• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data

data dan teknik analisis data yang sudah ditentukan.

BAB IV PENUTUP

Bab ini berisi mengenai kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran bagi klinik.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Diana dan Lilis (2011: 4), sistem informasi akuntansi adalah sistem yang bertujuan untuk mengumpulkan dan memproses data serta melaporkan informasi berkaitan dengan transaksi keuangan. Pengertian lainnya yakni menurut Romney dan Steinbart (2014: 13), sistem informasi akuntansi merupakan suatu sistem yang dikumpulkan, dicatat, disimpan, dan diolah menjadi data untuk menghasilkan informasi bagi pengambil keputusan. Sistem informasi akuntansi memiliki 6 komponen, antara lain:

1. orang yang menggunakan sistem

2. prosedur dan instruksi yang digunakan untuk mengumpulkan, memproses, dan menyimpan data;

3. data mengenai organisasi dan aktivitas bisnisnya; 4. perangkat lunak yang digunakan untuk mengolah data;

5. infrastruktur teknologi informasi, meliputi komputer, perangkat periferal, dan perangkat jaringan komunikasi yang digunakan dalam SIA;

6. Pengendalian internal dan pengukuran keamanan yang menyimpan data SIA.

6

Manfaat sistem informasi akuntansi yang di desain dengan baik, dapat menambah nilai untuk suatu organisasi dengan:

1. Meningkatkan kualitas dan mengurangi biaya produk atau jasa. 2. Meningkatkan efisiensi.

3. Berbagi pengetahuan dan keahlian.

4. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas rantai pasokannya. 5. Meningkatkan struktur pengendalian internal.

6. Meningkatkan pengambilan keputusan.

Menurut Romney & Steinbart (2014:67), bagan alir merupakan teknik dokumentasi sistem informasi akuntansi yang menggunakan seperangkat simbol standar untuk menjelaskan gambar beberapa aspek dari sistem informasi secara jelas, ringkas, dan logis.

Bagan alir terbagi dalam tiga bagian yakni:

1. Bagan alir dokumen, memberikan ilustrasi arus dokumen dan data antar area-area pertanggunggjawaban yang ada dalam organisasi.

2. Bagan alir sistem, memberi gambaran hubungan antar-input, pemrosesan, penyimpanan, dan output sistem.

3. Bagan alir program, memberi ilustrasi mengenai urutan proses operasi yang dilakukan oleh komputer dalam menjalankan program.

8

Berikut merupakan simbol-simbol bagan alir serta masing-masing fungsinya:

Tabel 1. Simbol Bagan Alir

Simbol Nama Simbol dan Fungsinya

Dokumen.

Dokumen.Digunakan untuk menggambarkan semua jenis dokumen yang merupakan formulir yang digunakan untuk merekam data terjadinya suatu transaksi.

Dokumen dan tembusannya.

Digunakan untuk menggambarkan dokumen asli dan tembusannya.

Berbagai dokumen.

Digunakan untuk menggambarkan berbagai jenis dokumen yang digabungkan Bersama di dalam satu paket.

Catatan.

Digunakan untuk menggambarkan catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat data yang direkam sebelumnya di dalam dokumen atau formulir.

On-page connector.

Digunakan untuk menghubungkan arus proses pada halaman yang sama.

Tabel 1. Simbol Bagan Alir (Lanjutan)

Simbol Nama Simbol dan Fungsinya

Off-page connector.

Digunakan untuk menghubungkan arus proses pada halaman yang berbeda atau berada di luar halaman.

Kegiatan manual.

Digunakan untuk menggambarkan kegiatan manual seperti menerima order dari pembeli, mengisi formulir, membandingkan, dan memeriksa berbagai jenis kegiatan.

Keterangan, komentar.

Digunakan untuk menambahkan keterangan untuk memperjelas pesan yang disampaikan bagan alir.

Arsip sementara.

Digunakan untuk menunjukkan tempat penyimpanan dokumen

Arsip permanen.

Digunakan untuk menggambarkan arsip permanen yang merupakan tempat penyimpanan dokumen yang tidak akan diproses lagi.

On-line computer process.

Digunakan untuk menggabarkan pengolahan data dengan computer secara on-line.

Keying.

Digunakan untuk menggambarkan pemasukan data ke dalam computer melalui on-line terminal.

10

Tabel 1. Simbol Bagan Alir (Lanjutan)

Simbol Nama Simbol dan Fungsinya

Pita magnetic.

Digunakan untuk menggambarkan arsip komputer yang berbentuk pita magnetik.

On-line storage.

Digunakan untuk menggambarkan arsip computer yang berbentuk on-line.

Keputusan.

Digunakan untuk menggambarkan keputusan yang harus dibuat dalam proses pengolahan data.

Garis alir.

Digunakan untuk menggambarkan arah proses pengolahan data.

Mulai/berakhir (terminal).

Digunakan untuk menggambarkan awal dan akhir suatu sistem akuntansi.

Database.

Digunakan untuk menggambarkan data yang disimpan secara elektronik dalam database.

B. Sistem Akuntansi Penerimaan Kas

Menurut Mulyadi (2016), sistem akuntansi penerimaan kas merupakan suatu catatan yang dibuat untuk melakukan aktivitas penerimaan uang baik dari penjualan tunai maupun piutang yang digunakan untuk kegiatan umum suatu perusahaan. Sumber utama penerimaan kas yaitu penerimaan kas dari penjualan tunai dan penerimaan kas dari piutang.

Sistem akuntansi penerimaan memerlukan informasi yang dibutuhkan oleh manajemen, yakni jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai, nama dan alamat pemberi kas, otorisasi dari pemberi dana. Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi penerimaan kas merupakan suatu sistem untuk mengumpulkan dan mencatat transaksi yang diperlukan manajemen dalam menganalisis penerimaan perusahaan.

C. Pengendalian Internal

Committee of Sponsoring Organization of The Treadway

Commission (COSO) 2013 mengeluarkan definisi mengenai pengendalian

internal. Definisi COSO mengenai pengendalian internal merupakan suatu proses yang melibatkan dewan komisaris, manajemen, dan personil lain yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga tujuan sebagai berikut:

1. Tujuan operasi

Tujuan ini terkait dengan efektivitas dan efisiensi operasi termasuk dalam meningkatkan kinerja keuangan dan operasional suatu entitas serta efisiensi dalam penggunaan aset.

2. Tujuan pelaporan

Tujuan ini terkait dengan pelaporan keuangan dan non keuangan, baik dari internal maupun eksternal suatu organisasi yang mencakup keandalan, ketepatan waktu, transparansi yang ditetapkan oleh organisasi itu sendiri maupun regulator.

12

3. Tujuan kepatuhan

Tujuan ini terkait dengan kepatuhan organisasi terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

Menurut Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway

Commission (COSO) 2013, pengendalian internal memiliki lima

komponen, yaitu:

1. Lingkungan pengendalian (control environment)

Lingkungan pengendalian merupakan serangkaian standar, proses, dan struktur yang menjadi dasar pelaksanaan pengendalian internal. Dalam komponen pengendalian internal terdapat lima prinsip di dalamnya: a. Organisasi menunjukkan komitmen terhadap integritas dan nilai-

nilai etika.

b. Dewan direksi menunjukkan independensi terhadap manajemen dan melaksanakan pengawasan terhadap pengembangan dan kinerja pengendalian internal.

c. Organisasi menetapkan struktur, alur pelaporan, kewenangan dan tanggung jawab dalam mencapai tujuan.

d. Organisasi menunjukkan komitmennya untuk merekrut, mengembangkan, dan mempertahankan individu yang kompeten. e. Organisasi mendorong setiap individu untuk menerapkan

akuntabilitas atas tanggung jawabnya terhadap pengendalian internal.

2. Penilaian risiko (risk assessment)

Organisasi menetapkan mekanisme untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengelola risiko yang relevan untuk mencapai tujuan. Penilaian risiko dapat dilakukan dengan cara berikut:

a. Organisasi menetapkan tujuan dengan jelas untuk memudahkan identifikasi dan penilaian risiko.

b. Organisasi melakukan identifikasi risiko dan menganalisa risiko terkait pencapaian tujuan sebagai dasar untuk menentukan pengelolaan risiko yang tepat.

c. Organisasi mempertimbangkan potensi adanya kecurangan dalam proses menilai risiko terhadap tujuan.

d. Organisasi mengidentifikasi dan mengevaluasi perubahan yang dapat berpengaruh pada sistem pengendalian internal secara signifikan.

3. Aktivitas pengendalian (control activities)

Terdapat tiga prinsip yang terkait dengan aktivitas pengendalian, yaitu: a. Organisasi memilih dan mengembangkan kegiatan pengendalian

yang berkontribusi dalam memitigasi risiko.

b. Organisasi memilih dan mengembangkan kegiatan pengendalian melalui teknologi informasi untuk mendukung tercapainya tujuan. c. Organisasi menerapkan kegiatan pengendalian melalui kebijakan

14

4. Informasi dan komunikasi (information & communication)

Terdapat tiga prinsip yang berhubungan dengan informasi dan komunikasi, yaitu:

a. Organisasi menghasilkan dan menggunakan informasi yang berkualitas dan relevan untuk mendukung fungsi komponen pengendalian internal.

b. Organisasi mengkomunikasikan informasi secara internal, termasuk tujuan dan tanggung jawab pengendalian internal yang digunakan untuk mendukung fungsi pengendalian internal.

c. Organisasi berkomunikasi dengan pihak eksternal terkait hal yang dapat mempengaruhi fungsi pengendalian internal.

5. Kegiatan pemantauan (monitoring activities)

Terdapat dua prinsip terkait kegiatan pemantauan, yaitu:

a. Organisasi memilih, mengembangkan, dan melakukan evaluasi berkelanjutan dan atau terpisah untuk memastikan apakah komponen pengendalian internal berfungsi dengan baik.

b. Organisasi mengevaluasi dan mengkomunikasikan kekurangan pengendalian internal secara tepat waktu kepada pihak yang bertanggung jawab untuk selanjutnya mengambil tindakan korektif. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Menurut Mulyadi (2016: 129), sistem pengendalian internal meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menekankan tujuan yang hendak dicapai bukan pada unsur-unsur yang membentuk sistem tersebut. Tujuan sistem pengendalian internal dari definisi tersebut sebagai berikut:

1. Menjaga aset organisasi.

2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. 3. Mendorong efisiensi.

4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

Selain itu, sistem pengendalian internal memiliki unsur-unsur pokok sebagai berikut:

1. Struktur organisasi yang berguna untuk memisahkan tanggung jawab fungsional.

2. Sistem wewenang dan prosedir pencatatan yang memberikan perlindungan terhadap aset kekayaan yang ada.

3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit. 4. Karyawan yang bermutu sesuai dengan tanggung jawabnya.

D. Klinik

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Klinik dalam bab I pasal 1 ayat (1), Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan/atau spesialistik, diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga kesehatan dan dipimpin

16

oleh seorang tenaga medis. Tenaga medis yang dimaksud merupakan dokter, dokter spesialis, dokter gigi atau dokter gigi spesialis.

Dalam pasal 1 ayat (2), tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau ketrampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Sedangkan fasilitas Kesehatan merupakan suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan Kesehatan, baik promotive, preventif, kuratif, maupun rehabilitative yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.

Permenkes Nomor 9 Tahun 2014 bab II pasal 2 menyatakan bahwa berdasarkan jenis pelayanannya, klinik dibagi menjadi dua:

1. Klinik Pratama

Klinik Pratama merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar.

2. Klinik Utama

Klinik Utama merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik spesialistik atau pelayanan medik dasar dan spesialistik. Dalam pasal 7 menyatakan kriteria bangunan klinik paling sedikit terdiri atas:

1. Ruang pendaftaran/ruang tunggu; 2. Ruang konsultasi;

3. Ruang administrasi;

4. Ruang obat dan bahan habis pakai untuk klinik yang melaksanakan pelayanan farmasi;

5. Ruang tindakan; 6. Ruang/ pojok ASI; 7. Kamar mandi/wc;

8. Ruangan lainnya sesuai kebutuhan.

Dalam Permenkes Nomor 9 Tahun 2014 juga dijelaskan syarat tenaga medis dan tenaga kesehatan pada Klinik pratama yang memberikan pelayanan. Pasal 12 ayat (1) menyatakan tenaga medis pada Klinik pratama yang memberikan pelayanan kedokteran paling sedikit terdiri dari 2 (dua) orang dokter dan/atau dokter gigi sebagai pemberi pelayanan. Pasal 13 ayat (1) menyatakan setiap tenaga medis yang berpraktik di Klinik harus mempunyai Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 13 ayat (2) menyatakan setiap tenaga kesehatan lain yang bekerja di Klinik harus mempunyai Surat Tanda Registrasi (STR), dan Surat Izin Kerja (SIK) atau Surat Izin Praktik (SIP) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

18

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Bernardus Unggul Nugroho mahasiswa jurusan akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2016 dengan judul Evaluasi Sistem Informasi Akuntansi Kas dan Pengendalian Internal Penerimaan Kas Pasien Rawat Inap Non Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Studi Kasus di Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta) yang berfokus pada kesesuaian sistem informasi akuntansi dan sistem pengendalian internal serta pengujian efektivitas pengendalian internal. Hasil penelitian tersebut ialah sistem informasi akuntansi penerimaan kas pasien rawat inap non BPJS di Rumah Sakit Panti Rini telah sesuai dengan teori dan berjalan efektif karena terdapat prosedur pengendalian internal yang mampu mengkoordinasi agar karyawan dapat melakukan aktivitas pekerjaannya sesuai dengan tanggung jawab masing-masing dan peneliti tidak menemukan adanya kecurangan baik pencurian aset maupun manipulasi data atas penerimaan kas.

Penelitian yang dilakukan oleh Agnes Dian Puspita Argawati mahasiswa jurusan akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2018 dengan judul Analisis Pengendalian Internal Pada Sistem Informasi Akuntansi Penerimaan Kas (Studi Kasus di Paroki Santo Ignatius Danan) berfokus pada kesesuaian pengendalian sistem informasi akuntansi penerimaan kas di Paroki Santo Ignatius Danan dengan komponen pengendalian internal menurut COSO. Hasil penelitian tersebut ialah pengendalian internal sistem informasi akuntansi penerimaan kas di Paroki

Santo Ignatius Danan belum sesuai dengan komponen pengendalian internal menurut COSO, karena dari lima komponen pengendalian internal yakni lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta kegiatan pemantauan ada tiga komponen yang berbeda yakni lingkungan pengendalian, penilaian risiko, dan aktivitas pengendalian. Sedangkan, dua komponen yakni informasi dan komunikasi serta kegiatan pemantauan sesuai dengan teori COSO.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Studi kasus berfokus pada pengumpulan informasi terkait objek tertentu, acara atau kegiatan, seperti unit atau organisasi bisnis tertentu (Sekaran, 2017: 118). Untuk mendapatkan gambaran yang jelas suatu masalah, peneliti mengumpulkan informasi dengan mengamati situasi secara langsung di Klinik Pratama Mardi Waluyo dari berbagai sudut pandang menggunakan berbagai metode pengumpulan data.

B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Januari – Februari 2020. 2. Tempat penelitian

Penelitian dilakukan di Klinik Pratama Mardi Waluyo yang beralamatkan di Jl. Raya Pati - Kudus No.159, Kauman, Klaling, Kec. Jekulo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.

20

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek yang dipilih dalam penelitian ini adalah Kepala Klinik dan Kasir Klinik Pratama Mardi Waluyo.

2. Objek penelitian ini adalah dokumen, catatan, fungsi, prosedur sistem informasi penerimaan kas klinik, dan pengendalian internal sistem informasi akuntansi penerimaan kas klinik.

D. Data Penelitian

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: 1. Gambaran umum Klinik Pratama Mardi Waluyo.

2. Alur proses penerimaan kas Klinik Pratama Mardi Waluyo. 3. Dokumen dan catatan yang berkaitan dengan penerimaan kas. 4. Pengendalian internal sistem informasi akuntansi.

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara

Salah satu metode pengumpulan data adalah wawancara atau yang sering disebut dengan interview yaitu pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung kepada responden atau narasumber dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang akurat. Data yang diambil dari wawancara berupa gambaran umum klinik, alur penerimaan kas baik dari pasien baru maupun pasien lama, dokumen dan catatan yang digunakan dalam penerimaan kas, serta prosedur pelaporan penerimaan kas di Klinik Pratama Mardi Waluyo.

22

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melihat, mengamati serta mengumpulkan dokumen serta catatan yang digunakan dalam sistem informasi akuntansi penerimaan kas klinik. Data yang diperoleh dari dokumentasi adalah struktur organisasi, visi, misi, tata nilai, kwitansi rangkap dua, tampilan software OFR bagian kasir Klinik Pratama Mardi Waluyo

F. Teknik Analisis Data

Teknis analisis data yang digunakan adalah menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif. Berikut langkah yang digunakan dalam penelitian ini:

1. Mendeskripsikan dan menggambarkan alur penerimaan kas yang berasal dari pasien menggunakan bagan alir (flowchart) yang ada di Klinik Pratama Mardi Waluyo.

2. Mendeskripsikan pengendalian internal sistem informasi penerimaan kas di Klinik Pratama Mardi Waluyo dengan komponen pengendalian internal menurut standar COSO dan melakukan perbandingan menggunakan tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Perbandingan Pengendalian Internal berdasarkan COSO dengan Pengendalian Internal berdasarkan Klinik Pratama Mardi Waluyo.

Komponen Pengendalian

Internal COSO Kriteria COSO Pelaksanaan pada Klinik Keterangan

Lingkungan

Pengendalian a. Organisasi menunjukkan komitmen terhadap integritas dan nilai - nilai etika. b. Dewan direksi menunjukkan independensi

terhadap manajemen.

c. Organisasi menetapkan struktur, alur pelaporan, kewenangan, dan tanggung jawab.

d. Organisasi menunjukkan komitmen terhadap kompetensi.

e. Organisasi mendorong setiap individu menerapkan akuntabilitas atas tanggung jawab pengendalian internal.

24

Tabel 2. Perbandingan Pengendalian Internal berdasarkan COSO dengan Pengendalian Internal berdasarkan Klinik Pratama Mardi Waluyo. (Lanjutan)

Komponen Pengendalian

Internal COSO Kriteria COSO Pelaksanaan pada Klinik Keterangan

Penilaian Risiko a. Organisasi menetapkan tujuan dengan jelas. b. Organisasi mengidentifikasi dan

menganalisa risiko sebagai dasar dalam menentukan pengelolaan risiko yang tepat. c. Organisasi mempertimbangkan potensi

adanya kecurangan.

d. Organisasi mengidentifikasi dan

mengevaluasi perubahan yang berpengaruh secara signifikan pada sistem pengendalian internal.

Tabel 2. Perbandingan Pengendalian Internal berdasarkan COSO dengan Pengendalian Internal berdasarkan Klinik Pratama Mardi Waluyo. (Lanjutan)

Komponen Pengendalian

Internal COSO Kriteria COSO Pelaksanaan pada Klinik Keterangan

Aktivitas Pengendalian a. Organisasi memilih dan mengembangkan kegiatan pengendalian yang berkontribusi dalam pencegahan risiko.

b. Organisasi memilih dan mengembangkan kegiatan pengendalian melalui teknologi. c. Organisasi menerapkan kegiatan

pengendalian melalui kebijakan dan prosedur.

26

Tabel 2. Perbandingan Pengendalian Internal berdasarkan COSO dengan Pengendalian Internal berdasarkan Klinik Pratama Mardi Waluyo. (Lanjutan)

Komponen Pengendalian

Internal COSO Kriteria COSO Pelaksanaan pada Klinik Keterangan

Informasi dan

Komunikasi. a. Organisasi menghasilkan dan menggunakan informasi yang berkualitas dan relevan. b. Organisasi mengkomunikasikan informasi

termasuk tujuan dan tanggung jawab yang diperlukan untuk mendukung fungsi pengendalian internal.

c. Berkomunikasi dengan pihak eksternal mengenai hal yang dapat mempengaruhi fungsi pengendalian internal.

Tabel 2. Perbandingan Pengendalian Internal berdasarkan COSO dengan Pengendalian Internal berdasarkan Klinik Pratama Mardi Waluyo. (Lanjutan)

Komponen Pengendalian

Internal COSO Kriteria COSO Pelaksanaan pada Klinik Keterangan

Kegiatan Pemantauan. d. Organisasi memilih, mengembangkan, dan melakukan evaluasi berkelanjutan untuk memastikan apakah pengendalian internal ada dan berfungsi.

e. Organisasi mengevaluasi dan mengkomunikasikan kekurangan

pengendalian internal tepat waktu kepada pihak yang bertanggung jawab untuk menentukan tindakan perbaikan. (Sumber data: COSO, 2013)

28

3. Melakukan analisis dari hasil tabel perbandingan. Analisis ini berisi pengendalian internal sistem informasi akuntansi penerimaan kas yang terjadi di Klinik Pratama Mardi Waluyo dengan komponen pengendalian internal menurut COSO.

4. Menarik kesimpulan berupa laporan hasil dari analisis dan pembahasan yang sudah dilakukan. Laporan ini berisi pernyataan apakah pengendalian sistem informasi akuntansi penerimaan kas di Klinik Pratama Mardi Waluyo sesuai dengan komponen pengendalian internal menurut COSO.

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Berdirinya Klinik Pratama Mardi Waluyo

Pada awal tahun 1960-an, ketika sarana dan fasilitas maupun tenaga kerja di Kudus dan sekitarnya masih sangat minim dan jauh dari memadai. Beberapa aktivis dan tokoh Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI) Kudus seperti Liem Wie Tan / Daud Darmawan Karunia, Lie Tjwan Tjie, Lie Djie Le, Kwik Tjhiang Ien / Indarto Kirana, Ds Sudarsohadi dan beberapa orang lainnya, terinspirasi dari kisah “orang samaria yang murah hati”, merasa terpanggil dan terbebani untuk menolong sesame, khususnya di bidang kesehatan. Mereka kemudia menghubungi Yayasan Kesehatan Kristen Sekitar Muria (YKKSM). Pengelola Rumah Sakit Kristen Tayu, mereka bersedia membantu untuk mendirikan YKKSM cabang Kudus yang mengelola Balai Pengobatan yang bekerja secara otonom, terpisah dari induknya.

Lokasi yang dipilih dan dipersiapkan yaitu 2 Balai Pengobatan yang ada di Kudus yakni bangunan yang terletak di sebelah selatan gedung GKMI Kudus, tepatnya di Jl. KH Wahid Hasyim 76-78, Kudus, sedang yang satunya berada di Jekulo, tepatnya di Jl. Raya Kudus - Pati, Desa Klaling, Kecamatan Jekulo, Kudus yang diberi nama Balai Pengobatan Mardi Waluyo. Balai pengobatan lainnya didirikan di Jepara yaitu di Kecamatan Welahan dan Kecamatan Bangsri.

Dalam perkembangannya diputuskan bahwa, sudah saatnya yayasan berdiri sendiri, melalui akta notaris dari Kantor Notaris Ny. S. R. Widarso, SH, Kudus No. 7 tanggal 16 November 1967, berdirilah Yayasan Kesehatan Kristen (YKK) Kudus.

30

Balai pengobatan makin berkembang, maka pada tahun 2012 berubah menjadi Klinik Pratama termasuk Balai Pengobatan Mardi Waluyo menjadi Klinik Pratama Mardi Waluyo.

B. Lokasi Klinik Pratama Mardi Waluyo

Klinik Pratama Mardi Waluyo berada di Kabupaten Kudus yang beralamatkan di Jl. Raya Pati - Kudus No.159, Kauman, Kec. Jekulo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah 59382. Waktu pelayanan Klinik Pratama Mardi Waluyo: Senin s/d Sabtu Pagi pukul 08.00 – 12.00 dan Sore pukul 17.00 – 20.00. Libur pada hari Minggu dan Libur Nasional.

C. Struktur Organisasi Klinik Pratama Mardi Waluyo

Menurut Mulyadi (2001), struktur organisasi merupakan rerangka pembagian tanggung jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan.

Berikut merupakan struktur organisasi Klinik Pratama Mardi Waluyo:

Gambar 1. Struktur Organisasi Klinik Pratama Mardi Waluyo. YKKMR STAF KHUSUS URUSAN KLINIK YKKMR KEPALA KLINIK PRATAMA MARDI WALUYO

Dokter Dokter Gigi Perawat Laboratorium Pendaftaran Kasir Umum PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab

Tugas, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing bagian sebagai berikut:

1. Kepala Klinik

a. Uraian tugas:

1) Membagi tugas kepada staf sesuai bidang tugas masing-masing. 2) Melakukan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pelayanan. 3) Memberikan petunjuk dan bimbingan teknis kepada staf agar

pelaksanaan tugas berjalan sesuai dengan yang diharapkan. b. Tanggung jawab:

Bertanggung jawab dalam memimpin Klinik dan seluruh kegiatan Klinik serta melaporkan hasil kegiatan program dan pelayanan ke YKKMR.

c. Wewenang:

1) Memiliki wewenang untuk menilai kinerja karyawan. 2) Memiliki wewenang untuk melakukan otorisasi dokumen. 2. Dokter Umum.

a. Uraian tugas:

1) Melakukan pelayanan medik umum konsul pertama.

2) Melakukan tindakan darurat medik/P3K tingkat sederhana.

3) Melakukan pemeliharaan kesehatan bayi, balita dan anak.

4) Melakukan pelayanan gizi.

32

6) Membuat catatan medik pasien rawat jalan.

7) Melayani atau menerima konsultasi internal.

8) Menguji kesehatan individu.

9) Memberikan usulan kebutuhan pendukung pelayanan.

10) Mengikuti dan berperan aktif dalam pertemuan rutin klinik.

Dokumen terkait