• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis akar masalah dilakukan melalui pengkajian dengan penelusuran yang lebih mendalam akan masalah yang ada. Melalui teknik FGD yang dilakukan Kepala Sekolah dan Guru di Gugus Diponegoro dengan melakukan penelusuran yang mendalam terhadap masalah yang ada maka ditemukan akar masalah.

Hasil diskusi yang terungkap dalam FGD akar permasalahan yang menyangkut kinerja guru yang berhubungan dengan proses pembelajaran: belum

116

memahami cara menyusun silabus yang benar, kurang memahami standar isi, proses dan penilaian, daftar nilai hanya menunjukan kompetensi kognitif, malas melakukan analisis penilaian, tidak paham cara melakukan bimbingan konseling, guru kurang menguasai TIK, supervisi belum rutin.

Akar masalah yang menyangkut kinerja guru dalam pengembangan keprofesian meliputi: Malas mengikuti diklat fungsional karena biaya, program dan pelaksanaan KKG belum tersusun dengan baik, malas mengikuti kegiatan ilmiah (seminar), belum terbiasa membuat publikasi ilmiah dalam membuat karya tulis berupa laporan hasil penelitian pada bidang pendidikan di sekolahnya, belum bisa membuat publikasi ilmiah dalam membuat makalah berupa tinjauan ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan pembelajaran pada satuan pendidi-kannya, belum bisa membuat /modifikasi alat pelajaran / peraga/prak-tikum yang benar, belum lancar menggunakan komputer, kurang arahan dari kepala sekolah, h)merasa nyaman dalam golongan IVa,

Akar masalah yang menyangkut kinerja guru dalam pelaksanaan tugas penunjang: tidak pernah mengikuti lomba, malas mengikuti kegiatan mahir lanjutan.

Fatimah (2012), dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa Kompetensi guru, Pengalaman Mengajar serta Kompetensi Kepala Sekolah merupa-kan faktor yang berpengaruh signifimerupa-kan dan positif terhadap kinerja guru baik secara terpisah maupun

117 bersama – sama. Hal ini terbukti bahwa dari akar masalah yang terungkap dalam FGD tersebut terjadi bersumber pada ketiga faktor tersebut.

Kompetensi guru meliputi: Kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kopetensi profesional. Kompetensi pedagogik meliputi: 1) pemahaman guru terhadap peserta didik, 2) perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, 3) evaluasi hasil belajar,dan 4) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai potensi yang dimilikinya. Apabila kompe-tensi ini benar-benar dimiliki guru maka masalah seperti: belum memahami cara menyusun silabus yang benar, kurang memahami standar isi, proses dan penilaian, daftar nilai hanya menunjukan kompetensi kognitif, malas melakukan analisis penilaian, tidak paham cara melakukan bimbingan konseling. Seorang guru yang memiliki kompetensi professional yang baik maka ia akan dapat menjalankan profesinya dengan baik karena dia dapat memahami peserta didik, merancang dan melaksanakan pembelajaran dengan baik, melakukan evaluasi dengan benar serta mengembangkan kompetensi peserta didik dengan maksimal.

Kompetensi kepribadian merupakan kemam-puan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. Bila hal ini dihayati dan dilakukan guru dengan baik maka masalah seperti rasa malas akan hilang dari sifat guru. Seorang guru yang memiliki kompetensi kepribadian

118

akan mencerminkan sikap yang mantap, arif hingga dia melaksanakan kewajibannya tanpa rasa malas.

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua atau wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi sosial apabila dimiliki guru dengan baik maka dia juga dapat melaksanakan bimbingan dengan baik. Karena melaksanakan bimbingan bikan hanya sekedar ucapan tetapi guru mampu memberikan teladan kepribadian yang baik terhadap siswanya. Hal ini dilakukan melalui komunikasi yang baik dengan siswa, orangtua wali maupun sesame guru.

Kompetensi profesional merupakan pengua-saan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran dari sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya. Penguasaan materi yang mendalam bukan hanya pada materi pelajaran namun tetapi juga materi penunjang pelaksanaan tugas guru seperti kepramukaan. Selain itu juga materi lain yang menjadi tuntutan guru sesuai tugasnya seperti pengembangan karya ilmiah, pembuatan alat peraga sederhana. Apabila hal ini benar-benar dikuasai maka tidak akan terjadi masalah.

Keempat kompetensi yang sesuai Peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang standar pendidikan nasional bahwa tenaga kependidikan harus memiliki kompetensi pedagogik, profesional,

119 kepribadian dan sosial. Apabila benar-benar dihayati dan dikembangkan guru maka tidak akan terjadi permasalahan dalam pelaksanaan kinerja guru.

Faktor lain yang mempengaruhi kinerja guru adalah pengalaman mengajar. Dalam akar masalah tersebut terungkap bahwa ada guru yang merasa nyaman karena sudah golongan IVa. Tingginya golongan seorang guru menandakan bahwa seorang guru tersebut sudah lama menjadi guru artinya sudah berpengalaman. Namun waktu yang lama justru diartikan sebagai zona nyaman. Masalah ini menandakan bahwa lamanya guru mengajar bukan menjadikan semakin kreatif tapi mengarah ke semakin malas. Misalnya dengan timbulnya masalah malas membuat karya inovasi karena sudah golongan IVa. Hal ini merupakan pemahaman yang salah dan harus diluruskan. Justru semakin tinggi golongan semakin tinggi tuntutan yang harus diemban guru bukannya dibuat malas-malasan dalam membuat karya ilmiah.

Selain itu untuk mensukseskan pendidikan juga diperlukan kompetensi kepala sekolah yang meliputi: kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi dan kompetensi sosial. Permasalahan yang terjadi pada guru tidak luput dari kompetensi kepala sekolah. Masalah seperti supervisi yang belum rutin, guru kurang menguasai TIK, guru belum dapat membuat karya ilmiah dapat diselesaikan apabila kepala sekolah memiliki 5 kompetensi yang harus dimiliki.

120

Kompetensi Kepribadian, meliputi 5 sub kompetensi dasar: Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah /madrasah; memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin; memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah / madrasah; bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi; mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah/ madrasah; serta memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan. Apabila seorang kepala sekolah dapat memiliki kompetensi kepribadian yang baik maka dia dapat dijadikan teladan bagi guru maupun siswanya. Guru dan siswanya dapat mengembangkan diri dengan baik karena ada sikap terbuka dari kepala sekolah.

Kompetensi manajerial, meliputi 16 sub kompetensi dasar: menyusun perencanaan sekolah/ madrasah untuk berbagai tingkatan perenca-naan; mengembangkan organisasi sekolah/ madrasah sesuai dengan kebutuhan; memimpin sekolah/ madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/ madrasah secara optimal; mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajar yang efektif; menciptakan budaya dan iklim sekolah/ madrasah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik; mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal; mengelola sarana dan prasarana sekolah/ madrasah dalam rangka

pendaya-121 gunaan secara optimal; mengelola hubungan sekolah/ madrasah dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/ madrasah; mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik; mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional; mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien;mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung pencapai-an tujuan sekolah/ madrasah;mengelola unit layanan khusus sekolah/ madrasah dalam men-dukung kegiatan pembelaja-ran dan kegiatan peserta didik di sekolah/ madrasah;mengelola sistem informasi sekolah/ madrasah dalam men-dukung penyusunan program dan pengambilan keputusan; memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah/madrasah; serta melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah/ madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya. Kompetensi ini bila dengan baik dimiliki kepala sekolah maka hambatan seperti tidak memiliki biaya dalam diklat dapat teratasi. Hal tersebut karena kepala sekolah dapat mengangarkan pembiayaan dari BOS yang diperoleh sekolah.

122

Kompetensi Kewirausahaan, meliputi 5 sub kompetensi dasar yaitu: menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah /madrasah; bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajar yang efektif; memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah; pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah / madrasah; serta memiliki naluri ke-wirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi /jasa sekolah/ madrasah sebagai sumber belajar peserta didik. Kepala sekolah harus mampu berinovasi namun dalam kenyataan kepala sekolah kuarang melakukan inovasi dalam pembelajaran sehingga kurang dapat memotivasi guru untuk berinovasi.

Kompetensi Supervisi, dalam hal ini meliputi 3 sub dimensi kompetensi dasar: merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru; melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat; serta menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka pening-katan profesionalisme guru. Supervisi menjadi penting untuk dilakukan oleh kepala sekolah. Melalui supervise yang dilakukan maka guru akan terbimbing untuk melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran. Miasalnya tentang kurangya pemahaman guru dalam

123 penyusunan RPP. Hal ini tidak akan terjadi atau akan segera teratasi apabila kepala sekolah melakukan supervise dengan baik.

Kompetensi Sosial, kompetensi ini memiliki 3 sub kompetensi dasar meliputi: bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/ madrasah; berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan; serta memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain. Dalam hal ini kepala sekolah senantiasa hendaknya mendorong guru untuk aktif dalam kegiatan KKG. Dari berbagai masalah yang muncul di Gugus Diponegoro, masalah yang paling menonjol adalah masalah pada kinerja dalam pengem-bangan keprofesian terutama dalam pembuatan karya ilmiah berupa Penelitian Tindakan Kelas untuk guru dan Penelitian Tindakan Sekolah untuk kepala sekolah. Selain itu juga masalah dalam publikasi yang menyangkut makalah ilmiah. Hal ini terlihat dari nilai pencapaian sasaran kerja yang diperoleh guru (contoh terlampir).

Akar masalah dari permasalahan proses pembelajaran, pengembangan keprofesian dan pelaksanaan tugas penunjang tersebut adalah sikap malas dan merasa sudah dibayar penuh tanpa ada sangsi yang kurang jelas, sudah enak nyaman tidak ada sangsi, sudah merasa kerjanya pas, sudah malas berusaha, sudah merasa mentok, guru belum professional.

124

Dokumen terkait