• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN

4.2. Analisis

Kegiatan inventarisasi hutan merupakan salah satu kegiatan dari kegiatan tata hutan yang dilakukan oleh pihak Perum Perhutani. inventarisasi hutan dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh data serta informasi tentang potensi hutan dan lingkungan sekitarnya secara lengkap. Risalah hutan atau inventarisasi hutan dilakukan oleh pertugas yang mampu melaksanakan risalah hutan berdasarkan SK Kepala Biro Renbang Perusahaan. Adapun bagan dari kegiatan Tata Hutan adalah sebagai berikut

Gambar 4.1: Bagan Mekanisme Kegiatan Tata Hutan Perum Perhutani (Panduan Praktis Inventarisasi Hutan dan RPKH)

4.2.1 Analisis Alur Kerja Sistem Berjalan

Analisis sistem yang sudah berjalan dan dilakukan oleh Perum Perhutani adalah sebagai berikut;

Gambar 4.2: Bagan Sistem berjalan (Data Diolah Penulis)

Keterangan:

1. Proses yang pertama kali dilakukan adalah BKPH (bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan) melakukan Ground Checking yang pelaksanaannya bekerja sama dengan RPH (Resort Pemangkuan Hutan) untuk setiap wilayah kerjanya masing-masing.

2. Hasil Ground Checking diberikan kepada KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan) oleh BKPH, setelah itu dilakukan pengarsipan dokumen oleh KPH, dokumen pertama (1) di simpan oleh KPH dan dokumen kedua (2) diberikan kepada SPH (Satuan Perencanaan Hutan).

3. Data yang diperoleh oleh SPH kemudian diolah untuk mendapatkan dan menentukan peta batas wilayah. Hasil peta batas wilayah di distribusikan kepada KPH. KPH yang telah mendapatkan data peta batas wilayah memberikan data peta wilayah terserbut kepada BKPH, hal ini dimaksudkan agar BKPH dapat melanjutkan proses selanjutnya yaitu pembuatan dokumen narasi dari peta batas wilayah.

4. Dokumen narasi yang telah dibuat dilakukan pengarsipan dokumen untuk BKPH itu sendiri, dan melakukan pendistribusian kepada RPH.

5. Pihak RPH yang telah mendapatkan dokumen narasi melakukan proses pembuatan peta batas wilayah. Peta batas wilayah yang dibuat oleh pihak RPH merupakan acuan untuk melakukan

inventarisasi hutan atau risalah hutan terhadap area kerja masing-masing RPH.

6. Inventarisasi hutan dilakukan oleh RPH dengan menggunakan pencatatan melalui form tally sheet secara manual yang kemudian dikirimkankan kepada BKPH. BKPH kemudian memberikan kepada KPH. Dan KPH memberikannya kepad SPH.

7. Hasil risalah hutan yang didapatkan oleh SPH kemudian diolah dan dimasukan ke database inventarisasi hutan melalui aplikasi SISDH-PDE. Hasil data pengolahan inventarisasi hutan diperlukan sebagai bahan acuan untuk membuat dan menyusun RPKH (Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan).

8. Data hasil pengolahan yang telah dibuat menjadi RPKH ditambahkan dengan peta yang kemudian di distribusikan kepada masing KPH, BKPH dan RPH.

4.2.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian singkat serta flowchart sistem yang sedang berjalan di Perum Perhutani unit III, maka dapat diidentifikasikan kelemahan-kelemahan dari sistem yang sedang berjalan ini, yaitu :

1. Informasi mengenai data risalah hutan dan data hasil ground checking yang diarsipkan sangat rentan terhadap resiko kehilangan data yang dapat disebabkan oleh print-out yang hilang, rusak, basah, maupun robek.

2. Dari sisi ke-praktisannya, para pekerja KPH,BKPH dan RPH harus selalu membawa dokumen hasil risalah untuk melihat hasil inventarisasi hutan yang dimiliki masing-masing bagian. 3. SPH harus membagikan data-data ke seluruh bagian berupa

hardcopy. Dari sisi ekonomi, hal ini dinilai lebih boros dibandingkan dengan sistem yang terkomputerisasi.

4. Untuk mencari data-data daerah tertentu, baik KPH, BKPH maupun RPH harus mencari dan meminta kepada SPH dokumen yang telah diarsipkan. Hal ini tentu saja dapat menyulitkan semua pihak.

5. Pihak KPH akan kerepotan dalam mengumpulkan serta mengorganisir data dari BKPH dan RPH.

6. Adanya kemungkinan BKPH dan RPH tidak mendapatkan data peta batas wilayah yang sesuai, dan mereka memakai data yang lama untuk melakukan risalah. Dengan begitu data yang di dapatkan tidaklah sinkron dengan data yang ada di SPH.

4.2.3 Uraian Singkat Alur Kerja Sistem yang Diusulkan

Untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pengimplementasian sistem yang telah berjalan tersebut, penulis bermaksud mengusulkan sebuah sistem alternatif untuk pengorganisasian dan pensinkronasisasian data atribut dan data spasial dari hasil risalah yang berbasis komputer. Pada

pengembangannya, penulis melakukan studi kasus pada Perum Perhutani Unit III, SPH I Bogor, dengan kelas perusahaan Acacia Mangium namun pada kenyataannya sistem yang diusulkan ini nantinya dapat juga diimplementasikan pada Perum Perhutani di unit dan kelas perusahaan yang berbeda. Usulan sistem yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Bagian SPH di dalam sistem ini berperan sebagai admin yang bertugas untuk menetapkan format siapa saja yang berhak melakukan akses ke dalam sistem, dalam hal ini adalah para user di BKPH dan KPH. Admin juga dapat melakukan pemasukan data atribut dan data spasial.

2. User di KPH dan BKPH merupakan user yang memiliki user account di dalam sistem, yang ditentukan oleh admin di SPH. User di KPH dan BKPH memiliki kewenangan untuk mengisi dan mengubah data atribut dan data spasial masing-masing daerah.

3. RPH berada pada tingkatan terbawah di dalam sistem. Setelah data dimasukkan, maka RPH dapat mengakses informasi yang mereka butuhkan.

4. Data-data yang telah berada di dalam sistem juga dapat dibuat reportnya dalam format PDF, DOC maupun di cetak langsung. 5. Format pelaporan sudah diseragamkan dengan memakai format

Gambar flowchart dari sistem yang penulis usulkan ini adalah sebagai berikut :

Gambar 4.3: Bagan Sistem Usulan (Gambar diolah penulis)

Keterangan :

1. Ground checking dilakukan oleh BKPH dan RPH, hasil dokumen ground checking diberikan kepada pihak KPH untuk dilakukan pengarsipan.

2. Setelah dilakukan pengarsipan. Dokumen tersebut di berikan kepada pihak SPH. Dokumen tersebut merupakan data yang akan diproses untuk menentukan dan membuat peta batas wilayah. 3. Peta batas wilayah yang sudah dibuat di distribusikan kepada

KPH, BKPH, RPH. Dengan begitu kesalahan data di karenakan ridak adanya keseragaman peta dapat diminimalisir.

4. Pada proses penentuan dan pembuatan data peta batas wilayah, data tersebut juga diinputkan kedalam database inventarisasi hutan oleh pihak SPH.

5. Peta batas wilayah yang didapatkan oleh RPH merupakan bahan acuan bagi mereka untuk melakukan kegiatan inventarisasi hutan. Hasil pencatatan inventarisasi hutan dibuat atau dimasukan kepada form standard Perum Perhutani yang dinamakan tally sheet.

6. Setelah hasil risalah tersebut di dapatkan. Data tersebut kemudian diberikan kepada BKPH yang kemudian memberikannya kepada KPH.

7. Pihak KPH kemudian melakukan penginputan ke dalam database inventarisasi hutan sesuai dengan wilayah kerjanya masing- masing.

8. Data yang telah diinputkan kemudian diolah sebagai data penunjang penyusunan RPKH. RPKH yang telah jadi kemudian didistribusikan kepada KPH, BKPH, RPH.

Pada sistem yang diusulkan ini, penulis menggunakan Unified Modelling Language (UML) dalam perancangannya. Diagram-diagram UML yang digunakan yaitu Use Case Diagram, Class Diagram, Activity Diagram, dan Sequence diagram.

Dokumen terkait