• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan atau mendeskripsikan objek dan fenomenal yang ingin diteliti. Termasuk di dalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan ada pula produk interaksi yang berlangsung (Siagian 2011:52).

Pendekatan kualitatif digunakan untuk melihat dampak dari pelayanan rehabilitasi sosial Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara pasca terminasi tahun 2014 terhadap penyandang disabilitas, apakah peyandang disabilitas tubuh tersebut di dalam kehidupan sehari-harinya sudah mandiri dan sudah bekerja sesuai dengan kemampuan keterampilan yang mereka pelajari.

Melalui penelitian deskriptif kualitatif, penulis ingin menggambarkan secara menyeluruh tentang dampak dari pelayanan rehabilitasi sosial Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara terhadap penyandang disabilitas tubuh pasca terminasi tahun 2014.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” yang beralamat di Jalan Williem Iskandar No.377 Kecamatan Medan Tembung,

Sumatera Utara. Alasan Peneliti memilih lokasi di Panti Sosial yang merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis yang berada dibawah naungan Kementerian Sosial Republik Indonesia. Lokasi ini merupakan lembaga pemerintah yang berperan dalam memberikan pelayanan sosial kepada penyandang disabilitas tubuh dengan memberikan bimbingan keterampilan otomotif, service ponsel, menjahit, elektronika yang bertujuan untuk menjadikan penyandang disabilitas tubuh lebih mandiri dan dapat meningkatkan keberfungsiaan sosialnya di tengah masyarakat.

3.3 Informan

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel. Subjek penelitian yang telah tercermin dalam focus penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan penelitian ini meliputi beberapa macam, seperti:

a. Informan kunci, yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Informan kunci dalam penelitian ini adalah penyandang disabilitas tubuh.

b. Informan utama, yaitu mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi

informan utama adalah keluarga, tetangga, dan teman dari penyandang disabilitas tubuh.

c. Informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi informan tambahan adalah pekerja sosial yang menjadi pembimbing penyandang disabilitas tubuh ketika melaksanakan pembinaan di dalam Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” (Emy Susanti Hendrarso dalam Bagong Suyanto dan Sutinah, 2008: 171-172).

Jumlah penyandang disabilitas tubuh Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara adalah sebanyak 60 orang. Namun, jumlah penyandang disabilitas tubuh yang akan diteliti adalah sebanyak 4 orang, karena mempertimbangkan waktu, biaya, jarak, dan tempat. Peneliti hanya meneliti penyandang disabilitas tubuh yang ada di wilayah Medan. Penyandang disabilitas tubuh yang akan diteliti memiliki umur diatas 20 tahun. Untuk lebih memperjelas profil penyandang disabilitas tubuh, penulis menyajikan dalam bentuk tabel seperti berikut:

Tabel 1

Profil Penyandang Disabilitas Tubuh

No Nama Umur Jenis

Kelamin Jenis Kecacatan

Jenis Keterampilan

1 Sukma Ayu Lestari 22 tahun Perempuan Paraplegi Menjahit 2 Racha Cahaya 20 tahun Perempuan Paraplegi Menjahit

3 Legi Arianto 34 tahun Laki-Laki Amputasi Kaki Kiri Otomotif 4 Suhendri 25 tahun Laki-Laki Amputasi Tangan Kanan Otomotif

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan informasi atau data yang dibutuhkan penelitian ini, maka peneliti menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Data Primer, dengan teknik pengumpulan data berupa:

a. Observasi partisipatif, yaitu peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data peneliti atau mengumpulkan data dengan mengadakan pengamatan langsung (Sugiyono, 2013: 227). Data yang diperoleh melalui observasi langsung, yang terdiri dari rincian tentang kegiatan atau gambaran kehidupan penyandang disabilitas tubuh dan interaksi interpersonal sehingga peneliti dapat menyelami kehidupan objek penelitian.

b. Wawancara, yaitu peneliti mengadakan tanya jawab secara langsung. Agar wawancara lebih terarah digunakan instrumen berupa pedoman wawancara (interview guide) yaitu urutan-urutan daftar pertanyaan yang diperlukan. Dalam penelitian ini digunakan juga instrumen penelitian lainnya, yaitu alat bantu rekam dan dokumentasi yang akan membantu peneliti dalam menganalisis

data hasil wawancara. Dalam penelitian ini yang akan diwawancara adalah penyandang disabilitas tubuh, keluarga, tetangga, dan pekerja sosial yang berada di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” tempat penyandang disabilitas tubuh telah melakukan pembinaan.

2. Data Sekunder

Data sekunder berupa studi kepustakaan yang dilakukan untuk mendapatkan data-data sekunder dengan mengumpulkan bahan-bahan yang berasal dari buku-buku, internet, data dari Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” dan lain-lainnya yang relevan dengan penelitian.

3.5 Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini, teknis analisis data yang digunakan adalah teknis analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan menjabarkan hasil penelitian sebagaimana adanya dengan tahap-tahap sebagai berikut:

1. Editing, yaitu dengan meneliti data-data yang diperoleh dari hasil penelitian.

2. Koding, yaitu mengklarifikasikan jawaban-jawaban menurut macamnya.

3. Membuat kategori untuk mengklarifikasi agar data mudah dianalisis dan disimpulkan sehingga jawaban yang beraneka ragam dapat diangkat

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Bina Daksa “BAHAGIA” Sumatera Utara yang beralamat di Jalan Williem Iskandar No.377, Medan Tembung.Sumatera Utara. Penelitian juga akan dilakukan dirumah informan yang berada di wilayah Sumatera Utara khususnya di daerah Medan.

4.2 Sejarah Berdirinya Panti Sosial Bina Daksa “BAHAGIA” Sumatera Utara

Panti Sosial Bina Daksa "Bahagia" Sumatera Utara didirikan pada tahun 1994 melalui bantuan anggaran LOAN/OECF 1994/1995 yang secara bertahap pembangunannya dilaksanakan sampai dengan tahun 1998 yang bersumber dari dana APBN Departemen Sosial RI.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 25/HUK/1998 Tanggal 15 April 1998 secara resmi dikukuhkan menjadi salah satu Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kanwil Depsos Sumut dengan program rujukan regional pelayanan dan rehabilitasi sosial khusus bagi penyandang cacat tubuh dari Propinsi Daerah Istimewa Aceh, Sumatera Utara dan Riau.

Setelah pelayanan selama kurang lebih 2 (dua) tahun, ternyata pelayanan tidak dapat berjalan secara optimal sesuai dengan kebijakan pemerintah

berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. Dengan kebijakan ini, status lembaga/UPT ini dialihkan ke Pemda Propinsi Sumatera Utara yang meliputi personil, sarana dan prasarana serta pembiayaan.

Dalam proses perjalanan sejak diserahkan ke Pemda Sumatera Utara di Tahun 2000 sampai dengan 2007, dalam pelaksanaan fungsi pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi penyandang cacat tubuh tidak dapat berfungsi secara optimal yang antara lain disebabkan oleh Alokasi anggaran yang kurang memadai pada Pemda Sumatera Utara, sehingga diupayakan pengembalian UPT PSBD "Bahagia" Sumut ke Departemen Sosial RI.

Melalui proses yang panjang sejak tahun 2003 sampai dengan 2007, atas persetujuan Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, Menteri Sosial melalui Keputusan Nomor 163/HUK/2007 Tanggal 5 Desember 2007 menetapkan tentang Organisasi dan Tata Kerja PSBD "Bahagia" Sumut dan sejak tahun 2008 kelembagaan Balai Bina Daksa Lau Bakeri beralih status kelembagaan menjadi UPT Kementerian Sosial di bawah pembinaan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial.

Setelah resmi berada di lingkungan Kementerian Sosial RI, atas pertimbangan dan kebijakan Menteri Sosial RI (Kepmensos Nomor : 09/HUK/2008) PSBD "Bahagia" Sumut yang sebelumnya berlokasi di Desa Lau Bakeri Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Derdang dipindahkan ke Jl. Williem Iskandar No. 377 Medan (Menempati gedung eks. PSPP Insyaf Medan). Sehubungan dengan status kelembagaan ini, UPT PSBD "Bahagia" Sumut kembali kepada fungsi perujukan pelayanan dan rehabilitasi sosial untuk wilayah

Sumatera Bagian Utara meliputi 5 (lima) wilayah propinsi yaitu : NAD, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau.

4.3 Tugas dan Fungsi Panti Sosial Bina Daksa “BAHAGIA” Sumatera Utara Tugas

Panti Sosial Bina Daksa Bahagia “BAHAGIA” mempunyai tugas melaksanakan perlindungan, advokasi, pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, pemberian informasi ,rujukan, koordinasi dan kerjasama dengan instansi bagi penyandang cacat agar mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat.

Fungsi

1. Pelaksanaan penyusunan rencana program, evaluasi, dan laporan

2. Pelaksanaan registrasi, observasi, identifikasi, diagnosa sosial, dan perawatan 3. Pelaksanaan pelayanan dan rehabilitasi sosial yang meliputi bimbingan

mental, sosial fisik dan keterampilan.

4. Pelaksanaan resosialisasi, penyaluran, dan bimbingan lanjut 5. Pelaksanaan pemberian informasi dan advokasi

6. Pelaksanaan pengkajian dan penyiapan standar pelayanan rehabilitasi sosial 7. Pelaksanaan tata usaha.

4.4 Struktur Organisasi PSBD “BAHAGIA” Sumatera Utara 4.4.1 Struktur Organisasi

Gambar.4.1. Struktur Organisasi

Subbag Tata Usaha, mempunyai tugas melakukan urusan umum,

penyiapan rencana dan program kegiatan, urusan surat menyurat, kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan rumah tangga serta kehumasan.

Kepala Panti Drs. Reddy Nugraha M.M

KEPALA SUBBAG TU Dra. Meisi

Kasie Rehabilitasi Sosial Dra. Ninik Khotija Kasie Program dan

Advokasi Sosial Dra. Darmiyeti

Kasie Penyaluran dan Bimbingan Lanjutan Dra. Sinarta Kelompok Jabatan Fungsional Wartina Sitohang Nelly Perangin-angin Frans Sitepu

Ade Dwi Rizki

Seksi Program dan Advokasi Sosial, mempunyai tugas melakukan

penyusunan program rehabilitasi sosial, memberikan bantuan perlindungan sosial dan advokasi sosial serta kerja sama, pengkajian dan penyiapan standarisasi pelayanan, pemantauan serta valuasi dan laporan.

Seksi Rehabilitasi Sosial, mempunyai tugas melakukan pendekatan awal

berupa registrasi, observasi, identifikasi, pemeliharaan jasmani dan penetapan diagnosa, perawatan, bimbingan pengetahuan dasar dan keterampilan kerja, mental, sosial dan fisik.

Seksi Penyaluran dan Bimbingan Lanjut, mempunyai tugas

memberikan bimbingan lanjut, kerjasama, pemberian informasi, praktek belajar bekerja (PBK) dan penyaluran.

Kelompok Jabatan Fungsional, sejumlah tenaga fungsional yang

bertugas membantu Kepala Panti sesuai dengan keahliannya.

4.4.2 Keadaan Pegawai

Tabel 4.1. Daftar Nama Pegawai PSBD “BAHAGIA” Sumatera Utara

NO NAMA JABATAN

1 Drs. Reddy Nugraha Kepala Panti

2 Dra. Meisi Kasubbag TU

3 Dra. Sinarta Kasie Binjut

4 Dra. Ninik Khotija Kasie Rehabilitasi Sosial

5 Dra. Darmiyeti Kasie Program dan Advokasi Sosial 6 Darsin Karo-Karo, SE Penata Laporan Keuangan

7 Wartinah Sitohang Pekerja Sosial Penyelia

8 Daniel Rovin Ginting, SE Pengadministrasi Kepegawaian 9 Nuraini Sembiring Pengadministrasi Rehabilitasi Sosial 10 Emli Girsang Pengadministrasi Bahan Program 11 Nelli Perangin-angin Pekerja Sosial Pelaksana Lanjutan 12 Frans Edianus Sitepu, A.KS,MP.SSP Pekerja Sosial Pertama

13 Maidinse Hutasoit, S.ST Pekerja Sosial Pertama 14 Robert Sitorus, S.Sos Pekerja Sosial Pertama 15 Richa Nurhayati, S.Psi Pembimbing Psikologis 16 Ilzami Teknisi Listrik dan Bangunan 17 Relasius H. Sinaga, S.ST Perencana Pertama

18 Evi Ulina Br. Sitepu Pekerja Sosial Pelaksana 19 Manerep P. Silaban, S.Sos Verifikator Keuangan

20 Rosdiana Simarmata, A.KS Penata BMN dan Barang Persediaan 21 Yunita Anggraini, S.Sos Penata Laporan Keuangan

22 Retna Sari Ningrum, S.Sos Pengadministrasi Advokasi Sosial 23 Winner Goldstar S,S.ST Pekerja Sosial Pertama

24 Denok Diana Kertika, S.E Penata BMN dan Barang Persediaan 25 Hetty Yusmaida Barasa, S.Psi Pembimbing Psikologis

26 Nobel Sintong S. Silitonga, S.Sos Pengadministrasi Binjut 27 Helmayuni, AMK Perawat Pelaksana 28 Nuri Nelviana, A.Md Bendahara Pengeluaran

29 Gigih Candra Irawan, AMF Fisioterapis Pelaksana 30 Nuriyatuddin Khoyrun Nisa' A.MF Fisioterapis Pelaksana 31 Nova Syafrina, A.Md.Kep Perawat Pelaksana

32 Endah Murni Wijayanti, A.Md Pengadministrasi Bahan Program 33 Ralex Suprapto, A.Md Instruktur Pelaksana

34 Ismardi, A.Md Instruktur Pelaksana 35 Bima Nugroho, A.Md Instruktur Pelaksana 36 Erika Simbolon Pekerja Sosial Penyelia

37 Gelora E.H. Purba, S.ST Pengadministrasi Rehabilitasi Sosial 38 Parsaoran Nainggolan Petugas Keamanan

39 Ade Dwi Rizky Pekerja Sosial Pemula

4.5. Keadaan Panti Sosial Bina Daksa “BAHAGIA” Sumatera Utara 4.5.1. Keadaan Lokasi

1. Luas Tanah : 8.960 m(128X70m)

2. Luas Bangunan : 5.341 m yang terdiri dari : a. Gedung Kantor (9 unit)

b. Wisma Tamu

c. Wisma Petugas (2 unit) d. Ruang Rapat

e. Aula

f. Asrama Klien (4 unit) dengan kapasitas 100 orang g. Ruang pendidikan

h. Ruang Keterampilan (workshop) i. Mushala

j. Poliklinik dan Perpustakaan

k. Sarana Olahraga dan Kesenian, yaitu : 1. Lapangan bola volley

2. Lapangan Bulu Tangkis 3. Tenis Meja

4. Gym

5. Alat musik band

4.5.2. Keadaan Klien Penyandang Disabilitas Tubuh

1. Jumlah 60 Jiwa

a. Laki-laki : 38 jiwa b. Perempuan : 22 jiwa

4.6Kegiatan Pelayanan Sasaran Dan Jangka Waktu Pelayanan Lembaga Pelayanan dalam Panti

1. Sasaran

a. Penyandang Disabilitas tubuh berusia 15 s.d 35 tahun yang belum direhabilitasi

b. Penyandang Disabilitas tubuh berusai 15 s.d 35 tahun rujukan dari lembaga lain (LBK dan atau lembaga rehabilitasi berbasis masyarakat lainnya)

2. Jangka Waktu Pelaksanaan

Jangka waktu program pelayanan dan rehabilitasi sosial di UPT PSBD “Bahagia” Sumut dilaksanakan selama 12 Bulan (Januari s/d Desember).

Pelayanan diluar Panti (Penjangkauan)

1. Sasaran

Penyandang disabilitas cacat tubuh usia produktif yang tidak memliliki keterampilan dan belum mendapatkan program pelayanan dan rehabilitasi sosial.

2. Metode Pelaksanaan

Memberikan pelatihan keterampilam praktis (coaching clinic) dengan narasumber/tenaga ahli dalam bidang kerajinan tangan yang mempunyai nilai ekonomis.

Program pelayanan dalam panti diperuntukkan bagi calon penerima manfaat (klien) penyandang cacat yang berada di wilayah Sumatera bagian Utara dan direkrut oleh petugas PSBD bekerja sama dengan Dinas Sosial Provinsi, Kabupaten/Kota. Calon klien yang memenuhi persyaratan administrasi dan teknis akan diregistrasi dan diasramakan.

4.7 Alur Pelayanan Sosial Lembaga 4.7.1 Pendekatan Awal

Kegiatan yang mengawali proses rehabilitasi yang dilaksanakan dimasyarakat untuk mendapatkan kemudahan dan kerjasama dengan mengadakan

kontak langsung dengan pemerintah daerah dan keluarga.Pendekatan awal dilakukan untuk mendapatkan kemudahan dan kerjasama dengan mengadakan kontak langsung dengan pemerintah daerah dan keluarga.Pendekatan awal dilakukan untuk mendapatkan gambaran dan informasi yang jelas guna penetapan calon klien,serta menumbuhkan minat klien untuk menyerahkan anaknya mengikuti program rehabilitasi di PSBD “Bahagia” Sumatera Utara.

4.7.2 Penerimaan

Tahapan dimana calon klien melakukan regiitrasi ulang yaitu mengenai : a.Pencatatan identitas calon klien dalam buku induk

b.Penandatanganan kontrak pelayanan antara klien dan PSBD “Bahagia” Sumut c.Pengisian dan pemeriksaan berkas-berkas yang diperlukan

Adapun berkas-berkas yang diperlukan dalam pendaftaran Klien PSBD “BAHAGIA” Sumatera Utara adalah:

1. Penyandang Disabilitas Tubuh. 2. Usia 15 s/d 35 Tahun.

3. Berbadan sehar dan tidak mengidap penyakit menular serta tidak ada indikasi parapelegia, dinyatakan dengan surat keterangan dokter sebanyak 2 rangkap.

4. Tidak memiliki cacat ganda (mempunyai cacat tubuh dan cacat mental). 5. Bisa membaca dan menulis.

7. Mengisi dan menandatangani surat pernyataan klien, orang tua/klien untuk mentaati program rehabilitasi sosial.

8. Melampirkan surat pernyataan bahwa orang tua/wali bersedia menerima kembali si anak, baik yang tamat maupun yang gagal dalam pembinaan. 9. Menyerahkan foto terbaru seluruh badan ukuran postcard yang

memperlihatkan kecacatannya sebanyak 3 lembar.

10.Menyerahkan pas foto terbaru ukuran 3x4 sebanyak 3 lembar.

11.Menyerahkan fotocopy KTP/Surat Keterangan dari Kepala Desa/lurah tentang status kependudukan sebanyak 2 lembar.

12.Menyerahkan fotocopy KTP orangtua/wali sebanyak 2 lembar. 13.Menyerahkan fotocopy ijazah/STTB sebanyak 2 lembar.

4.7.3 Assesment

Untuk mendapatkan data dan informasi mengenai latar belakang permasalahan klien meliputi kemampuan melakukan aktivitas hidup sehari-hari,bakat,minat,potensi-potensi yang dimiliki,kemampuan,harapan dan rencananya untuk masa depan yang dapat digunakan untuk pemcahan masalah serta upaya lain untuk pengembangan potensi klien dan penempatan klien dalam jurusan keterampilan.

4.7.4 Bimbingan Fisik, Mental dan Keterampilan

Meliputi pembinaan fisik, mental, psikologis dan mental keagamaan. Disamping itu, klien juga mendapatkan bimbingan keterampilan.

Bimbingan Fisik meliputi:

a. Kegiatan Senam b. Kegiatan Olahraga c. Pemeriksaan Kesehatan d. Fisioterapi

Bimbingan Mental meliputi:

a. Bimbingan mental spiritual keagamaan oleh pembimbing agama kepercayaan masing-masing.

b. Bimbingan etika dan budi pekerti c. Bimbingan psikososial

d. Outbond dialam terbuka e. Bimbingan pramuka.

Bimbingan Keterampilan meliputi:

a. Penjahit Pakaian Wanita b. Elektronika

c. Service Telepon Selular d. Otomotif (Roda2)

4.7.5 Resosialisasi

Dalam tahapan ini klien dipersiapkan untuk terjun ke masyarakat, keluarga maupun disalurkan ke lapangan kerja yang tersedia dan atau instansi pengirim.

4.7.6 Bimbingan Lanjutan

Tahap bimbingan lanjut dilakukan setelah diadakan evaluasi sejak tahap input proses,output dan outcome maka telah mencapai titik akhir dalam proses pelayanan sosial dalam UPT,pada gilirannya harus mengakhiri kegiatan pelayanan sosial,dengan pertimbangan tindak lanjut purna pelayanan sosial.

4.7.7 Terminasi

Terminasi merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pelayanan sosial klien dalam UPT, yang terakhir dan telah disampaikan serta direncanakan oleh pihak panti untuk mengakhiri dan melepaskan dari proses pertolongan secara profesional antara panti sebagai lembaga pelayanan rehabilitasi sosial dengan sistem klien,sistem kegiatan dan sistem sasaran.

Landasan bagi suatu tahapan terminasi ketika eks klien tersebut telah mandiri dan tugas-tugas yang dilakukan telah menunjukkan adanya kemajuan yang dapat dicapai, sehingga mereka dapat melaksanakan keberfungsiaan sosial secara wajar dalam arti yang sesungguhnya.

BAB V ANALISIS DATA

Melalui hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di lapangan yaitu melakukan teknik wawancara yang mendalam dan observasi partisipatif dengan informan, peneliti berhasil mengumpulkan data informasi mengenai “Dampak Pelayanan Rehabilitasi Sosial terhadap Kemandirian Penyandang Disabilitas Tubuh Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara Pasca Terminasi pada tahun 2014”.

Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu :

1. Penelitian diawali dengan mengumpulkan data penyandang disabilitas tubuh dari Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara. Pengumpulan data tersebut case record yang meliputi biodata informan, latar belakang kecacatan informan kunci dan data lainnya yang berhubungan dengan penyandang disabilitas tubuh tersebut.

2. Melakukan diskusi terbuka dengan informan khususnya para penyandang disabilitas tubuh dan mengetahui latar belakang informan.

3. Melakukan pengamatan dan observasi di tempat tinggal informan dalam hal ini, peneliti membuat catatan di lapangan untuk mengetahui informasi mengenai kehidupan sehari-hari penyandang disabilitas sebelum dan setelah melakukan bimbingan di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara.

Informan yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 10 orang dengan komposisi 4 orang informan kunci yaitu penyandang disabilitas tubuh, 4 orang informan utama yaitu orang tua dari penyandang disabilitas tubuh dan 2 informan tambahan yaitu pekerja sosial sebagai pembimbing penyandang disabilitas tubuh ketika melakukan bimbingan di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara. Informan kunci yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti dalam penelitian ini adalah penyandang disabilitas tubuh Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara yang terdiri dari 4 orang penyandang disabilitas tubuh berusia 20 tahun – 35 tahun dan penyandang disabilitas tersebut telah selesai melakukan pelatihan di Panti Sosial Bina Daksa pada tahun 2014. Informan tambahan yaitu, mereka yang dapat memberikan informasi yang terlibat dengan informan kunci yang diteliti, informan tambahan dalam penelitian ini yaitu 4 orang pekerja sosial sebagai pembimbing klien ketika di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara.

5.1Hasil Temuan

a. Informan Kunci I

1. Nama : Sukma Ayu Lestari 2. Jenis kelamin : Perempuan

3. Status di Keluarga : Anak ke 1 dari 2 bersaudara 4. Usia : 22 tahun

5. Agama : Islam 6. Suku : Jawa

7. Alamat : Jln. Pancing I No.35A 8. Pendidikan : 3 SMK

9. Pekerjaan : Tukang Service Hp dan Jualan Pulsa 10. Pekerjaan Orang tua:

a. Ayah : Karyawan bangunan b. Ibu : TKW Malasyia

Sukma Ayu Lestaria adalah seorang penyandang disabilitas tubuh yang berusia 22 tahun, berkulit coklat dengan memakai hijab berasal dari keluarga yang sederhana. Ia anak ke 1 dari 2 bersaudara. Ayu tinggal dengan adiknya dirumah bude atau sebutan bagi adik perempuan dari ibunya. Kehidupan sehari-hari yang dijalani Ayu dan adiknya dinafkahi oleh budenya, karena Ibu dan Ayah Ayu sudah bercerai ketika Ayu duduk di bangku kelas 6 SD. Ibunya menjadi TKW Malasyia dan menikah lagi dengan orang yang berkebangsaan Malasyia. Ada kutipan wawancara antara peneliti dan informan yaitu :

“Aku tinggal di tempat budeku lah ini kak, budeku tinggal dirumah bagian depan, aku sama adekku di bagian belakang, tapi sehari-hari kami budelah yang biayai kak. Bapak Ayu tinggal dekat sini juga kak, nanti kalo malam-malam dia kadang mau datang untuk ngunjungi kami kak. Trus kami kadang dikasi uang saku kak, kami gak bisa dibiayai sepenuhnya kak, karna bapak pun cuma kuli bangunan. Paling yang dibiayai uang sekolah adek lah. Mamak Ayu di malasyia jadi TKW, itupun dia udah nikah sama orang Malasyia, udah punya anakpun. Pernah tahun lalu orang itu datang, tapi balek lagi lah kesana. Kadang awak

terpukul juga nengok keadaan keluarga Ayu kek gini kak. Makanya Ayu minder-minder aja kalok jumpa orang lain, karna Ayu rasa sedih kali, udah gitu cemburu kali nengok orang lain. Awak udah cacat, orang tua awak pun udah pisah (Ayu sedih hingga meneteskan air mata)”.

Ayu pernah tinggal kelas di bangku kelas 3 SD kemudian beberapa tahun dia berhenti sekolah dan melanjutkan sekolahnya langsung duduk di bangku kelas 6 SD. Ketika Ayu duduk di bangku SD ia terkena penyakit polio, namun ia masih bisa berjalan. Pada saat ia duduk di bangku kelas 3 SD, ia mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kedua kakinya tidak bisa berjalan. Ada kutipan wawancara antara peneliti dan informan yaitu :

“Sebenarnya dari SD Ayu udah sakit polio kak tapi masih bisa aku jalan kak, trus pernah lah Ayu tinggal kelas di kelas 3 SD, pas waktu itu aku kecelakaan kak. Pas sakit karna kecelakaan itu, aku ditempat tidur baring-baring trus aku duduk-duduk. Karna aku duduk-duduk aja, kaki ku lama-lama jadi bengkok dua-duanya kak. Tapi yang paling parah kaki kiri ku kak, kaki kiri ku

Dokumen terkait