teori gaya pikul pemungutan pajak didasarkan pada gaya pikul individu dalam masyarakat yaitu dalam tekanan pajak tidak harus sama besarnya untuk tiap orang, jadi beban pajak harus sesuai dengan pemikul pajak. Ukuran kemampuan pikul antara lain penghasilan, kekayaan dan pengeluaran belanja seseorang.

7. Pajak Daerah a. Pengertian

Menurut Undang- undang No. 7 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pengertian Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung

commit to user

dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah (Mardiasmo, 2009).

Ciri-ciri yang menyertai pajak daerah terdiri dari empat komponen, yaitu (Mardiasmo, 2009):

1) Pajak Daerah berasal dari Negara yang diserahkan kepada daerah sebagai pajak daerah.

2) Penyerahan berdasarkan undang- undang.

3) Hasil pungutan pajak daerah dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan urusan rumah tangga daerah atau membiayai pengeluaran daerah sebagai badan politik hukum.

4) Pemungutan pajak daerah berdasarkan pada kekuatan undang- undang atau peraturan hukum lainnya.

Pajak daerah dibagi menjadi dua bagian, yaitu: a) Pajak provinsi, terdiri dari:

commit to user

39

· Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air;

· Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;

· Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan

Air Permukaan.

b) Pajak Kabupaten/ Kota, terdiri dari:

· Pajak Hotel;

· Pajak Restoran;

· Pajak Hiburan;

· Pajak Reklame;

· Pajak Penerangan Jalan;

· Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C;

· Pajak Parkir dan Pajak lain- lain.

8. Pajak Reklame

a. Pengertian Pajak Reklame

Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Pajak reklame merupakan salah satu pajak daerah yang mempunyai potensi cukup baik dalam meningkatkan pendapatan daerah. Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk susunan dan

commit to user

menganjurkan, mempromosikan atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca,didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum.

b. Dasar Hukum Pajak Reklame

1) Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo no. 7 tahun 2011 tentang pajak daerah.

2) Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo no. 12 tahun 2003 tentang pajak reklame.

c. Penyelenggara reklame

Penyelenggara reklame adalah perorangan atau badan yang menyelenggarakan reklame untuk dan atas namanya sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi tanggungannya.

d. Subyek dan obyek pajak reklame

Subyek pajak reklame adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan atau memesan reklame. Obyek reklame adalah semua penyelenggaraan reklame(Apriyanto, 2010) yang meliputi: 1) Reklame papan

adalah reklame yang antara lain yang diselenggarakan menggunakan papan kayu, plastik, fiber glass, logam, atau sejenisnya yang dipasang pada tempat yang disediakan atau dengan cara di gantung.

commit to user

41

2) Reklame kain

adalah reklame yang diselenggarakan dengan bahan kain, karet, atau bahan kain yang sejenis.

3) Reklame melekat (stiker)

adalah reklame yang berbentuk lembaran kertas yang diselenggarakan dengan ditempelkan, atau dipasang pada benda lain dengan ketentuan luasnya tidak lebih dari 200 centimeter persegi lebarnya.

4) Reklame selebaran

adalah reklame yang disebar, diberikan, atau dapat diminta, dengan ketentuan tidak untuk ditempelkan, atau diletakkan pada benda lain.

5) Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan

adalah reklame yang diselenggarakan dengan cara

ditempelkan ataupu ditempatkan pada kendaraan. 6) Reklame suara

adalah reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan kata-kata yang diucapkan atau suara yang ditimbulkan dan atau oleh perantara alat atau pesawat lain.

7) Reklame film (slide)

adalah reklame yang diselenggarakan dengan cara

commit to user

yang sejenis, sebagai alat untuk diproyeksikan dan ataupun diperagakan pada layar atau benda lain atau dipancarkan dan diperagakan melalui pesawat televisi.

8) Reklame peragaan

adalah reklame yang diselenggarakan dengan cara

memperagakan suatu barang dengan atau tanpa diserta suara. 9) Reklame udara

adalah reklame yang diselenggarakan di udara dengan menggunakan gas, pesawat, atau benda lain yang sejenis.

10) Reklame bersinar (megatron) 11) Reklame non sign

12) Reklame neon box

Pengecualian dari obyek pajak reklame (Perda no. 12 tahun 2003) yaitu penyelenggaraan reklame oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Penyelenggaran reklame melalui televise, radio, warta harian, dan penyelenggaraan reklame lainnya yang ditetapkan oleh bupati. e. Nilai strategi lokasi reklame

Nilai strategi lokasi reklame (Perda no. 12 tahun 2003) adalah ukuran nilai yang ditetapkan pada titik lokasi pemasangan reklame tersebut berdasarkan kriteria kepadatan pemanfaatan tata ruang kota untuk berbagai aspek kegiatan usaha.

commit to user

43

B. Penyajian Data dan Pembahasan

1. Kontribusi Pajak Reklame terhadap Pajak Daerah

Pajak reklame merupakan salah satu unsur PAD dari sektor pajak yakni Pajak Daerah. Menurut Kamus Basar Bahasa Indonesia pengertian kontribusi adalah sumbangan, sedangkan menurut Kamus Ekonomi, kontribusi adalah sesuatu yang diberikan bersama-sama dengan pihak lain untuk tujuan biaya, atau kerugian tertentu atau bersama. Sehingga, kontribusi dapat diartikan sebagai sumbangan yang diberikan Pajak Reklame terhadap Pajak Daerah.

Pajak reklame merupakan pajak daerah penyumbang terbesar kedua setelah Pajak Penerangan Jalan di Kabupaten Sukoharjo.Untuk itu, perlu diketahui besarnya kontribusi atau sumbangan pajak reklame terhadap pajak daerah, yaitu dengan membandingkan antara realisasi pajak reklame dengan realisasi pajak daerah. Untuk menghitung kontribusi realisasi penerimaan pajak reklame dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

%

100

Kontribusi =

RealisasiRealisasiPenerimaanPenerimaanPajak Pajak ReklameDaerah

X

Perkembangan pajak reklame dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 dapat dilihat dari tabel berikut ini:

commit to user Tabel II.1

Tingkat kontribusi Pajak Reklame terhadap Pendapatan Pajak DaerahKabupaten Sukoharjo Tahun Anggaran 2007 sampai dengan tahun 2011 Tahun Anggaran Realisasi Pajak Reklame Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Kontribusi 2007 1.189.092.710 14.533.357.466 8,18% 2008 1.422.512.725 15.423.340.385 9,22% 2009 1.433.384.200 18.003.312.543 7.96% 2010 1.842.600.400 21.688.462.781 8.5% 2011 1.870.064.225 42.558.642.562 4.4%

Sumber : DPPKAD Kabupaten Sukoharjo, data diolah

Berdasarkan tabel II.1 dapat diketahui bahwa kontribusi penerimaan Pajak Reklame dari tahun 2007 ke tahun 2011 tidak stabil. Kontribusi penerimaan pajak reklame tertinggi terjadi pada tahun anggaran 2008 sebesar 9,22 persen. Kontribusi penerimaan pajak reklame terkecil terjadi pada tahun anggaran 2011 sebesar 4,4 persen, karena pada tahun tersebut terjadi pengalihan pajak provinsi menjadi pajak daerah yaitu Pajak Air Tanah dan kontribusinya terhadap pajak daerah cukup besar dan pada tahun tersebut terjadi peningkatan penerimaan pada pajak hotel. Meskipun kontribusi pajak reklame terhadap pajak daerah tidak stabil, namun

commit to user

45

realisasi Penerimaan Pajak Reklame selalu mengalamipeningkatan dari tahun ke tahun.

Bila dilihat dari kontribusinya bagi Pajak Daerah, Pajak Reklame sebagai salah satu sumber Pendapatan Daerah yang berpotensi dan dapat dilakukan pemungutan secara efisien, efektif dan ekonomis sehingga dapat lebih berperan dalam usaha peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Sukoharjo. Pemasukan dari pajak reklame didapat dari nilai sewa reklame yang dipasang dengan tarif sewa reklame berdasarkan dari lokasi pemasangan reklame, lamanya pemasangan reklame, dan jenis ukuran reklame (Morihot, 2005).

Kabupaten Sukoharjo sebagai pusat pemerintahan dan sekaligus sebagai kota industri maka pajak reklame cukup potensial untuk waktu yang akan datang. Dalam ilmu marketing ada bauran pemasaran yang dipakai sebagai instrumen kebijakan perusahaan. Salah satu bauran pemasaran tersebut adalah promosi yang terdiri antara lain iklan, reklame dan promosi penjualan. Oleh karena itu, objek pajak reklame akan tumbuh seiring dengan pertumbuhan perusahaan atau industri.

2. Hambatan yang timbul dalam Proses Pemungutan Pajak Reklame Menurut penelitian yang dilakukan Penulis memalui wawancara dengan karyawan DPPKAD dalam proses pemungutan pajak reklame di lapangan dan di kantor, DPPKAD menemukan banyak hambatan yang timbul baik dari wajib pajak maupun dari pihak DPPKAD yang

commit to user

menyebabkan penerimaan pajak reklame kurang maksimal. Hambatan-hambatan yang timbul antara lain:

a. Pihak Wajib Pajak

1) Masih kurangnya kesadaran wajib pajak akan pentingnya

membayar pajak bahkan beberapa dari mereka memang sengaja menghindar untuk tidak membayar pajak.

2) Adanya kesulitan untuk menghubungi wajib pajak yang

berdomisili di luar kota. Pajak reklame harus dibayar setiap tahun, maka dengan adanya masalah tersebut maka untuk tahun kedua dan tahun ketiga menjadi menunggak.

b. Pihak DPPKAD

1) Keterbatasan personil untuk tim penertib, sehingga tidak dapat menjangkau dan memantau seluruh wilayah di Kabupaten Sukoharjo secara teliti.

2) Kurangnya sosialisasi dan penyuluhan dari Pemerintah Kabupaten Sukoharjo tentang pajak reklame baik tentang manfaat atau proses permohonan ijin dan pemasangannya.

3) Peraturan yang dibuat kurang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya diantaranya masih adanya sistem negosiasi dalam penetapan pajak yang harus dibayar.

4) Kurangnya sarana prasarana/peralatan untuk membongkar reklame besar yang telah habis masa ijinnya.

commit to user

47

5) Kurangnya petugas pajak lapangan yang ahli di bidang pajak reklame mengakibatkan kurang maksimalnya pendapatan daerah dari sektor pajak reklame.

3. Upaya yang ditempuh DPPKAD untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut

a. Memberikan penyuluhan serta pembinaan tentang pajak reklame secara langsung terhadap wajib pajak yang membutuhkannya.

b. Memasang spanduk yang isinya mengingatkan wajib pajak kapan masa jatuh tempo pembayaran pajaknya.

c. Melalui pameran pembangunan yang diadakan setiap tahun, selaku pengelola pajak daerah khususnya pajak reklame DPPKAD Sukoharjo membuka stan konsultasi pajak yang melayani para wajib pajak untuk berkonsultasi.

d. Menerapkan system self assessment, wajib pajak diajak proaktif dengan menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang.

commit to user 48

Dalam dokumen YULIA ERNAWATI F3409071 (Halaman 45-64)

Dokumen terkait