• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi ini tentu saja masih belum sempurna. Masih banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengembangkan aplikasi ini agar menjadi lebih baik lagi, antara lain :

1. Pengembangan juga dapat dilakukan dengan melakukan integrasi antara aplikasi ini dengan aplikasi-aplikasi lainnya yang dimiliki oleh Perum Perhutani sehingga dapat menjadi satu kesatuan sistem yang lebih kompleks.

2. Selain di KPH Bogor, aplikasi ini dapat juga diterapkan di KPH-KPH lainnya. Pengembangan juga dapat dilakukan dengan menambahkan data kelas perusahaan lainnya, karena setiap kelas perusahaan mempunyai karakteristik data yang berbeda.

Lampiran A-1 (Wawancara dengan Forester)

Hari / Tanggal : Rabu, 12 Agustus 2009 Tempat : RPH Tenjo Bogor

Pertanyaan :

1. Bagaimana prosedur pengolahan data inventarisasi hutan yang dilakukan oleh perum perhutani ?

2. Bagaimana proses inventarisasi hutan yang dilakukan oleh perum perhutani ? 3. Masalah apa saja yang sering terjadi dalam proses tersebut ?

4. Langkah – langkah apa saja yang dilakukan dalam mengatasi masalah – masalah tersebut ?

Jawaban :

1. Prosedur pengolahan data nya adalah sebagai berikut BKPH (bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan) melakukan Ground Checking yang pelaksanaannya bekerja sama dengan RPH (Resort Pemangkuan Hutan). Hasil Ground Checking diberikan kepada KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan) oleh BKPH, Data diberikan kepada SPH dan diolah menjadi peta batas wilayah. Peta batas wilayah di distribusikan kepada KPH. KPH yang telah mendapatkan data peta batas wilayah memberikan data peta wilayah tersebut kepada BKPH, proses

selanjutnya yaitu pembuatan dokumen narasi dari peta batas wilayah. dan melakukan pendistribusian kepada RPH. Setelah itu adalah proses pembuatan peta batas wilayah. Peta batas wilayah yang dibuat oleh pihak RPH merupakan acuan untuk melakukan inventarisasi hutan atau risalah hutan terhadap area kerja masing-masing RPH.

Inventarisasi hutan dilakukan oleh RPH dengan menggunakan pencatatan melalui form tally sheet secara manual yang kemudian dikirimkankan kepada BKPH. Hasil risalah hutan yang didapatkan oleh SPH kemudian diolah dan dimasukan ke database inventarisasi hutan melalui aplikasi SISDH-PDE. Data hasil pengolahan yang telah dibuat menjadi RPKH kemudian di distribusikan kepada masing KPH, BKPH dan RPH.

2. Dilakukannya Ground checking untuk lengkapnya ada di buku pedoman inventarisasi hutan.

3. Masalah yang sering terjadi dalam proses inverntarisasi data adalah keterlambatan data, redudansi data, ketidak sinkronan antar data yang ada, dan lain sebagainya, lebih utamanya data batas wilayah karena data atribut lainnya kami yang mengukur dan mencatat.

4. Sampai saat ini cara yang paling sering dilakukan biasanya semua forester di RPH dan BKPH mempunyai data cadangan untuk diserahkan kepada SPH akan tetapi yang jadi permasalahan kadang- kadang kami juga lupa untuk membuat data cadangan tersebut.

Lampiran A-2 (Wawancara dengan Kepada SPH I Bogor)

Hari / Tanggal : Jum’at 19 Juni 2009

Tempat : Seksi Perencanaan Hutan I, Bogor, Jl. Siliwangi No. 19, Bogor 16142

Pertanyaan :

1. Bagaimana sejarah perum perhutani ? 2. Apa fungsi dan tugas perum perhutani ?

3. Apakah proses pengolahan data inventarisasi hutan telah berjalan dengan baik ? 4. Masalah apa yang sering terjadi dalam proses tersebut ? dan langkah

permecahan masalah apa yang dilakukan dalam mengatasi permasalahan tersebut ?

5. Bagaimana keadan hutan akasia parung panjang ? 6. Bagaimana struktur organisasi perum perhutani ?

Jawaban :

1. Perum Perhutani menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada tahun 1972 berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 15 tahun 1972 dengan wilayah kerja pada awalnya kawasan hutan negara di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Berdasarkan PP nomor 2 tahun 1978, kawasan wilayah kerjanya

diperluas sampai kawasan hutan negara di provinsi Jawa Barat. Untuk lebih lengkapnya bisa dilihat di websitenya. Di www.perumperhutani.com

2. eru, perhutani in berupa BUMN maka tujuannyaa dalah memupuk keuntungan. Dan menyelenggarakan pengelolaan hutan , lebih detail bisa dilihat di website nya juga

Ya karena p

3. Bisa dikatakan cukup baik, walaupun masih ada yang perlu diperbaiki, sebagai contoh redudansi data yang tidak perlu.

4. Seperti yang saya bilang tadi, masalah utama adalah redudansi data yang mengakibatkan pengolahan data menjadi terhambat. Langkah yang paling baik kami lakukan saat ini adalah menyuruh pihak RPH dan BKPH untuk melakukan cek ulang terhadap data yang akan diberikan kepada kami.

5. Keadaan hutan akasia selengkapnya bisa dilihat di buku rencana pengaturan kelestarian hutan kelas perusahaan acacia mangium yang akan saya berikan kopiannya nanti.

6. Kalau struktur organisasi saya tidak hapal jadi, bisa dilihat di gambar yang ada di depan atau di websitenya juga ada.

Lampiran A-3 (Wawancara dengan Administrator SISDH-PDE)

Hari / Tanggal : Jum’at 19 Juni 2009

Tempat : Seksi Perencanaan Hutan I, Bogor, Jl. Siliwangi No. 19, Bogor 16142

Pertanyaan :

1. Bagaimana prosedur pengolahan data inventarisasi hutan ?

2. Masalah apa yang sering terjadi dan langkah apa yang dilakukan untuk mengatasinya ?

3. Bagaimana bentuk (format) penyimpanan data yang ada di perum perhutani ? dan Software apa yang dipunyai (dipakai) oleh perum perhutani ?

4. Bagaimana bentuk sistem yang diinginkan agar memperlancar proses tersebut ? 5. Input dan Output apa yang diharapkan dapat dicapai oleh sistem ?

6. User siapa saja yang akan menggunakan sistem ini ?

Jawaban :

1. Prosedurnya adalah forester melakukan ground checking yang hasilnya dikirimkan ke kami untuk dibuat peta batas wilayah, setelah itu dilakukan lah pembuatan dokumen narasi dan setelahnya adalah inventarisasi hutan yang dilakukan RPH. Data yang dikirimkan dir ph kami olah dengan aplikasi

SISDH-PDE. Setelah menjadi RPKH kami mendistribusikannya kepada KPH,BKPH dan RPH.

2. Masalah yang sering terjadi dalam proses inverntarisasi data adalah keterlambatan data, redudansi data, ketidak sinkronan antar data yang ada, dan lain sebagainya, lebih utamanya data batas wilayah karena data atribut lainnya kami yang mengukur dan mencatat.

3. Bentuk penyimpanan data biasanya dilakukan dengan hardcopy maupun softcopy. Data softcopy biasanya adalah excel, .dbase, .dbf dan database dari aplikasi SISDH-PDE. Kami juga puny license untuk MS SQL server 2000, Windows XP, Visual Basic 6, Visual Fox Pro, dan lainnya

4. Bentuk sistem yang diinginkan kalo bisa client server tapi berbasis desktop, sehingga forester dapat langsung memasukan data nya sesuai dengan wilayah kerja.

5. Input data yang sinkron antara data spasial dan data atribut, serta outputnya adalah bahan acuan untuk penyusunan RPKH.

6. Biasanya user yang diharapkan untuk melakukan inputan data adalah saya sebagai admin, forester dan pihak ketiga yang hanya bisa melihat data tanpa bisa melakukan manipulasi terhadap data tersebut.

Dokumen terkait