• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Pelayanan Rehabilitasi Sosial terhadap Kemandirian Penyandang Disabilitas Tubuh Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara Pasca Terminasi pada tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak Pelayanan Rehabilitasi Sosial terhadap Kemandirian Penyandang Disabilitas Tubuh Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara Pasca Terminasi pada tahun 2014"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR INFORMAN DAN PEDOMAN WAWANCARA

Dampak Pelayanan Rehabilitasi Sosial terhadap Kemandirian Penyandang

Disabilitas Tubuh Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara

INFORMAN KUNCI

Identitas Informan Kunci

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Suku :

Agama :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Jenis Keterampilan ketika di PSBD :

Daftar Pertanyaan

1. Apa saja aktivitas klien sebelum melakukan pembinaan di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara?

2. Ketika melakukan pembinaan di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara, adakah perubahan yang klien rasakan?

(2)
(3)

INFORMAN UTAMA

Identitas Informan Utama

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Suku :

Agama :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Hubungan dengan klien :

Daftar Pertanyaan

1. Bagaimana sikap klien dirumah sebelum masuk ke Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara?

2. Apa saja yang dilakukan klien sehari-harinya sebelum masuk Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara?

3. Bagaimana sikap klien dirumah ketika klien telah kembali dari Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara?

(4)
(5)

IFORMAN TAMBAHAN

Identitas Informan Tambahan

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Suku :

Agama :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Hubungan dengan klien : Daftar Pertanyaan

1. Ketika di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara, apakah klien rajin mengikuti kelas bimbingan?

2. Apakah klien disiplin di dalam Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara?

3. Apakah klien mandiri di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara?

(6)
(7)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. 2005. Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial : Pengantar pada Pengertian dan Beberapa Pokok Bahasan.

Jakarta:UI-Press.

Depertemen Sosial RI, 2007. Panduan Umum Pelaksanaan Bimbingan Sosial Penyandang Cacat dalam Panti:Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi

Sosial Penyandang Cacat.

Departemen Sosial Republik Indonesia. 2008. Panduan Khusus Pelaksanaan Bimbingan Sosial Penyandang Cacat Tubuh Dalam Panti.

Jakarta:Dit.PRSPC.

Departemen Sosial Republik Indonesia.2008. Standarisasi Pelayanan Dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat Tubuh Dalam Panti,

Jakarta:Dit.PRSPC.

Direktorat Rehabilitasi sosial orang dengan kecacatan, 2010. Rencana Srategis Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial:Kementerian Sosial RI.

Direktorat jenderal rehabilitasi sosial orang dengan kecacatan Indonesia. 2013. Pedoman rehabilitasi sosial orang dengan kecacatan tubuh dalam panti.

Kementerian Sosial Republik.

(8)

Kementerian Sosial Republik Indonesia, 2010, Pedoman Rehabilitasi Sosial Orang Dengan Kecacatan Tubuh Dalam Panti :Direktorat Jenderal

Rehabilitasi Sosial.

Maslow,H.A. 1988, Motivasi dan Kepribadian. Jakarta:Pustaka Binaman Persindo.

Muhidin, Syarif, Drs. Msc. 1992. Pengantar Kesejahteraan Sosial.Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial:Bandung.

Nurdin, Fadhil. 1990. Pengantar Studi Kesejahteraan Sosial. Bandung:PT.Angkasa.

Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara, 2013.Kurikulum Rehabilitasi Penyandang Disabilitas Tubuh.

Siagian, M. & Agus, S. 2010. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan CSR Perspektif Pekerjaan Sosial. Medan: Fisip USU Press.

Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial-Pedoman Praktis Penelitian Bidang Ilmu-ilmu Sosial dan Kesehatan. Medan: PT. Grasindo

Monorotama.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta.

(9)

SUMBER LAIN

(http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_233426.pdf diakses pada tanggal 19 November 2015 pukul 22.00 WIB )

(http://id.wikipedia.org/wiki/disabilitas, 19 November 2015 pukul 22.15 WIB). (kbbi.web.id/mandiri, 12 November 2015).

(http://dansite.wordpress.com/2010/10/kemandirian.html?m=1, 19 November 2015).

(10)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan atau mendeskripsikan objek dan fenomenal yang ingin diteliti. Termasuk di dalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan ada pula produk interaksi yang berlangsung (Siagian 2011:52).

Pendekatan kualitatif digunakan untuk melihat dampak dari pelayanan rehabilitasi sosial Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara pasca terminasi tahun 2014 terhadap penyandang disabilitas, apakah peyandang disabilitas tubuh tersebut di dalam kehidupan sehari-harinya sudah mandiri dan sudah bekerja sesuai dengan kemampuan keterampilan yang mereka pelajari.

Melalui penelitian deskriptif kualitatif, penulis ingin menggambarkan secara menyeluruh tentang dampak dari pelayanan rehabilitasi sosial Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara terhadap penyandang disabilitas tubuh pasca terminasi tahun 2014.

3.2 Lokasi Penelitian

(11)

Sumatera Utara. Alasan Peneliti memilih lokasi di Panti Sosial yang merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis yang berada dibawah naungan Kementerian Sosial Republik Indonesia. Lokasi ini merupakan lembaga pemerintah yang berperan dalam memberikan pelayanan sosial kepada penyandang disabilitas tubuh dengan memberikan bimbingan keterampilan otomotif, service ponsel, menjahit, elektronika yang bertujuan untuk menjadikan penyandang disabilitas tubuh lebih mandiri dan dapat meningkatkan keberfungsiaan sosialnya di tengah masyarakat.

3.3 Informan

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel. Subjek penelitian yang telah tercermin dalam focus penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan penelitian ini meliputi beberapa macam, seperti:

a. Informan kunci, yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Informan kunci dalam penelitian ini adalah penyandang disabilitas tubuh.

(12)

informan utama adalah keluarga, tetangga, dan teman dari penyandang disabilitas tubuh.

c. Informan tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi informan tambahan adalah pekerja sosial yang menjadi pembimbing penyandang disabilitas tubuh ketika melaksanakan pembinaan di dalam Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” (Emy Susanti Hendrarso dalam Bagong Suyanto dan Sutinah, 2008: 171-172).

[image:12.595.52.580.663.723.2]

Jumlah penyandang disabilitas tubuh Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara adalah sebanyak 60 orang. Namun, jumlah penyandang disabilitas tubuh yang akan diteliti adalah sebanyak 4 orang, karena mempertimbangkan waktu, biaya, jarak, dan tempat. Peneliti hanya meneliti penyandang disabilitas tubuh yang ada di wilayah Medan. Penyandang disabilitas tubuh yang akan diteliti memiliki umur diatas 20 tahun. Untuk lebih memperjelas profil penyandang disabilitas tubuh, penulis menyajikan dalam bentuk tabel seperti berikut:

Tabel 1

Profil Penyandang Disabilitas Tubuh

No Nama Umur Jenis

Kelamin Jenis Kecacatan

Jenis

(13)

1 Sukma Ayu Lestari 22 tahun Perempuan Paraplegi Menjahit 2 Racha Cahaya 20 tahun Perempuan Paraplegi Menjahit

3 Legi Arianto 34 tahun Laki-Laki Amputasi Kaki Kiri Otomotif 4 Suhendri 25 tahun Laki-Laki Amputasi Tangan Kanan Otomotif

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan informasi atau data yang dibutuhkan penelitian ini, maka peneliti menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Data Primer, dengan teknik pengumpulan data berupa:

a. Observasi partisipatif, yaitu peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data peneliti atau mengumpulkan data dengan mengadakan pengamatan langsung (Sugiyono, 2013: 227). Data yang diperoleh melalui observasi langsung, yang terdiri dari rincian tentang kegiatan atau gambaran kehidupan penyandang disabilitas tubuh dan interaksi interpersonal sehingga peneliti dapat menyelami kehidupan objek penelitian.

(14)

data hasil wawancara. Dalam penelitian ini yang akan diwawancara adalah penyandang disabilitas tubuh, keluarga, tetangga, dan pekerja sosial yang berada di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” tempat penyandang disabilitas tubuh telah melakukan pembinaan.

2. Data Sekunder

Data sekunder berupa studi kepustakaan yang dilakukan untuk mendapatkan data-data sekunder dengan mengumpulkan bahan-bahan yang berasal dari buku-buku, internet, data dari Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” dan lain-lainnya yang relevan dengan penelitian.

3.5 Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini, teknis analisis data yang digunakan adalah teknis analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan menjabarkan hasil penelitian sebagaimana adanya dengan tahap-tahap sebagai berikut:

1. Editing, yaitu dengan meneliti data-data yang diperoleh dari hasil penelitian.

2. Koding, yaitu mengklarifikasikan jawaban-jawaban menurut macamnya.

(15)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Bina Daksa “BAHAGIA” Sumatera Utara yang beralamat di Jalan Williem Iskandar No.377, Medan Tembung.Sumatera Utara. Penelitian juga akan dilakukan dirumah informan yang berada di wilayah Sumatera Utara khususnya di daerah Medan.

4.2 Sejarah Berdirinya Panti Sosial Bina Daksa “BAHAGIA” Sumatera

Utara

Panti Sosial Bina Daksa "Bahagia" Sumatera Utara didirikan pada tahun 1994 melalui bantuan anggaran LOAN/OECF 1994/1995 yang secara bertahap pembangunannya dilaksanakan sampai dengan tahun 1998 yang bersumber dari dana APBN Departemen Sosial RI.

Sesuai dengan Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 25/HUK/1998 Tanggal 15 April 1998 secara resmi dikukuhkan menjadi salah satu Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kanwil Depsos Sumut dengan program rujukan regional pelayanan dan rehabilitasi sosial khusus bagi penyandang cacat tubuh dari Propinsi Daerah Istimewa Aceh, Sumatera Utara dan Riau.

(16)

berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. Dengan kebijakan ini, status lembaga/UPT ini dialihkan ke Pemda Propinsi Sumatera Utara yang meliputi personil, sarana dan prasarana serta pembiayaan.

Dalam proses perjalanan sejak diserahkan ke Pemda Sumatera Utara di Tahun 2000 sampai dengan 2007, dalam pelaksanaan fungsi pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi penyandang cacat tubuh tidak dapat berfungsi secara optimal yang antara lain disebabkan oleh Alokasi anggaran yang kurang memadai pada Pemda Sumatera Utara, sehingga diupayakan pengembalian UPT PSBD "Bahagia" Sumut ke Departemen Sosial RI.

Melalui proses yang panjang sejak tahun 2003 sampai dengan 2007, atas persetujuan Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, Menteri Sosial melalui Keputusan Nomor 163/HUK/2007 Tanggal 5 Desember 2007 menetapkan tentang Organisasi dan Tata Kerja PSBD "Bahagia" Sumut dan sejak tahun 2008 kelembagaan Balai Bina Daksa Lau Bakeri beralih status kelembagaan menjadi UPT Kementerian Sosial di bawah pembinaan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial.

(17)

Sumatera Bagian Utara meliputi 5 (lima) wilayah propinsi yaitu : NAD, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau.

4.3 Tugas dan Fungsi Panti Sosial Bina Daksa “BAHAGIA” Sumatera Utara

Tugas

Panti Sosial Bina Daksa Bahagia “BAHAGIA” mempunyai tugas melaksanakan perlindungan, advokasi, pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, pemberian informasi ,rujukan, koordinasi dan kerjasama dengan instansi bagi penyandang cacat agar mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat.

Fungsi

1. Pelaksanaan penyusunan rencana program, evaluasi, dan laporan

2. Pelaksanaan registrasi, observasi, identifikasi, diagnosa sosial, dan perawatan 3. Pelaksanaan pelayanan dan rehabilitasi sosial yang meliputi bimbingan

mental, sosial fisik dan keterampilan.

4. Pelaksanaan resosialisasi, penyaluran, dan bimbingan lanjut 5. Pelaksanaan pemberian informasi dan advokasi

(18)

4.4 Struktur Organisasi PSBD “BAHAGIA” Sumatera Utara

[image:18.595.38.557.149.586.2]

4.4.1 Struktur Organisasi

Gambar.4.1. Struktur Organisasi

Subbag Tata Usaha, mempunyai tugas melakukan urusan umum,

penyiapan rencana dan program kegiatan, urusan surat menyurat, kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan rumah tangga serta kehumasan.

Kepala Panti Drs. Reddy Nugraha M.M

KEPALA SUBBAG TU Dra. Meisi

Kasie Rehabilitasi Sosial Dra. Ninik Khotija Kasie Program dan

Advokasi Sosial Dra. Darmiyeti

Kasie Penyaluran dan Bimbingan Lanjutan

Dra. Sinarta

Kelompok Jabatan Fungsional Wartina Sitohang Nelly Perangin-angin Frans Sitepu

Ade Dwi Rizki

(19)

Seksi Program dan Advokasi Sosial, mempunyai tugas melakukan

penyusunan program rehabilitasi sosial, memberikan bantuan perlindungan sosial dan advokasi sosial serta kerja sama, pengkajian dan penyiapan standarisasi pelayanan, pemantauan serta valuasi dan laporan.

Seksi Rehabilitasi Sosial, mempunyai tugas melakukan pendekatan awal

berupa registrasi, observasi, identifikasi, pemeliharaan jasmani dan penetapan diagnosa, perawatan, bimbingan pengetahuan dasar dan keterampilan kerja, mental, sosial dan fisik.

Seksi Penyaluran dan Bimbingan Lanjut, mempunyai tugas

memberikan bimbingan lanjut, kerjasama, pemberian informasi, praktek belajar bekerja (PBK) dan penyaluran.

Kelompok Jabatan Fungsional, sejumlah tenaga fungsional yang

bertugas membantu Kepala Panti sesuai dengan keahliannya.

[image:19.595.112.529.524.727.2]

4.4.2 Keadaan Pegawai

Tabel 4.1. Daftar Nama Pegawai PSBD “BAHAGIA” Sumatera Utara

NO NAMA JABATAN

1 Drs. Reddy Nugraha Kepala Panti

2 Dra. Meisi Kasubbag TU

3 Dra. Sinarta Kasie Binjut

4 Dra. Ninik Khotija Kasie Rehabilitasi Sosial

(20)

7 Wartinah Sitohang Pekerja Sosial Penyelia

8 Daniel Rovin Ginting, SE Pengadministrasi Kepegawaian 9 Nuraini Sembiring Pengadministrasi Rehabilitasi Sosial 10 Emli Girsang Pengadministrasi Bahan Program 11 Nelli Perangin-angin Pekerja Sosial Pelaksana Lanjutan

12 Frans Edianus Sitepu, A.KS,MP.SSP Pekerja Sosial Pertama 13 Maidinse Hutasoit, S.ST Pekerja Sosial Pertama 14 Robert Sitorus, S.Sos Pekerja Sosial Pertama 15 Richa Nurhayati, S.Psi Pembimbing Psikologis 16 Ilzami Teknisi Listrik dan Bangunan 17 Relasius H. Sinaga, S.ST Perencana Pertama

18 Evi Ulina Br. Sitepu Pekerja Sosial Pelaksana

19 Manerep P. Silaban, S.Sos Verifikator Keuangan

20 Rosdiana Simarmata, A.KS Penata BMN dan Barang Persediaan 21 Yunita Anggraini, S.Sos Penata Laporan Keuangan

22 Retna Sari Ningrum, S.Sos Pengadministrasi Advokasi Sosial 23 Winner Goldstar S,S.ST Pekerja Sosial Pertama

24 Denok Diana Kertika, S.E Penata BMN dan Barang Persediaan 25 Hetty Yusmaida Barasa, S.Psi Pembimbing Psikologis

(21)

29 Gigih Candra Irawan, AMF Fisioterapis Pelaksana 30 Nuriyatuddin Khoyrun Nisa' A.MF Fisioterapis Pelaksana 31 Nova Syafrina, A.Md.Kep Perawat Pelaksana

32 Endah Murni Wijayanti, A.Md Pengadministrasi Bahan Program 33 Ralex Suprapto, A.Md Instruktur Pelaksana

34 Ismardi, A.Md Instruktur Pelaksana 35 Bima Nugroho, A.Md Instruktur Pelaksana 36 Erika Simbolon Pekerja Sosial Penyelia

37 Gelora E.H. Purba, S.ST Pengadministrasi Rehabilitasi Sosial 38 Parsaoran Nainggolan Petugas Keamanan

39 Ade Dwi Rizky Pekerja Sosial Pemula

4.5. Keadaan Panti Sosial Bina Daksa “BAHAGIA” Sumatera Utara

4.5.1. Keadaan Lokasi

1. Luas Tanah : 8.960 m(128X70m)

2. Luas Bangunan : 5.341 m yang terdiri dari : a. Gedung Kantor (9 unit)

b. Wisma Tamu

c. Wisma Petugas (2 unit) d. Ruang Rapat

e. Aula

(22)

h. Ruang Keterampilan (workshop) i. Mushala

j. Poliklinik dan Perpustakaan

k. Sarana Olahraga dan Kesenian, yaitu : 1. Lapangan bola volley

2. Lapangan Bulu Tangkis 3. Tenis Meja

4. Gym

5. Alat musik band

4.5.2. Keadaan Klien Penyandang Disabilitas Tubuh

1. Jumlah 60 Jiwa

a. Laki-laki : 38 jiwa b. Perempuan : 22 jiwa

4.6Kegiatan Pelayanan Sasaran Dan Jangka Waktu Pelayanan Lembaga

Pelayanan dalam Panti

1. Sasaran

a. Penyandang Disabilitas tubuh berusia 15 s.d 35 tahun yang belum direhabilitasi

(23)

2. Jangka Waktu Pelaksanaan

Jangka waktu program pelayanan dan rehabilitasi sosial di UPT PSBD “Bahagia” Sumut dilaksanakan selama 12 Bulan (Januari s/d Desember).

Pelayanan diluar Panti (Penjangkauan)

1. Sasaran

Penyandang disabilitas cacat tubuh usia produktif yang tidak memliliki keterampilan dan belum mendapatkan program pelayanan dan rehabilitasi sosial.

2. Metode Pelaksanaan

Memberikan pelatihan keterampilam praktis (coaching clinic) dengan narasumber/tenaga ahli dalam bidang kerajinan tangan yang mempunyai nilai ekonomis.

Program pelayanan dalam panti diperuntukkan bagi calon penerima manfaat (klien) penyandang cacat yang berada di wilayah Sumatera bagian Utara dan direkrut oleh petugas PSBD bekerja sama dengan Dinas Sosial Provinsi, Kabupaten/Kota. Calon klien yang memenuhi persyaratan administrasi dan teknis akan diregistrasi dan diasramakan.

4.7 Alur Pelayanan Sosial Lembaga

4.7.1 Pendekatan Awal

(24)

kontak langsung dengan pemerintah daerah dan keluarga.Pendekatan awal dilakukan untuk mendapatkan kemudahan dan kerjasama dengan mengadakan kontak langsung dengan pemerintah daerah dan keluarga.Pendekatan awal dilakukan untuk mendapatkan gambaran dan informasi yang jelas guna penetapan calon klien,serta menumbuhkan minat klien untuk menyerahkan anaknya mengikuti program rehabilitasi di PSBD “Bahagia” Sumatera Utara.

4.7.2 Penerimaan

Tahapan dimana calon klien melakukan regiitrasi ulang yaitu mengenai : a.Pencatatan identitas calon klien dalam buku induk

b.Penandatanganan kontrak pelayanan antara klien dan PSBD “Bahagia” Sumut c.Pengisian dan pemeriksaan berkas-berkas yang diperlukan

Adapun berkas-berkas yang diperlukan dalam pendaftaran Klien PSBD “BAHAGIA” Sumatera Utara adalah:

1. Penyandang Disabilitas Tubuh. 2. Usia 15 s/d 35 Tahun.

3. Berbadan sehar dan tidak mengidap penyakit menular serta tidak ada indikasi parapelegia, dinyatakan dengan surat keterangan dokter sebanyak 2 rangkap.

4. Tidak memiliki cacat ganda (mempunyai cacat tubuh dan cacat mental). 5. Bisa membaca dan menulis.

(25)

7. Mengisi dan menandatangani surat pernyataan klien, orang tua/klien untuk mentaati program rehabilitasi sosial.

8. Melampirkan surat pernyataan bahwa orang tua/wali bersedia menerima kembali si anak, baik yang tamat maupun yang gagal dalam pembinaan. 9. Menyerahkan foto terbaru seluruh badan ukuran postcard yang

memperlihatkan kecacatannya sebanyak 3 lembar.

10.Menyerahkan pas foto terbaru ukuran 3x4 sebanyak 3 lembar.

11.Menyerahkan fotocopy KTP/Surat Keterangan dari Kepala Desa/lurah tentang status kependudukan sebanyak 2 lembar.

12.Menyerahkan fotocopy KTP orangtua/wali sebanyak 2 lembar. 13.Menyerahkan fotocopy ijazah/STTB sebanyak 2 lembar.

4.7.3 Assesment

Untuk mendapatkan data dan informasi mengenai latar belakang permasalahan klien meliputi kemampuan melakukan aktivitas hidup sehari-hari,bakat,minat,potensi-potensi yang dimiliki,kemampuan,harapan dan rencananya untuk masa depan yang dapat digunakan untuk pemcahan masalah serta upaya lain untuk pengembangan potensi klien dan penempatan klien dalam jurusan keterampilan.

4.7.4 Bimbingan Fisik, Mental dan Keterampilan

(26)

Bimbingan Fisik meliputi:

a. Kegiatan Senam b. Kegiatan Olahraga c. Pemeriksaan Kesehatan d. Fisioterapi

Bimbingan Mental meliputi:

a. Bimbingan mental spiritual keagamaan oleh pembimbing agama kepercayaan masing-masing.

b. Bimbingan etika dan budi pekerti c. Bimbingan psikososial

d. Outbond dialam terbuka e. Bimbingan pramuka.

Bimbingan Keterampilan meliputi:

a. Penjahit Pakaian Wanita b. Elektronika

c. Service Telepon Selular d. Otomotif (Roda2)

4.7.5 Resosialisasi

(27)

4.7.6 Bimbingan Lanjutan

Tahap bimbingan lanjut dilakukan setelah diadakan evaluasi sejak tahap input proses,output dan outcome maka telah mencapai titik akhir dalam proses pelayanan sosial dalam UPT,pada gilirannya harus mengakhiri kegiatan pelayanan sosial,dengan pertimbangan tindak lanjut purna pelayanan sosial.

4.7.7 Terminasi

Terminasi merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pelayanan sosial klien dalam UPT, yang terakhir dan telah disampaikan serta direncanakan oleh pihak panti untuk mengakhiri dan melepaskan dari proses pertolongan secara profesional antara panti sebagai lembaga pelayanan rehabilitasi sosial dengan sistem klien,sistem kegiatan dan sistem sasaran.

(28)

BAB V

ANALISIS DATA

Melalui hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di lapangan yaitu melakukan teknik wawancara yang mendalam dan observasi partisipatif dengan informan, peneliti berhasil mengumpulkan data informasi mengenai “Dampak Pelayanan Rehabilitasi Sosial terhadap Kemandirian Penyandang Disabilitas Tubuh Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara Pasca Terminasi pada tahun 2014”.

Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu :

1. Penelitian diawali dengan mengumpulkan data penyandang disabilitas tubuh dari Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara. Pengumpulan data tersebut case record yang meliputi biodata informan, latar belakang kecacatan informan kunci dan data lainnya yang berhubungan dengan penyandang disabilitas tubuh tersebut.

2. Melakukan diskusi terbuka dengan informan khususnya para penyandang disabilitas tubuh dan mengetahui latar belakang informan.

(29)

Informan yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 10 orang dengan komposisi 4 orang informan kunci yaitu penyandang disabilitas tubuh, 4 orang informan utama yaitu orang tua dari penyandang disabilitas tubuh dan 2 informan tambahan yaitu pekerja sosial sebagai pembimbing penyandang disabilitas tubuh ketika melakukan bimbingan di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara. Informan kunci yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti dalam penelitian ini adalah penyandang disabilitas tubuh Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara yang terdiri dari 4 orang penyandang disabilitas tubuh berusia 20 tahun – 35 tahun dan penyandang disabilitas tersebut telah selesai melakukan pelatihan di Panti Sosial Bina Daksa pada tahun 2014. Informan tambahan yaitu, mereka yang dapat memberikan informasi yang terlibat dengan informan kunci yang diteliti, informan tambahan dalam penelitian ini yaitu 4 orang pekerja sosial sebagai pembimbing klien ketika di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara.

5.1Hasil Temuan

a. Informan Kunci I

1. Nama : Sukma Ayu Lestari 2. Jenis kelamin : Perempuan

3. Status di Keluarga : Anak ke 1 dari 2 bersaudara 4. Usia : 22 tahun

(30)

7. Alamat : Jln. Pancing I No.35A 8. Pendidikan : 3 SMK

9. Pekerjaan : Tukang Service Hp dan Jualan Pulsa 10. Pekerjaan Orang tua:

a. Ayah : Karyawan bangunan b. Ibu : TKW Malasyia

Sukma Ayu Lestaria adalah seorang penyandang disabilitas tubuh yang berusia 22 tahun, berkulit coklat dengan memakai hijab berasal dari keluarga yang sederhana. Ia anak ke 1 dari 2 bersaudara. Ayu tinggal dengan adiknya dirumah bude atau sebutan bagi adik perempuan dari ibunya. Kehidupan sehari-hari yang dijalani Ayu dan adiknya dinafkahi oleh budenya, karena Ibu dan Ayah Ayu sudah bercerai ketika Ayu duduk di bangku kelas 6 SD. Ibunya menjadi TKW Malasyia dan menikah lagi dengan orang yang berkebangsaan Malasyia. Ada kutipan wawancara antara peneliti dan informan yaitu :

“Aku tinggal di tempat budeku lah ini kak, budeku tinggal dirumah bagian

depan, aku sama adekku di bagian belakang, tapi sehari-hari kami budelah yang

biayai kak. Bapak Ayu tinggal dekat sini juga kak, nanti kalo malam-malam dia

kadang mau datang untuk ngunjungi kami kak. Trus kami kadang dikasi uang

saku kak, kami gak bisa dibiayai sepenuhnya kak, karna bapak pun cuma kuli

bangunan. Paling yang dibiayai uang sekolah adek lah. Mamak Ayu di malasyia

jadi TKW, itupun dia udah nikah sama orang Malasyia, udah punya anakpun.

(31)

terpukul juga nengok keadaan keluarga Ayu kek gini kak. Makanya Ayu

minder-minder aja kalok jumpa orang lain, karna Ayu rasa sedih kali, udah gitu cemburu

kali nengok orang lain. Awak udah cacat, orang tua awak pun udah pisah (Ayu

sedih hingga meneteskan air mata)”.

Ayu pernah tinggal kelas di bangku kelas 3 SD kemudian beberapa tahun dia berhenti sekolah dan melanjutkan sekolahnya langsung duduk di bangku kelas 6 SD. Ketika Ayu duduk di bangku SD ia terkena penyakit polio, namun ia masih bisa berjalan. Pada saat ia duduk di bangku kelas 3 SD, ia mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kedua kakinya tidak bisa berjalan. Ada kutipan wawancara antara peneliti dan informan yaitu :

“Sebenarnya dari SD Ayu udah sakit polio kak tapi masih bisa aku jalan

kak, trus pernah lah Ayu tinggal kelas di kelas 3 SD, pas waktu itu aku

kecelakaan kak. Pas sakit karna kecelakaan itu, aku ditempat tidur baring-baring

trus aku duduk-duduk. Karna aku duduk-duduk aja, kaki ku lama-lama jadi

bengkok dua-duanya kak. Tapi yang paling parah kaki kiri ku kak, kaki kiri ku

lemah kali, kadang dia mau ngiluh. Trus karna itu aku gak bisa jalan, terpaksa

aku harus pakek kursi roda lah kak. Aturan gak cacat, jadi cacat lah Ayu kak”.

(32)

potensi yang ada di dalam diri Ayu untuk menjadi pedomannya bekerja. Kemudian Ayu mendaftar ditemani oleh kakak sepupunya ke PSBD. Ayu mendaftar dan mengambil bimbingan keterampilan service telepon selular. Ketika di dalam panti, ayu selalu rajin untuk masuk kelas bimbingan, disiplin untuk mengikuti peraturan panti, dan ramah terhadap para pegawai. Namun, Ayu pernah merasa kesal terhadap pegawai, ia merasa ibu pegawai tersebut tidak peduli terhadapnya. Ada kutipan wawancara antara peneliti dan informan yaitu :

“Di PSBD kan ada PBK nya kak (PBK singkatan dari Praktek Belajar

Kerja). Nah, Ayu PBK di daerah tembung kak. Di tempat PBK Ayu gak enak kak,

gak enaknya hp yang mau diperbaiki gak dikasi orang Ayu yang perbaiki, orang

Ayu cuma dikasi bangkai-bangkai hp yang rusak aja, dan yang Ayu pegang hp

nya itu-itu aja. Jadi Ayu ngerasa gak berkembang Ayu disitu PB kak, udah gitu

awak gak ada diajari sama instruktur yang disitu, kebanyakan bengong lah awak

disitu. Trus Ayu minta sama Buk Sinarta untuk pindah tempat PBK, ibu itu cuma

bilang gak usah cepat kali lah pindah-pindah disitu ajalah dulu, nanti kira-kira 1

minggu lagi pindah. Trus Ayu tunggu, 1 minggu kemudian Ayu ngomong sama Bu

Sinarta minta kepastiannya, tapi ibu itu cuek-cuek aja, gak peduli gitu kak.

Yodahlah, gak Ayu usik lagi lah ibu itu, tapi Ayu ambil keputusan sendiri. Ayu

pindah ke tempat PBK kawan di daerah Mandala. Disitu baru Ayu dapat illmu

kak. Trus kalo jumpa ibu itu, mukak ibu itu kayak gak enak aja nengok Ayu. Tapi

Ayu cuek ajalah”.

(33)

daerah mereka masing-masing. Ayu pun kembali kerumah budenya dan melakukan aktivitasnya sebagai tukang service handphone sembaring berjualan pulsa. Ayu mengatakan bahwa setelah ia melakukan bimbingan dari PSBD dan kembali kerumah, Ayu merasa dirinya banyak mengalami perubahan yang baik, ia semakin semangat dan merasa lebih dewasa dalam berpikir. Ada kutipan wawancara antara peneliti dan informan yaitu :

“Pulang dari PSBD, Ayu trus bukak usaha service handpone kak. Tapi

bukan service handphone aja kak, awak juga sambil jual pulsa. Ayu suruh si

dimas (adik Ayu) promoin sama kawan-kawannya, sama orang-orang dekat

rumah juga kak. Perasaan Ayu setelah selesai bimbingan dari PSBD, awak

merasa lebih semangat kak, terutama awak merasa gak minder lagi bergaul sama

kawan-kawan atau jumpa sama orang lain. Pokoknya Ayu merasa lebih percaya

diri lah kak, karna kan di PSBD kami tiap pagi sama sore ada bimbingan

motivasi, psikologi sama bimbingan psikososial kak. Trus selama ini, uang hasil

kerja udah bisa kadang Ayu kasi sebagian sama bude sekitar Rp15.000, kadang

Ayu kasi uang jajan adek trus Ayu tabung kak. Karna harapan Ayu, Ayu bisa

bukak kios usaha counter hp kak”.

b. Informan Utama I

Nama : Dimas Agus Suhardi (Adik Sukma Ayu Lestari) Jenis Kelamin : Laki-laki

(34)

Usia : 18 Tahun

Agama : Islam

Suku : Jawa Banten Pendidikan Terakhir : SMA

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Jln. Pancing I No.35A

Dimas adalah adik laki-laki dari Sukma Ayu Lestari, ia merupakan anak kedua setelah Ayu. Dimas sekarang duduk di bangku kelas 3 SMA dan bersekolah di Sekolah Aliyah Pancing. Keseharian Dimas ialah bersekolah dan setelah pulang sekolah ia mengikuti les bimbingan sekolah. Dimas dan Ayu adalah kakak adik yang akrab dan saling mendukung. Sebagai adik, Dimas selalu memberikan Ayu semangat agar Ayu lebih percaya diri dan lebih berani untuk berinteraksi dengan orang yang ada disekitar Ayu. Dimas mengatakan bahwa sebelum Ayu melakukan bimbingan di PSBD, rutinitas Ayu adalah bersekolah dan sepulang sekolah Ayu belajar dan membaca komik. Suatu hari Ayu bercerita kepada Dimas mengenai PSBD dan menjelaskan semua tentang PSBD. Ayu meminta pendapat Dimas dan mengajak Dimas untuk berbincang mengenai Ayu yang berniat untuk mengikuti bimbingan di PSBD. Kemudian Dimas setuju dan mendukung Ayu untuk mengikuti bimbingan di PSBD. Ada kutipan wawancara antara peneliti dan informan yaitu :

“Ayu cerita sama Dimas kalo gimna kalo dia masuk ke PSBD untuk

(35)

sebagai adik Dimas pun setuju-setuju ajalah kak. Karna menurut Dimas itu bisa

ngebantu kak Ayu untuk bisa buka usaha kerja atau kerja ditempat orang lain

juga bisa kak. Trus biar kak Ayu pun gak merasa minder-minder lagi atau merasa

jadi orang yang gak berguna kak. Lagian daripada kak Ayu dirumah-rumah aja

nanti kan kasian, jadi gak ada kegiatan, udah gitu gak ada perkembangan nanti

di dirinya. Jadi, menurut Dimas itu yang terbaik untuk kak Ayu kak”.

Pada saat Ayu sudah berada di PSBD, Dimas sering untuk mengunjungi kakaknya untuk melihat bagaimana keadaan maupun perkembangan kakaknya di PSBD. Setelah Ayu selesai mengikuti bimbingan di PSBD atau terminasi dan kembali kerumah, Dimas melihat perubahan yang semakin baik di dalam diri Ayu. Dimas merasa Ayu lebih berubah, Ayu semakin berani untuk berinteraksi dengan orang-oarang disekitarnya, dan Ayu lebih semangat untuk melakukan kegiatan seperti memperbaiki ponsel yang rusak dan berjualan pulsa. Dimas memiliki harapan untuk kakaknya. Ada kutipan wawancara antara peneliti dan informan yaitu :

“Aku berharap kak Ayu tetap memiliki semangat kayak sekarang ini kak,

dia gak mau lagi dengar cibiran orang lain tentang cacat yang dialaminya. Ku

lihat pun dia lebih mandiri sekrang kak, dia dah mau kasi bude uang sebagian

hasil kerjanya kak, katanya buat belanja sehari-hari, trus Dimas juga kadang

mau dikasi uang jajan kak. Melihat kakak dimas yang udah banyak berubah

Dimas merasa senang kak. Biarlah dia lebih memikirkan kek mana caranya biar

dia bisa ngumpulkan modal sebanyak-banyaknya untuk bukak kios atau counter

(36)

c. Informan Kunci II

1. Nama : Legi Arianto 2. Jenis kelamin : Laki-laki

3. Status di Keluarga : Anak ke 9 dari 9 bersaudara 4. Usia : 34 tahun

5. Agama : Islam 6. Suku : Jawa

7. Alamat : Jln. Setia Luhur gang Mandiri LK XI 8. Pendidikan : 3 SD

9. Pekerjaan : Tukang Service Elektronik 10. Pekerjaan Orang tua:

a. Ayah : Almarhum

b. Ibu : Ibu Rumah Tangga

Legi Arianto merupakan anak bungsu dari Ibu Sangsang, ia berusia 34 tahun dan belum menikah. Legi adalah seorang penyandang disabilitas tubuh. Ia memiliki cacat pada bagian kaki dan tangan. Awalnya Legi bukan penyandang disabilitas, namun karena kecelakaaan kerja yang dialaminya terpaksa Legi harus mengalami amputasi pada bagian kaki kiri dan lengan kirinya.

(37)

“Dulu kan aku gak tamat SMP mbak, aku minta gak usah sekolah lagi pas

aku duduk di bangku kelas 3 SMP. Ku pikir-pikirkan udah malas kali aku sekolah,

mending aku cari uang biar bisa beli apa yang aku mau. Waktu itu, kerjalah aku

di bengkel las. Udah begitu lama lah aku kerja di bengkel las itu, tibalah pas aku

berumur 23 tahun lah itu mbak kejadiannya, dipanggil kerja kami buat kanopi

dikantor perusahaan. Aku dan 2 orang kawanku, kami kerja di bagian atas untuk

masang kanopinya, tiba lah pas mau ngelas, aku mencolok tali wayar ke

penyambungan listrik yang di kantor, pas mencolok itulah kesetrum kami semua.

Kami 3 pingsan, dan gak tau lagi apa yang terjadi setelah itu. Setelah dirumah

sakit, aku harus memilih diamputasi atau gak, kalo gak diamputasi kaki sama

tanganku, nanti lukanya pasti nyebar dan membusuk kata dokternya, terpaksa aku

milih untuk diamputasi. Tempat kerjaku cuma bayar uang rumah sakit dan gak

ada aku sedikitpun dikasi pesangon atau santunan gitu pun gak ada. Sejak itulah

aku cacat mbak, dan aku merasa minder kali dengan orang lain. Kawan-kawanku

yang kecelakaan itu gak parah, orang itu masih bisa kerja dan gak cacat kayak

aku. Sejak itu aku gak kerja lagi mbak”.

(38)
(39)

d. Informan Utama II

Nama : Sangsang (Orang Tua Legi Arianto) Jenis Kelamin : Perempuan

Status di Keluarga : Ibu dari Legi Arianto

Usia : 80 Tahun

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan Terakhir : SD

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jln. Setia Luhur gang Mandiri LK XI

Ibu Sangang adalah single parent yang bekerja sebagai ibu rumah tangga. Beliau tinggal dengan kedua orang anaknya, yaitu Legi Arianto dan kakak nya Legi yaitu Ahmad. Ahmad adalah tulangang punggung keluarga dirumah. Ibu Sangsang mengatakan bahwa Legi adalah anak bungsu, ia mengatakan Legi adalah anak baik, namun ketika dia duduk di bangku kelas 3 SMP Legi meminta untuk tidak sekolah lagi kepada ibunya. Pernyataan tersebut dengan hasil wawancara peneliti dengan informan yaitu:

“Sebenarnya anak ibu itu baik (Legi), tapi karna dia terpengaruh sama

kawan-kawannya, dia jadi malas sekolah, kerjanya main-main aja. Pas dia duduk

di bangku kelas 3 SMP dia uadah gak mau lagi sekolah, jadi ku bilang, kalo kau

(40)

lagi, udah gitu ibu pikir-pikir daripada dia cabut-cabut sekolah kan ngabisi

biaya, terpaksa ibu pasrah biarkan dia gak sekolah”.

Legi kerja di bengkel las dari kelas 3 SMP sampai dia mengalami kecelakaan yang membuatnya tidak dapat bekerja lagi. Melihat Legi dengan kondisi cacat, ibu Legi merasa sangat sedih. Ibu Legi selalu memberikan Legi dukungan untuk tidak minder. Setelah berhenti bekerja, selama 2 tahun Legi bekerja sebagai tukang jual topi dan ikat pinggang. Kemudian ia bangkrut dan ia tidak bekerja lagi. Terkadang untuk mengisi waktu luang, Legi berkumpul dengan teman-temannya dan jika ada pekerjaan dari temannya untuk menjaga parkir , maka Legi akan bekerja menjaga parkir. Penghasilan yang di dapat Legi cukup untuk memebeli rokok dan sebagian diberi kepada ibu untuk belanja esok hari. Kemudian suatu hari Legi mengajak ibu berbincang-bincang membahas PSBD. Pernyataan tersebut dengan hasil wawancara peneliti dengan informan yaitu:

“Legi nanya sama ibu kek mana kalo dia masuk PSBD, ibu setuju apa

nggak. Awalnya ibu bilang gak setuju kalo misalnya pakek biaya masuk situ. Trus

dia jelasin ke ibu, kalo masuk situ katanya gak pakek uang, semua ditanggung,

trus katanya disitu dia dilatih untuk belajar keterampilan katanya. Ya karna

dengar penjelasannya, ibu ya setuju. Ibu pikir-pikir pun bagus jugalah dia masuk

situ, daripada gak ada kegiatan dia dirumah, udah gitu kan lumayan dia dapat

illmu disitu”.

(41)

berjalannya waktu, Legi kembali ke rumah, ia membuka usaha service elektronik di rumah dengan bermodalkan mesin dan alat perlengkapan servive elektronik yang telah di berikan oleh PSBD. Ibu melihat Legi mengalami banyak perubahan, ia lebih semangat untuk melakukan pekerjaannya, ia juga lebih bertanggung jawab untuk membantu ekonomi keluarga. Pernyataan tersebut dengan hasil wawancara peneliti dengan informan yaitu:

“Ibu bersyukur sama Allah, sekarang Legi jauh lebih baiklah dari yang

sebelumnya, dulu dia kan dirumah-rumah aja, udah dari PSBD itu dia udah bisa

kerja cari duit. Ibu pun liat dia makin semangat kerja, kalo ada yang manggil

perbaiki TV, dia di jemput orangnya buat perbaiki kerumah orangnya langsung.

Trus uang penghasilan kerjanya itu pun selalu dikasi sama ibu sebagian, kadang

Rp20.000 kadang Rp25.000, katanya buat belanja besok. Senang lah ibu

pokoknya nengoknya, setidaknya Legi udah bertanggung jawab bantu kakaknya

untuk ekonomi keluarga, kan dirumah kami bertiga aja, jadi kan lumayan

uangnya bantu-bantu untuk belanja makan kami sehari-hari”.

Sekarang Legi banyak dipercaya lingkungan sekitar untuk memperbaiki barang elektronik mereka karena Legi semangat untuk dipanggil kerumah mereka untuk bekerja.

e. Informan Kunci III

1. Nama : Racha Cahaya 2. Jenis kelamin : Laki-laki

(42)

4. Usia : 21 tahun 5. Agama : Islam 6. Suku : Jawa

7. Alamat : Jln. Nusa Indah Gang. Kenanga 8. Pendidikan : 6 SD

9. Pekerjaan : Berjualan Sembako 10. Pekerjaan Orang tua:

a. Ayah : Almarhum b. Ibu : Wiraswasta

(43)

kursi roda. Raka pun merasa malu dan sangat minder untuk berjumpa dengan teman-temannya ataupun orang lain. Ia hanya dirumah saja dan selalu dikamar ketika ada orang lain atau keluarga bertamu kerumah Raka. Ada kutipan wawancara antara peneliti dengan informan, yaitu:

“Kalo ada datang keluarga atau orang lain lain bertamu kerumah ku kak,

aku pasti langsung nyuruh mamaku untuk ngantar aku ke kamar. Karna malu kali

aku kak nengok keadaan ku yang cacat kek gini kak, yang dulunya bisa jalan trus

gak bisa jalan lagi kak. Malu aku kak ditengok-tengok orang lain kak. Trus aku

malas kali keluar rumah kak, karna pernah sekali aku keluar rumah,

tetangga-tetangga trus nanya-nanya aku sakit apa kak, kok bisa tiba-tiba kek gini aku”.

Seiring berjalannya waktu teman-teman Raka yang laki-laki pun menjauh dari Raka. Mereka tidak pernah lagi bermain kerumah Raka, justru yang sering datang untuk melihat Raka adalah teman-teman perempuan yang kompak dengan Raka ketika masih kecil. Hal tersebut memang sangat menyakitkan hati Raka, namun sang ibu selalu mendukungnya. Tak henti-hentinya ibu Raka selalu memberikan motivasi kepada Raka. Seiring dengan berjalannya waktu, Raka pun mulai menjalani aktivitasnya. Ia mulai termotivasi untuk sedikit percaya diri. Ia mengisi waktunya dengan memelihara ayam dan membuat kandang ayam. Kegiatan sehari-hari Raka adalah beternak ayam dan membuat kandang ayam kemudian menjualnya.

(44)

suatu informasi tentang PSBD, ia menjelaskan semua mengenai PSBD. Si ibu ini mengetahui tentang PSBD karena salah satu keluarganya ada yang masuk PSBD pada tahun 2010. Kemudian mereka pun saling bertukar nomor ponsel. Suatu hari ibu Raka dan Raka membahas informasi yang diberikan oleh si Ibu parubaya tersebut, mereka merasa tertarik agar Raka mengikuti bimbingan di PSBD tersebut. Ibu Raka pun setuju agar Raka mengikuti pelatihan di PSBD tersebut. Ia menghubungi ibu parubaya tersebut untuk bisa menemani Raka dan ibu Raka untuk mendaftar ke PSBD. Raka memilih keterampilan service ponsel.

Setelah itu Raka pun mulai mengikuti pelatihan di PSBD. Di PSBD Raka dikenal anak yang baik dan disiplin. Raka tidak pernah ada masalah dengan pegawai di PSBD, dan dengan teman-teman lainnya. Dalam mengikuti PBK, ia slalu disiplin mengikuti PBK. Ia merasa tidak mau untuk membuang kesempatan-kesempatan yang dijalankannya. Raka selalu mengikuti kelas bimbingan psikososial dan kelas bimbingan keterampilan, begitu seterusnya sampai Raka terminasi dan kembali kerumahnya. Namun, Raka mengatakan bahwa ia sangat kecewa terhadap pelayanan makan PSBD terhadap mereka. Ada kutipan wawancara antara peneliti dengan informan, yaitu:

“Pernah kak waktu kami makan pagi, pernah ada di ikan Raka itu ulatnya

kak, udah gitu sering kali nasi yang kami makan itu mentah kak, pernah juga basi

nasinya kak. Ngeri kali lah pokoknya kak, kadang itu yangn buat awak malas

makan kak. Pernah juga Raka waktu sakit kak hampir seminggu cuma dikasi obat

aja kak, gak dibawa ke rumah sakit kak. Makanya karna itu lah mama datang

(45)

Setelah kembali kerumah, Raka memulai kegiatannya dengan membuka usaha service ponsel. Kemudian usaha tersebut memiliki kendala seperti jarak yang jauh antara rumah Raka dan pusat penjualan sparepart ponsel yang dibutuhkan Raka untuk memperbaiki ponsel yang rusak. Hal tersebut membuat ibu Raka mengambil tindakan membuka usaha warung sembako kecil-kecilan di depan rumah Raka. Ada kutipan wawancara antara peneliti dengan informan, yaitu:

“Pertamanya Raka buka service ponsel dulu kak, Raka buka usahanya

dirumah. Memperbaiki hp kan butuh sparepart kak, jadi buat belinya, Raka suruh

mama yang belanja ke plaza millenium kalo gak ke pakam kak. Tapi karna

bolak-balik, trus jaraknya jauh, udah gitu sparepart yang dibeli cuma seperlunya aja,

dan untungnya pun cuma dikit kak. Ibu bilang udahlah gak usah lagi lah perbaiki

hp itu, biar ibu buka aja kios untuk Raka jualan. Yodahlah Raka gak service hp

lagi, karna ibu udah bangun kios buat Raka jualan sembako gitu kak. Di kios itu

Raka tinggal, tempat tidur Raka dibuat dekat dengan kamar mandi, tujuannya

biar Raka gak capek harus jauh untuk buang air kecil atau BAB kak. Jadi tiap

hari kerjaan Raka jualan lah kak. Dulu jualan Raka dikit masih kak, tapi

lama-lama udah bisa bermacam-macam sembako yang Raka jual kak. Harapan Raka

mudah-mudahan kios Raka makin besar biar bisa bukak grosir kak. Sekarang

Raka udah bisa nafkahi hidup Raka sendiri kak, udah gak minta-minta sama

(46)

f. Informan Utama III

Nama : Kristin (Orang tua Racha Cahaya) Jenis Kelamin : Perempuan

Status di Keluarga : Ibu dari Racha Cahaya

Usia : 52 Tahun

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan Terakhir : SD

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jln. Nusa Indah Gang. Kenanga

Ibu Kristin adalah seorang single parent atau orang tua tunggal yang bekerja dengan berjualan sembako. Ibu Kristin adalah orang tua dari penyandang disabilitas tubuh bernama Racha Cahaya atau kerap dipanggil Raka. Ibu Kristin mengatakan bahwa Raka adalah anak yang baik dan periang. Tetapi semua berubah semenjak Raka mengalami kecacatan. Raka menjadi anak yang minder, tidak percaya diri, kurang memiliki semangat, dan tidak mau bergaul dengan orang lain. Ada kutipan wawancara antara peneliti dengan informan, yaitu:

“Dulu anak ibu si Raka ini gak kek gini orangnya, dia dulu periang, sukak

kemana-kemana main-main sama kawannya. Semenjak dia stress karna tinggal

kelas lah, trus kena demam tinggi lah dia, lama-lama kakinya jalan diseret-seret,

trus udahlah gak bisa jalan lagi. Terpaksa dia harus pake kursi roda lah buat

(47)

main sama kawan-kawannya, katanya malu dia karna dia cacat itu. Padahal ibu

bilang bukan karna cacat orang gak bisa hidupnya maju. Tapi dia kayak terpuruk

kali dengan kondisi dia yg kayak gini. Dia jadi minder, kurang semangat, gak

mau bergaul sama orang lain. Dulu paling parah, pas awal-awal dia cacat, dia

sama sekali gak mau jumpa orang lain, kalo ada orang lain datang kerumah, trus

disuruh nya ibu cepat-cepat ngantar dia ke kamar”.

Setiap hari ibu Raka selalu memberikan motivasi kepada Raka untuk bisa lebih percaya diri dan berani untuk berinteraksi dengan orang sekitar. Raka mulai mengalami perubahan sedikit untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bisa menyibukkan dirinya, seperti berternak ayam dan membuat kandang-kandang ayam untuk dijual. Ada kutipan wawancara antara peneliti dengan informan, yaitu:

“Allhamdulillah Raka mulai agak-agak berubah sedikit demi sedikit, kan

gak sia-sia ibu kasi masukan tiap hari ke dia biar dia berubah jangan terpuruk

gitu trus. Yah, dia bilang dia mau melihara ayam, yauda ibu kasi dia beberapa

ayam trus lama-lama ayamnya makin banyak juga. Trus kadang dia buat

kandang-kandang ayam kalo ada yang pesan. Kan lumayan uangnya buat jajan

dia. Setidaknya dengan gitu kan ada kesibukan dia, biar gak duduk-duduk aja

dia”.

(48)

beliau jika Raka berniat untuk mengikuti bimbingan di PSBD. Ada kutipan wawancara antara peneliti dengan informan, yaitu:

“Waktu itu, ibu ngajak Raka ke kantor lurah buat ngurus KTP si Raka.

Pas dikantor lurah itu, kami jumpa sama ada ibu yang udah tua, kira-kira udah

50an lah umurnya itu. Ibu itu cerita tentang PSBD sama kami, dia menjelaskan

kek mana PSBD itu. Crita-critalah kami dikantor lurah itu, trus dikasinyalah

nomornya sama kami, supaya kalo misalnya si Raka niat masuk PSBD itu, kami

hubungi aja ibu itu biar dia kawani kami kesana”.

Suatu hari Raka menanyakan bagaimana pendapat ibunya jika ia mengikuti bimbingan di PSBD tersebut. Ibu Raka setuju dengan keinginan Raka untuk belajar di PSBD. Ada kutipan wawancara antara peneliti dengan informan, yaitu:

“Pernah dia nanya kek mana pendapat ibu kalo dia ikut bimbingan di

PSBD itu. Ya ibu setuju lah sama keputusan dia, ibu pikir bagus itu untuk dia bisa

belajar disana”.

(49)

membawa Raka untuk dirawat dirumahnya. Ada kutipan wawancara antara peneliti dengan informan, yaitu:

“Ibu kan sering juga nelfon-nelfon si Raka nanya-nanya kabarnya

gimana. Trus ibu juga kadang mau ngunjungi Raka kesana mau nengok gimna

kondisi dan perkembangannya gimana. Tapi ibu pernah kecewa liat pelayanan

kesehatan PSBD ini, anak ibu sakit hampi seminggu tapi gak dibawa kerumah

sakit untuk berobat, malahan anak ibu Cuma dikasi obat aja. Terpaksa karna

kasian ibu nengok kondisi Raka yang udah agak kurusn ibu liat, ibu permisikan

lah si Raka ini untuk ibu bawa pulang kerumah seminggu. Ibu rawatlah si Raka

ini, ibu kasi dia puding. Udah membaik kondisi nya ibu antar lagi dia ke PSBD.

Nengok kejadian kek gitu terjadi sama anak ibu sendiri kan kecewa kali ibu rasa.

Udah gitu si Raka pun pernah cerita kalo nasi disana pun katanya sering mentah

trus pernah katanya Raka makan ikannya ada yang berulat. Mendengar hal kek

gitu dari anak ibu, pengen rasanya ibu bawa pulang aja dia. Tapi si Raka bilang

sayang kali pulang, biar lah dulu dia tahan-tahan katanya”.

Setelah selesai melakukan bimbingan keterampilan di PSBD, Raka kembali kerumah dan memulai kegiatannya dengan membuka usaha service ponsel. Namun usaha yang dijalankan Raka mengalami hambatan, sehingga ibu Raka mengambil keputusan membuka usaha sembako kecil-kecilan untuk Raka. Ada kutipan wawancara antara peneliti dengan informan, yaitu:

“Begitu Raka balik dari PSBD memang Raka trus bukak usaha perbaikin

handphone, cuma beberapa kali belanja untuk beli keperluan handphone yang

(50)

gitu untungnya pun jdi sedikit karna habis di ongkos itu. Jadi ibu pikir-pikir

mending ibu bukakan aja kios kecil-kecilan di depan rumah ibu. Kebetulan yang

punya tanah baik ngasih harga tanahnya murah. Memang gak seberapa luasnya,

tapi kan lumayan lah untuk tempat Raka jualan sama skalian Raka tinggal disitu

yak kan. Yodahlah, ibu bangun lah kios kecil itu, trus ibu belanjakan lah dulu

dikit-dikit keperluan jualannya. Biarlah warung kami samping-sampingan, karna

paling berjarak 5 meter aja dengan warung ibu. Yang penting si Rakanya ada

kegiatan”.

Ibu Raka mengatakan bahwa Raka banyak mengalami perubahan setelah selesai melakukan bimbingan di PSBD. Sikap Raka menjadi lebih percaya diri, lebih semangat, dan tidak minder. Ibu Raka mengatakan Raka lebih rajin dan sudah bertanggung jawab dengan pekerjaannya. Ada kutipan wawancara antara peneliti dengan informan, yaitu:

“Yah ibu tengok Raka banyak mengalami perubahan setelah balek dari

PSBD. Dia lebih kelihatan semangat untuk jualan, dulu kan isi jualannya masih

sedikit, sekrang udah lumayan banyak dan udah bermacam-macam. Ibu tengok

dia udah pintar nyimpan-nyimpan uang hasil jualannya. Dari situ ibu perhatikan

dia udah bertanggung jawablah dengan kerjanya. Raka juga bertanggung jawab

dengan ngebantu ekonomi keluarga. Dia mau kasi ibu uang buat belanja, dia mau

ngasi ibu Rp15.000 kalo gak Rp18.000, jadi ibu pikir-pikir biaya untuk dirinya

sendiri udah lepas lah, gak ibu lagi yang nanggung. Dari segi itu ibu liat dia

(51)

kawannya ngobrol-ngobrol. Pokoknya ibu bersyukurlah dengan kondisi dia yang

udah banyak berkembang kek gini”.

g. Informan Kunci IV

1. Nama : Suhendri 2. Jenis kelamin : Laki-laki

3. Status di Keluarga : Anak 4 dari 4 bersaudara 4. Usia : 26 tahun

5. Agama : Islam 6. Suku : Jawa

7. Alamat : Jln. Marelan Pasar II Barat 8. Pendidikan : 3 SMK

9. Pekerjaan : Tukang Service Elektronika 10. Pekerjaan Orang tua:

a. Ayah : Tukang Door Smeer b. Ibu : Berjualan Sembako

(52)

“Kejadiannya pas ditempat kerjaku kak, pas aku motong kayu, tanganku

terpotong trus tercampak 5 meter dari tempat aku diri kak. Trus darahnya

muncrat ke muka ku, aku ngerasa takut kali. Teriak-teriak aku minta tolong sama

kawan-kawan kerjaku yang ada disitu juga, tapi oang itu gak ada yang berani

nolong aku. Mungkin orang itu juga ngerasa takut nengok apa yang terjadi

samaku. Trus lari-lari lah aku ke kantor administrasi, disitulah baru ada

pertolongan sama ku. Dibawalah aku kerumah sakit, biaya rumah sakitku pun

orang itu yang biayai. Tapi aku udh gak bisa kerja lagi kak dengan kondisiku

yang udah cacat gini. Pihak kerja cuma ngasi aku pesangon ajalah kak”.

Setelah itu Hendri tidak bekerja lagi, ia hanya dirumah dan terkadang membantu ayah untuk mendoorsmer kereta. Perilaku Hendri berubah sedikit setelah ia mengalami kecelakaan. Hendri merasa lebih minder untuk bergaul dengan teman-temannya. Ada kutipan wawancara antara peneliti dengan informan, yaitu:

Semenjak itu aku gak kerja lagi kak, aku dirumah-rumah aja duduk-duduk.

Kadang kalo bos(bapak) ku nyuruh aku mendoor smeer, aku bantu mendoor

smeer kak. Semenjak cacat ini jugalah aku jadi kurang mau bergaul sama

kawan-kawan lagi kak. Aku ngerasa minder kak”.

(53)

“Awalnya aku tau tentang PSBD dari kawan facebook ku kak. Di

tengoknya mungkin fotoku udah cacat kak. Trus di tawarinya aku untuk

bimbingan di PSBD kak. Pernahlah kami jumpa sekali kak untuk bicara tentang

PSBD ini, trus dijelaskannya lah sama ku kek mana PSBD. Dia dulu mantan dari

PSBD kak. Dia disana bimbingan tahun 2012 kak”.

Sebelumnya Hendri tidak tertarik, namun setelah ia memikirkan masa depannya, Hendri mengambil keputusan. Keputusan yang diambil Hendri di diskusikan terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya. Kemudian ayah dan ibunya setuju akan keinginan Hendri. Ada kutipan wawancara antara peneliti dengan informan, yaitu:

“Memang awalnya aku gak tertarik kesana kak, Cuma kupikir-pikirkan

juga masa depanku. Mau sampe kapan aku kek gini-gini trus, Cuma bergantung

sama orang tua aja. Yodahlah, kutanya aja sama bapak mamakku kak. Pertama

kujelaskan dulu kek mana PSBD ini sama orang tuaku, trus kutanya kek mana

menurut bapak mamaku, setuju apa gak aku masuk PSBD. Ternyata orang tuaku

mendukung keinginanku kak, yodahlah ini yang terbaik samaku”.

(54)

Hendri juga merasa bahwa pegawai PSBD ramah. Akan tetapi untuk pelayanan makanan, Hendri merasa kecewa. Ia merasa masakan itu asal-asalan dimasak, terkadang nasinya masih mentah, dan jenis masakan setiap harinya tidak bervariasi. Dalam hal pelayanan air, ia merasa air di PSBD kurang memadai atau terbatas. Ada kutipan wawancara antara peneliti dengan informan, yaitu:

“Pegawai-pegawai di PSBD ramah-ramah kak. Tapi itulah, pelayanan

makanan di PSBD itu kecewa kali aku kak. Nasinya sering mentah kak, udah gitu

masakannya gak bervariasi, yang awak makan itu-itu aja. Pelayanan untuk air

pun gak memadai, sering kali air di asrama kami mati”.

Hal tersebut tidak membuat Hendri untuk menyerah atau pulang kerumahnya, ia tetap mengikuti pelatihan sampai terminasi. Hendri mengikuti pelatihan sampai selesai. Kemudian Hendri dan teman-teman kembali kerumah atau kedaerah masing-masing dengan membawa tulkit yang diberikan satu per satu kepada mereka untuk menajadi modal mereka dalam membuka usaha. Hendri pun kembali kerumahnya, ia kemudian memulai pekerjaannya dengan membuka usaha service elektronik di sebelah kios jualan ibunya. Ada kutipan wawancara antara peneliti dengan informan, yaitu:

“Begitu selesai bimbingan di PSBD kami balek kedaerah masing-masing

kak, kami juga dikasi tulkit untuk modal bukak usaha. Sebelumnya lewat telfon

aku udah crita sama bos ku, kalo udah pulang dari PSBD aku langsung bukak

usaha service elektronik kak. Makanya pas begitu aku pulang, orang bos trus

(55)

untuk usaha service elektroniklah kak. Kebetulan kan di daerah kami itu jarang

ada tempat sevice elektronik kak, paling kalo ada ya di daerah kota kak”.

Hendri juga terkadang dipanggil kerumah costumer untuk memperbaiki TV ataupun mesin cuci dirumah costumer. Hendri merasa dia lebih semangat bekerja dan lebih rajin melakukan kegiatannya. Ketika ia tidak ada costumer ia membantu ayahnya untuk mendoorsmeer kereta. Hendri juga mengatakan bahwa sebagian penghasilan yang diterimanya dari service elektronik diberikan kepada ibunya untuk belanja. Ada kutipan wawancara antara peneliti dengan informan, yaitu:

“Aku ngerasa diriku yang sekarang lebih baik kak, karna pas di PSBD

kami kan ada bimbingan motivasi sama psikologi kak, jadi awak merasa

termotivasi buat berubah kak. Aku ngerasa udah gak minder lagi dengan

kawan-kawanku, karna yang ada di dalam pikiran ku, walau aku cacat kek gini aku

masih bisa kerja. Kadang aku kerja dipanggil sama orangnya langsung untuk

kerumahnya kak, untuk perbaiki barang elektroniknya yang rusak. Intinya awak

merasa lebih rajin dan semangat lah kak. Disisi lain uang hasil kerjaku sebagian

ku kasi sama mamak buat belanja kak, aku masu ngasih Rp15.000 atau Rp20.000

kak, aku pengen membantu keuangan keluarga juga kak. Aku berharap aku bisa

lebih sukses lagi biar bisa memperbesar usaha ku ini kak”.

h. Informan Utama IV

(56)

Status di Keluarga : Ibu dari Suhendri

Usia : 54 Tahun

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan Terakhir : Tidak Bersekolah

Pekerjaan : Berjualan Sembako Alamat : Jln. Marelan Pasar II Barat

Damiem adalah ibu dari Suhendri, beliau merupakan seorang ibu yang bekerja berjualan sembako di depan rumahnya. Ibu Damiem masih memiliki suami yang bernama Sulaiman. Pak Sulaiman bekerja sebagai tukang door smeer, beliau membuka usaha door smeer di samping kanan rumahnya. Ibu Damiem mengatakan bahwa sehari-harinya Hendri dulu bekerja di pabrik kayu dan setelah Hendri kecelakaan kerja Hendri hanya dirumah dan membantu ayahnya ketika ayahnya menyuruhnya untuk membantu mencuci kereta pelanggan. Ada kutipan wawancara antara peneliti dengan informan, yaitu:

“Namanya rencana Tuhan kita kan gak tau apa yang akan terjadi sama

kita, dulunya si hendri ini kerja dipabrik kayu nya, tapi karna kecelakaan kerja

terpasa dia berhenti kerja karna cacatnya. Dulu ya dia duduk-duduk dirumah

ajalah, kadang bapak nya nyuruh dia untuk bantuin nyuci kereta orang, kan

bapaknya bukak door smeer ini. Selain itu gak ada lah kegiatannya, paling kalo

(57)

Beberapa tahun Hendri tidak bekerja, dia bergantung hidup pada orang tuanya. Ibu Hendri mengatakan bahwa suatu hari Hendri bertanya kepada ayah dan ibunya apakah orang tuanya setuju agar Hendri pelatihan di suatu panti. Hendri menjelaskan semua tentang PSBD yang akan menjadi tempat Hendri melakukan bimbingan. Ibu dan ayah Hendri mengatakan bahwa mereka sangat setuju dengan keputusan Hendri. Ada kutipan wawancara antara peneliti dengan informan, yaitu:

“Ya dengar keputusan Hendri kek gitu ibu sama bapaknya ya sangat

setuju, karna kan menurut kami kalo dia ngambil keputusan kek gitu berarti dia

berniat untuk membuat hidupnya lebih maju lagi, biar dia gak malas-malasan

dirumah. Kan kasian gak ada kegiatannya dirumah, ibu pikir juga mau sampai

kapan dia kek gitu. Bapaknya pun bilang kalo udah siap nanti dia dari PSBD itu

bimbingan, biar aja bapak bantu dia buka usahanya nanti”.

Dalam hal ini kedua orang tua Hendri menyuruh kakak Hendri untuk mendampingi Hendri mendaftar ke PSBD. Namun, selama di PSBD Hendri tidak pernah dikunjungi kedua orang tuanya. Ayah dan ibunya hanya menyuruh kakak Hendri untuk melihat bagaimana kondisi Hendri dan mereka hanya menjalin komunikasi kepada Hendri melalui via telepon saja.

(58)

“Waktu Hendri pulang dari PSBD bapak Hendri bangun kios kecil

disamping rumah ini untuk Hendri buka usaha. Karna kan kios itu cocok untuk

Hendri buka usaha bagusi TV, mesin cuci, atau kipas angin. Kan sesuai dengan

yang dipalajari si Hendri di PSBD kata Hendri. Kebetulan kan disini yang bukak

usaha kek gini pun jarang, adapun ya agak ke kota. Pas si Hendri disana memang

udah dibilangnya kian pas kami telfon dia. Makanya pas dia pulang langsung

ajalah dibuat, biar ada kegiatannya”.

Ibu Hendri mengatakan bahwa banyak sikap Hendri yang berubah setelah kembali dari PSBD. Hendri lebih rajin, lebih peduli dengan keluarga, lebih semangat dan tidak minder lagi untuk kerja. Ada kutipan wawancara antara peneliti dengan informan, yaitu:

“Ya begitu dia pulang dia memang lebih semangat ibu lihat. Apalagi

setelah udah buka usaha ini, dia lebih rajin ibu lihat. Hendri juga udah mau kasi

sama ibu uang hasil kerjanya, dia mau ngasih Rp15.000 atau Rp20.000an lah,

gak menentu soalnya. Ya gak bergantung sama orang tua lagi lah. Padahal ibu

pikir lepas untuk beli rokoknya aja pun udah lumayanlah. Gak nyangka ibu, uang

untuk belanja pun mau dia kasi sama ibu. Liat dia yang kek gitu ibu pun senang,

karna udah bisa dia mandiri, udah bertanggung jawab juga sebagai anak bantu

ekonomi keluarga. Yah, harapan ibu dia bisa lebih maju lagi lah usahanya”.

i. Informan Tambahan I

(59)

Usia : 29 tahun

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan Terakhir : SMA

Pekerjaan : Pekerja Sosial Alamat : Jln. Kiwi No.145

Informan tambahan dalam penelitian ini adalah para pekerja sosial yang ada di dalam PSBD. Pekerja sosial yang merupakan pembimbing dari penyandang disabilitas tubuh yang diteliti. Informan tambahan pertama ialah Ibu Ade yaitu pekerja sosial yang telah membimbing Raka dan Ayu. Beliau mengatakan bahwa Raka dan Ayu adalah klien yang disiplin dan baik. Namun, Raka dan Ayu sama-sama masih minder untuk berkumpul dengan teman-temannya yang lain. Mereka cenderung lebih diam dibandingkan dengan teman-temannya yang lain. Akan tetapi,Raka dan Ayu disiplin untuk mengikuti bimbingan kelas keterampilan dan bimbingan kelas psikososial dan psikologi.

(60)

caranya agar lebih berani untuk berinteraksi dengan orang lain, bagaimana caranya agar tidak merasa minder terhadap orang lain, dan sebagainya.

Bimbingan motivasi sangat membantu Raka dan Ayu, sehingga semakin hari mereka semakin lebih mengalami perubahan yang lebih baik. Tidak banyak kendala yang dihadapi Ibu Ade dalam membimbing Raka dan Ayu, karena Raka dan Ayu adalah klien yang semangat untuk membangun diri.

j. Informan Tambahan II

Nama : Frans Edianus Sitepu, A.KS,MP.SSP Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 47 tahun

Agama : Khatolik

Suku : Karo

Pendidikan Terakhir : Magister

Pekerjaan : Pekerja Sosial

Alamat : Jln. Williem Iskandar Gang.Gembira no.17d

(61)

karena ia merasa jenuh selalu di dalam panti dan tidak bisa bebas untuk keluar masuk panti. Namun, Legi sebagai teman selalu memberi semangat dan masukan untuk membuka pikiran Suhendri sehingga Suhendri tidak jadi keluar dari PSBD. Sejak itulah mereka terlihat kompak dan saling mendukung satu sama lain.

Legi merupakan klien yang baik dan smangat untuk mengikuti pembinaan, ia merupakan klien yang cepat menangkap pelajaran. Legi juga merupakan klien yang mau membantu temannya yang kurang mengerti mengenai belajar keterampilan. Kemudian Suhendri adalah klien yang baik, dan termasuk klien yang rajin dalam mengikuti kelas bimbingan. Namun, klien Suhendri sulit untuk menangkap pelajaran keterampilan service elektronik yang ia ikuti, hal tersebut membuat Suhendri menjadi bosan, sehingga Legi turut campur tangan untuk membantu instruktur service elektronik dalam mengajari Suhendri.

Hal tersebut membuat kedua klien menjadi sering terlihat bersama dan menjadi teman yang kompak. Semakin hari Legi dan Suhendri semakin mengalami kemajuan, seperti semakin berani dan memiliki percaya diri, semakin semangat dan memiliki harapan yang mereka inginkan setelah terminasi dari PSBD.

5.2Analisis Data

(62)

sementara disisi lain perangkat perlindungannya masih lemah sehingga masalah penyandang disabilitas tubuh semakin luas terjadi. Pelaksanaan dari pembinaan suatu lembaga terhadap penyandang disabilitas tubuh sangat penting. Contohnya, pelaksanaan pembinaan dari Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara dapat membantu keberfungsian sosial penyandang disabilitas tubuh dan dapat memberikan penyandang disabilitas tubuh peluang kerja yang baik, seperti membuka usaha dan bekerja di tempat kerja lainnya yang sesuai dengan skill yang telah dilatih di PSBD.

5.2.1 Analisis Dampak Pelayanan Rehabilitasi Sosial terhadap

Kemandirian Penyandang Disabilitas Tubuh Sebelum dan Setelah

pembinaan di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara.

Pada awalnya penyandang disbilitas tubuh dianggap tidak bisa melakukan aktivitasnya. Penyandang disabilitas tubuh dibiarkan begitu saja karena kondisi cacat mereka. penyandang disabilitas tubuh menggantungkan hidup kepada orang tua mereka, bahkan dalam melakukan sesuatu mereka bergantung kepada orang lain. Penyandang disabilitas tubuh yang diteliti melakukan kegiatan mereka dengan membantu orang tua, jika orang tua meminta tolong untuk dibantu. Sebagiannya lagi melakukan pekerjaan, namun pekerjaan yang dilakukan berhenti begitu saja sehingga mereka hanya dirumah saja tanpa melakukan kegiatan.

(63)

kebudayaan dari suatu komunitas yang khusus. Dapat disimpulkan bahwa penyandang disabilitas tubuh yang belum melakukan pembinaan di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” tidak memiliki keberfungsian sosial, penyandang disabilitas tubuh hanya dirumah-rumah saja dan terkadang mereka membantu keluarga jika disuruh membantu.

Setelah diteliti, keempat informan utama bukan cacat bawaan lahir, akan tetapi karena kecelakaan dan sakit mereka menjadi cacat. Pernyataan tersebut didukung oleh Informan Kunci I yaitu Sukma Ayu Lestari yang mengatakan bahwa “Sebenarnya dari SD Ayu udah sakit polio kak tapi masih bisa aku jalan

kak, trus pernah lah Ayu tinggal kelas di kelas 3 SD, pas waktu itu aku

kecelakaan kak. Pas sakit karna kecelakaan itu, aku ditempat tidur baring-baring

trus aku duduk-duduk. Karna aku duduk-duduk aja, kaki ku lama-lama jadi

bengkok dua-duanya kak. Tapi yang paling parah kaki kiri ku kak, kaki kiri ku

lemah kali, kadang dia mau ngiluh. Trus karna itu aku gak bisa jalan, terpaksa

aku harus pakek kursi roda lah kak. Aturan gak cacat, jadi cacat lah Ayu kak”.

Ditambah oleh pernyataan dari Informan Kunci II yaitu Legi Arianto “Waktu itu, kerjalah aku di bengkel las. Udah begitu lama lah aku kerja di

bengkel las itu, tibalah pas aku berumur 23 tahun lah itu mbak kejadiannya,

dipanggil kerja kami buat kanopi dikantor perusahaan. Aku dan 2 orang

kawanku, kami kerja di bagian atas untuk masang kanopinya, tiba lah pas mau

ngelas, aku mencolok tali wayar ke penyambungan listrik yang di kantor, pas

mencolok itulah kesetrum kami semua. Kami 3 pingsan, dan gak tau lagi apa

(64)

atau gak, kalo gak diamputasi kaki sama tanganku, nanti lukanya pasti nyebar

dan membusuk kata dokternya, terpaksa aku milih untuk diamputasi. Tempat

kerjaku cuma bayar uang rumah sakit dan gak ada aku sedikitpun dikasi

pesangon atau santunan gitu pun gak ada. Sejak itulah aku cacat mbak, dan aku

merasa minder kali dengan orang lain. Kawan-kawanku yang kecelakaan itu gak

parah, orang itu masih bisa kerja dan gak cacat kayak aku. Sejak itu aku gak

kerja lagi mbak”.

Ditambah oleh pernyataan dari Informan IV yaitu Suhendri yang mengatakan bahwa “Kejadiannya pas ditempat kerjaku kak, pas aku motong

kayu, tanganku terpotong trus tercampak 5 meter dari tempat aku diri kak. Trus

darahnya muncrat ke muka ku, aku ngerasa takut kali. Teriak-teriak aku minta

tolong sama kawan-kawan kerjaku yang ada disitu juga, tapi oang itu gak ada

yang berani nolong aku. Mungkin orang itu juga ngerasa takut nengok apa yang

terjadi samaku. Trus lari-lari lah aku ke kantor administrasi, disitulah baru ada

pertolongan sama ku. Dibawalah aku kerumah sakit, biaya rumah sakitku pun

orang itu yang biayai. Tapi aku udh gak bisa kerja lagi kak dengan kondisiku

yang udah cacat gini. Pihak kerja cuma ngasi aku pesangon ajalah kak”.

(65)

penyandang disabilitas tubuh melakukan pembinaan keterampilan di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” mereka memiliki potensi atau skill yang mereka latih menjadi pedoman untuk bekerja atau membuka usaha sendiri.

Penyandang disabilitas tubuh yang telah melakukan bimbingan keterampilan membuka usaha sesuai dengan keterampilan yang mereka bina selama di PSBD. Akan tetapi setelah diteliti ada satu informan kunci yang pada awalnya membuka usaha sesuai dengan keterampilan yang dibinanya di PSBD. Namun karena ada hambatan ia berpaling untuk membuka usaha warung sembako. Pernyataan tersebut didukung oleh Informan Kunci III yaitu Racha Cahaya yang mengatakan bahwa “Pertamanya Raka buka service ponsel dulu

kak, Raka buka usahanya dirumah. Memperbaiki hp kan butuh sparepart kak, jadi

buat belinya, Raka suruh mama yang belanja ke plaza millenium kalo gak ke

pakam kak. Tapi karna bolak-balik, trus jaraknya jauh, udah gitu sparepart yang

dibeli cuma seperlunya aja, dan untungnya pun cuma dikit kak. Ibu bilang

udahlah gak usah lagi lah perbaiki hp itu, biar ibu buka aja kios untuk Raka

jualan. Yodahlah Raka

Gambar

Tabel 1
Gambar.4.1. Struktur Organisasi
Tabel 4.1. Daftar Nama Pegawai PSBD “BAHAGIA” Sumatera Utara
Gambar 2 : Kegiatan sehari-hari penyandang disabilitas tubuh di rumah
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penyandang disabilitas sangat membutuhkan dukungan utama yaitu berasal dari keluarga.Keluarga merupakan faktor penentu dalam memberikan pelayanan terpadu,

Implikasi penelitian diharapkan selaku pelaksana dalam memberikan bimbingan bagi penyandang disabilitas tubuh agar kiranya dapat meningkatkan taraf kapasitasnya walau latar

Populasi dari penelitian ini adalah 47penyandang disabilitas tubuh yang menerima program bimbingan keterampilan di Panti Sosial Bina Daksa “Bahagia” Sumatera Utara

Peyandang disabilitas tubuh ini adalah pelayanan yang dilakukan dalam panti sosial. yang berfungsi sebagai lembaga subtitusi keluarga yaitu keluarga pengganti

“Perekrutan yang dilaksanakan lembaga Panti Sosial Bina Daksa Wirajaya Makassar terhadap para penyandang disabilita tubuh melalui Dinas Sosial daerah setempat meliputi

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dimana informan utama dalam penelitian itu adalah klien penyandang disabilitas dan sedang mendapatkan pembinaan

DUKUNGAN KELUARGA BAGI KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS DI PANTI SOSIAL BINA DAKSA “BAHAGIA” SUMATERA UTARA.. Kehadiran penyandang disabilitas merupakan bagian dari

Berdasarkan observasi awal penelitian di Panti Sosial Bina Daksa Budi Perkasa Palembang para penyandang disabilitas fisik yang tinggal disana cara meraka untuk penyesuaian diri pertama