Setelah pengolahan data selesai maka dilakukan analisis data. Data yang diperoleh secara analisis kualitatif yang artinya hasil penelitian ini dideskripsikan dalam bentuk penjelasan dan uraian kalimat-kalimat yang mudah dibaca dan dimengerti untuk diinterpretasikan dan ditarik kesimpulan mengenai pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan pemidanaan terhadap anak sebagai pembantu tindak pidana pencurian dengan pemberatan (Studi Putusan Nomor: 366/PID.B/Anak/2012/PN.KB.), sehingga dapat diperoleh gambaran yang jelas tentang masalah yang diteliti. Dari hasil analisis tersebut dapat dilanjutkan dengan menarik kesimpulan secara induktif, yaitu cara berfikir dalam mengambil kesimpulan secara umum yang didasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus, dan selanjutnya dari berbagai kesimpulan tersebut dapat diajukan saran.
V. PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan mengenai permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemidanaan anak sebagai pembantu tindak pidana pencurian dengan pemberatan dapat dijatuhi sanski pidana sesuai dengan Pasal 363 KUHP dan khusus mengenai sebagai pembantu diatur dalam ketentuan Pasal 57 ayat (1) KUHP yang harus dikurangi 1/3 (satu per tiga) dari ancaman hukuman maksimal dan dalam hal pelakunya masih tergolong anak sesuai dengan Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak paling lama 1/2 (satu per dua) dari maksimum ancaman pidana penjara bagi orang dewasa. Penerapan pidana penjara dalam pemidanaan terhadap anak sebagai pembantu pencurian dengan pemberatan yang baru pertama kali melakukannya adalah tidak tepat apabila dilihat dari tujuan pemidanaan karena lingkungan penjara kurang tepat bagi anak, penjara bisa saja memperbaiki bagi anak, akan tetapi ada kemungkinan dapat menjadikan anak lebih buruk karena pengaruh di penjara.
2. Dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap perkara anak sebagai pembantu pencurian dengan pemberatan dalam Perkara Nomor: 366/PID.B/Anak/2012/PN.KB., yaitu dakwaan jaksa, hasil penelitian masyarakat dari BAPAS (Balai Pemasyarakatan), tujuan pemidanaan, hal-hal yang meringankan dan memberatkan. Hakim cenderung tidak menjatuhkan pidana maksimum dengan harapan pelaku tidak mengulangi lagi perbuatannya. Pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan pemidanaan menggunakan teori yang dikembangkan oleh Mackenzei, yaitu teori keseimbangan, teori pendekatan seni dan intuisi, serta teori ratio decidendi.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan penulis berkaitan dengan analisis pemidanaan terhadap anak sebagai pembantu tindak pidana pencurian dengan pemberatan (Studi Putusan Nomor: 366/PID.B/Anak/2012/PN.KB.)sebagai berikut:
1. Hakim dalam memberikan pertimbangan putusan pemidanaan, harus lebih mempertimbangkan keadaan pelaku yang masih tergolong anak, sebaiknya hakim dalam menjatuhkan pemidanaan terhadap anak menerapkan sistem pemidanaan yang bersifat edukatif dalam bentuk rehabilitasi dan pembinaan khusus. Sejalan dengan hal ini, sebaiknya konsep keadilan restoratif dan upaya diversi sebagaimana yang telah diatur didalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak perlu untuk diterapkan bagi penyelesaian kasus anak untuk kedepannya.
2. Hakim harus lebih bijak dan adil dalam memberikan vonis terhadap pelaku yang masih tergolong anak, sebaiknya putusan hakim dalam menjatuhkan
pidana penjara menjadi pilihan terakhir (ultimum remidium) dan Hakim hendaknya memandang terdakwa yang masih tergolong anak sebagai subjek yang perkembangan jiwa dan masa depannya perlu dipertimbangkan, bukan dipandang sebagai objek atau penjahat yang harus dijatuhi pidana agar menjadi jera. Hakim juga harus lebih mempertimbangkan hal-hal yang bersifat non-penal daripada yang bersifat non-penal.
DAFTAR PUSTAKA a. Literatur
Andrisman, Tri. 2011. Asas-Asas dan Dasar Aturan Umum Hukum Pidana
Indonesia. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
. 2009. Delik Khusus Dalam KUHP. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
. 2011. Hukum Peradilan Anak. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Arief, Barda Nawawi. 2002. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Gultom, Maidin. 2010. Perlindungan Hukum terhadap Anak dalam Sistem
Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Bandung: PT Refika Aditama.
Hamzah, Andi. 1999. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika. Moeljatno. 1993. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Bina Aksara.
Muladi dan Barda Narwawi Arief. 1998. Teori-Teori dan Kebijakan Pidana. Bandung: Alumni.
Mulyadi, Lilik. 2005. Pengadilan Anak di Indonesia (Teori Praktek dan
Permasalahannya). Bandung: CV. Mandar Maju.
Prodjodikoro, Wirjono. 2008. Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia. Bandung: Refika Aditama.
Rifai, Ahmad. 2010. Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Perspektif Hukum
Progresif, Jakarta: Sinar Grafika.
Saleh, Roeslan. 1999. Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana. Jakarta: Aksara Baru.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1987. Metode Penelitian Survey. Jakarta: Ghalia Indonesia.
. . 1984. Sosiologi Suatu pengantar. Jakarta: CV Rajawali. Sudarto. 1997. Hukum Pidana. Semarang: Yayasan Sudarto, Fakultas Hukum
UNDIP.
. .1986. Hukum Pidana dan Perkembangan Masyarakat Kajian Terhadap
Pembaharuan Hukum Pidana. Bandung: Sinar Baru.
Sunggono, Bambang. 2007. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Wadong, Maulana Hasan. 2000. Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak. Jakarta: Grasindo.
Wisnubroto, Al. 1997. Hakim dan Peradilan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.
b. Peraturan Perundang-undangan
Tim Redaksi. 2010. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Jakarta: Sinar Grafika.
Tim Redaksi. 2009. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang
Kesejahteraan Anak. Bandung: Fokus Media.
Tim Redaksi. 2009. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak. Jakarta: Sinar Grafika.
Tim Redaksi. 2012. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. Jakarta: Sinar Grafika.
Tim Redaksi. 2013. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak. Bandung: Fokus Media.
Tim Redaksi. 2010. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman. Jakarta: Sinar Grafika.
c. Sumber lain
Tim Penyusun Kamus. 1997. Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Sunudyantoro, Sebelum Tewas Pencuri Kotak Amal Menangis, diakses 19 Juli 2013,13.45 WIB, http://id.berita.yahoo.com/sebelum-tewas-pencuri-kotak-amal-menangis-032620544.html