• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisi Respon Pemilik Jasa Usaha Angkutan Barang Terhadap Kenaikan Harga BBM dengan Menggunakan Model Logit

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Analisis Faktor-faktor Yang Memengaruhi Respon Pemilik Jasa Usaha Angkutan Barang Terhadap Kenaikan Harga BBM

4.3.2 Analisi Respon Pemilik Jasa Usaha Angkutan Barang Terhadap Kenaikan Harga BBM dengan Menggunakan Model Logit

Hubungan penggunaan bahan bakar per hari dengan respon terhadap kenaikan harga BBM dianalisis dengan menggunakan crosstab memperoleh nilai

Asymp. Sig (2-sided) yang terdapat pada chi-square test adalah 0.360 lebih besar dari taraf nyata 5 persen. Nilai tersebut menyatakan bahwa keputusan pengujian variabel tersebut adalah penggunaan bahan bakar per hari tidak berhubungan nyata dengan respon terhadap kenaikan harga BBM. Hal ini dikarenakan penggunaan bahan bakar per harinya sesuai dengan banyaknya sewa yang didapatkan per hari. Semakin besar sewa yang didapatkan maka akan semakin besar omzet per harinya. Bahan bakar yang digunakan juga tidak selamanya untuk mengangkut barang-barang, tetapi jika tidak terdapat sewa bahan bakar hanya digunakan untuk perjalanan pergi dan pulang ked an dari tempat pangkalan. 8. Hubungan antara kesediaan membayar (WTP) dengan respon terhadap

kenaikan harga BBM

Hubungan kesediaan dengan respon terhadap kenaikan harga BBM dianalisis dengan menggunakan crosstab memperoleh nilai Asymp. Sig (2-sided) yang terdapat pada chi-square test adalah 0.005 lebih kecil dari taraf nyata 5 persen. Nilai tersebut menyatakan bahwa keputusan pengujian variabel tersebut adalah kesediaan membayar berhubungan nyata dengan respon terhadap kenaikan harga BBM, dikarenakan semakin besar kesediaan membayar maka akan semakin setuju responden terhadap kenaikan harga BBM.

4.3.2 Analisi Respon Pemilik Jasa Usaha Angkutan Barang Terhadap Kenaikan Harga BBM dengan Menggunakan Model Logit

Variabel respon yang digunakan dalam analisis ini adalah bentuk pilihan responden setuju atau tidak setuju dengan kenaikan harga BBM yang dilakukan

pada jasa angkutan barang (mobil pick up) di wilayah Jakarta dan Bogor. Jika mereka setuju dengan kenaikan harga BBM maka akan diberi nilai satu, sedangkan jika mereka tidak setuju maka akan diberikan nilai nol. Estimasi faktor-faktor yang memengaruhi responden setuju atau tidak setuju dengan kenaikan harga BBM dilakukan dengan menggunakan alat analisis model logit. Variabel-variabel penjelas yang digunakan dalam model logit terdiri dari sembilan variable antara lain variabel tingkat pendidikan, kesediaan membayar harga premium (WTP) per liter, jumlah mobil yang dimiliki, frekuensi sewa per minggu, omzet per bulan, pemakaian premium per hari, jumlah tanggungan, umur dan CC mobil. Hasil logit mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap respon kenaikan harga BBM dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Respon Jasa Angkutan Barang terhadap Kenaikan Harga BBM di Jakarta dan Bogor Tahun 2012

Variabel Bebas Koefisien P-value Rasio Odd

Jumlah Tanggungan -0,260 0,351 0,771

Tingkat Pendidikan* 1,309 0,037 3,701

Jumlah Mobil 2,147 0,259 8,560

Frekuensi Sewa** 0,361 0,084 1,435

Omzet -0,82 0,111 0,438

Pemakaian BBM Per Hari -0,11 0,217 0,892 Kesediaan Membayar (WTP)* 2,997 0,006 20,030

CC Mobil** -0,005 0,087 0,995

Constant -10,24 0,105 0,000

Keterangan :

*Nyata pada taraf kepercayaan 95% **Nyata pada taraf kepercayaan 90%

Berdasarkan hasil output pada Tabel 21 maka model logit yang doperoleh adalah :

Logit(pi) = -10,24 - 0,260 JTGi + 1,309 PDKi – 0,82 OMZi - 0.11 PBH i +

Hasil Hosmer and Lemeshow Test dapat dilihat nilai dari p-value sebesar 0,375 lebih besar dari taraf nyata 5 persen maka tolak H0 yang artinya model logit

adalah Fit. Nilai Overall Precentage sebesar 70,0 yang artinya model logit mampu mengklasifikasikan secara tepat sebesar 70 persen.

Tabel 21 adalah hasil output yang menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi respon terhadap kenaikan harga BBM, antara lain:

1. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap respon pemilik jasa angkutan barang mengenai kenaikan harga BBM

Hasil model logit diperoleh p-value sebesar 0,037 lebih kecil dari taraf nyata 5 persen, yang artinya signifikan pada taraf kepercayaan 95 persen maka tolak H0. Artinya pendidikan berpengaruh nyata terhadap respon (setuju

atau tidak setuju) terhadap kenaikan harga BBM. Semakin tinggi pendidikan responden maka akan semakin mengerti dan mengikuti perkembangan akan keadaan ekonomi negara. Hal ini juga dapat dilihat dari tanda pada koefisien yang positif. Variabel tingkat omzet memiliki nilai Odd Ratio 3,701 artinya semakin tinggi tingkat pendidikan maka peluang untuk setuju adalah 3,701 kalinya dibandingkan dengan tidak setuju. Kesimpulan yang diperoleh adalah semakin rendah tingkat pendidikan semakin tidak setuju dengan kenaikan harga BBM. Sebaliknya, semakin tinggi pendidikan maka responnya semakin setuju dengan kenaikan harga BBM. Hal tersebut disebabkan oleh tingkat pengetahuan yang semakin tinggi terhadap perekonomian dan situasi di negara, ini juga tercermin dari hasil koefisien yang dihasilkan dari analisis logit. Jadi, untuk menimbulkan kesadaran akan hasil minyak bumi yang semakin menurun seiring dengan menuanya bumi, didapat dari pendidikan. 2. Pengaruh tingkat omzet terhadap respon pemilik jasa angkutan barang

mengenai kenaikan harga BBM

Hasil model logit diperoleh p-value sebesar 0,111 lebih besar dari taraf nyata 5 persen, yang artinya tidak signifikan pada taraf kepercayaan 95 persen maka tolak H0. Artinya omzet tidak berpengaruh nyata terhadap

respon (setuju atau tidak setuju) terhadap kenaikan harga BBM. Variabel tingkat omzet memiliki nilai Odd Ratio 0,438 artinya semakin tinggi omzet maka peluang untuk tidak setuju adalah 0,438 kalinya dibandingkan dengan

setuju. Tanda pada koefisien yang negatif mengindikasikan semakin tinggi omzet maka semakin tidak setuju dengan kenaikan harga BBM. Responden dengan tingkat omzet yang tinggi memiliki mobil pick up lebih dari satu. Hal ini menyebabkan biaya yang dikeluarkan untuk perawatan dan uang bensin yang semakin besar jika memiliki lebih dari satu unit mobil pick up.

3. Pengaruh kesediaan membayar terhadap respon pemilik jasa angkutan barang mengenai kenaikan harga BBM

Hasil model logit diperoleh p-value sebesar 0,006 lebih kecil dari taraf nyata 5 persen, yang artinya signifikan pada taraf kepercayaan 95 persen maka tolak H0. Artinya pengaruh kesediaan membayar berpengaruh nyata

terhadap respon (setuju atau tidak setuju) kenaikan harga BBM. Semakin besar kesediaan membayar maka akan semakin setuju terhadap kenaikan harga BBM. Variabel kesediaan membayar memiliki nilai Odd Ratio 20,030 artinya semakin tinggi kesediaan membayar maka peluang untuk setuju adalah 20,030 kalinya dibandingkan dengan tidak setuju terhadap kenaikan BBM. Semakin tinggi kesediaan membayar maka akan semakin setuju dengan kenaikan harga BBM. Kesediaan membayar yang lebih besar memiliki arti bahwa kemampuan atau kemauan responden untuk mendapatkan BBM bersubsidi (premium) yang lebih besar. Sebenarnya sudah jelas, dengan WTP yang lebih besar dan pengaruh terhadap setuju atau tidak setuju dengan kenaikan harga BBM. Hal tersebut dipengaruhi oleh preferensi mereka terhadap premium sebagai bahan bakar.

4. Pengaruh jumlah tanggungan terhadap respon pemilik jasa angkutan barang mengenai kenaikan harga BBM

Hasil model logit diperoleh p-value sebesar 0,351 lebih besar dari taraf nyata 5 persen maka terima H0. Artinya pengaruh jumlah tanggungan

tidak berpengaruh nyata terhadap respon (setuju atau tidak setuju) kenaikan harga BBM. Jika dilihat dari tanda koefisien pada hasil analisis logit maka diperoleh tanda negatif. Tanda tersebut mengindikasikan bahwa semakin banyak jumlah tanggungan maka semakin tidak setuju dengan kenaikan harga BBM. Semakin banyak jumlah tanggungan maka akan semakin besar penggeluaran untuk kebutuhan sehari-hari. Jika harga BBM naik maka akan

menaikkan harga barang-barang atau bahan pokok. Nilai Odd Ratio 0,711 artinya semakin banyak jumlah tanggungan maka peluang untuk setuju adalah 0,711 kalinya dibandingkan dengan tidak setuju terhadap kenaikan harga BBM. Artinya semakin banyak jumlah tanggungan maka akan semakin tidak setuju dengan kenaikan harga BBM.

5. Pengaruh jumlah penggunaan bahan bakar per hari terhadap respon pemilik jasa angkutan barang mengenai kenaikan harga BBM

Hasil model logit diperoleh p-value sebesar 0,217 lebih besar dari taraf nyata 5 persen maka tolak H0. Artinya jumlah penggunaan bahan bakar

per hari tidak berpengaruh nyata terhadap respon (setuju atau tidak setuju) kenaikan harga BBM. Dilihat dari tanda koefisiennya yang negatif ini artinya semakin besar pemakaian bahan bakar per hari maka akan semakin tidak setuju dengan kenaikan harga BBM. Penggunaan bahan bakar per harinya sesuai dengan banyaknya sewa yang didapatkan per hari. Nilai Odd Ratio

0,892 artinya semakin banyak jumlah penggunaan BBM per hari maka peluang untuk tidak setuju adalah 0,892 kalinya dibandingkan dengan setuju terhadap kenaikan harga BBM. Secara garis besar, semakin besar jumlah penggunaaan BBM per hari maka akan semakin tidak setuju dengan kenaikan harga BBM.

6. Pengaruh CC mobil terhadap respon pemilik jasa angkutan barang menegnai kenaikan harga BBM

Hasil model logit diperoleh p-value sebesar 0,087 lebih kecil dari taraf nyata 10 persen, yang artinya signifikan pada taraf kepercayaan 90 persen maka tolak H0. Artinya CC mobil berpengaruh nyata terhadap respon (setuju

atau tidak setuju) kenaikan harga BBM. Semakin besar CC mobil maka akan semakin boros dalam penggunaan bahan bakarnya. Walaupun tergantung pada mesin mobil yang digunakannya serta seberapa besar jauh jarak yang ditempuh. Semakin boros penggunaan bahan bakarnya maka pemilik mobil

pick up akan semakin tidak setuju dengan kenaikan harga BBM, hal ini dapat dilihat dari tanda koefisien yang negatif. Nilai Odd Ratio 0,995 artinya semakin besar CC mobil maka peluang untuk tidak setuju adalah 0,995

kalinya dibandingkan dengan setuju terhadap kenaikan harga BBM. Kesimpulannya adalah semakin besar CC mobil pick up yang digunakan maka akan semakin tidak setuju dengan kenaikan harga BBM.

7. Pengaruh frekuensi sewa per minggu terhadap respon pemilik jasa angkutan barang mengenai kenaikan harga BBM

Hasil model logit diperoleh p-value sebesar 0,084 lebih kecil dari taraf nyata 10 persen, yang artinya signifikan pada taraf kepercayaan 90 persen maka tolak H0. Artinya frekuensi sewa berpengaruh nyata terhadap respon

(setuju atau tidak setuju) kenaikan harga BBM. Tanda koefisien yang positif mengartikan bahwa semakin banyak frekuensi sewa per harinya maka akan semakin setuju dengan kenaikan harga BBM. Frekuensi sewa untuk setiap mobil sangat berbeda, ada yang menyewa mobil untuk jarak jauh dan ada yang menyewa mobil untuk jarak dekat. Hal tersebut akan menyebabkan perbedaan pula dalam omzet. Nilai Odd Ratio 1,435 atinya semakin banyak frekuensi sewa maka peluang untuk setuju adalah 1,435 kalinya dibandingkan dengan tidak setuju terhadap kenaikan harga BBM. Kesimpulannya adalah semakin banyak sewa per hari maka akan semakin setuju terhadap kenaikan harga BBM.

8. Pengaruh jumlah mobil terhadap respon pemilik jasa angkutan barang mengenai kenaikan harga BBM

Hasil model logit diperoleh p-value sebesar 0,259 lebih besar dari taraf nyata 5 persen maka tolak H0. Artinya jumlah mobil tidak berpengaruh

nyata terhadap respon (setuju atau tidak setuju) kenaikan harga BBM. Tanda koefisien yang diperoleh adalah positif. Artinya semakin banyak mobil pick up yang dimiliki maka akan semakin setuju terhadap kenaikan harga BBM. Nilai Odd Ratio 8,560 artinya semakin banyak mobil yang dimiliki maka peluang untuk setuju adalah 8,560 kalinya dibandingkan dengan tidak setuju terhadap kenaikan harga BBM. Kesimpulannya adalah semakin banyak mobil

pick up yang dimiliki maka akan semakin besar peluang untuk setuju terhadap kenaikan harga BBM.