• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kinerja dan Upaya Pemecahan Masalah Guru Gugus Diponegoro Kecamatan Ungaran Barat dalam Analisis Fishbone

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kinerja dan Upaya Pemecahan Masalah Guru Gugus Diponegoro Kecamatan Ungaran Barat dalam Analisis Fishbone"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

89

BAB IV

Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Gugus Diponegoro merupakan gerbang pintu masuk wilayah selatan untuk UPTD Pendidikan Kecamatan Ungaran Barat sehingga gugus ini diharapkan mampu berkembang dengan baik serta mampu menciptakan kesan yang baik bagi kalangan pendidikan yang masuk dari wilayah selatan. Untuk memenuhi harapan tersebut bukanlah hal yang mudah tetapi perlu usaha dan kerja keras dalam pelaksanaan proses pendidikan di tingkat sekolah dasar.

Gugus Diponegoro merupakan salah satu wilayah gugus di Kecamatan Ungaran Barat yang terdiri dari 6 sekolah dasar yaitu: SD Negeri Langensari 01, SD Negeri Langensari 02, SD Negeri Langensari 03, SD Negeri Langensari 04, SD Negeri Candirejo 01 dan SD Negeri Candirejo 02.

Sekolah dasar di wilayah Gugus Diponegoro rata-rata sudah berusia lebih dari 15 tahun. Hal tersebut menandakan bahwa sekolah dasar di wilayah Gugus Diponegoro sudah banyak meluluskan siswa dalam rangka mensukseskan program pemerintah dalam bidang pendidikan.

(2)

90

Tabel 4.1. Profil Guru Gugus Diponegoro Tahun 2015

Nama SD Jumlah Siswa

Tenaga Pendidik

S2 S1 Diploma SLTA SDN Langensari

01 174 0 8 1 1

SDN Langensari

02 266 0 7 1 1

SDN Langensari

03 258 0 7 2 1

SDN Langensari

04 261 0 6 1 1

SDN Candirejo

01 169 1 6 2 0

SDN Candirejo

02 170 0 8 2 0

Jumlah 1298 1 42 9 4

Sumber: Laporan bulan Maret 2015, UPTD Pendidikan Ungaran Barat.

Tabel di atas menjelaskan bahwa sebagian besar tenaga pendidik di wilayah Gugus Diponegoro sudah kualifikasi pendidikan S1 bahkan ada yang sudah S2. Dengan demikian secara mayoritas tenaga pendidik di wilayah Gugus Diponegoro sudah memenuhi persya-ratan dalam Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005, bahwa pendidik sekurang-kurangnya harus memiliki kualifikasi Strata 1. Adapun sebagian kecil yang belum S1, saat ini juga mereka dalam proses studi untuk mencapai Strata1. Hal demikian diharapkan akan dapat semakin meningkatkan kualitas layanan di bidang pendidikan.

Focus Group Discussion dalam rangka

(3)

benar-91 benar memeroleh data yang maksimal sesuai tujuan penelitian.

FGD pertama pada hari Sabtu tanggal 7 Maret 2015 membahas tentang realitas pelaksa-naan kinerja guru dan masalah kinerja yang terjadi di sekolah sewilayah Gugus Diponegoro. FGD berikutnya pada hari Sabtu tanggal 14 Maret 2015 digunakan untuk membahas tentang akar masalah dan upaya pemecahan masalah yang terjadi sehubungan dengan kinerja guru di Gugus Diponegoro. Hasil penelitian tersebut dapat dilihat secara jelas dan terinci yang meliputi gambaran umum, realita pelaksanaan kinerja, akar masalah yang dihadapi serta upaya pemecahan masalah pada pemaparan berikut. Semoga gambaran hasil penelitian ini dapat memberikan penjelasan hasil penelitian yang telah dilakukan.

Setelah data terkumpul dalam FGD tersebut kemudian peneliti memohon pada pengawas sekolah untuk melakuan pengecekan/konfirmasi. Hal ini peneliti lakukan agar data yang diperoleh memenuhi standar keabsyahan data. Selesai pengecekan oleh pengawas peneliti melakuan pengecekan berulang – ulang mengenai data hasil penelitian dan menyusun hasil penelitian.

4.1.2. Kinerja Guru Gugus Diponegoro

(4)

92

berpedoman Permenpan RB, No. 16 Tahun 2009 yaitu: Kinerja dalam proses pembelajaran, Kinerja dalam pengembangan keprofesian dan Kinerja dalam pelaksanaan penunjang tugas guru.

Realitas kinerja dalam proses pembelajaran hasil FGD dengan Kepala Sekolah dan Guru. Mengenai pelaksanaan proses pembelajaran oleh guru di sekolah menyangkut: Penyusunan silabus, Penyusunan program tahunan, Penyusunan program semester, Penyusunan program evaluasi, Program analisis KKM, Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Pembuatan jurnal, Kelengkapan daftar nilai, Analisis penilaian, Program tindak lanjut, dan Pelaksanaan Bimbingan Konseling terungkap bahwa:

(5)

93

Pelaksanaan bimbingan konseling, belum maksimal”

Demikian Pernyataan Kepala Sekolah dan Guru SD Negeri Candirejo 01.

Pernyataan lain diungkapkan oleh Kepala Sekolah dan Guru SD Negeri Langensari 01 bahwa,

“Penyusunan silabus, program tahunan dan program semester dibuat oleh guru sendiri kemudian didiskusikan. Penyusunan program evaluasi oleh guru kelas sendiri atau guru mapel. Program analisis KKM oleh guru. Pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran oleh guru sendiri. Pembuatan daftar nilai, analisis nilai dan program tindak lanjut oleh guru walaupun pengadministrasiannya masih ada kesalahan.”

Jawaban dari SD Negeri Langensari 03 menyatakan bahwa,

“Pelaksanaan dalam proses pembelajaran tertib sesuai arahan pimpinan melalui diskusi baik tingkat sekolah, gugus maupun keca-matan. Kelengkapan administrasi dibuat sendiri sesuai arahan pimpinan”.

Pernyataan lain dari SD Negeri Langen-sari 02 menyatakan,

“Pelaksanaan kinerja dalam proses pembelajaran oleh guru di sekolah, semua sudah dilaksanakan namun belum maksimal. Namun pihak sekolah baik kepala sekolah dan guru selalu berusaha untuk lebih maksimal.”

(6)

94

sekolah menyatakan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran belum lancar sesuai harapan dan pedoman.

Pelaksanaan Kinerja dalam pengembangan keprofesian. Pelaksanaan kinerja yang menyangkut pengembangan keprofesian dengan pertanyaan. Bagaimana pelaksanaan kinerja dalam pengem-bangan keprofesian berkelanjutan oleh guru yang meliputi: peran serta dalam diklat fungsional, keikutsertaan dalam diklat ilmiah, publikasi ilmiah dalam membuat karya ilmiah dan makalah ilmiah serta dalam membuat / memodifikasi alat peraga? Pertanyaan tersebut di atas memunculkan jawaban sebagai berikut.

SD Negeri Langensari 01 me-ngemukakan bahwa,

“Peran serta dalam diklat guru kelas atau mapel mengikuti diklat fungsional misalnya diklat kurikulum 2013, Kegiatan bersama (KKG) guru mengikuti KKG tingkat gugus maupun kecamatan, Guru masih belum aktif dalam mengikuti kegiatan ilmiah (seminar), Pelaksanaan publikasi ilmiah dalam membuat PTK dan makalah, belum semua guru melaksanakan karena keterbatasan SDM, belum menguasai pembuatan PTK dan makalah, dan ada guru yang membuat/ memodifikasi alat pelajaran/ peraga /praktikum.

Pernyataan lain yang terungkap dari SD Negeri Candirejo 02 menyatakan hal yang terjadi.

(7)

95

belum efektifkarenatidakada program yang jelas, Sebagian besar guru masih belum aktif dalam mengikuti kegiatan ilmiah (seminar), Belum ada guru di sekolah kami yang mempublikasikan karya tulisnya., Belum ada guru di sekolah kami yang mempublikasikan makalahnya, dan Sebagian besar guru di sekolah kami belum membuat/ memodifikasi alat pelajaran/ peraga /praktikum.

Pernyataan hampir senada diung-kapkan dari SD Negeri Candirejo 01 yaitu bahwa.

“Peran serta dalam diklat fungsional, sebagian besar guru masih kurang aktif berpartisipasi dalam diklat fungsional, Lokakarya atau kegiatan bersama (KKG) untuk menyusun perangkat kurikulum dan/atau pembelajaran. Kegiatan bersama (KKG) dalam menyusun kurikulum dan/ atau pembelajaran belum maksimal dan belum membuahkan hasil yang signifikan. Keikutsertaan pada kegiatan ilmiah (seminar) sebagai peserta. Sebagian besar guru masih belum aktif dalam mengikuti kegiatan ilmiah (seminar). Pelaksanaan publikasi ilmiah dalam membuat karya tulis, Belum ada guru di sekolah kami yang mempu-blikasikan karya tulisnya. Pelaksanaan publikasi ilmiah dalam membuat makalah, belum ada guru di sekolah kami yang mempublikasikan maka-lahnya, Pelaksanaan membuat/ modifikasi alat pelajaran/ peraga/ praktikum. Sebagian besar gu-ru di sekolah kami belum membuat/ memodifikasi alat pelajaran/ peraga /praktikum.

Pelaksanaan kinerja dalam pe-ngembangan keprofesian yang diung-kapkan oleh SD Negeri Langensari 04 bahwa,

(8)

96

SD Negeri Langensari 03 meng-ungkapkan bahwa,

“Diklat fungsional baru dalam tahap wacana, Animo untuk ikut seminar tinggi, Publikasi ilmiah animo kecil walau bisa dilaksanakan di tingkat gugus / beberapa sekolah.

SD Negeri Langensari 02 meng-ungkapkan bahwa,

“Kepala sekolah beserta Guru, belum semua ber-partisipasi aktif dalam kegiatan yang menunjang peningkatan kemampuan profesionalisme baru se-bagian kecil yang membuat PTK.”

Pelaksanaan penunjang tugas guru. Pelaksanaan tugas guru sebagai pengawas ujian, penilai terhadap proses hasil belajar, anggota organisasi profesi PGRI, dan anggota atau pengurus gugus depan yang terungkap.

Pernyataan yang diungkapan SD Negeri Langensari 03,..Pengawas ujian rutin sesuai ketentuan aturan. Anggota aktif dalam PGRI. Anggota dan pengurus dalam Gudep..

Ungkapan SD Negeri Langensari 04 bahwa,

…guru aktif sebagai pengawas dan penilai proses belajar. Guru aktif menjadi anggota profesi PGRI. Guru aktif menjadi anggota dan pengurus gugus depan...

Ungkapan SD Negeri Candirejo 01,

(9)

97

kepramukaan gugus depan. Sebagian besar guru aktif menjadi anggota atau pengurus kegiatan kepramukaan gugus depan.

Ungkapan SD Negeri Candirejo 02,

Semua guru aktif sebagai pengawas ujian penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar tingkat sekolah. Semua guru aktif menjadi anggota atau pengurus organisasi profesi (PGRI). Sebagian besar guru aktif menjadi anggota atau pengurus kegiatan kepramukaan gugus depan.

Ungkapan SD Negeri Langensari 01,

Semua guru aktif dalam mengawasi ujian penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar tingkat sekolah. Guru aktif menjadi anggota atau pengurus organisasi profesi (PGRI).Guru aktif menjadi anggota atau pengurus kegiatan kepramukaan gugus depan.

Ungkapan SD Negeri Langensari 02,

Pelaksanaan penunjang tugas guru, guru sebagian aktif sebagai anggota maupun pengurus di tingkat sekolah maupun gugus.

Ungkapan pernyataan tersebut mengung-kapkan tentang realitas kinerja yang terjadi di Gugus Diponegoro menyangkut kinerja dalam proses pembelajaran, pengembangan keprofesian serta pelaksanaan penunjang tugas guru.

(10)

98

Tabel 4.2. Masalah Kinerja Guru Gugus Diponegoro Dalam Proses Pembelajaran

Kinerja Guru (Permenpan RB no.16 Tahun 2009)

Kinerja Guru

Kinerja dalam proses pembelajaran:1)melaksanakan proses pembelajaran, bagi Guru Kelas dan Guru Mata Pelajaran; 2) melaksanakan proses bimbingan, bagi Guru Bimbingan dan Konseling; dan 3) melak-sanakan tugas lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah.

a)Belum menyusun silabus sendiri,b) belum rutin menyusun program tahunan, program semester, program evaluasi dan analisis ketuntasan KKM, b) Pembuatan RPP belum sesuai standar proses, c)daftar nilai belum lengkap, d) belum melakukan analisis penilaian, e) belum membuat program tindak lanjut, e) belum rutin melaksanakan bimbingan Konseling.

Sumber: data primer melalui FGD,2015

Dari hasil FGD terungkap masalah dalam kinerja guru. Hal ini terjadi karena terjadinya perbedaan tuntutan atau harapan yang tertuang dalam Permenpan RB No. 16 Tahun 2009 dengan kenyataan kinerja yang diulakukan oleh guru di Gugus Diponegoro.

(11)

99 pembelajaran perlu melakukan persiapan dengan membuat instrument atau perangkat pembelajaran. Demikian pula seorang guru perlu hendaknya melakukan bimbingan. Namun dalam realitas kinerja yang menyangkut proses pembelajaran ternyata guru: a)Belum menyusun silabus sendiri,b) belum rutin menyusun program tahunan, program semester, program evaluasi dan analisis ketuntasan KKM, b) Pembuatan RPP belum sesuai standar proses, c)daftar nilai belum lengkap, d) belum melakukan analisis penilaian, e) belum membuat program tindak lanjut, e) belum rutin melaksanakan bimbingan Konseling.

Hal demikian menandai terjadinya perbedaan antara harapan sesuai tuntutan dalam Permenpan RB, No.16 tahun 2009 dengan realitas kinerja guru di gugus Diponegoro. Kesenjangan inilah yang menyatakan adanya masalah dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan guru di Gugus Diponegoro.

Tabel 4.3. Masalah Kinerja Guru Gugus Diponegoro Dalam Pengembangan Keprofesian

Kinerja Guru (Permenpan RB no.16 Tahun 2009)

Kinerja Guru

Kinerja dalam pengembangan keprofesian: 1. pengembangan diri: a) diklat fungsional; dan b) kegiatan kolektif Guru yang meningkatkan kompetensi dan/atau kepro-fesian Guru; 2. publikasi Ilmiah: a) publikasi ilmiah atas hasil penelitian atau gagasan inovatif pada bidang pendidikan formal; dan

(12)

100

Lanjutan Tabel 4.3

b) publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan, dan pedoman Guru; 3. karya pedoman, soal dan sejenisnya;

d) belum membuat publikasi ilmiah dalam membuat karya tulis berupa laporan hasil penelitian pada bidang pendidikan di sekolahnya, e) belum membuat publikasi ilmiah dalam membuat makalah berupa tinjauan ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan pembe-lajaran pada satuan pendidikan-nya, f) belum membuat/modifikasi alat pelajaran / peraga/praktikum.

Sumber: data primer melalui FGD,2015

(13)

101 bersama (KKG) untuk menyusun perangat kurikulum dan /atau pembelajaran secara rutin, c) tidak pernah mengikuti kegiatan ilmiah (seminar), d) belum membuat publikasi ilmiah dalam membuat karya tulis berupa laporan hasil penelitian pada bidang pendidikan di sekolahnya, e) belum membuat publikasi ilmiah dalam membuat makalah berupa tinjauan ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan pembelajaran pada satuan pendidikan-nya, f) belum membuat/modifikasi alat pelajaran / peraga / prak-tikum.

Tabel 4.4. Masalah Kinerja Guru Gugus Diponegoro Dalam Pelaksanaan Penunjang Tugas Guru

Kinerja Guru (Permenpan RB no.16 Tahun 2009)

Kinerja Guru Gugus Diponegoro Kinerja dalam pelaksanaan

penunjang tugas Guru: 1. Memperoleh gelar/ijazah yang sesuai dengan bidang yang diampunya; 2. memperoleh penghargaan /tanda jasa; dan 3. melaksanakan kegiatan yang mendukung tugas Guru, antara lain: a) membimbing siswa dalam praktik kerja nyata/praktik industri/ ekstrakurikuler dan sejenisnya; b) menjadi anggota organisasi profesi / kepramukaan; c) menjadi tim penilai angka kredit; dan/atau d) menjadi tutor /pelatih/instruktur.

a)belum pernah mem-peroleh penghargaan, b)belum mahir sebagai

pembina kegiatan kepra-mukaan.

Sumber: data primer melalui FGD,2015

(14)

102

dengan bidang yang diampunya; 2) memperoleh penghargaan /tanda jasa; dan 3) melaksanakan kegiatan yang mendukung tugas Guru, antara lain: a) membimbing siswa dalam praktik kerja nyata/praktik industri/ ekstrakurikuler dan sejenisnya; b) menjadi anggota organisasi profesi / kepramukaan; c) menjadi tim penilai angka kredit; dan/atau d) menjadi tutor /pelatih/instruktur.

Dalam hal ini kesenjangan yang terjadi adalah: a) guru belum pernah memperoleh penghargaan, b)guru belum mahir sebagai pembina kegiatan kepramukaan.

4.1.3. Analisis Akar Permasalahan Kinerja Guru

Melalui FGD permasalahan tersebut ditelusuri lebih dalam dengan analisis Fishbone hingga mendapatkan akar penyebab masalah yang terjadi. Adapun akar masalah tersebut tertuang dalam tabel berikut.

Tabel 4.5

Tabel 4.5. Akar Masalah Kinerja dalam Proses Pembelajaran Guru Gugus Diponegoro

Masalah Akar masalah

(Fatimah, 2012)  Belum menyusun silabus

sendiri,

 belum rutin menyusun program tahunan, program semester, program evaluasi dan analisis ketuntasan KKM,

 Pembuatan RPP belum sesuai standar proses,

 daftar nilai belum lengkap,

(15)

103

Lanjutan tabel 4.5

 belum melakukan analisis penilaian,

 belum membuat program tindak lanjut,

 belum rutin melaksanakan bimbingan Konseling.

penilaian,

 tidak paham cara melakukan bimbingan konseling, f)guru kurang menguasai TIK,

 supervisi belum rutin

Sumber: data primer melalui FGD,2015

Dari tabel 4.5 hasil FGD yang telah dilakukan melalui penelusuran mengenai masalah yang dialami guru di Gugus Diponegoro mengenai pelaksanaan proses pembelajaran yang bersumber pada masalah: a)Belum menyusun RPP sendiri, b) belum rutin menyusun program tahunan, program semester, program evaluasi dan analisis ketuntasan KKM, b) Pembuatan RPP belum sesuai standar proses, c)daftar nilai belum lengkap, d) belum melakukan analisis penilaian, e) belum membuat program tindak lanjut, f) belum rutin melaksanakan bimbingan Konseling.

Ketika dilontarkan pertanyaan mengapa itu terjadi terungkap akar masalah yaitu: a)belum memahami cara menyusun RPP yang benar, b)kurang memahami standar isi, proses dan penilaian, c)daftar nilai hanya menunjukan kompe-tensi kognitif, d)malas melakukan analisis penilaian, e) tidak paham cara melakukan bimbingan konseling, f)guru kurang menguasai TIK, g)supervisi belum rutin. Ketika

dilontarkan pertanyaan “mengapa” itu terjadi untuk keempat kalinya diperoleh jawaban antara lain: malas membaca, malas belajar, merasa sibuk. Dan ketika ditanyakan mengapa malas? Ternyata diperoleh jawaban yang sungguh mengejutkan yaitu: “ Begini saja

(16)

104

dalam akar masalah yang menyangkut pelaksanaan kinerja guru dalam proses pembelajaran pada kinerja guru di gugus Diponegoro Kecamatan Ungaran Barat adalah sikap malas dan merasa sudah dibayar penuh tanpa ada sangsi yang kurang jelas. Kondisi guru seperti ini sungguh memprihatinkan karena guru menjadi tulang punggung dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Tabel 4.6

Tabel 4.6. Akar Masalah Kinerja dalam Pengembangan Keprofesian Guru Gugus Diponegoro

Masalah Akar masalah

(Fatimah, 2012)  belum aktif dalam diklat

fungsional,

 belum melaksanakan Loka karya atau kegiatan kegiatan ilmiah (seminar), d) belum membuat publikasi ilmiah dalam membuat karya tulis berupa laporan hasil penelitian pada bidang pendidikan di sekolahnya,

 belum membuat publikasi ilmiah dalam membuat makalah berupa tinjauan ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan pembe-lajaran pada satuan pendidikan-nya,

 belum membuat/modifikasi alat pelajaran / peraga/ praktikum.

 malas mengikuti diklat fungsional karena biaya,

 program dan pelaksana-an KKG belum tersusun dengan baik,

 malas mengikuti kegiatan ilmiah (seminar),

 belum terbiasa membuat publikasi ilmiah dalam membuat karya tulis berupa laporan hasil penelitian pada bidang pendidikan di sekolah,

 belum bisa membuat publikasi ilmiah dalam membuat makalah berupa tinjauan ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan pembelajaran pada satuan pendi-dikannya,

 belum bisa membuat /modifikasi alat pelajaran /peraga /praktikum yang benar,

 belum lancar komputer,

(17)

105 Tabel 4.6 merupakan ungkapan hasil FGD tentang masalah kinerja guru dalam pengembangan keprofesian meliputi: a)belum aktif dalam diklat fungsional, b) belum melaksanakan Loka karya atau kegiatan bersama (KKG) untuk menyusun perangat kurikulum dan /atau pembelajaran secara rutin, c) tidak pernah mengikuti kegiatan ilmiah (seminar), d) belum membuat publikasi ilmiah dalam membuat karya tulis berupa laporan hasil penelitian pada bidang pendidikan di sekolahnya, e) belum membuat publikasi ilmiah dalam membuat makalah berupa tinjauan ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan pembe-lajaran pada satuan pendidikan-nya, f) belum membuat/ modifikasi alat pelajaran / peraga / praktikum.

(18)

106

dalam golongan IVa. Masalah tersebut ketika dilontari pertanyaan dengan Mengapa yang keempat kalinya munculah jawaban: sudah enak nyaman tidak ada sangsi, sudah merasa kerjanya pas, sudah malas berusaha, sudah merasa mentok. Ketika seseorang sudah merasa nyaman maka dia sudah mencapai pada puncak tujuan hidupnya. Tanpa disadari sikap seperti itu dapat menimbulkan dampak buruk pada orang lain. Dan pada umumnya manusia merasa egois lebih mementingkan dirinya sendiri. Hal ini juga terjadi pada guru yang merasa sudah nyaman tanpa disadari kenyamanan yang mereka rasakan membawa dampak pada anak didiknya, hal tersebut terjadi menyangkut kinerja guru dalam pengembangan keprofesian. Dari tabel serta paparan yang diuraikan berdasarkan data FGD yang diperoleh bahwa akar masalah tersebut terjadi pada kinerja guru gugus Diponegoro Kecamatan Ungaran Barat yang berhubungan dengan kinerja guru dalam pengembangan keprofesian.

Akar masalah yang terjadi dalam kinerja yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas penunjang tertera dalam tabel berikut.

Tabel 4.7. Akar Masalah Kinerja dalam Pelaksanaan Tugas Penunjang Guru Gugus Diponegoro

Masalah Akar masalah

(Fatimah, 2012)

 belum pernah memperoleh penghargaan,

 belum mahir sebagai pembina kegiatan kepramukaan.

 tidak pernah mengikuti lomba,

 malas mengikuti kegia-tan mahir lanjukegia-tan.

(19)

107 Tabel 4.7 mengungkapkan masalah kinerja dalam pelaksanaan penunjang tugas Guru meliputi: a)belum pernah memperoleh penghargaan, b) belum mahir sebagai pembina kegiatan kepramukaan. Dari masalah pelaksanaan penunjang tugas guru, melalui FGD ditelusuri akar masalah yang terjadi. Adapun akar masalah yang terjadi meliputi: guru tidak pernah mengikuti lomba, b) malas mengikuti kegiatan mahir lanjutan. Akar permasalahan inilah yang ditemukan dalam FGD.

Ketika terus ditanya mengapa tidak mengikuti lomba, mereka menjawab tidak bisa membuatnya dan ketika ditanya mengapa tidak bisa terjawab tidak mau berusaha belajar. Dari sini terungkap lagi bahwa guru masih malas berusaha dan belajar yang menjadi akar permasalahan dalam kinerja guru yang menyangkut pelaksanaan tugas penunjang.

Berbagai akar masalah yang terjadi dalam kinerja guru di Gugus Diponegoro terus ditelusuri dalam FGD. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk mencari solusi akar permasalahan yang terjadi. Karena tujuan FGD bukan hanya untuk mencari akar masalah tetapi lebih utama untuk mencari solusi pemecahan masalah-masalah yang terjadi yang menyangkut kinerja guru di gugus Diponegoro sebagai autcome analisis fishbone.

(20)

108

Gugus Diponegoro adalah yang menyangkut kinerja dalam pengembangan keprofesian. Hal tersebut setelah dikonfirmasi dengan data sasaran kerja guru memang sebagian besar belum membuat PTK, makalah ilmiah (sasaran kerja terlampir). Dari sasaran kerja guru untuk kolom realisasi mendapat skor 0 artinya guru tidak membuat sasaran kerja yang seharusnya dikerjakan. Masalah ini lebih bersumber pada kompetensi guru yang kurang untuk kompetensi professional kompetensi yang kurang disebabkan karena malas belajar dan merasa tidak ada sangsi. Guru adalah jabatan professional sehingga guru harus bekerja secara professional sesuai profesinya.

4.1.4. Solusi Pemecahan Masalah Kinerja Guru

Melalui proses teknik FGD yang telah dilaksanakan terungkap solusi pemecahan masalah. Pemecahan masalah yang digunakan dengan teknik brainstorming.

Tabel 4.8. Solusi Pemecahan Masalah Kinerja Guru Gugus Diponegoro

Akar masalah Solusi

(Hana Pramudiana, 2014)

 belum memahami cara menyusun silabus yang benar,

 kurang memahami standar isi, proses dan penilaian,

 daftar nilai hanya menunjukan kompetensi kognitif,

 malas melakukan analisis penilaian,

 tidak paham cara melakukan bimbingan konseling,

 guru kurang menguasai TIK,

 malas mengikuti diklat fungsional karena biaya

 Latihan secara berkesinambungan dalam menyusun perangkat pem-belajaran agar semakin baik.

 Supervisi akademik oleh Kepala Sekolah maupun Pengawas Sekolah secara terprogram dan terus menerus.

 Mengadakan pelatihan IT bagi guru yang belum menguasai.

 Memotivasi guru, Mengadakan siraman rohani rutin, Memberikan penghargaan, Meningkatkan disiplin guru

 Diskusi bedah masalah dalam KKG.

(21)

109 Lanjutan tabel 4.8

 program dan pelaksanaan KKG belum tersusun dengan baik,

 malas mengikuti kegiatan ilmiah (seminar), belum bisa membuat publikasi ilmiah dalam membuat karya tulis berupa laporan hasil penelitian pada bidang pendidikan di sekolahnya,

 belum bisa membuat /modifikasi alat pelajaran / peraga/praktikum yang benar,

 belum lancar menggunakan computer,

 merasa nyaman dalam golongan Iva

 Peningkatan kesadaran, membantu dengan biaya BOS.

 Menyusun program KKG dengan baik.

 Memotivasi guru untuk mengikuti seminar membuat PTK dan makalah, Mengikutsertakan guru dalam pelatihan membuat PTK dan makalah, Mengundang nara sumber, Memberikan bantuan bagi guru dalam biaya pelatihan

 Memotivasi guru untuk membuat / memodifikasi alat peraga.

 Mengadakan pelatihan TIK, Memasukkan dalam program kegiatan KKG

 Memberikan penghargaan bagi guru, Meningkatkan kesadaran melalui siraman rohani

 tidak pernah mengikuti lomba,

 malas mengikuti kegiatan mahir lanjutan

 Meningkatkan keaktifan guru dalam kegiatan lomba,

memberikan apresiasi pada guru

 Membiayai pelatihan mahir dasar

Sumber: data primer FGD 2015

(22)

110

menguasai. Memotivasi guru untuk selalu meningkatkan kinerjanya, Diskusi bedah masalah, Mengadakan siraman rohani rutin dalam KKG. Meningkatkan disiplin guru, Memberikan penghargaan serta Mengagendakan dalam kegiatan KKG.

Solusi pemecahan masalah pada kinerja dalam pengembangan keprofesian yaitu: Peningkatan kesadaran dan pemahaman akan pentingnya pengembangan keprofesian berkelanjutan. Memotivasi

guru untuk membuat PTK dan makalah.

Mengikutsertakan guru dalam pelatihan membuat PTK dan makalah. Memotivasi guru untuk membuat / memodifikasi alat peraga. Membuat wadah kegitan di tingkat gugus, mengundang nara sumber, memberikan penghar-gaan bagi guru. Memberikan bantuan bagi guru dalam biaya pelatihan serta memasukkan dalam program kegiatan KKG.

Permasalahan kinerja dalam pelaksanaan penunjang tugas guru meliputi: tidak pernah mengikuti lomba, malas mengikuti kegiatan mahir lanjutan. Permasalahan ini akan ditindaklanjuti dengan cara: Meningkatkan keaktifan guru dalam kegiatan lomba, memberikan apresiasi pada guru, membiayai pelatihan mahir dasar.

(23)

111 berusaha, sudah merasa mentok, guru belum professional. Dari permasalahan tersebut maka dalam FGD ditentukan langkah untuk mencari solusi masalah. Solusi masalah yang ditawarkan adalah: mewajibkan guru untuk belajar dari berbagai sumber, menghilangkan sikap malas dengan siraman rohani, mendorong guru untuk menjadi guru yang professional.

4.2. Pembahasan

Kinerja guru adalah hasil atau taraf kesuksesan yang dicapai seseorang guru dalam bidang pekerjaan-nya menurut kriteria tertentu dan dievaluasi oleh orang-orang tertentu terutama atasan yang bersang-kutan.

Berdasarkan data yang diperoleh melalui FGD yang telah diselenggarakan dan telah dipaparkan dalam hasil penelitian ditemukan beberapa masalah serta akar masalah dalam kinerja guru di Gugus Diponegoro. Selain itu juga ditemukan solusi pemecahan masalah lewat FGD. Hal tersebut akan kita bahas lebih lanjut dalam pembahasan berikut.

4.2.1. Kinerja Guru Gugus Diponegoro

(24)

112

Kinerja guru dalam proses pembelajaran: Belum menyusun silabus sendiri, belum rutin menyusun program tahunan, program semester, program evaluasi dan analisis ketuntasan KKM, Pembuatan RPP belum sesuai standar proses, c)daftar nilai belum lengkap, belum melakukan analisis penilaian, belum membuat program tindak lanjut, belum rutin melaksanakan bimbingan Konseling.

Tuntutan kinerja guru yang tertuang dalam Permenpan RB, No.16 tahun 2009, mengenai pelaksanaan proses pembelajaran adalah: Melaksanakan proses pembelajaran, bagi Guru Kelas dan Guru Mata Pelajaran; melaksanakan proses bimbingan, bagi Guru Bimbingan dan Konseling; dan melaksanakan tugas lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah. Tugas ini meliputi: merencanakan pembelajaran / bimbingan, melaksanakan pembela-jaran / bimbingan yang bermutu, menilai dan meng-evaluasi hasil pembela-jaran / bimbingan, serta melak-sanakan pembela-jaran /perbaikan dan pengayaan. Selain itu guru juga dituntut memilih dan menentukan materi, strategi, metode, media pembelajaran / bimbingan dan alat penilaian /evaluasi dalam melak-sanakan proses pembelajaran / bimbingan untuk mencapai hasil pendidikan yang bermutu sesuai dengan kode etik profesi Guru.

(25)

113 belum rutin menyusun program tahunan, program semester, program evaluasi dan analisis ketuntasan KKM, Pembuatan RPP belum sesuai standar proses. Guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dituntut untuk membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada standar proses namun ralitanya guru belum rutin membuat RPP. Selain itu guru juga belum secara rutin membuat program semester maupun program tahunan yang menjadi tuntutan kewajibannya. Selain itu guru juga belum malakukan analisis Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) secara rutin. Hal ini tentu menjadikan masalah dalam pelaksanaan tugas guru.

Realitas kinerja guru dalam pengembangan keprofesian: Belum aktif dalam diklat fungsional, belum melaksanakan Loka karya atau kegiatan bersama (KKG) untuk menyusun perangat kurikulum dan /atau pembelajaran secara rutin, tidak pernah mengikuti kegiatan ilmiah (seminar), belum membuat publikasi ilmiah dalam membuat karya tulis berupa laporan hasil penelitian pada bidang pendidikan di sekolahnya, belum membuat publikasi ilmiah dalam membuat makalah berupa tinjauan ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan pembelajaran pada satuan pendidikannya, belum membuat/modifikasi alat pelajaran / peraga/ praktikum.

(26)

114

yang meningkatkan kompetensi dan/atau keprofesian Guru; membuat publikasi ilmiah atas hasil penelitian atau gagasan inovatif pada bidang pendidikan formal; dan publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan, dan pedoman Guru; menemukan teknologi tepat guna; mene-mukan/menciptakan karya seni; membuat /me-modifikasi alat pelajaran / peraga /praktikum; dan mengikuti pengembangan penyusunan standar, pedoman, soal dan sejenisnya.

Pelaksanaan untuk tugas guru dalam pengembangan keprofesian juga masih menemui kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Hal terungkap misalnya dalam tuntutan guru dituntut untuk membuat publikasi ilmiah, menciptakan modifikasi alat peraga namun realita kinerja menyatakan guru belum membuat publikasi ilmiah maupun modifikasi peraga sederhana, belum membuat tinjauan ilmiah sederhana mengenai pendidikan. Selain itu guru juga belum mengikuti diklat fungsional dalam rangka mengembangkan profesinya. Hal tersebut tentu akan menghambat dalam pelaksanaan tugas guru dalam pengembangan keprofesian.

Kinerja guru dalam pelaksanaan penunjang tugas guru: Belum pernah memperoleh penghargaan, belum mahir sebagai pembina kegiatan kepramukaan.

(27)

115 yang mendukung tugas Guru, antara lain: a) membimbing siswa dalam praktik kerja nyata/praktik industri/ ekstrakurikuler dan sejenisnya; b) menjadi anggota organisasi profesi / kepramukaan; c) menjadi tim penilai angka kredit; dan/atau d) menjadi tutor /pelatih/instruktur.

Kinerja guru mengenai pelaksanaan penunjang tugas guru juga mengalami masalah yaitu tidak sesuainya harapan dan realita yang terjadi. Misalnya guru dituntut untuk membimbing siswa dalam ektrakurikuler pramuka. Namun pada kenyataanya guru belum mahir atau belum memiliki bekal yang cukup dalam mahir dasar pramuka. Hal tersebut tentu akan menjadi penghambat dalam pelaksanaan penunjang tugas guru.

Masalah yang terjadi dalam kinerja guru yang terungkap melalui FGD yang diselenggarakan di Gugus Diponegoro terus ditelusuri untuk mencari akar terhadap masalah yang terjadi.

4.2.2. Analisis Akar Permasalahan Kinerja Guru

Analisis akar masalah dilakukan melalui pengkajian dengan penelusuran yang lebih mendalam akan masalah yang ada. Melalui teknik FGD yang dilakukan Kepala Sekolah dan Guru di Gugus Diponegoro dengan melakukan penelusuran yang mendalam terhadap masalah yang ada maka ditemukan akar masalah.

(28)

116

memahami cara menyusun silabus yang benar, kurang memahami standar isi, proses dan penilaian, daftar nilai hanya menunjukan kompetensi kognitif, malas melakukan analisis penilaian, tidak paham cara melakukan bimbingan konseling, guru kurang menguasai TIK, supervisi belum rutin.

Akar masalah yang menyangkut kinerja guru dalam pengembangan keprofesian meliputi: Malas mengikuti diklat fungsional karena biaya, program dan pelaksanaan KKG belum tersusun dengan baik, malas mengikuti kegiatan ilmiah (seminar), belum terbiasa membuat publikasi ilmiah dalam membuat karya tulis berupa laporan hasil penelitian pada bidang pendidikan di sekolahnya, belum bisa membuat publikasi ilmiah dalam membuat makalah berupa tinjauan ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan pembelajaran pada satuan pendidi-kannya, belum bisa membuat /modifikasi alat pelajaran / peraga/prak-tikum yang benar, belum lancar menggunakan komputer, kurang arahan dari kepala sekolah, h)merasa nyaman dalam golongan IVa,

Akar masalah yang menyangkut kinerja guru dalam pelaksanaan tugas penunjang: tidak pernah mengikuti lomba, malas mengikuti kegiatan mahir lanjutan.

(29)

117 bersama – sama. Hal ini terbukti bahwa dari akar masalah yang terungkap dalam FGD tersebut terjadi bersumber pada ketiga faktor tersebut.

Kompetensi guru meliputi: Kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kopetensi profesional. Kompetensi pedagogik meliputi: 1) pemahaman guru terhadap peserta didik, 2) perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, 3) evaluasi hasil belajar,dan 4) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai potensi yang dimilikinya. Apabila kompe-tensi ini benar-benar dimiliki guru maka masalah seperti: belum memahami cara menyusun silabus yang benar, kurang memahami standar isi, proses dan penilaian, daftar nilai hanya menunjukan kompetensi kognitif, malas melakukan analisis penilaian, tidak paham cara melakukan bimbingan konseling. Seorang guru yang memiliki kompetensi professional yang baik maka ia akan dapat menjalankan profesinya dengan baik karena dia dapat memahami peserta didik, merancang dan melaksanakan pembelajaran dengan baik, melakukan evaluasi dengan benar serta mengembangkan kompetensi peserta didik dengan maksimal.

(30)

118

akan mencerminkan sikap yang mantap, arif hingga dia melaksanakan kewajibannya tanpa rasa malas.

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua atau wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi sosial apabila dimiliki guru dengan baik maka dia juga dapat melaksanakan bimbingan dengan baik. Karena melaksanakan bimbingan bikan hanya sekedar ucapan tetapi guru mampu memberikan teladan kepribadian yang baik terhadap siswanya. Hal ini dilakukan melalui komunikasi yang baik dengan siswa, orangtua wali maupun sesame guru.

Kompetensi profesional merupakan pengua-saan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran dari sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya. Penguasaan materi yang mendalam bukan hanya pada materi pelajaran namun tetapi juga materi penunjang pelaksanaan tugas guru seperti kepramukaan. Selain itu juga materi lain yang menjadi tuntutan guru sesuai tugasnya seperti pengembangan karya ilmiah, pembuatan alat peraga sederhana. Apabila hal ini benar-benar dikuasai maka tidak akan terjadi masalah.

(31)

119 kepribadian dan sosial. Apabila benar-benar dihayati dan dikembangkan guru maka tidak akan terjadi permasalahan dalam pelaksanaan kinerja guru.

Faktor lain yang mempengaruhi kinerja guru adalah pengalaman mengajar. Dalam akar masalah tersebut terungkap bahwa ada guru yang merasa nyaman karena sudah golongan IVa. Tingginya golongan seorang guru menandakan bahwa seorang guru tersebut sudah lama menjadi guru artinya sudah berpengalaman. Namun waktu yang lama justru diartikan sebagai zona nyaman. Masalah ini menandakan bahwa lamanya guru mengajar bukan menjadikan semakin kreatif tapi mengarah ke semakin malas. Misalnya dengan timbulnya masalah malas membuat karya inovasi karena sudah golongan IVa. Hal ini merupakan pemahaman yang salah dan harus diluruskan. Justru semakin tinggi golongan semakin tinggi tuntutan yang harus diemban guru bukannya dibuat malas-malasan dalam membuat karya ilmiah.

(32)

120

Kompetensi Kepribadian, meliputi 5 sub kompetensi dasar: Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah /madrasah; memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin; memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah / madrasah; bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi; mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah/ madrasah; serta memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan. Apabila seorang kepala sekolah dapat memiliki kompetensi kepribadian yang baik maka dia dapat dijadikan teladan bagi guru maupun siswanya. Guru dan siswanya dapat mengembangkan diri dengan baik karena ada sikap terbuka dari kepala sekolah.

(33)
(34)

122

Kompetensi Kewirausahaan, meliputi 5 sub kompetensi dasar yaitu: menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah /madrasah; bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajar yang efektif; memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah; pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah / madrasah; serta memiliki naluri ke-wirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi /jasa sekolah/ madrasah sebagai sumber belajar peserta didik. Kepala sekolah harus mampu berinovasi namun dalam kenyataan kepala sekolah kuarang melakukan inovasi dalam pembelajaran sehingga kurang dapat memotivasi guru untuk berinovasi.

(35)

123 penyusunan RPP. Hal ini tidak akan terjadi atau akan segera teratasi apabila kepala sekolah melakukan supervise dengan baik.

Kompetensi Sosial, kompetensi ini memiliki 3 sub kompetensi dasar meliputi: bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/ madrasah; berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan; serta memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain. Dalam hal ini kepala sekolah senantiasa hendaknya mendorong guru untuk aktif dalam kegiatan KKG. Dari berbagai masalah yang muncul di Gugus Diponegoro, masalah yang paling menonjol adalah masalah pada kinerja dalam pengem-bangan keprofesian terutama dalam pembuatan karya ilmiah berupa Penelitian Tindakan Kelas untuk guru dan Penelitian Tindakan Sekolah untuk kepala sekolah. Selain itu juga masalah dalam publikasi yang menyangkut makalah ilmiah. Hal ini terlihat dari nilai pencapaian sasaran kerja yang diperoleh guru (contoh terlampir).

(36)

124

4.2.3. Solusi Pemecahan Masalah Kinerja Guru

Lamtenggo mengatakan bahwab kinerja Guru yang baik tergambar pada penampilan mereka, baik dari penampilan kemampuan akademik maupun kemampuan profesi menjadi guru artinya mampu mengelola pengajaran di dalam kelas dan mendidik siswa di luar kelas dengan sebaik-baiknya.

Seiring pendapat tersebut maka FGD yang dilakukan tidak hanya berhenti mencari akar masalah namun juga mencari solusi terhadap masalah yang terjadi. Berdasarkan diskusi tentang pemecahan masalah yang terjadi dihasilkanlah kesepakatan upaya pemecahan masalah yang terjadi.

Solusi pemecahan masalah dalam kinerja pelaksanaan proses pembelajaran hasil kesepakatan meliputi: Latihan secara berkesinambungan dalam menyusun perangkat pembelajaran agar semakin baik, Supervisi akademik oleh Kepala Sekolah maupun Pengawas Sekolah secara terprogram dan terus menerus, Mengadakan pelatihan IT bagi guru yang belum menguasai, dalam KKG.

(37)

125 Memberikan penghargaan bagi guru, Meningkatkan kesadaran melalui siraman rohani

Upaya dalam pelaksanaan kinerja yang menyangkut penunjang tugas guru ditempuh dengan cara: Meningkatkan keaktifan guru dalam kegiatan lomba, memberikan apresiasi pada guru, membiayai pelatihan mahir dasar

Upaya pemecahan masalah tersebut terus diupayakan agar kinerja guru yang baik dapat terwujud. Dengan demikian guru dapat memberikan layanan yang maksimal kepada masyarakat di bidang pendidikan.

Upaya pemecahan masalah ini sesuai yang dengan penelitian Hana Pramudiana ( 2014) dalam

(38)

126

kesempatan pada guru baru untuk mengikuti pelatihan baik yang dilaksanakan di sekolah, kabupaten, propinsi maupun pada tingkat nasional; 7) memberi reward (penghargaan) pada guru yang berprestasi dan memberikan hukuman pada guru yang malas dan bermasalah; 8) memberi tugas tambahan pada guru baru; 9) membentuk ikatan keluarga di sekolah masing-masing dengan pertemuan dilaksanakan di rumah anggota ikatan keluarga.

Solusi pemecahan masalah kinerja yang terjadi pada gugus Diponegoro hasil kesepakatan dalam FGD ada kesesuaian dengan upaya yang telah dibuktikan dalam penelitian Hana Pramu-diana. Untuk itu upaya pemecahan masalah hasil FGD akan ditindaklanjuti sebagai wujud komitmen bersama dalam mengatasi masalah kinerja yang terjadi di Gugus Diponegoro.

Ketika kinerja guru dalam kualitas yang baik maka peningkatan kualitas sumber daya manusia akan terpenuhi. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyasa (2004) bahwa peningkatan kualitas sumber daya manusia perlu diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan melalui sistem pendidikan yang berkualitas baik pada jalur pendidikan formal, informal, maupun non formal.

Gambar

Tabel di atas menjelaskan bahwa sebagian besar
Tabel di atas tertuang tuntutan kinerja  dalam
Tabel 4.3. Masalah Kinerja Guru Gugus Diponegoro
Tabel di atas menggambarkan realitas kinerja guru di Gugus Diponegoro mengenai kinerja yang menyangkut pelaksanaan penunjang tugas guru meliputi: 1) Memperoleh gelar/ijazah yang sesuai 101
+4

Referensi

Dokumen terkait

Klik menu text – pilih dan dekatkan mouse pada lingkaran tekan dan tahan sesuai dengan posisi Yang diinginkan seperti berikut lepaskan mouse.. Ulangi perintah tersebut diatas

Pelaksanaannya bisa dirumah (barak / pavilion), diperpustakaan, dilaboratorium, dan hasilnya dipertanggungjawabkan. Metode resitasi adalah cara penyampaian bahan pelajaran

Dalam melakukan kegiatan investasi reksa dana syariah dapat melakukan apa saja sepanjang tidak bertentangan dengan syariah, diantara investasi tidak halal yang tidak boleh dilakukan

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis jelaskan diatas maka dapat disimpulkan bahwa penulis akan meneliti mengenai pengaruh citra merek, kepercayaan dan

Berdasarkan survei berbasis kertas dari 253 responden, penelitian menggunakan sebagian kuadrat terkecil (PLS) untuk menguji model secara empiris. Hasilnya menunjukkan

Bagaimana penentuan strategi harga yang tepat dalam mengembangkan jasa transportasi taksi konvensionalBlue Birddi wilayah Kota Surabaya dalam menghadapi persaingan dengan

Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang resmi, terdapat usulan-usulan pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan

Berkaitan dengan proses produksi untuk mengolah kertas bekas yang telah dikumpulkan dari konsumen, terdapat dua koeisien yang berpengaruh terhadap fungsi tujuan yaitu